Shalat ini dinamakan tarawih yang artinya istirahat karena orang yang
melakukan shalat tarawih beristirahat setelah melaksanakan shalat empat
raka’at. Shalat tarawih termasuk qiyamul lail atau shalat malam. Akan tetapi
shalat tarawih ini dikhususkan di bulan Ramadhan. Jadi, shalat tarawih ini
adalah shalat malam yang dilakukan di bulan Ramadhan. (Lihat Al Jaami’ li
Ahkamish Sholah, 3/63 dan Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah,
2/9630)
Adapun shalat tarawih tidak disyariatkan untuk tidur terlebih dahulu dan shalat
tarawih hanya khusus dikerjakan di bulan Ramadhan. Sedangkan shalat tahajjud
menurut mayoritas pakar fiqih adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah
bangun tidur dan dilakukan di malam mana saja. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah
Al Kuwaitiyyah, 2/9630)
ان ِإي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه
َ ضَ َم ْن قَا َم َر َم
Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala,
maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan
Muslim no. 759). Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih
sebagaimana yang dituturkan oleh An Nawawi. (Syarh Muslim, 3/101)
As Suyuthi mengatakan, Telah ada beberapa hadits shahih dan juga hasan
mengenai perintah untuk melaksanakan qiyamul lail di bulan Ramadhan dan
ada pula dorongan untuk melakukannya tanpa dibatasi dengan jumlah raka’at
tertentu. Dan tidak ada hadits shahih yang mengatakan bahwa jumlah raka’at
tarawih yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah 20
raka’at. Yang dilakukan oleh beliau adalah beliau shalat beberapa malam
namun tidak disebutkan batasan jumlah raka’atnya. Kemudian beliau pada
malam keempat tidak melakukannya agar orang-orang tidak menyangka bahwa
shalat tarawih adalah wajib.
Ibnu Hajar Al Haitsamiy mengatakan, “Tidak ada satu hadits shahih pun yang
menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat
tarawih 20 raka’at. Adapun hadits yang mengatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa melaksanakan shalat (tarawih) 20 raka’at”, ini adalah hadits yang
sangat-sangat lemah.” (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Quwaitiyyah, 2/9635)
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, Adapun yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah dari hadits Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
shalat di bulan Ramadhan 20 raka’at ditambah witir, sanad hadits itu adalah
dho’if. Hadits ‘Aisyah yang mengatakan bahwa shalat Nabi tidak lebih dari 11
raka’at juga bertentangan dengan hadits Ibnu Abi Syaibah ini. Padahal ‘Aisyah
sendiri lebih mengetahui seluk-beluk kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pada waktu malam daripada yang lainnya. Wallahu a’lam.” (Fathul
Bari, 6/295).
JUMLAH RAKA'AT SHALAT TARAWIH YANG DIANJURKAN
Jumlah raka’at shalat tarawih yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 11 atau 13
raka’at. Inilah yang dipilih oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana
disebutkan dalam hadits-hadits yang telah lewat.
ك بِ َك ْث َر ِة ال ُّسجُو ِد
َ فََأ ِعنِّى َعلَى نَ ْف ِس
Bantulah aku (untuk mewujudkan cita-citamu) dengan memperbanyak sujud
(shalat).” (HR. Muslim no. 489).
Keenam, telah terdapat dalil yang shahih bahwa ‘Umar bin Al Khottob pernah
mengumpulkan manusia untuk melaksanakan shalat tarawih, Ubay bin Ka’ab
dan Tamim Ad Daari ditunjuk sebagai imam. Ketika itu mereka melakukan
shalat tarawih sebanyak 21 raka’at. Mereka membaca dalam shalat tersebut
ratusan ayat dan shalatnya berakhir ketika mendekati waktu shubuh.
(Diriwayatkan oleh ‘Abdur Razaq no. 7730, Ibnul Ja’di no. 2926, Al Baihaqi
2/496. Sanad hadits ini shahih. Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/416)
Begitu juga terdapat dalil yang menunjukkan bahwa mereka melakukan shalat
tarawih sebanyak 11 raka’at. Dari As Saa-ib bin Yazid, beliau mengatakan
bahwa ‘Umar bin Al Khottob memerintah Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad
Daariy untuk melaksanakan shalat tarawih sebanyak 11 raka’at. As Saa-ib
mengatakan, Imam membaca ratusan ayat, sampai-sampai kami bersandar pada
tongkat karena saking lamanya. Kami selesai hampir shubuh.” (HR. Malik
dalam Al Muqatho’, 1/137, no. 248. Sanadnya shahih. Lihat Shahih Fiqih
Sunnah 1/418)
Pendapat keempat, shalat tarawih adalah 40 raka’at dan belum termasuk witir.
Sebagaimana hal ini dilakukan oleh ‘Abdurrahman bin Al Aswad shalat malam
sebanyak 40 raka’at dan beliau witir 7 raka’at. Bahkan Imam Ahmad bin
Hambal melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan tanpa batasan bilangan
sebagaimana dikatakan oleh ‘Abdullah. (Lihat Kasyaful Qona’ ‘an Matnil Iqna’,
3/267)
Oleh karena itu, barangsiapa yang menyangka bahwa shalat malam di bulan
Ramadhan memiliki batasan bilangan tertentu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sehingga tidak boleh lebih atau kurang dari 11 raka’at, maka sungguh dia
telah keliru.” (Majmu’ Al Fatawa, 22/272)
Dari penjelasan di atas kami katakan, hendaknya setiap muslim bersikap arif
dan bijak dalam menyikapi permasalahan ini. Sungguh tidak tepatlah kelakuan
sebagian saudara kami yang berpisah dari jama’ah shalat tarawih setelah
melaksanakan shalat 8 atau 10 raka’at karena mungkin dia tidak mau mengikuti
imam yang melaksanakan shalat 23 raka’at atau dia sendiri ingin melaksanakan
shalat 23 raka’at di rumah.
Orang yang keluar dari jama’ah sebelum imam menutup shalatnya dengan witir
juga telah meninggalkan pahala yang sangat besar. Karena jama’ah yang
mengerjakan shalat bersama imam hingga imam selesai baik imam
melaksanakan 11 atau 23 raka’at- akan memperoleh pahala shalat seperti shalat
semalam penuh. Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka
ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi.
Syaikh Al Albani dalam Al Irwa’ 447 mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Semoga Allah memafkan kami dan juga mereka.
Dasar dari hal ini adalah perkataan ‘Aisyah yang menjelaskan tata cara shalat
malam Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Ada anjuran dari sebagian ulama semacam ulama Hanafiyah dan Hambali untuk
mengkhatamkan Al Qur’an di bulan Ramadhan dengan tujuan agar manusia
dapat mendengar seluruh Al Qur’an ketika melaksanakan shalat tarawih.