PEMBAHASAN
Lingkungan pendidikan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang ada dan
terjadi di sekeliling. Proses pendidikan yang terdiri dari manusia, bintang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda mati. Akan tetapi, dalam hal ini, menurut H.
Ramayulis (2008: 270), yang paling menentukan adalah lingkungan yang berupa
manusia atau masyarakat.
Dalam arti yang luas, lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat
tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain
lingkungan adalah: Segala sesuatu yang ada terdapat dalam lingkungan kehidupan
yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun
benda buatan manusia, atau alam yang bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal
yang mempunyai hubungan dengan seseorang.
Dengan demikian lingkungan adalah segala yang ada disekitar anak, baik
berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi, maupun kondisi
masyarakat, terutama yang dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap anak
yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana
anak bergaul sehari-hari. Pengaruh lingkungan terhadap anak didik dapat positif
dapat pula negatif. Positif apabila memberikan dorongan terhadap keberhasilan
proses itu. Dikatakan negatif apabila lingkungan menghambat keberhasilan proses
pendidikan.
Lingkungan pendidikan juga didefinisikan sebagai suatu institusi atau
kelembagaan tempat pendidikan itu berlangsung. Lingkungan tersebut akan
mempengaruhi proses pendidikan yang berlangsung. Dalam beberapa sumber
bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang pengertian
lingkungan pendidikan Islam. Kajian lingkungan pendidikan Islam (tabiyah
Islamiyah) biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai
macam-macam lingkungan pendidikan.
1. Lingkungan Keluarga
“Suatu struktur yang bersifat khusus, satu sama lain dalam keluarga itu
mempunyai ikatan apakah lewat hubungan darah atau pernikahan”.
Tugas orangtua ini akan lebih jelas lagi bila dihubungkan dengan firrman Allah
yang berbunyi, sebagi berikut:
ٌارةُ َعلَ ْي َها َمالِئ َكةٌ ِغالظ ُ َّس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَا ًرا َوقُو ُدهَا الن
َ اس َوا ْل ِح َج َ ُياأيهاالَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنف
َ ه ْم َويَ ْف َعلُونَ َما يُْؤ َم ُر
ون ُ شدَا ٌد ال يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما َأ َم َر
ِ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim [66]: 6)
Dalam perspektif Islam, yang jauh lebih penting adalah peran orangtua
menanamkan nilai-nilai keagamaan dan keimanan anak. Model pendidikan
keimanan yang diberikan orangtua kepada anak dituntut agar lebih dapat
merangsang anak dalam mencontoh perilaku orangtuanya (uswatun hasanah).
Dalam mempengaruhi proses sosialisasi ada beberapa metode yang dapat
dipergunakan oleh orang tua:
1. Pembiasaan
Oleh karena itu menurut Ulwan, peranan pembiasaan dalam proses indentifkasi ini
memegang peranan penting. Dalam lingkup keluarga orang tua dapat
melaksanakan pendidikan Islam melalui kebiasaan seperti membiasakan
mengucapkan: