Anda di halaman 1dari 17

Sejarah Masuknya Islam di

Nusantara dan Tata Cara Berbagai


Macam Sholat Sunah

Diajukan Untuk Memenuhi


Tugas Mata Kuliah

Kurikulum PAI di SMP

Oleh :
Wawan Seftiawan
Semester III

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


BREBES
2013
SEJARAH ISLAM DI NUSANTARA

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai
pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah
ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian,
terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan
menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan
cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk
kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di
Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang
asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa
dan Gresik di Jawa.
Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari
Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan,
tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian,
agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para
pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh
wilayah Indonesia.
Pengaruh adanya perdagangan lintas negara tersebut sangat
mempengaruhi pola pikir masyarakat nusantara mulai dari pendidikan, pola hidup
dan adat istiadat.
SEJARAH MASUKNYA ISLAM
KE NUSANTARA
A.  Penyebaran Islam di Nusantara
Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai
saat ini.Fokus diskusi mengenai kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar
pada tiga temautama, yakni tempat asal kedatangannya, para pembawanya, dan
waktu kedatangannya. Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh
Indonesia, di kalangan parasejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur
Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. Pertama, teori Gujarat,
India. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para
pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. 1[1] Kedua, teori Makkah.
Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para
pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori Persia. Islam tiba di
Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannyas
inggah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M, Melalui
Kesultanan Tidore yang juga menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17 M,
jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai Semenanjung Onindi
Kabupaten Fakfak, Papua Barat.
Jikalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa Islam masuk di Indonesia
mulai abad 13 adalah tidak benar, Hamka berpendapat bahwa pada tahun 625 M
sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa
Arab yang telah bermukimdi pantai Barat Sumatra (Barus).
Pada saat nanti wilayah Barus ini akan masuk kewilayah kerajaan
Sriwijaya. Pada tahun 674 M, semasa pemerintahan Khilafah Islam Utsman bi
Affan, memerintahkan mengirimkan utusannya (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke
tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil kunjungan
duta Islam ini adalah raja Jay Sima putra ratu Sima dari Kalingga masuk Islam.
Pada tahun 718 M, Raja Srivijaya Sri Indravarman setelah kerusuhan Kanton juga
masuk Islam pada masa kholifah Umar binAbdul Aziz (Dinasti Umayyah).2[2]

2
Masuknya Islam ke Indonesia menurut ahli sejarawan mempunyai tiga
teori dan di dukung dengan bukti tentang munculnya metode tersebut. Berikut
bukti tiga metode itu tersebut sebagai bukti bahwa islam sudah masuk ke
Indonesia.

1.    Teori Gujarat


Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam
di Indonesia. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur
Indonesia –Cambay – Timur Tengah – Eropa. Adanya batu nisan Sultan Samudra
Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. Batu nisan
makam Malik Ibrahim di Gresik, Jawa Timur, bertahun 1419 M; batu nisan
tersebut diduga diimpor dari Cambay, Gujarat, India.

Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan


Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan
perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan
Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia
(Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan
bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak
pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.3[3]

2.    Teori Makkah


Teori Makkah, Islam yang masuk dan berkembang di Indonesia
berasal dari Jazirah Arab atau bahkan dari Makkah pada abad ke-7 M,
pada abad pertama Hijriah. Pendapat ini adalah pendapat Hamka, salah
seorang tokoh yang pernah dimiliki Muhammadiyah dan mantan ketua MUI
periode 1977-1981. Hamka yang sebenarnya bernama Haji Abdul Malik bin
Abdil Karim mendasarkan pendapatnya ini pada fakta bahwa mazhab yang
berkembang di Indonesia adalah mazhab Syafi’i.

