Anda di halaman 1dari 8

A.

Proses Penyebaran Islam di indonesia

1.Teori masuknya Agama Islam di indonesia

a.Hoesein Djajadiningrat

islam masuk ke Nusantara melalui iran (persia).Buktinya adalah ejaan dalam tulisan Arab.Barisan di
atas,di bawah,dan baris di depan disebut jabar (Zabar) dan pes (pjes).Istilah itu berasal dari bahasa
iran ,sedangkan menurut bahasa arab,ejaannya adalah fathah,kasroh,dan dhommah.selain
itu,pemakaian gelar syah yang biasa dipakai di persia,juga dipergunakan oleh Raja Malaka abad ke-15.

b.Soetjipto Wirjosoeparto

islam masuk ke nusantara melalui Gujarat,India,Hal itu dibukitkan dengan satu makam raja islam di
samudra Pasai,Aceh Utara yang nisannya terbuat dari marmer buatan Gujarat.

c. Snouck Hurgronye dan Moquette

Islam masuk ke Nusantara melalui Gujarat, India. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa berbagai
batu nisan di berbagai tempat di Nusantara, termasuk makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik,
mempunyai bentuk yang sama dengan batu nisan di Cambay, Gujarat, India,

d. Haji Abdul Malik Karim Amtullah (Hamka)

Islam masuk ke Nusantara melalui Mesir dan Mekkah. Teorinya didasarkan pada sebagian besar rakyat
Indonesia memeluk Islam bermadzhab Syafi'i, seperti yang banyak dianut oleh penduduk Mesir. Selain
itu, gelar yang dipakai oleh raja-raja Samudra Pasai adalah gelar raja-raja Mesir, yaitu al Malik.

e. Alwi Shihab

Islam pertama kali masuk ke Nusantara pada abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M) dibawa oleh
pedagang-pedagang sufi-Muslim Arah yang memasuki Cina lewat jalur-jalur bagian barat. Kesimpulan itu
didasarkan pada berita Cina dari periode Dinasti Tang yang menyatakan adanya pemukiman sufi Arab di
Cina yang penduduknya diizinkan oleh penguasa untuk sepenuhnya menikmati kebebasan beragama.
Cina yang dimaksudkan dalam berita Cina itu adalah gugusan pulau-pulau di Timur Jauh, termasuk
Kepulauan Indonesia. Jadi, jalur awal penyebaran Islam di Indonesia bukanlah dari jalur Arab, India, dan
Persia, melainkan dari Arab langsung.

Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa yang memperkenalkan Islam di
Indonesia adalah para pedagang dan mubalig dari Gujarat, Persia, Mesir, dan Arab.

2. Bukti-Bukti Awal Masuknya Islam di Indonesia

Proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia belum jelas. Namun, ada beberapa sumber
yang dapat untuk mendata awal masuknya Islam di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
a. Berita Cina dari Dinasti Tang yang menyebutkan adanya rencana serangan orang-orang Ta shih pada
tahun 674 M terhadap Kerajaan Holing (Kalingga) yang diperintah oleh Ratu Sima. Namun, rencana itu
dibatalkan karena Kerajaan Holing sangat kust. Sebutan Ta shih ditafsirkan sebagai orang-orang Arab
dan Persia.

b. Ditemukannya baru tulis dalam bahasa Arab di Leran, dekat Gresik, yang memuat keterangan tentang
meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun dengan angka tahun 1082 M.

c. Berita Arab yang menyatakan bahwa pedagang Arab yang beragama Islam telah mengadakan kegiatan
perdagangan di Sriwijaya, termasuk Selat Malaka, sekitar abad ke-8 M. Hal itu terbukti dengan sebutan
Sribura, Zaba, atau Zabag bagi Sriwijaya.

