e.) Kesenian
Kesenian tersebut tidak hilang tetapi justru digunakan sebagai sarana dakwah. Cabang-
cabang seni yang dikembangkan para penyebar Islam diantaranya adalah seni bangunan, seni
pahat dan ukir, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Seni bangunan, misalnya masjid,
mimbar,dan ukiran-ukirannya masih menunjukkan motif-motif seperti yang terdapat pada
candi-candi Hindu atau Budha.
c. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak terletak di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Kerajaan Demak didirikan
oleh Raden Patah pada tahun 1478 M. Beliau merupakan putra Prabu Kertabumi, seorang raja
Majapahit. Setelah tahta ayahnya jatuh ke tangan Girindra Wardhana dari Keling (Daha) dan
Demak menjadi terancam, terjadilah perperangan antara Demak dan Majapahit yang
dipimpin oleh Girindra Wardhana dan keturunannya, Prabu Udara, hingga tahun 1518 M.
Majapahit mengalami kekalahan dan pusat kekuasaan bergeser ke Demak. Sejak itu, Demak
berkembang menjadi besar dan menguasai jalur perdagangan di Nusantara. wilayah
kekuasaan Demak cukup luas, meliputi daerah sepanjang pantai utara Pulau Jawa,
pengaruhnya sanpai ke Palembang, Jambi, Banjar dan Maluku. Pada tahun 1518 M, Raden
Patah digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus. Sebelum menduduki tahta, Pati
Unus pernah memimpin armada laut Demak dalam menyerang Portugis di Malaka pada tahun
1513 M. Kekuasaan Kerajaan Demak berakhir pada tahun 1568 M. Joko Tingkir
g. Kerajaan Gowa-Tallo
Pada awalnya, di daerah Gowa, terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama
Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo,
Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero, dan Kalili. Islamnya raja
Gowa segera diikuti oleh rakyatnya. Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai
kerajaan-kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Kerajaan
Gowa mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16 yang lebih populer dengan sebutan
kerajaan kembar "Gowa-Tallo". Dua kerajaan telah menyatakan ikrar bersama, yang terkenal
dalam peribahasa "Rua Karaeng Na Se're Ata" (Dua Raja tetapi satu Rakyat). Dari Makassar,
agama Islam disebarkan ke berbagai daerah, bahkan sampai ke Kalimantan Timur, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pada pertengahan abad ke-17, Makassar atau
Gowa berada pada puncak kejayaannya. Pemerintahan Kerajaan Gowa mencapai puncaknya
terutama di bawah pemmerintahan Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Ujung Karaeng
Lakiung Sultan Malikulssaid (1639-1653 M)atau lebih dikenal Sultan Malikussaid (1630-
1653 M). Setelah memerintah Kerajaan Gowa selama 16 tahun, tanggal 5 November 1653,
Sultan Malikussaid wafat. Beliau digantikan oleh puteranya I Mallombasi Daeng Mattawang
Sultan Hasanuddin yang menjadi Raja Gowa XVI (1654-1660) atau yang lebih dikenal
dengan Sultan Hasanuddin. Sultan Hasanuddin bersikap tegas dan tidak mau tunduk kepada
Belanda. Peperangan demi peperangan melawan Belanda dan bangsanya sendiri (Bone) yang
dialami Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu sedikit banyaknya membawa
pengaruh terhadap perekonomian Gowa. Sejak kekalahan Gowa dengan Belanda terutama
h. Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate berdiri pada abad ke-13, ibu kotanya terletak di Sampalu (Pulau
Ternate). Menurut catatan orang Portugis, raja di Maluku yang mula-mula memeluk agama
Islam adalah Raja Ternate, yaitu Gapi Baguna atau Sultan Marhum yang masuk Islam karena
menerima pengaruh dakwah dari Datuk Maulana Husin. Ia memerintah tahun 1465-1485 M.
setelah wafat, beliau digantikan oleh putranya, Zainal Abidin. Pada tahun 1495 M, Zainal
Abidin mewakilkan pemerintahannya kepada keluarganya karena ia memperdalam
pengetahuan agama Islam kepada Sunan Giri dan kemudian ke Malaka. Zainal Abidin hanya
memerintah sampai tahun 1500 M. Secara berturut-turut yang kemudian memerintah di
Ternate adalah Sultan Sirullah, Sultan Khairun, dan Sultan Baabullah. Makin lama kekuasaan
dan pengaruh Belanda di Ternate semakin kuat. Bersamaan dengan itu pula, terjadi
pemberontakan dan konflik internal di Kerajaan Ternate sehingga Kerajaan Ternate mulai
melemah dan akhirnya runtuh.
i. Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Tidore, Maluku Utara.
Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan
Tidore, Raja Tidore pertama adalah Syahadati alias Muhammad Naqal yang naik tahta sekitr
tahun 1081 M. Baru pada raa yang ke-9, yaitu Cirililiati yang kembali ingin memeluk agama
Islam, berkat dakwah Syekh Mansyur dari Arab. Agama Islam masuk pertama kali di Tidore
sekitar tahun 1471 M. (menurut catatan Portugis). Pada tahun 1512 M, bangsa Portugis dan
Spanyol memasuki Maluku. Portugis pada saat itu memilih bersahabat dengan Ternate,
sedangkan Spanyol yang datang kemudian bersahabat dengan Sultan Tidore. Pada tahun 1529
M, Portugis yang dibantu oleh Ternate dan Bacan menyerang Tidore dan Spanyol. Dalam
peperangan ini, Portugis mengalami kemenangan sehingga Portugis dapat menguasai
perdagangan rempah-rempah di seluruh Maluku. Portugis mulai melakukan tindakan
sewenang-wenang terhadap Rakyat Maluku, Kedua Kerajaan tersebut akhirnya sadar bahwa
keduanya harus bersatu untuk mengusir penjajahan Portugis di Maluku.
Berkat kerja sama kedua kerajaan tersebut, akhirnya, Portugis mengalami kekalahan
tahun 1575 M. dan menyingkir ke Ambon. Pada tahun 1605 M, Belanda berhasil mendesak