3
Menurutnya, mazhab Syafi’i berkembang sekaligus dianut oleh
penduduk di sekitar Makkah. Selain itu, yang tidak boleh diabaikan adalah fakta
menarik lainnya bahwa orang-orang Arab sudah berlayar mencapai Cina pada
abad ke-7 M dalam rangka berdagang. Hamka percaya, dalam perjalanan inilah,
mereka singgah di kepulauan Nusantara saat itu4[4]
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap
teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori
ini adalah: Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 M, di pantai barat Sumatera sudah
terdapat perkampungan Islam (Arab), dengan pertimbangan bahwa pedagang
Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga
sesuai dengan berita Cina. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab
Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir
dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi. Raja-raja
Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari
Mesir dan Arab.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold.
Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri
kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya
yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah
bangsa Arab sendiri.5[5]
3.    Teori Persia
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya
masyarakat Islam Indonesia seperti:

a.    Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu
Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro. Dasar Teori

5
Persia Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 M, dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran).
b.    Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al – Hallaj.
c.    Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-
tanda bunyi Harakat.
d.   Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e.    Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. P.A. Hussein
Jayadiningrat. salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A.
Hussein Jayadiningrat. 6[6]
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran
dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan
bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan
mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam
penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).

B.  Masa kolonial


Pada abad ke-17 M, atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke
Nusantara untuk berdagang, namun pada perkembangan selanjutnya mereka
menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya,
VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat
itu antara kerajaan-kerajaanIslam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi
atau kerja sama. Hal ini yangmenyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.
Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan
antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan
oleh para ulamasaat itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah
pesantren menjadi markasperjuangan, para santri (peserta didik pesantren)
menjadi jundullah (pasukan Allah) yangsiap melawan penjajah, sedangkan
ulamanya menjadi panglima perang. Potensi-potensitumbuh dan berkembang di
abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah.Ini dapat dibuktikan
dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya

6
berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad melawan
penjajahBelanda. Belanda mengalami kewalahan yang akhirnya menggunakan
strategi-strategi:
1.    Politik devide et impera, yang pada kenyataannya memecah-belah atau mengadu
domba antara kekuatan ulama dengan adat, contohnya perang Padridi Sumatera
Barat dan perang Diponegoro di Jawa.
2.    Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar, seorang
Guru Besar ke-Indonesiaan di Universitas Hindia Belanda, yang juga seorang
orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah. Dia berpendapat agar
pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah
mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara atau sampai melakukan politik praktis.
Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya adalah
pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji, karena
pada saat itulah terjadi pematangan pejuangan terhadap penjajahan.
Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan
oleh Jamal-al-Din Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau
yang belajar diKairo, Mesir banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut,
diantara mereka ialah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim Amrullah.
Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-
sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatera
Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin Jalaluddin menerbitkan koran
pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian,di Padang terbit koran
dwi-mingguan al-Munir.7[7]

PENGARUH ISLAM
DALAM BERBAGAI ASPEK KEHIDUPAN
A.  Demografi
Sebagian besar ummat Islam di Indonesia berada di wilayah Indonesia
bagian Barat, seperti di pulau Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan.
Sedangkan untuk wilayah Timur, penduduk Muslim banyak yang menetap di

7
wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Utara dan enklave tertentu
di Indonesia Timur seperti Kabupaten Alor, Fakfak, Haruku, Banda, Tual dan
lain-lain. Pengadaan transmigrasi dari Jawa dan Madura yang secara besar-
besaran dilakukan oleh pemerintahan Suharto selama tiga dekade ke wilayah
Timur Indonesia telah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk Muslim
disana. Untuk pertama kalinya,pada tahun 1990an ummat Kristen menjadi
minoritas di Maluku. Kebijakan transmigrasi ini, yang telah melebarkan
kesenjangan sosial dan ekonomi, mengakibatkan sejumlah konflik di Maluku,
Sulawesi Tengah, dan sebagian wilayah Papua. 8[8]
B.  Arsitektur
Islam sangat banyak berpengaruh terhadap arsitektur bangunan di
Indonesia. Rumah Betawi salah satunya, adalah bentuk arsitektur bangunan yang
banyak dipengaruhi oleh corak Islam. Pada salah satu forum tanya jawab di situs
Era Muslim, disebutkan bahwa Rumah Betawi yang memiliki teras lebar, dan ada
bale-bale untuk tempat berkumpul, adalah salah satu ciri arsitektur peradaban
Islam di Indonesia. Masjid adalah tempat ibadah Muslim yang dapat dijumpai
diberbagai tempat diIndonesia. Menurut data Lembaga Ta'mir Masjid Indonesia,
saat ini terdapat 125 ribu masjid yang dikelola oleh lembaga tersebut, sedangkan
jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004,
jumlah masjid di Indonesia sebanyak 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari
data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan
mushala di Indonesia saat ini antara 600-800 ribu buah. 9[9]
C.  Pendidikan
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam yang ada di
Indonesia dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem
pendididikan paling tua di Indonesia. Selain itu, dalam pendidikan Islam di
Indonesia juga dikenal adanya Madrasah Ibtidaiyah (dasar), Madrasah
Tsanawiyah (lanjutan), dan Madrasah Aliyah (menengah). Untuk tingkat
universitas Islam di Indonesia juga kian maju seiring dengan perkembangan