d. Berita dari Marcopolo, seorang musafir dati Venesia (Italia). Dalam perjalanan dari Cina ke Persia, ia
singgah di Peureula (Perlak), Aceh pada tahun 1292. Di Aceh, Marcopolo men jumpai penduduk yang
beragama islam dan banyak pedagang dari Gujaras (India) yang giat menyebarkan Islam.

e. Adanya makam Sultan Malik al Saleh (tahun 1297), seorang raja dari Kerajaan Samudra Pasai.

f. Berita dari Ibnu Batutah (1345-1346), seorang utusan Sultan Delhi (India) ke Cina, yang menyatakan
bahwa di Sumatra terdapat kerajaan Islam.

g. Kompleks makam Islam Tralaya di Trowulan. Pada nisan makam-makam itu memuat angka tahun dari
tahun 1369 sampai 1611.

h. Berita dari Ma Huan, musafir Cina yang beragama Islam, mengatakan bahwa sekitar tahun 1416 telah
ada pedagang-pedagang Islam yang tinggal di pantai utara Pulau Jawa.

i. Adanya makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang merupakan makam seorang saudagar Islam
yang mengadakan kegiatan penyiaran Islam di Pulau Jawa.

Berdasarkan sumber-sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa agama Islam sudah masuk ke Indonesia
pada abad ke-7 M. Namun, agama Islam mulai menyebar sekitar abad ke-13 yang ditandai dengan
berdirinya Samudra Pasai kerajaan Islam yang pertama.

3. Penyebar Agama Islam di Indonesia

Golongan penyebar agama Islam ke Indonesia adalah sebagai berikut.

a. Pedagang dari Arab yang mula-mula memperkenalkan agama Islam di Indonesia, kemudian disusul
oleh pedagang-pedagang Islam dari Mesir, Persia, dan Gujarat. Para pedagang Islam ini sudah sejak lama
mengadakan hubungan dengan India, Cina, dan Asia Tenggara. Sambil berdagang, mereka menyiarkan
Islam sebab dalam Islam setiap muslim memiliki tugas menyebarkan ajaran Islam sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
b. Golongan mubalig atau guru agama Islam, yaitu golongan yang pekerjaannya memang khusus untuk
mengajarkan agama Islam.

c. Golongan sufi (ahli tasawuf), yang diperkirakan masuk ke Indonesia sejak abad ke-13.

d. Para wali menurut sumber babad dianggap sebagai pembawa dan penyebar Islam di tanah Jawa. Di
antara sekian banyak wali, yang terkenal adalah Wali Songo (Wali Sembilan), terdiri dari berikut ini.

1) Sunan Maulana Malik Ibrahim atau Syekh Maghribi, yang diduga berasal dari Persia dan
berkedudukan di Gresik.

2) Sunan Ampel atau Raden Rahmat dan berkedudukan di Ampel, Surabaya.

3) Sunan Bonang atau Raden Maulana Makdum Ibrahim, putra dari Raden Rahmat (Sunan Ampel). la
tinggal di Bonang, dekat Tuban.

4) Sunan Drajat atau Syarifuddin, juga putra dari Raden Rahmat dan berkedudukan di Drajat, dekar
Sedayu, Surabaya.

5) Sunan Giri atau Prabu Satmata atau Sultan Abdul Fakih yang semula bernama Raden Paku dan
berkedudukan di Bukit Giri, dekat Gresik.

6) Sunan Kalijaga putra Tumenggung Wilwatikta, Bupati Tuban yang berkedudukan di Kadilangu, dekat
Demak.

7) Sunan Kudus atau Ja'far Sodiq, putra dari Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngandung di Jipang
Panolan, berkedudukan di Kudus.

8) Sunan Muria atau Raden Umar Said berkedudukan di Gunung Muria, Kudus.

9) Sunan Gunung Jati dari Pasai, sebelah utara Aceh yang berkedudukan di Gunung Jati, Cirebon.

