Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam islam memperoleh tempat dan posisi yang sangat tinggi,
karena melalui pendidikan orang dapat memperoleh ilmu, dan dengan ilmu orang
dapat mengenal Tuhannya, mencapai ma’rifatullah, peribadatan sesorang juga
akan hampa jika tidak dibarengi dengan ilmu. Karena ilmu sangat menentukan,
maka pendidikan menjadi sangat penting.

Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang pertama dimana anak


mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tentang agama dari orang tua,
sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam
keluarga.

Keluarga adalah wadah yang pertama dan utama untuk tempat perkembangan
seorang anak sejak dilahirkan sampai proses pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani. Oleh karena itu, di dalam keluargalah dimulainya pembinaan
nilai-nilai akhlak karimah (mulia) ditanamkan bagi semua anggota keluarga.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Defnisi Pendidikan Islam!


2. Jelaskan Pengertian Keluarga!
3. Jelaskan Peran Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam Pembinaan
Akhlak Mulia Anak!
4. Jelaskan Metode Pendidikan Islam dalam membina Akhlak Mulia Anak!
5. Jelaskan Urgensi Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam
Pembinaan Akhlak Mulia Anak!
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui defnisi Pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui pengertian Keluarga
3. Untuk mengetahui Peran Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam
Pembinaan Akhlak Mulia Anak!

1
4. Untuk mengetahui Metode Pendidikan Islam dalam membina Akhlak Mulia
Anak!
5. Untuk mengetahui Urgensi Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam
Pembinaan Akhlak Mulia Anak!

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam


Kata ‘’Pendidikan’’ berasal dari bahasa Yunani, yakni paedagogie yang
merupakan kata majemuk yang terdiri atas kata paes dan ago. Kata paes berarti
anak dan kata ago berarti aku membimbing. Dalam bahasa Indonesia kata
pendidikan tersebut berasal dari kata ‘’didik’’ yang didahului awalan ‘’pe’’ dan
akhiran ‘’an’’ yang mengandung arti perbuatan, hal, cara, dan sebagainya. Dalam
bahasa Inggris disebut dengan education. Dan dalam bahasa Arab disebut dengan
al-Tarbiyah, yang pada hakekatnya berarti pengarahan. Arti pendidikan yang
dikemukakan di atas, baik dalam bahasa Yunani, bahasa Indonesia, bahasa Inggris
dan bahsa Arab, bila kesemuanya dikaitkan antara satu dan lainnya, memiliki
makna yang identik, yakni pada intinya pendidikan secara etimologi adalah
bimbingan atau pengarahan.

Dari pengertian pendidikan secara etimologi tersebut maka dapat dipahami


bahwa dalam prakteknya pendidikan selalu dihubungkan dengan anak,
maksudnya anaklah yang menjadi objek didikan. Yakni mendidik anak dalam arti
membimbingnya dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, maka pendidikan
berarti, segala usaha sesorang kepada orang lain untuk menjadikannya lebih
dewasa dan berkembang secara jasmaniyah dan rohaniyah.

Menurut Zuhairini, yang dikutip oleh Muhaimin menjelaskan bahwa dalam


Islam pada mulanya pendidikan disebut dangan kata “ta’lim” dan “ta’dib”
mengacu pada pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-unsur
pemgetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pembimbingan yang baik (tarbiyah).
Sedangkan menurut Langgulung (1997), pendidikan Islam itu setidak-tidaknya
tercakup dalam delapan pengertian, yaitu al-Tarbiyah al-Diniyah (pendidikan
keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-Ta’lim al-Diny (pengajaran
keagamaan), al-Ta’lim al-Islamy (pengajaran keislaman), tarbiyah al-Muslimin
(pendidikan orang-orang Islam), al Tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam),

3
al-Tarbiyah ‘inda almuslimin (pendidikan di kalangan orang-orang Islam), dan
al-Tarbiyah al- Islamiyah (pendidikan Islam).1

B. Pengertian Keluarga

Dalam Islam, keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, ali, dan nasb.
Keluarga dapat diperoleh melalui keturunan (anak,cucu), perkawinan (suami,
istri), persusuan dan pemerdekaan. Keluarga dalam pandangan antropologi adalah
suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial
yang memiliki tempat tinggal dan ditandai oleh kerja sama, ekonomi,
berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan sebagainya. Inti keluarga
adalah ayah, ibu, dan anak.2