9
t5fzaman, hal ini dapat dilihat dari terus beragamnya universitas Islam. Hampir
disetiap provinsi di Indonesia dapat dijumpai Institut Agama Islam Negeri serta
beberapa universitas Islam lainnya.

KESIMPULAN
1.    Dari pembahas di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah Islam masuk ke
Indonesia mempuyai tiga teori :
Teori pertama : Yaitu teori Gujarat, India, Islam di percayai datang dari
wilayah Gujarat (India), melalui peran para pedagang muslim India sekitar abad
ke 13 M.
Teori Kedua : Yaitu teori Makkah, Islam dipercayai masuk ke Indonesia
langsung dari Timur Tengah melalui jara pedagang muslim arang sekitar abad ke
7 M.

Teori Ketiga : Yaitu teori Persia, Islam tiba di Indonesia melalui peran
para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah di Gujarat sebelum
ke Nusantara sekitar abad ke 13 M.

2.    Islam juga sangat mempengaruh pola hidup mayarakat nusantara, sebagai bukti
yaitu dari segi infrastrutur bangunan yang banyak meniru infrastruktur Timur
Tengah dan dalam segi adatnya.
Pengaruh islam juga terasa dalam segi pendidikan di Indonesia, banyak
bermunculan pendidikan Islam di Indonesia salah satunya adalah Pesantren.
Pesantren adalah salah satu sistem pendidikan Islam di Indonesia dengan ciri yang
khas dan unik, juga di anggap sebagai instansi pendidikan tertua di Indonesia.

MACAM-MACAM SHOLAT SUNNAH DAN TATA CARA


PELAKSANAANNYA

A. Pengertian Sholat Sunnat dan Dalilnya


Sholat sunnat adalah sholat yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila
ditinggalkan tidak berdosa. Adapun keutamaan kita mengerjakan sholat sunnat ini
adalah dapat menambah kekurangan yang mungkin terjadi ketika kita
mengerjakan sholat fardhu.
Dimana Allah berfirman dalam surat Hud ayat 114.
Artinya : “Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan malam) dan
pada bagian permulaan dari pada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan buruk, itulah peringatan
bagi orang-orang yang ingat.
B. Macam-macam Sholat Sunnat dan Pengertiannya
Secara umum sholat sunnat dibagi dalam 2 kelompok yaitu :
a. Sholat Sunnat Matlali yaitu sholat sunnat yang rakaatnya tidak dibatasi.
Adapun yang tergolong dalam sholat matlali yaitu :
1. Sholat Tarawih yaitu sholat sunnat yang dikerjakan pada malam hari selama
bulan ramadhan.
2. Sholat Witir yaitu sholat sunnat yang dikerjakan pada malam hari dengan
bilangan ganjil waktunya sesudah isya sampai fajar.
3. Sholat Tahajud yaitu sholat sunnat yang dikerjakan pada malam hari setelah
sholat pisya sampai menjelang subuh.
4. Sholat Dhuha yaitu sholat yang dilakukan pada waktu dhuha.
5. Sholat Hajat yaitu sholat sunnat yang dikerjakan untuk memohon
tercapainya maksud dan keinginan dengan izin Allah.
b. Sholat Sunnat Muqayyad yaitu sholat sunnat yang jumlah rakaatnya
mempunyai batasan. Yang termasuk dalam sholat muqayyad ini adalah :
1. Sholat sunnat rawatib yaitu sholat yang menyertai sholat fardhu. Sholat
rawatib dibagi 2 yaitu :
a. Sholat sunnat yang dikerjakan sebelum sholat fardhu “qobliyah”
b. Sholat sunnat yang dikerjakan setelah sholat fardhu “ba’diyah”
2. Sholat iedain yaitu sholat sunnat hari raya yaitu idul fitri dan idul adha.
3. Sholat khusuf yaitu sholat yang dikerjakan ketika terjadi gerhana bulan.
4. Sholat kusuf yaitu sholat sunnat yang dikerjakan ketika gerhana matahari.
5. Sholat tahiyatul masjid yaitu sholat yang dikerjakan ketika memasuki
masjid.
6. Sholat ististqa yaitu sholat sunnat memohon turunnya air hujan.
7. Sholat sesudah wudhu yatiu sholat sunnat yang dilakukan setelah
mengambil air wudhu.
8. Sholat istikharah yaitu sholat sunnat yang dikerjakan untuk memohon
petunjuk Allah atas beberapa pilihan.
C. Tata Cara Sholat Sunnat
Sholat sunnat ini banyak sekali macamnya dan setiap macam sholat ini
mempunyai waktu dan tata cara yang berbeda. Allah berfirman dalam surat An-
Nisaa’ ayat 105.
Artinya : “Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang sudah ditentukan
waktunya atas orang-orang yang beriman”.
1. Rawatib. Sholat ini dikerjakan mengiringi sholat fardhu.
a. Sholat sunnat rawatib muakad (sangat penting) yaitu :
1. 2 rakaat sebelum dan sesudah dzuhur
2. 2 rakaat sebelum maghrib
3. 2 rakaat sebelum isya dan
4. 2 rakaat sebelum subuh
b. Sholat sunnat rawatib bukan muakad (kurang penting) yaitu :
1. 2 rakaat sebelum dzuhur(tambahan menjadi 4)
2. 2 rakaat sesudah dzuhur (tambahan menjadi 4)
3. 4 rakaat sebelum ashar
4. 2 rakaat sebelum maghrib dan
5. 2 rakaat sebelum isya
2. Sholat sunnat tahajud
Dikerjakan pada malam hari setelah kita bangun dari tidur dan tidak sah sholat
ini dikerjakan apabila belum tidur. Sholat ini mulai dari waktu subuh yang
jumlah rakaatnya paling sedikit 2 rakaat. Allah berfirman dalam surat Bani
Israil ayat 79.
Artinya : “Hendaknya engkau gunakan sebagian waktu malam itu untuk sholat
tahajud, sebagai sholat sunnat untuk dirimu. Mudah-mudahan Tuhan akan
membangkitkan engkau dengan kedudukan yang baik.
3. Sholat Tarawih
Sholat sunnat ini dikerjakan pada malam ramadhan. Waktunya dari isya sampai
fajar, jumlah bilangan rakaatnya 8, 20 dan 36 rakaat.
4. Sholat Witir
Dikerjakan sesudah isya sampai waktu fajar yang bilangan rakaatnya ganjil
paling sedikit 1 rakaat boleh 3,5,7,9 dan paling banyak 11.
5. Sholat Iedain (sholat 2 hari raya)
a. Idul Fitri, dikerjakan pada tanggal 1 syawal waktunya pagi hari setelah
matahari terbit. Jumlah bilangan rakaatnya 2 rakaat yang terdiri dari 7 kali
takbir pada rakaat pertama dan 5 kali takbir pada rakaat kedua.
b. Sholat Idul Adha, waktu pelaksanaan idul adha ini yaitu pagi setelah
matahari terbit pada tanggal 10 dzulhijah dengan bilangan rakaat 2
rakaat,dimana caranya sama dengan sholat idul fitri.
6. Sholat Khusuf dan kusuf
Dikerjakan karena terjadi gerhana bulan dan matahari yang hukumnya sunnat
muakad dengan jumlah bilangan rakaatnya 2 rakaat. Caranya :
a. Berdiri lalu berniat
b. Membaca alfatiha dan surat
c. Ruku lalu berdiri kembali
d. Membaca al-fatiha dua dan surat
e. Ruku lalu i’tidal
f. Salam
7. Sholat tahiyatul Masjid
Dikerjakan ketika masuk masjid dengan 2 rakaat.
8. Sholat Istisqa
Dikerjakan boleh siang boleh malam jumlah rakaatnya 2 rakaat dilanjutkan
khutbah.
9. Sholat Istikharah, sholat ini dikerjakan boleh malam boleh siang dengan
jumlah bilangan rakaatnya 2 rakaat.
10. Sholat dhuha
dikerjakan kertika tergelincirnya matahari terbit setinggi tonggak sampai
tergelincirnya disiang hari antara pukul 08.00 – 11.00 bilangan rakaatnya
paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak 8 rakat.
11. Sholat Hajat
Dikerjakan pada malam hari paling sedikit 2 rakaat.

KESIMPULAN
Dari hasil pembacaan tentang macam-macam dan tatacara sholat ini dapat kami
simpulkan bahwa sholat adalah salah satu ibadah yang tersusun dari berbagai
perbuatan dan ucapan yang dimulai dari takbiratur ihram dan diakhiri dengan
salam. Sholat sunnat ini apabila dikerjakan berpahala dan apabila tidak dikerjakan
tidak berdosa.
Sholat sunnat ini ada yang bersifat sholat sunnat harian dan tahunan, dimana
sunnat harian berjumlah 34 rakaat : 8 rakat (rawatib), 8 rakaat (sholat malam), 2
rakaat (sholat syafa(genap), 1 rakaat (witir) dan 2 rakaat (fajar). Sedangkan sholat
sunnat tahunan terdiri dari sholat tarawih dan iedain.
Banyak sekali manfaat yang bisa kita dapatkan dari mengerjakan sholat sunnat ini.
Diantaranya akan diangkat derajat kita, dikabulkan do’a-do’a kita dan kita akan
menjadi orang yang beruntung.

PENUTUP
Demikianlah apa yang bisa kami paparkan dan kami sampaikan terkait
dengan makalah yang kami sajikan dalam memenuhi tugas mata kuliah
Kurikilum PAI di SMP yang dibimbing oleh Ibu dosen : Musriah, M.Pd.I.
Semoga dan mudah-mudahan apa yang saya tulis dan paparkan dalam makalah ini
dapat memberi manfaat, maslahat dan faedahnya. Dan dengan segala kerendahan
hati, barang kali banyak hal dan kekurangan yang perlu diperbaiki serta dibenahi,
tentunya kritik dan saran serta koreksi sangat saya harapkan. Dengan kajian dan
pembahasan ini pula saya berharap semoga dan mudah-mudahan diberi oleh Allah
suatu anugerah terbukanya hati. Dan ada kurang lebihnya mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Akhiru qouli hadza wal’afu mingkum.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.

DAFTAR PUSTAKA

Riawati, Dhevi, Sejarah Masuknya Islam di Indonesia.


http://www.scribd.com/doc/42724944/Makalah-Sejarah-Masuknya-
Islam
Mujahid, Abu, Menyelisik Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia.
http://kaahil.wordpress.com/2012/10/08/bagus-teori-makalah-bukti-
sejarah-proses-masuknya-islam-ke-nusantara-indonesia-benarkah-
islam-dibawa-pedagang-gujaratarab/
Gunawan Misbah, Masuknya Islam Ke Indonesia_Islam In Indonesia.
http://www.slideboom.com/presentations/513841/MASUKNYA-
ISLAM-KE-INDONESIA_ISLAM-IN-INDONESIA
Ayyub, Syaikh Hasan. 2003. FIQIH IBADAH. Jakarta : Pustaka Al-Kausar
Muhalli,
Ahmad Mudjab. 2003, HADIST-HADIST MUFTARAQ ALLAH. Jakarta :
Kencana
Masyhul,
Syeh Mustofa. 1997. BERJUMPA ALLAH LEWAT SHOLAT. Jakarta : Gemma
Insani Press,
Muqhniyah, Muhammad Jawad. 1995. FIQIH JA’FARI. Jakarta : Lentera
Wihami, Retno. S.S. 2006. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Bogor
CV Biria Pustaka

Anda mungkin juga menyukai