Di samping Wali Songo, ada juga wali-wali lain yang menyebarkan Islam. Misalnya Sunan Tembayat atau
Sunan Bayat yang berkedudukan di Klaten, Sunan Lawu, Syeikh Bentong, Sunan Sendang, dan Sunan
Mojoagung. Di kalangan masyarakat timbul anggapan bahwa Wall Songo hanya merupakan julukan yang
mengandung perlambang suatu dewan para wali. Angka sembilan sejak sebelum kedatangan agama
Islam dianggap sebagai angka yang keramat. Di luar Jawa, Datuk Ri Bandang dan Datuk Sulaiman
menyebarkan Islam di Sulawesi Selatan, serta Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Ri Parangan di
Kutai.

4. Proses Penyebaran Islam di Indonesia Proses penyebaran dan perkembangan agama dan kebudayaan
Islam selain dilakukan melalui perdagangan juga melalui saluran-saluran sebagai berikut.

1. Perkawinan

Di antara para pedagang Islam itu ada yang terus menetap di Indonesia dan membentuk perkampungan
muslim. Hingga sekarang di beberapa kota di Indonesia terdapat kampung Pekojan yang merupakan
tempat tinggal para pedagang Gujarat. Sebagian dari pedagang itu menikah dengan wanita penduduk
setempat, terutama putri raja atau bangsawan. Karena pernikahan itulah banyak keluarga raja atau
bangsawan masuk

Islam. Contohnya perkawinan Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Gede Manila, putri
Tumenggung Wilwatikta.

b. Pendidikan

Para ulama atau mubalig mendirikan pondok pesantren di beberapa tempat di Nusantara. Di situlah
para santri dari berbagai daerah dan berbagai kalangan masyarakat menerima pendidikan agama Islam.

Para santri itu umumnya datang dari berbagai daerah. Misalnya, Raja Ternate Zainal Abidin yang
mendapat ajaran Islam dari Madrasah Giri Prabu Satmata. Sekembalinya dari Jawa, Zainal Abidin
membawa seorang mubalig yang bernama Tuhubahahul. Namun, ada juga yang mendatangkan guru-
guru atau pakar agama Islam untuk memberi pelajaran agama di kalangan keraton. Misalnya, dalam
sejarah Banten tentang Kiai Dukuh atau Pangeran Kasunyatan yang menjadi guru Maulana Yusuf, Raja
Banten yang kedua. Syekh Yusuf dari Makassar juga menjadi penasihat agama dari Sultan Ageng
Tirtayasa dari Banten. Para ulama yang telah masuk di kalangan elite kerajaan mempunyai pengaruh
besar di bidang politik melalui raja dan kaum bangsawan.

c. Dakwah di kalangan Masyarakat

Penyebaran Islam di Jawa tidak dapat dipisahkan dengan peranan Wali Songo atau Wali Sembilan. Wali
adalah sebutan bagi orang-orang yang sudah mencapai tingkat pengetahuan dan penghayatan agama
Islam yang sangat dalam dan sanggup berjuang untuk kepentingan agama.

d. Kesenian

Penyebaran agama Islam dengan menggunakan sarana kesenian disesuaikan dengan keadaan di
Indonesia karena waktu itu kebudayaan Hindu Buddha dan kepercayaan asli masih berakar kuat. Para
penyebar agama Islam tidak mengubah kesenian tersebut, bahkan mereka menggunakan seni budaya
tersebut sebagai sarana menyebarkan Islam.

e. Ajaran Tasowurf

Istilah itu timbul karena pakar tasawuf biasanya disebut sufi sebab mengenakan pakaian dari wol.
Tasawuf sering dihubungkan mereka dengan pengertian suluk (perjalanan) sebab kaum sufi memiliki
kebiasaan mengembara. Perkembangan aliran tasawuf di Indonesia mulai tampak pada sekitar abad ke-
16 dan 17. Bersamaan dengan perkembangan tasawuf itu, proses pengajaran agama Islam disesuaikan
dengan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah
dimengerti dan diterima oleh masyarakat di Indonesia. Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal antara lain
Hamsah Fansuri, Syamsuddin, Nuruddin al Raniri, dan Abdul al-Rauf.

