Anda di halaman 1dari 5

RESUME

HADIST TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Maharuddin M.Pd.I

DISUSUN OLEH:
Sheila Desyanti
21.11.03.02.018980

SEMESTER: III
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
YAYASAN PERGURUAN IBNU KHALDUN (YAPIK)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
BALIKPAPAN
2022/2023
RESUME
HADIST TENTANG PENDIDIKAN KELUARGA

A. Pengertian Pendidikan Keluarga


Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar “didik”. Dengan
memberi awalan ”pe” dan akhiran “kan”, maka mengandung arti “perbuatan” (hal,
cara, dan sebagainya)1 . Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani,
yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah
ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang
berarti pengembangan atau bimbingan.
Dalam Al-Qur'an Allah memberikan sedikit gambaran bahwa atTarbiyah
mempunyai arti mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan,
memelihara, membuat, membesarkan dan menjinakkan. Hal ini sesuai dengan
Firman Allah Ta’ala:
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan,
Dari pengertian-pengertian pendidikan di atas ada beberapa prinsip dasar
tentang pendidikan yang akan dilaksanakan:
1. bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah
dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia,
sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan
dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah,
bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan
berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2. bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
semua manusia: tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat, dan
tanggung jawab pemerintah. Pemerintah tidak memonopoli segalanya.
Bersama keluarga dan masyarakat, pemerintah berusaha semaksimal mungkin
agar pendidikan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan
pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang
berkembang, yang disebut manusia seluruhnya.
B. Hadist Tentan Pendidikan Keluarga
1. Suami Pemimpin dan Pendidik Keluarga
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. Maka agar amal ibadah anggota keluarga diterima Allah Swt
tentunya harus sesuai dengan tuntunan syariatnya, oleh karena itu suami
sebagai kepala keluarga berkewajiban untuk mendidik anggota keluarganya
dengan ilmu agama.Hal ini juga bersinergi dengan ayat surah al-Tahrim ayat
6 . Menurut Syekh Saleh Al- Fauzan suami (kepala keluarga) bertanggung
jawab untuk mendidiknya dan mendidik isterinya serta anak-anaknya. Siapa
yang lalai dalam hal ini, kemudian sang isteri dan anak-anaknya berbuat
maksiat, maka dia berdosa, karena sebabnya adalah karena dia tidak mendidik
dan mengajarkan mereka
2. Kewajiban Mendidik Istri
Artinya: Dari Abu Sulaimān Mālik bin al-Huwairiṡ raḍiyallāhu 'anhu, ia
berkata, "Kami pernah mendatangi Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam.
Saat itu kami adalah para pemuda sebaya. Kami menetap bersama beliau
selama dua puluh malam. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- adalah
orang penyayang dan ramah. Beliau mengira bahwa kami sudah merindukan
keluarga kami. Lantas beliau bertanya kepada kami mengenai keluarga yang
kami tinggalkan. Kami pun memberitahu beliau. Selanjutnya beliau bersabda,
"Kembalilah kepada keluarga kalian, tinggallah bersama mereka, ajari dan
perintahkan mereka, kerjakanlah oleh kalian salat ini pada waktu ini, dan
kerjakanlah oleh kalian shalat ini pada waktu ini. Jika waktu salat sudah tiba,
hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan azan dan yang paling
tua di antara kalian menjadi imam.
Hadis di atas mengajarkan tanggung jawab kepala keluarga untuk
mendidik anggota keluarga berkaitan dengan ilmu agama, misalnya
mengajarkan sholat, dengan sholat berjamaah bersama keluarga (anggota
keluarga), diawal waktu bahkan kendatipun tidak di masjid Hadis diatas
mengajarkan agar kepala keluarga menyuruh anggota keluarganya untuk
azan, Sholat diawal waktu dan berj
3. Mendidik Anak Lelaki dan Perempuan
Para orang tua Perlu mengajarkan adzan kepada anaknya, kemudian
mengamalkan makna dari adzan tersebut, yaitu pengabdian dan penghambaan
kepada Allah Swt, melalui pelaksanaan sholat sebagai bentuk kewajiban
seorang hamba kepada penciptanya. Maka kewajiban dan tanggung jawab
orang tua mengajarkan anak-anaknya Sholat dari semenjak kecil. Suruhlah
anak-anak kecil kalian untuk melaksanakan sholat pada saat mereka berumur
tujuh tahun, dan pukullah mereka (karena meninggalkannya) pada saat
berumur sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mer

C. Metode dalam Mendidik Keluarga


Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani yaitu metha dan hodos.
Metha berarti melalui atau melewati, dan hodos berarti jalan atau cara. Metode
berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
bahasa Arab disebut thariqat. Mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan.
Jadi, metode mengajar berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan
bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran. beberapa metode yang mampu
mendukung terlaksananya pendidikan keluarga:
1. Metode Uswatun Hasanah
2. Metode Nasehat/Ceramah
3. Metode Tanya Jawab
4. Metode Demontrasi
5. Metode Musyawarah dan Diskusi
6. Metode Karya Wisata

D. Tujuan Pendidikan Keluarga


Pendidikan dalam keluarga sendiri bertujuan untuk membentuk pribadi yang
berbudi luhur dan bertaqwa kepada Allah, Karena keluarga adalah tempat pertama
seorang anak mendapatkan pendidikan. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik,
atau sifat khas dalam diri seseorang. Karakter bisa terbentuk melalui lingkungan,
misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil ataupun bawaan dari lahir. Ada
yang berpendapat baik dan buruknya karakter manusia memanglah bawaan dari
lahir. Jika jiwa bawaannya baik, maka manusia itu akan berkarakter baik. Tetapi
pendapat itu bisa saja salah. Jika pendapat itu benar, maka pendidikan karakter
tidak ada gunanya, karena tidak akan mungkin merubah karakter orang

Anda mungkin juga menyukai