Sebagai pendidik anak-anaknya, ayah dan ibu mempunyai kewajiban dan


memiliki bentuk yang berbeda karena keduanya berbeda kodrat. Ayah
berkewajiban mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya melalui
pemanfaatan karunia Allah SWT. di muka bumi (QS. Al-jumu’ah: 10), dan
selanjutnya dinafkahkan pada anak-istrinya (QS. Al-Baqarah: 228, 233).
Kewajiban ibu adalah menjaga, memelihara, dan mengelola keluarga di rumah
suaminya, terlebih lagi mendidik dan merawat anaknya. Dalam sabda Nabi SAW.
dinyatakan: ‘’ Dan perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan
ditanyai dari pimpinannya itu’’.(H.R.Bukhari Muslim).

Anak merupakan amanat Allah SWT. bagi kedua orang tuanya. Ia mempunyai
jiwa yang suci dan cemerlang, apabila ia sejak kecil dibiasakan baik, dididik dan
dilatih dengan kontinu, maka ia akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
baik pula. Sebaliknya, apabila ia dibiasakan berbuat buruk, nantinya ia akan
terbiasa berbuat buruk pula dan menjadikan ia celaka dan rusak. 3

Anak adalah anggota keluarga, dimana orang tua adalah pemimpin keluarga,
sebagai penanggung jawab atas keselamatan warganya di dunia dan khususnya di
akhirat. Maka orang tua wajib mendidik anak-anaknya.4
1
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002) h. 36
2
Ibid h. 226
3
Ibid
4
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2001) h. 177

4
Allah SWT. berfirman dalam surah At-Tahrim: 6:

Artinya:‘’Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan’’.

Ayat di atas menunjukkan bahwa memberikan pendidikan kepada anggota


keluarga merupakan kewajiban agar terhindar dari siksa api neraka. Hal ini
melindungi diri dari kehancuran juga melindungi keluarga dari api neraka.
Sebagaimana dibutuhkan perlindungan hari akhirat maka, lebih dibutuhkan
perlindungan pada masa kehidupan di dunia karena yang kita tanamkan pada masa
hidup di dunia, akan dipetik hasilnya di akhirat.

C. Peran Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam Pembinaan Akhlak


Mulia Anak

Pada prinsipnya, pendidikan anak dalam Islam hendaknya dimulai sedini


mungkin. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW.,‘’ Suruhlah anak-anak kamu
Shalat jika mereka berumur tujuh tahun. Lalu, pukullah mereka jika telah berumur
sepuluh tahun (dan masih tidak melakukannya).’’ Pendidikan sejak dini akan
menanamkan kebiasaan dalam diri anak, yang akan mendukung kesadaran penuh
jika anak telah mencapai tingkat balignya.

Untuk itu, seorang guru atau orang tua harus tahu yang diajarkan kepada
seorang anak serta metode yang telah dituntunkan oleh Rasulullah SAW.
Beberapa tuntunan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Menanamkan Tauhid dan Akidah yang Benar Kepada Anak

Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam.
Apabila seseorang benar tauhidnya, dia akan mendapatkan keselamatan di
dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid, dia terjatuh ke dalam kesyirikan
dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kecelakaan di akhirat. Tauhid

5
merupakan pusat segala usaha dan tujuan dalam setiap amal dan perbuatan.
Oleh kerena itu, di dalam Al-Quran, Allah SWT. kisahkan nasihat Luqman
kepada anaknya. Dalam surah Luqman: 13

Artinya: Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".

2. Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah

Hendaknya sejak kecil putra-putri diajarkan beribadah dengan benar sesuai


dengan tuntunan Rasulullah SA. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa, dan
ibadah lainnya. Apabila mereka dapat menjaga ketertiban shalat, ajak pula
untuk menghadiri shalat berjamaah di masjid. Dengan melatih anak sejak dini,
mereka terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut saat dewasa. Dengan demikian,
semua hal tersebut akan berguna untuk membiasakan anak taat kepada Allah
SWT.

3. Mengajarkan Al-Quran, Hadis, Doa dan Zikir yang Ringan kepada Anak

Hal ini dapat dimulai dengan mengajarkan Al-Quran surah Al-Fatihah dan
surah-surah yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Kemudiaan
menyediakan guru khusus untuk mengajari tajwid, menghafal Al-Quran dan
hadis. Begitu pula dengan doa dan zikir sehari-hari. Hendaknya anak mulai
menghafalkannya seperti doa ketika makan, keluar masuk WC, dll.

4. Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlak yang Mulia

Ajarilah anak dengan berbagai adab yang islami, seperti makan dengan
tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan,
mengucapkan salam, dll. Begitu pula dengan akhlak, tanamkan kepada anak
akhlak-akhlak mulia,seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang

6
tua, dermawan, menghormati yang lebih tua, dan sayang kepada yang lebih
muda, serta beragam akhlak lainnya.

Kiranya tidak diragukan lagi bahwa keutamaan akhlak dan tingkah laku
merupakan salah satu iman yang meresap ke dalam kehidupan keberagamaan
anak. Ia akan terbiasa dengan akhlak yang mulia karena ia menyadari bahwa
iman membentengi dirinya dari berbuat dosa dan kebiasaan jelek.

5. Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan

Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan


yang tidak baik atau diharamkan, seperti merokok, judi, minuman khamar,
mencuri, mengambil hak orang lain, dll. Ada banyak ayat dalam Al-Quran
yang harus diperhatikan oleh setiap muslim. Satu dari sekian banyak isyarat itu
adalah pokok-pokok pendidikan anak yang dilakukan oleh seorang ahli hikmah
bernama Luqman. Allah SWT. mengabdikan keberhasilan Luqman dalam
mendidik anak-anaknya di dalam Al-Quran surah Luqman ayat 13-16.

Artinya: ‘’Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu


ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". Dan kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya
kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa
yang Telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya
jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui’’.

7
Dari ayat tersebut dijelaskan, ada tiga pokok pendidikan yang harus
ditanamkan orang tua kepada anaknya:

a. Memiliki tauhid yang mantap

Memiliki tauhid atau iman yang mantap merupakan sesuatu yang


penting dalam kehidupan seorang muslim. Dengan iman yang mantap,
seseorang akan memiliki akhlak yang mulia sebagaimana Rasulullah
SAW. bersabda, ‘’Mukmin yang sempurna imannya adalah yang bagus
akhlaknya’’. (H.R. Tirmidzi).

b. Berbuat baik kepada Orang tua

Disamping iman yang mantap, yang harus ditanamkan oleh orang tua
terhadap anaknya adalah berbuat baik kepada orang tua. Oleh karena itu,
Rasulullah SAW. menekankan kepada para sahabatnya agar berbuat baik
kepada orang tua. Ketika ada sahabat bertanya tentang siapa yang harus
dicintai dalam hidup ini, Rasul menjawab,’’Allah dan Rasulnya’’. Lalu,
sahabat itu bertanya lagi, ‘’siapa lagi ya Rasul’’. Rasul menjawab,
‘’ibumu’’, jawaban ini dikemukakan Rasul hingga tiga kali, setelah itu,
‘’bapakmu’’. Berkata ‘’ah’’ kepada orang tua juga dilarang karena hal itu
sangat menyakitkan orang tua.

c. Bertanggung jawab dalam berbuat

Pokok pendidikan anak yang ketiga yang ditanamkan Luqman kepada


anaknya adalah rasa tanggung jawab. Seluruh yang dilakukan oleh
manusia akan ada pertanggungjawabannya di akhirat atau ada balasannya,
amal baik akan dibalas dengan kebaikan dan amal buruk akan dibalas
dengan keburukan.5

D. Metode- Metode pemdidikan Islam dalam Membina Akhlak Anak

Dan adapun beberapa metode praktis yang ditawarkan oleh pendidikan Islam
untuk membina akhlak anak-anaknya agar menjadi anak yang berakhlak mulia
(akhlak yang baik), metode tersebut antara lain sebagai berikut:
5
Dindin Jamaluddin. h. 59-63

8
1. Metode Hiwar (Dialog)

Hiwar adalah hubungan percakapan antara seorang anak dengan orang tua
atau pendidik. Metode ini merupakan suatu keharusan bagi orang tua dan guru
terhadap anak-anaknya, sebab dengan metode ini akan terjadi percakapan yang
dinamis, lebih mudah dipahami, lebih berkesan dan orang tua atau guru sendiri
tahu sejauh mana tingkat pemikiran dan sikap yang dimiliki anaknya.

2. Metode Kisah (cerita)

Kisah memiliki peranan penting dalam memperkokoh ingatan anak dan


kesadaran berpikir. Kisah termasuk metode yang paling efektif, karena kisah
yang diberikan kepada anak didik dapat mempengaruhi perasaannya yang kuat.
Kisah yang seharusnya diangkat dari Al-Quran an dapat digunakan sebagai
salah satu cara untuk menyampaikan ajaran Islam yang terkandung dibalik
cerita tersebut, misalnya aspek akidah, ibadah, dan, akhlak. Ketiga aspek ajaran
Islam ini diberikan kepada anak usia prasekolah melalui metode kisah.

3, Metode Amtsal

Amsal adalah metode perumpamaaan yang tepat diberikan kepada anak usia
prasekolah, karena dengan metode ini orang tua dapat mengarahkan anaknya
sesuai dengan perumpamaan yang diberikan kepadanya. Misalnya orang tua
mengatakan si A‘’anak yang selalu bohong tidak akan mendapatkan teman’’.
Maka secara tidak sengaja anak itu akan mendapat teman. Inilah salah satu
contoh metode perumpamaan yang dapat diberikan kepada anak usia
prasekolah yang disesuaikan dengan keadaan mereka.

4. Metode Teladan

Metode ini merupakan metode pendidikan dan pengajaran yang diberikan


kepada anak usia prasekolah dengan cara pendidik memberikan contoh teladan
yang baik kepada anak agar di tiru dan dilaksanakan. Suri teladan dari para
pendidik merupakan faktor yang besar pengaruhnya dalam pendidikan anak.
Pendidik terutama orang tua dalam rumah tangga dan guru disekolah adalah
contoh yang ideal bagi anak. Salah satu ciri utama anak adalah meniru, sadar

9
atau tidak, akan meneladani segala sikap, tindakan, dan perilaku orang tuanya,
baik dalam bentuk perkataan dan perbuatan maupun dalam pemunculan sikap-
sikap kejiwaan, seperti emosi, sentiment, kepekaan, dsb.

5. Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan adalah metode yang efektif dalam mendidik anak.


Pembiasaan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya, akan menjadi mudah
bagi anak tersebut untuk melakukan apa yang dibiasakannya. Anak yang masih
kecil perlu dibiasakan untuk melakukan ajaran agama, agar anak tersebut
terbiasa melakukannya.

6. Metode Praktik

Metode ini jika dilihat dari ajaran Islam, bertolak dari ancaman Allah SWT.
terhadap orang yang hanya berkata tanpa berbuat, atau menganjurkan orang
lain berbuat baik, sedangkan ia berbuat sebaliknya. Dari segi psikologis dan
mentodologis metode ini sangat menarik anak, sebab praktik dan peragaan
merangsang banyak indra anak, misalnya mata, telinga, dan minat atau
perhatiannya. Banyak ajaran Islam seperti shalat, zakat, sedekah, akhlak mulia
yang dapat dipraktikkan atau dengan sengaja diperagakan di depan anak.
Kecenderungan meniru akan mendorong anak melekukan ajaran-ajaran yang
dipraktikkan di depannya, meskipun dalam bentuk dan cara yang belum
seluruhnya benar. Kebenaran suatu amalan agama memang belum dituntut dari
seorang anak yang masih kecil.

7. Metode Hukuman

Diantara anak ada yang agresif, suka melawan, berkelahi, senang


mengganggu, dan bandel, sehingga sukar mengendalikannya melalu cara atau
metode yang lazim digunakan untuk sebagian besar anak-anak biasa. Untuk
anak semacam itu dapat menggunakan metode hukuman. Ajaran Islam tentang
pendidikan ternyata membenarkan pemberlakuan hukuman atas anak pada saat
terpaksa, atau dengan metode-metode lain sudah tidak berhasil.

10
Pemberlakuan hukuman dapat dipahami, karena disatu sisi Islam
menegaskan bahwa anak adalah amanah yang dititipkan Allah kepada orang
tuanya, disisi lain, setiap orang tua yang mendapat amanah wajib bertanggung
jawab atas pemeliharaan dan pendidikan anaknya agar menjadi manusia yang
memenuhi tujuan pendidikan Islam. Untuk itu. Orang tua harus melakukan
segala cara (metode, teknik) termasuk hukuman, umpamanya dengan teknik:
(1) mengasingkan anak beberapa jam dari pergaulan dalam rumah tangga, (2)
mengurungnya beberapa jam di kamar, (3) memukulnya dengan alat-alat yang
diperkirakan tidak membuat kulitnya luka. Semuanya dilakukan dengan teknik
yang benar-benar pedagogis.6

Dengan demikian, selain untuk memperbaiki kesalahan dan kepribadian


pelaku,hukuman juga dapat dipakai sebagai pelajaran bagi orang-orang yang
ada disekitarnya, sehingga tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan.

E.Urgensi Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga dalam Pembinaan


Akhlak Mulia Anak

Kita ketahui bahwa tugas keluarga dalam mendidik anaknya sudah sangat berat
dan harus di bantu oleh sekolah, akan tetapi kita harus ingat bahwa tidak semua
anak sedari kecilnya sudah menjadi tanggungan sekolah. Jangan kita salah tafsir
bahwa anak-anak yang sudah diserahkan kepada sekolah untuk dididikinya adalah
seluruhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Telah dikatakan bahwa kewajiban
sekolah adalah membantu keluarga dalam mendidik anak-anak.

Dalam mendidik anak-anak itu, sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak


yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil atau tidaknya pendidikan di
sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan dalam keluarga.
Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak
selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga

6
Ibid. h.74-75

11
menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam
masyarakat.7

Nurcholish Madjid menyatakan pentingnya pendidikan agama dalam


lingkungan keluarga. Pendidikan agama disini dimaksudkan bukan hanya dalam
bentuk formalitas, tapi harus dilihat dari tujuan dan makna haqiqinya, yaitu upaya
mendekatkan (taqarrub) kepada Allah SWT. dan membangun budi pekerti yang
baik sesama manusia (akhlak al-karimah). Sebab itu, perlu ditekankan pada
pendidikan bukan pengajaran, pengajaran dapat dilimpahkan pada lembaga
pendidikan, tapi pendidikan tetap menjadi tanggung jawab orang tua.

Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini
dapat dilihat dari dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang
utama, yaitu menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadis, Nabi
Muhammad SAW. yang menegaskan, ‘’Innamȃ buitsu li utammima makarima al-
akhlaq’’. (Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak) (H.R.
Ahmad).

Dengan pembinaan akhlak, terwujudnya manusia yang ideal, yaitu anak yang
bertakwa kepada Allah SWT. dan cerdas. Di dunia pendidikan, pembinaan akhlak
dititik beratkan pada pembentukan mental anak atau remaja agar tidak mengalami
penyimpangan.

Pendidikan akhlak di dalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan


dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan dan pergaulan
antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak mereka dan
perlakuan orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan keluarga dan
lingkungan masyarakat akan menjadi teladan bagi anak-anak.

7
M. Nngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis ( Cet. XIX; Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset, 2009) h. 79

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Arti pendidikan yang dikemukakan di atas, baik dalam bahasa Yunani, bahasa
Indonesia, bahasa Inggris dan bahsa Arab, bila kesemuanya dikaitkan antara
satu dan lainnya, memiliki makna yang identik, yakni pada intinya
pendidikan secara etimologi adalah bimbingan atau pengarahan. Sedangkan
keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, ali, dan nasb. Keluarga dapat
diperoleh melalui keturunan (anak,cucu), perkawinan (suami, istri), persusuan
dan pemerdekaan
2. Peran Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga
a. Menanamkan Tauhid dan Akidah yang Benar Kepada Anak
b. Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah
c. Mengajarkan Al-Quran, Hadis, Doa dan Zikir yang Ringan kepada Anak
d. Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlak yang Mulia
e. Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan
3. Metode- Metode pemdidikan Islam dalam Membina Akhlak Anak

a. Metode Hiwar (Dialog) e. Metode Pembiasaan


b. Metode Kisah (cerita) f. Metode Praktik
c. Metode Amtsal g. Metode Hukuman
d. Metode Teladan

4. Urgensi Pendidikan Islam di Lingkungan Keluarga


Dalam mendidik anak-anak itu, sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak
yang telah dilakukan orang tua di rumah. Berhasil atau tidaknya pendidikan
di sekolah bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan dalam keluarga.
Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak
selanjutnya.
B. Saran

13
Makalah ini dirasakan masih banyak kekurangan karena keterbatasan
dalam referensi yang didapat. Untuk ini saran dari teman mahasiswa ataupun
dosen sangat diperlukan guna memperbaiki makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin, Dindin. Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung: Pustaka


Setia, Juni 2013.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002.

Purwanto, M. Nngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja


Rosdakarya Offset, 2009.

http://tutorialkhen.blogspot.com/2016/02/makalah-urgensi-pendidikan-islam-
di.html?m=1

14

Anda mungkin juga menyukai