5. Perkembangan Penyebaran Islam di Berbagai Daerah


Kamu telah mempelajari bahwa agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Tahukah
kamu mengapa jalur perdangangan memegang peranan penting dalam proses penyebaran Islam?
Bagaimana pula agama dan budaya islam dapat tersebar ke Nusantara? Marilah kita pelajari materi
berikut ini!

a. Sumatra

Islam masuk ke Nusantara pertama kali di Aceh. Penyiar Islam pertama di Indonesia tidak hanya terdiri
dari pedagang India dari Gujarat, tetapi juga terdiri dari mubalig-mubalig Islam dari bangsa Arab,

Jalur perdagangan antara Cina dan Arab melalui jalan darat dan jalan laut. Berdasarkan cerita dan peta-
peta yang ditinggalkan oleh para penulis sejarah yang lampau dari bangsa Arab atau bangsa Barat, jalan
laut selalu melalui Selat Malaka. Kedatangan orang-orang Islam di Asia Tenggara, khususnya Selat
Malaka sekitar abad ke-7 hingga abad ke-10, pada awalnya belum terasa dampaknya bagi kerajaan-
kerajaan Hindu-Buddha di sekitar kawasan tersebut. Hal tersebut karena para pedagang Islam itu baru
pada tahap menjelajahi masalah-masalah di bidang pelayaran dan perdagangan.

Sriwijaya, pedagang-pedagang Islam disertai pula oleh mubalig- Gambar 4.9 Pedagang dari tanah Arab.
Agama mubalignya, lebih berkesempatan untuk mendapat keuntungan dagang Islam masuk ke
Nusantara melalui jalur per dagangan.

Dalam perkembangannya, seiring dengan kemunduran Kerajaan dan politik. Mereka menjadi pendukung
daerah-daerah yang muncul dan yang menyatakan dirinya sebagai kerajaan yang bercorak Islam, yaitu
Samudra Pasai yang lokasinya diduga di pesisir timur laut Aceh, Kabupaten Lhok Seumawe atau Aceh
Utara sekarang.

Daerah lain yang sudah mempunyai masyarakat Islam pada periode yang sama ialah Perlak. Hal itu
dapat diketahui dari berita Marco Polo yang singgah di Perlak pada tahun 1292. Di samping akibat politik
Singosari dan Majapahit, kemunduran dan keruntuhan Kerajaan Sriwijaya juga karena adanya ekspansi
(perluasan wilayah dan pengaruh) Cina pada masa Kubilai Khan (sekitar abad ke-13) dan masa
pemerintahan Dinasti Ming (sekitar abad 14-15) ke daerah Asia Tenggara. Sebaliknya, pengaruh politik
Kerajaan Majapahit ke Samudra Pasai dan Malaka setelah keruntuhan Kerajaan Sriwijaya, mulai
berkurang, terutama karena di pusat Kerajaan Majapahit sendiri timbul kekacauan politik akibat
perebutan kekuasaan di kalangan keluarga raja raja. Dengan demikian, kerajaan-kerajaan yang letaknya
jauh dari pengawasan Majapahit, seperti kerajaan Samudra Pasai dan Malaka, berhasil mencapai puncak
kekuasaan menjelang abad ke-16.

6. Jawa

Pertumbuhan masyarakat Islam di sekitar Majapahit, terutama di kota-kota pelabuhannya, berhubungan


erat dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan orang-orang Islam. Pada tahap pertama,
masuknya Islam di pesisir utara Jawa, mungkin belum dirasakan akibatnya di bidang politik. Kedua belah
pihak waktu itu mementingkan usaha untuk memperoleh keuntungan dagang. Kelemahan-kelemahan
yang dialami pusat Kerajaan Majapahit, di antaranya akibat pemberontakan serta perang perebutan
kekuasaan, telah mempercepat bentuk kekuasaan politik Islam, seperti munculnya Kerajaan Demak.

