Anda di halaman 1dari 6

Sistem Pendidikan Islam Di Keluarga Bagi Anak Wanita

A. PENDAHULUAN

Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-agama
sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hambaNya.
Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah
hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu
tidak ada suatu agama pun yang diterima selain Islam. Allah ta’ala berfirman,
Artinya “Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan
Aku telah cukupkan nikmat-Ku atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi
agama bagi kalian.” (QS. Al Maa’idah: 3)

Rasulullah bersabda, ”Barangsiapa mempunyai anak perempuan, tidak


dikuburkannya anak itu hidup-hidup, tidak dihinakannya, dan tidak dilebihkannya
anaknya laki-laki dari perempuan itu, maka Allah memasukannya ke dalam surga
dengan sebab dia.” (HR Abu Dawud). Di masa Rasulullah, ada seorang ibu
miskin membawa kedua putrinya kehadapan Aisyah. Aisyah kemudian
memberinya tiga kurma. Ibu miskin ini membagikan masing-masing satu kurma
untuk anaknya dan sisanya untuk dirinya. Kedua anaknya makan dengan sangat
lahap. Ketika sang ibu hendak memakan kurmanya, tiba-tiba kedua anaknya
mencegahnya. Melihat kedua putrinya masih lapar, ibu miskin itu tidak memakan
kurmanya dan malah membagi kurma menjadi dua bagian untuk masing-masing
anaknya.

Aisyah mengadukan hal ini pada Rasulullah yang lalu bersabda,


”Barangsiapa yang ada padanya tiga orang anak perempuan dia bersabar dalam
mengasuhnya, dalam susahnya dan dalam senangnya, dia akan dimasukkan Allah
ke dalam surga, karena rahmat Allah terhadap anak-anak itu.”Seorang laki-laki
kemudian bertanya, ”Bagaimana kalau hanya dua, ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, ”Dan berdua pun begitu juga.” Datang pula seorang laki-laki
bertanya, ”Bagaimana kalau hanya satu orang?” Beliau menjawab, ”Satu orang
pun begitu juga!” (HR Al Hakim dari Abu Hurairah).

Dari hadis Rasulullah tersebut kita memahami betapa Islam sangat


memuliakan anak perempuan. Seorang anak perempuan yang diasuh, dididik,
dibina, diberikan penghidupan layak, tak dibedakan dengan anak laki-laki,
tumbuh menjadi sosok solihah mampu membawa kedua orang tuanya ke surga.

Rasulullah secara khusus bersabda pada umatnya tentang keberuntungan


anak perempuan dan memiliki saudara atau kerabat perempuan. ”Barang siapa
yang mengeluarkan belanja untuk dua anak perempuan, atau dua saudara
perempuan, atau kaum kerabat perempuan yang patut disediakan belanja untuk
keduanya, sehingga keduanya diberi Allah kecukupan atau kemampuan, jadilah
keduanya itu dinding (pelindung) dari neraka.” (HR. Ibnu Hibban dan At
Thabrani).

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadi manusia yang baik (insan
kamil). Pendidikan dalam Islam dapat dilihat dari makna yang terkandung dalam
istilah tarbiyah yang berarti pengasuhan, pendidikan, ta’lim pengajaran ‘ilmu, atau
ta’dib yang berarti penanaman ilmu dan adab.
B. Sistem Pendidikan Islam

Islam dikenal sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Namun Islam bukanlah hasil ijtihad atau pemikiran beliau saw. Akan tetapi
langsung berasal dari Allah SWT. Di antara agama (syariat) yang pernah
diturunkan Allah, Islam adalah yang agama terakhir yang paling sempurna seperti
firman Allah SWT, “Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan
telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Kuridloi Islam itu menjadi
agama bagimu.” (Qs. Al-Maidah [5]: 3).

Kesempurnaan Islam ditandai antara lain dengan ketercakupan semua


aktivitas manusia di semua aspek kehidupan di dalam aturan-aturannya, juga
kemampuan Islam memecahkan semua masalah yang muncul di dalamnya. Tidak
ada satu perbuatan manusia pun yang tidak ada aturannya dalam Islam.

Di dalam Islam telah ditetapkan bahwa setiap amal perbuatan harus terikat
dengan aturan Islam. Firman Allah SWT, Artinya:“Apa yang diberikan Rasul
kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah.”(Qs. Al-Hasyr [59]: 7).
Sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak
didasarkan pada perintah kami, maka tertolak.”

Dengan demikian, sistem pendidikan Islam harus mengikatkan setiap


aktivitasnya dengan aturan-aturan Islam yang telah diterangkan dalam Al-Quran
dan Hadits , termasuk juga aktivitasnya dalam membentuk generasi muslim yang
berkualitas.

C. Sistem Pendidikan Islam Di Keluarga


Pendidikan islam dalam keluarga adalah pendidikan pertama dan terutama
bagi anak. Pendidikan islam di keluarga bertujuan membentuk fondasi
kepribadian Islam pada anak, yang akan dikembangkan setelah anak masuk
sekolah. Pendidikan dilaksanakan sesuai tahap perkembangan anak.
Ahmad Zaki Shaleh membagi lima fase perkembangan anak sebelum
baligh yaitu:
1. Fase prenatal (sebelum lahir)
2. Masa bayi (0 – 2 tahun)
3. Masa awal kanak-kanak (3 – 5 tahun)
4. Pertengahan masa kanak-kanak (6 – 10 tahun)
5. Akhir masa kanak-kanak (10 – 14 tahun)
Keberhasilan pendidikan anak sampai masa awal kanak-kanak (balita)
terutama ditentukan oleh pihak keluarga, karena banyak dilakukan oleh keluarga
dan dalam lingkungan keluarga. Sedangkan mulai pada masa pertengahan kanak-
kanak, anak mendapatkan pendidikan di sekolah maka strategi pendidikan yang
diterapkan negaralah terutama menentukan pencapaian tujuan pendidikan anak
sesuai yang digariskan Islam. Selain keluarga dan negara, pihak lain yang
berperan dalam pendidikan anak adalah masyarakat.
Pada fase prenatal terjadi pertumbuhan yang penting di dalam rahim ibu.
Suasana kesehatan dan kejiwaan ibu sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam rahimnya. Rangsangan yang diberikan ibu kepada
anaknya dalam rahim sangat penting bagi perkembangan selanjutnya. Ibu
sebaiknya mengaktifkan komunikasi dengan anak sejak dalam rahim. Memasuki
bulan keenam dan ketujuh masa kehamilan, bayi mulai mendengar suara-suara
seperti detak jantung ibu, suara usus dan paru-paru, dan juga suara lain di luar
rahim. Semua itu didengarkan melalui getaran ketuban yang ada dalam rahim.
Suara ibu adalah suara manusia yang paling jelas didengar anak, sehingga suara
ibu selalu menjadi suara manusia yang paling disukai anak. Anak menjadi tenang
ketika ibunya menepuk-nepuk perutnya sambil membisikkan kata manis. Hal ini
akan menggoreskan memori di otak anak. Semakin sering hal itu diulang semakin
kuat guratan itu pada otak anak. Kemampuan mendengar ini sebaiknya digunakan
oleh ibu untuk membuat anaknya terbiasa dengan ayat-ayat al-Qur’an. Karena
suara ibulah yang paling jelas, maka yang terbaik bagi anak dalam rahim adalah
bacaan ayat al-Qur’an oleh ibunya sendiri, bukan dari tape atau radio atu dari
yang lain. Semakin sering ibu membaca al-Qur’an selama kehamilan semakin
kuatlah guratan memori al-Qur’an di otak anak.
Masa 0 – 2 tahun didominasi oleh aktivitas merekam sedang masa 3 – 5
tahun didominasi oleh aktivitas merekam dan meniru. Pada masa sekarang,
umumnya perkembangan anak lebih cepat sehingga aktivitas meniru muncul lebih
