Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan Pendidikan Islam

Lingkungan pendidikan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang ada dan
terjadi di sekeliling. Proses pendidikan yang terdiri dari manusia, bintang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda mati. Akan tetapi, dalam hal ini, menurut H.
Ramayulis (2008: 270), yang paling menentukan adalah lingkungan yang berupa
manusia atau masyarakat.

 Dalam arti yang luas, lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat
tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain
lingkungan adalah: Segala sesuatu yang ada terdapat dalam lingkungan kehidupan
yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun
benda buatan  manusia, atau alam yang bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal
yang mempunyai hubungan dengan seseorang.

Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany mengemukakan bahwa


lingkungan ialah Ruang lingkup luar yang berinteraksi dengan insan yang menjadi
medan dan aneka bentuk kegiatannya. Keadaan sekitar benda-benda, seperti air,
udara, bumi, langit, matahri dan sebagainya juga masyarakat yang merangkumi
insan pribadi, kelompok, institusi dan sebaginya.

   Dengan demikian lingkungan adalah segala yang ada disekitar anak, baik
berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yang terjadi, maupun kondisi
masyarakat, terutama yang dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap anak
yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana
anak bergaul sehari-hari. Pengaruh lingkungan terhadap  anak didik dapat positif
dapat pula negatif.  Positif apabila memberikan dorongan terhadap keberhasilan
proses itu. Dikatakan negatif apabila lingkungan menghambat keberhasilan proses
pendidikan.
 Lingkungan pendidikan juga didefinisikan sebagai suatu institusi atau
kelembagaan tempat pendidikan itu berlangsung. Lingkungan tersebut akan
mempengaruhi proses pendidikan yang berlangsung. Dalam beberapa sumber
bacaan kependidikan, jarang dijumpai pendapat para ahli tentang pengertian
lingkungan pendidikan Islam. Kajian lingkungan pendidikan Islam (tabiyah
Islamiyah) biasanya terintegrasi secara implisit dengan pembahasan mengenai
macam-macam lingkungan pendidikan.

Dapat dipahami bahwa lingkungan pendidikan Islam adalah suatu


lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri ke-Islaman yang memungkinkan
terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik.   

 Basuki dan M. Miftahul Ulum (2007: 145) berpendapat bahwa lingkungan


merupakan salah satu faktor pendidikan yang ikut serta menentukan corak
pendidikan Islam, yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap peserta didik.
Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan. Disebabkan
lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang terjadinya proses belajar-
mengajar secara aman, nyaman, tertib dan berkelanjutan. Denga suasana seperti
itu, proses pendidikan dapat diselenggarakan menuju tercapainya tujuan
pendidikan yang diharapkan.

Pada periode awal, umat Islam mengenal lembaga pendidikan


berupa kuttab, yang mana di tempat ini diajarkan membaca dan menulis Al-
Qur’an lalu diajarkan pula ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya. Begitu
diawal dakwah Rasulullah Saw, ia menggunakan rumah Arqam sebagai
institusi  pendidikan bagi sahabat awal (assabiqunal awwalun). Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa pendidikan pendidikan Islam mnegneal adanya rumah,
masjid, kutub, dan madrasah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan, atau
disebut juga sebagai lingkungan pendidikan.

  Pada perkembangan selanjutnya, institusi pendidikan ini disederhanakan


menjadi tiga macam, yaitu keluarga--disebut juga sebagai salah satu dari satuan
pendidikan luar sekolah—sebagai lembaga pendidikan informal, sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal, dan masyarakat sebagai lembaga pendidikan
nonformal.

B. Macam-macam Lingkungan Pendidikan Islam

1. Lingkungan Keluarga

Dalam proses pendidikan, sebelum mengenal masyarakat yang lebih luas


dan sebelum mendapat bimbingan dari sekolah, seorang anak lebih dahulu
memperoleh bimbingan dari keluargannya. Keluarga merupakan suatu sosial
terkecil dalam kehidupan umat manusia sebagai makhluk sosial, ia merupakan
unit pertama dalam masyarakat. Disitulah terbentuknya tahap awal proses
sosialisasi dan perkembangan individu.

          Menurut Hammudah Abd Al-Ati definisi keluarga dilihat secara operasional


adalah:

“Suatu struktur yang bersifat khusus, satu sama lain dalam keluarga itu
mempunyai ikatan apakah lewat hubungan darah atau pernikahan”.

Pengertian keluarga, dalam Islam adalah suatu sistem  kehidupan masyarakat yang


terkecil yang dibatasi oleh adanya keturunan (nasab) atau disebut juga ummah
akibat oleh adanya kesamaan agama.