Sejak Demak berdiri sebagai kerajaan dengan Raden Patah sebagai rajanya, daerah pesisir utara Jawa
Barat seperti Cirebon, telah berada di bawah pengaruhnya. Islam di Cirebon sudah mulai berkembang
sejak tahun 1470-1475. Dari sudut ekonomi, pelabuhan-pelabuhan Sunda seperti Cirebon, Sunda Kelapa,
dan

Banten, mempunyai potensi besar dalam mengekspor hasil buminya. Hasil bumi yang menjadi bahan
ekspor penting antara lain lada yang diambil dari Lampung. Kerajaan Sunda berhubungan pula dengan
Portugis lewat perjanjian 21 Agustus 1522.

Usaha Kerajaan Sunda untuk membendung kekuatan Islam dapat dipatahkan oleh Fatahillah atau
Faletehan. Faletehan berasal dari Pasai yang mendapat perintah dari Raja Demak serta Sunan Gunung
Jati dan berhasil merebut Sunda Kelapa sekitar tahun 1527.

Banten merupakan pelabuhan yang penting, baik dilihat dari sudut geografi maupun ekonomi, karena
letaknya yang strategis di sekitar Selat Sunda. Posisinya menjadi sangat penting ketika Selat Malaka
sudah dikuasai Portugis. Meskipun sejak tahun 1526-1527 pelabuhan-pelabuhan Pajajaran sudah jatuh
ke tangan muslim, namun daerah pedalaman masih tetap bertahan. Tetapi, akhirnya sekitar tahun 1579-
1580 praktis Kerajaan Sunda mengalami keruntuhan karena serangan Raja Banten yang dipimpin oleh
Maulana Yusuf.

c. Maluku

Kedatangan Islam ke Maluku, bertalian erat dengan jalan perdagangan yang terbentang antara pusat
lalu lintas internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Tradisi setempat menyatakan bahwa sejak abad
ke-14 Islam sudah datang di Maluku.

Raja Ternate yang keduabelas bernama Malomatiya (1350-1357), telah bersahabat karib dengan orang
Arab yang memberikan petunjuk cara membuat kapal yang lebih baik. Raja yang dianggap benar-benar
memeluk agama Islam adalah Zainal Abidin (1486-1500). Ia mendapat ajaran agama Islam dari Madrasah
Giri Prabu Satmata. Sekembalinya dari Jawa, Zainal Abidin membawa seorang mubalig yang bernama
Tuhubahahul. Hubungan Temate dan Hitu dengan Giri di Jawa Timur sangat erat. Hubungan antara
Maluku dengan Giri terus berlangsung sampai abad ke-17. Banyak anak Maluku, terutama yang berasal
dari Hitu yang belajar di madrasah Giri.

4. Kalimantan

Situasi politik di daerah Kalimantan Selatan menjelang masa kedatangan Islam dapat diketahui dari
Hikayat Banjar. Kerajaan yang bercorak Hindu di Kalimantan menjelang kedatangan Islam berpusat di
Nagara Dipa, Daha, dan Kahuripan. Kerajaan tersebut sudah mempunyai hubungan dengan Kerajaan
Majapahit asa pemerintahan Suryanata karena perkawinannya dengan Junjung Buih. Menjelang
kedatangan Islam ke daerah itu, Kerajaan Nagara diperintah oleh Maharaja Sukarama. Setelah Scarama
meninggal, ia diganti oleh Pangeran Tumenggung. Beberapa tahun kemudian timbul perpecahan antara
Pangeran Tumenggung dengan Raden Samudra, cucu Maharaja Sulaeman yang lebih berhak atas takhta
kerajaan. Raden Samudra sejak kecil telah mengasingkan diri dan setelah dewasa ia dinobatkan sebagai
Raja Banjar oleh Patih Masih. Kerajaan Banjar yang terletak di pantai dan Negara Daha yang terletak di
hulu sungai kemudian berperang.