cepat. Pada masa-masa inilah lingkungan keluarga memberikan nilai-nilai
pendidikan lewat kehidupan keseharian. Semua orang yang berada di lingkungan
keluarga harusnya memberikan perlakuan dan teladan yang baik secara konsisten.
Ketika anak sudah mulai bermain ke luar rumah pada masa 3 – 5 tahun keluarga
harus sudah bisa membentengi anak dari nilai-nilai atau contoh-contoh buruk
yang ada di luar rumah.
Menurut Fatima Hareen (1976), masa 3-10 tahun merupakan fase-fase
cerita dan pembiasaan. Pada saat inilah terdapat lapangan yang luas bagi orangtua
untuk menggali cerita-cerita AlQur’an dan sejarah perjuangan Islam. Anak
mengenali sifat-sifat pemberani, jujur, dan mulia dari pejuang-pejuang Islam.
Masa 6 – 10 tahun adalah masa pengajaran adab, sopan santun, dan sifat-
sifat ahlaq. Juga merupakan masa pelatihan pelaksanaan kewajiban-kewajiban
muslim seperti sholat dan shaum.
Rasulullah Saw bersabda:“Apabila anak telah mencapai usia 6 tahun,
maka hendaklah ia diajarkan adab dan sopan santun.” [HR. Ibnu Hibban].
“Suruhlah nak-anakmu mengerjakan sholat pada usia 7 tahun dan pukullah
mereka pada usia 10 tahun bila mereka tidak sholat, dan pisahkan mereka dari
tempat tidurnya (laki-laki dan perempuan).” [HR. al-Hakim dan Abu Dawud].
Masa akhir anak-anak (10-14 tahun) merupakan rentang usia di mana
anak-anak umumnya memasuki masa baligh. Jadi masa ini anak-anak sudah dekat
sekali atau bahkan sudah baligh. Karenanya pada masa ini pemberian tugas sudah
harus dilengkapi dengan sanksi apabila mereka tidak menjalankan tugas yang
diberikan. Setelah usia 10 tahun, walaupun mereka belum baligh, kita sudah harus
memukul mereka agar mereka menjadi lebih disiplin dalam menjalankan sholat.
Tentunya nasehat dalam bentuk verbal juga tidak ditinggalkan.
Dari proses pendidikan yang digambarkan di atas dapat difahami bahwa
sesungguhnya ibu bukan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab akan
pendidikan anak di dalam keluarga. Namun memang tidak dapat disangkal bahwa
ibu adalah pihak yang paling dominan pengaruhnya dalam keberhasilan
pendidikan anak karena ialah orang yang pertama kali memberi warna pada anak.
Selain itu ibu adalah pihak yang paling dekat dengan anak sehingga dialah yang
paling mudah berpengaruh pada anak. Tidak aneh ketika Islam menempatkan ibu
sebagai suatu posisi utama bagi seorang wanita. Tugas-tugas sebagai seorang ibu
harus didahulukan pelaksanaannya apabila berbenturan dengan pelaksanaan
dengan aktivitas lain.
D. KESIMPULAN
Sistem pendidikan Islam dalam keluarga sangat penting, karena keluarga
adalah dasar dari sebuah pendidikan yang berkelanjutan, yang bertujuan untuk
membentuk manusia yang memiliki kepribadian Islam.
Pendidikan Islam tidak hanya menekankan pada aspek kognitif (ta’lim) dan
meninggalkan aspek afektif (amal dan akhlaq). Pendidikan yang terlalu
intelektualistis juga bertentangan dengan fitrah. Al-Qur’an mensyaratkan agar
berfikir didahului oleh dzikir.
Menurut Imam al-Ghazzali manusia yang gila amal tapi tanpa ilmu itu sombong,
dalam pendidikan Islam keimanan harus ditanamkan dengan ilmu, ilmu harus
berdimensi iman, dan amal harus berdasarkan ilmu.

Anda mungkin juga menyukai