          Keluarga merupakan mikrokosmos tempat manusia baru diciptakan dan


merupakan sumber yang banyak memberikan dasar-dasar ajaran bagi seseorang
dan merupakan faktor yang penting dalam pembinaan mental seseorang, sebelum
seseorang anak berintegrasi dengan lingkungan masyarakat, terlebih dahulu
menerima pengalaman-pengalaman dari keluarga dirumah, terutama dari ibu dan
kemudian ayah dan kerabatnya, agar interaksi dengan anggota masyarakat
berjalan secara mulus dan tidak banyak mengalami rintangan maka diperlukan
adanya landasan moral yang kuat yang mendasari pembinaan keluarga tersebut.

 Tugas orangtua ini akan lebih jelas lagi bila dihubungkan dengan firrman Allah
yang berbunyi, sebagi berikut:
ٌ‫ارةُ َعلَ ْي َها َمالِئ َكةٌ ِغالظ‬ ُ َّ‫س ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَا ًرا َوقُو ُدهَا الن‬
َ ‫اس َوا ْل ِح َج‬ َ ُ‫ياأيهاالَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنف‬
َ ‫ه ْم َويَ ْف َعلُونَ َما يُْؤ َم ُر‬
‫ون‬ ُ ‫شدَا ٌد ال يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما َأ َم َر‬
ِ  

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim [66]: 6)

Orangtua selain sebagai pendidik, juga sebagai penanggung jawab. Oleh


karena itu, orangtua dituntut menjadi teladan bagi anak-anaknya, baik berkenaan
dengan ibadah, akhlak dan sebagainya. Dengan begitu kepribadian anak yang
islami akan terbentuk sejak dini sehingga menjadi modal awal dan menentukan
dalam proses pendidikan selanjutnya yang akan ia jalani.

          Fungsi keluarga dalam kajian lingkungan pendidikan Islam, sekurang-


kurangnya ada dua yaitu keluarga sebagai institusi sosial. Di sini orangtua
berkewajiban mengembangkan fitrah dan bakat yang dimiliki anaknya. Kedua
keluarga sebagai institusi Keagamaan. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang
dapat dididik dan membutuhkan pendidikan.

         Pada hakikatnya, kewajiban mendidik anak melekat pada diri orangtua


bukan saja karena mendidik anak merupakan perintah agama, melainkan juga
merupakan bagian dari pemenuhan terhadap kebutuhan psikis (ruhani) dan
kepentingan (diri) sendiri sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam perspektif Islam, yang jauh lebih penting adalah peran orangtua
menanamkan nilai-nilai keagamaan dan keimanan anak. Model pendidikan
keimanan yang diberikan orangtua kepada anak dituntut agar lebih dapat
merangsang anak dalam mencontoh perilaku orangtuanya (uswatun hasanah).
Dalam mempengaruhi proses sosialisasi ada beberapa metode yang dapat
dipergunakan oleh orang tua:

1.      Pembiasaan

Anak dalam perkembangan kepribadiannya selalu membutuhkan seorang


tokoh identifiksi, biasanya anak menjadikan orang tuanya sebagi tokoh
indentifikasi.  Dalam proses indentifikasi anak tidak saja ingin menjadi secara
lahiriyah, tetapi terutama justru secara batiniah.

Oleh karena itu menurut Ulwan, peranan pembiasaan dalam proses indentifkasi ini
memegang peranan penting. Dalam lingkup keluarga orang tua dapat
melaksanakan pendidikan Islam melalui kebiasaan seperti membiasakan
mengucapkan:

a.    “Basmallah” sebelum memulai suatu perbuatan.


b.    “Hamdallah” sebagai ucapan syukur atas segalanhasil dan kenikmatan yang
diterima.
c.     “Masyaallah” sewaktu keheranan (ta’jub) terhadap sesuatu.
d.    “Astaghfirullah” sewaktu terjadi kekeliruan.
2.          Keteladanan

                        Pembiasaan dan keteladanan mempunyai hubungan yang erat


dalam proses indentifikasi. Oleh karena itu anak-anak menjadikan orang tuanya
sebagai tokoh indentifikasi maka kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang tua
selalu ditiru oleh anak.

3.         Latihan dan Praktikum

                        Latihan dan praktikum merupakan metode yang penting dalam


pendidikan Islam di lingkungan keluarga, dengan adanya latihan dan praktikum
ini anak-anak akan dapat melakukan amal keagamaan sesuai dengan tuntunan
yang telah ditetapkan agama.
                        Tekhnik pendidikan yang bersifat praktek dan alamiah merupakam
hal yang pokok dalam Al-Qur’an dan syariat Islam pada umumnya. Hal ini dapat
dilihat dalam ibadah sholat, puasa, zakat, haji, sadaqah, jihat dan sebagainya
semua perlu dipraktekkan.

Anda mungkin juga menyukai