Guna mengalahkan Kerajaan Nagara, Pangeran Samudra terpaksa minta bantuan kepada Demak.
Akhirnya dengan bantuan Demak, Nagara dapat ditundukkan oleh Banjar. Raden Samudra kemudian
masuk Islam berkat bantuan Penghulu Demak dan mendapat gelar Sultan Suryanullah.

Di Kalimantan Timur, situasi politiknya pada masa kedatangan Islam agak berbeda dengan di Kalimantan
Selatan. Sebelum masuknya Islam, Kerajaan Kutai bercorak Hindu dan di daerah pedalaman rakyat
masih menganut kepercayaan nenek moyang. Islam dapat masuk ke Kutai dengan datangnya dua orang
mubalig yang bernama Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Kedua mubalig itu datang ke
Kutai setelah orang-orang Makassar masuk Islam. Berkat ajaran kedua mubalig tersebut, Raja Kutai yang
bernama Raja Mahkota menyatakan dirinya masuk Islam.

e. Sulawesi

Di daerah Sulawesi Selatan proses penyebaran Islam pada tahap-tahap permulaan berjalan dengan
damai. Hal itu dapat diketahui dari hikayat setempat yang menceritakan tentang cara-cara yang
ditempuh oleh mubalig Datuk Ri Bandang dan Datuk Sulaeman dalam mengajarkan Islam kepada
masyarakat dan raja-rajanya. Walaupun kemudian sering terjadi pertikaian antara raja-raja daerah yang
saling berebut kekuasaan.

Latar belakang

Masuk dan tersosialisasinya Islam di Nusantara berlangsung dengan cara-cara damai ketika itu para
penyebar Islam memilih berbagai unsur lokal sebagai media komunikasi dakwahnya sehingga islam
memperoleh pengaruh yng begitu luas di Nusantara, serta mengisi ruang-ruang kosong yang kurang
tersentuh proses Hinduisasi.Melalui toleransi semacam itu seni budaya bernafaskan Islam dapat menjadi
basis kebudayaan nasional proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia belum
jelas.Namun, Ada beberapa sumber yang dapat dipakai untuk mendata awal masuknya Islam di
Indonesia.proses penyebaran dan perkembangan agama dan kebudayaan Islam selain dilakukan melalui
perdagangan juga melalui saluran-saluran,Yaitu perkawinan pendidikan dakwah kesenian ajaran
tasawuf.
Proses penyebaran Islam di Indonesia pastinya memiliki beberapa pendapatan teori-teori ada beberapa
pendapat dari pakar mengenai masuknya agama islam ke Indonesia

hoesein Djajadiningrat,soetjipto wirjosoeparto,snouck Hurgronje dan moquette.

Rumusan masalah

1.Apa saja teori masuknya agama Islam di Indonesia?

2.Darimana saja bukti-bukti awal masuknya Islam di Indonesia?

3.siapa saja penyebar agama Islam di Indonesia?

4. proses apa saja penyebaran agama islam di Indonesia?

5.Dimana saja perkembangan penyebaran Islam di berbagai daerah

Tujuannya

1.untuk mengetahui teori masuknya agama islam di Indonesia menurut beberapa pendapat

2.untuk mengetahui bukti-bukti apa saja awalnya masuknya islam di Indonesia

3.untuk mengetahui siapa saja penyebar agama islam di Indonesia

4.untuk mengetahui proses penyebaran islam di Indonesia selain melalui perdagangan juga melalui
saluran-saluran lain

5.untuk mengetahui perkembangan penyebaran islam di berbagai daerah

6.membahas pengaruh agama dan budaya islam di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai