Disusun oleh:
1. Laila Fajrin (1403096019)
2. Lendian Delta Avisha (1403096033)
3. Ulva Nafika Rohmah (1403096012)
4. Maskuri (1403096005)
5. Ainun Fajar B N (1403096026)
A. Latar Belakang
Selama ini kita sudah cukup mengenal dan taka sing lagi dengan yang
namanya alam, alam adalah sesuatu yang sangat penting bagi setiap individu maupun
kelompok. Biasanya kita menyebut alam dengan lingkungan, dimana lingkungan
merupakan segala yang ada di sekitar kita.
Disini kita akan membahas mengenai alam sekitar pendidikan islam dan
evaluai pendidikan islam. Baik itu menyangkut pengertian, pembagian dan
penerapannya. Ketika kita berbicara tentang kedua hal ini pastilah mencangkup ruang
lingkup yang sangat luas, dimana kita tahu bahwa alam sekitar merupakan salah satu
faktor yang amat penting bagi pelaksanaan pendidikan. Tetapi faktor alam sekitar
memiliki persamaan dan perbedaan dengan faktor pendidik. Kita dapat
mengetahuinya dalam pembahasan kali ini.
Begitu juga dengan evaluasi, kita harus mengetahui tentang pengertiannya,
selain itu kita juga harus paham dan menerapkan evaluasi ini dalam pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian alam sekitar (millieu)
2. Sebutkan macam-macam alam sekitar pendidikan islam
3. Sebutkan lembaga-lembaga yang mempunyai pengaruh luas bagi kehidupan
agama anak
4. Apa pengertian evaluasi pendidikan islam
5. Bagaimana kedudukan evaluasi pendidikan
6. Apa fungsi evaluasi
7. Apa prinsip-prinsip evaluasi pendidikan islam
8. Apa cirri-ciri evaluasi dalam pendidikan
9. Bagaimana prosedur evaluasi
10. Apa evaluasi belajar
11. Apakah ijasah itu
C. Tujuan
Menurut seorang ahli psikolog Amerika yaitu Sartain mengatakan bahwa yang
dimaksud lingkungan sekitar ialah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang
dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan,
perkembangan kecuali gen-gen. Dan bahkan pula gen-gen dapat dipandang sebagai
menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain. Pendapat lain mengatakan bahwa didalam
lingkungan itu tidak hanya terdapat sejumlah faktor pada suatu saat, melainkan
terdapat pula faktor-faktor lain yang banyak jumlahnya, yang secara potensial dapat
mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak. Tetapi secara aktual hanya
faktor-faktor yang ada di sekeliling anak tersebut yang secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan dan tingkah laku anak. Sedangkan yang dimaksud alam
sekitar (milieu) disini adalah sesuatu yang berada diluar diri anak dan mempengaruhi
perkembangannya.1
Alam sekitar merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi pelaksanaan
pendidikan. Tetapi faktor alam sekitar memiliki persamaan dan perbedaan dengan
faktor pendidik. Persamaannya yaitu keduanya memiliki pengaruh kepada
pertumbuhan, perkembangan dan tingkah laku anak, disamping itu pun ada
perbedaannya. Pengaruh alam sekitar hanya merupakan pengaruh belaka, tidak
tersimpul unsur tanggung jawab di dalamnya. Anak didik akan untung apabila
kebetulan mendapat pengaruh yang baik, sebaliknya anak didik akan rugi apabila
mendapatkan pengaruh yang kurang baik. Mengingat alam sekitar tidak bertanggung
jawab penuh terhadap anak didik maka sudah sepantasnya jika pendidik bersikap
bijaksana dalam menghadapi alam sekitar tersebut. Sedangkan factor pendidikan
secara sadar dan bertanggung jawab menuntun dan membimbing anak ke tujuan
1
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 197.
pendidikan yang diharapkan.2
1. Keluarga
Keluarga adalah ikatan laki-laki dengan wanita berdasarkan hukum atau
undang-undang perkawinan yang sah. Didalamnya akan terlahir anak-anak, disinilah
akan terjadi interaksi pendidikan.Para ahli didik umumnya menyatakan pendidikan di
lembaga ini merupakan pendidikan pertama dan utama, karena di lembaga inilah anak
mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya, disamping itu memiliki pengaruh
terhadap kehidupan peserta didik kelak dikemudian hari.
2. Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat penting sesudah
keluarga.Pada waktu anak-anak menginjak waktu 6 sampai 7 tahun perkembangan
intelek daya piker telah meningkat sedemikian rupa. Karena itu pada masa ini disebut
masa keserasian bersekolah. Ia telah mampu mempelajari ilmu-ilmu yang diajarkan
disekolah seperti matematika, ilmu pengetahuan social, ilmu pengetahuan alam,
6
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 199-204.
bahasa, olahraga dan lain sebagainya. Keluarga umumnya tidak berkesempatan atau
bahkan tidak berkemampuan untuk mengajarkan ilmu-ilmu tersebut.Oleh karena itu,
sudah sepantasnyalah menyerahkan tugas dan tanggung jawab kepada sekolah, dan
memang sekolah yang telah diatur dan telah dipersiapkan sedemikian rupa mampu
melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas.
3. Tempat Ibadah
Yang dimaksud tempat ibadah disini adalah musholla, masjid dan lain-lainnya.
Oleh umat islam tempat ini digunakan untuk pendidikan dasar-dasar keislaman.
Pendidikan ini merupakan kelanjutan dari pendidikan didalam keluarga. Ditempat ini
biasanya diadakan pendidikan dan pengajaran islam baik individu atau klasikal
(dalam bentuk madrasah diniyah), rutin maupun berkala. Disamping itu sering kali
diadakan pengajian-pengajian umum seperti pengajian untuk peringatan hari-hari
besar islam, tabligh akbar, diskusi dan seminar.
Ada juga tempat ibadah yang didirikan tidak untuk penyiaran Islam melainkan
untuk menghancurkan Islam, contohnya seperti masjid Dziras yang didirikan sewaktu
Nabi Muhammad masih hidup, masjid ini akhirnya diperintahkan oleh Nabi untuk
dihancurkan saja, lingkungan masjid ini membawa pengaruh searah dengan tujuan
pembangunan masjid tersebut yaitu membenci kepada islam.
4. Masyarakat
7
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 294.
2. Evaluasi Pendidikan Islam
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti
penilaian dan penaksiran.8 Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihan, yang berarti
ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan. 9
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya sama, hanya
berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik mengartikan evaluasi sebagai suatu
proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik
untuk tujuan pendidikan.10 Sementara Abudin Nata menyatakan bahwa evaluasi
sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka
mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam
rangka membuat keputusan.11
8
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, 220.
9
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), cet ke-1, 183.
10
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit,(Bandung: Alumni, 1982), 106.
11
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, cet I, 307
12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,hlm 3
13
M. Chabib Thaha, Tehnik-tehnik Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT Raja
Grafindo, 1990)
proses belajar mengajar. Sedangkan evaluation adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dirancang untuk mengukur efektivitas sistem belajar mengajar secara keseluruhan.14
Dengan demikian menurut Fred Percival dan Henry Ellington bahwa evaluasi
lebih luas dari pada assessment, sebab tidak hanya mengukur hasil belajar yang di
peroleh anak atau siswa selama proses belajar mengajar tetapi lebih luas ari pada itu,
yaitu mencakup segi pendidikan, metode, materi, alat dan lain-lain.15
Dari segi bahasa evaluasi berarti penilaian atau penaksiran. Karena itu evaluasi
pendidikan islam berarti penilaian atau penaksiran terhadap pelaksanaanpendidikan
islam untuk diketahui sampai seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan itu dapat
dicapai.16
Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu suatu
proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang
kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan
(pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk
membuat keputusan. Dengan demikian evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas
secara spontan dan insedental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu
yang terencana, sistematik dan berdasarkan tujuan yang jelas. 17 Jadi dengan evaluasi
diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan suatu kegiatan, dan
kemudian kita dapat menentukan alternatif dan keputusan untuk tindakan berikutnya.
14
Fred Percival dan Henry Ellington tahun 1988,hlm.112.
15
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 205.
16
Ibid.,
17
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 221
Kemudian Term atau istilah evaluasi dalam wacana pendidikan Islam tidak
diperoleh padanan katanya yang pasti, tetapi terdapat term atau istilah-istilah tertentu
yang mengarah pada makna evaluasi. Term-term tersebut adalah:
kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-
Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.(QS. Al Baqarah : 284)
2. Al-Bala’, memiliki makna cobaan dan ujian. Terdapat dalam firman Allah Swt
yang artinya:
yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun, (QS: Al Mulk : 2)
3. Al-Imtihan, berarti ujian yang juga berasal dari kata mihnah. Bahkan dalam
Alquran terdapat surat yang menyatakan wanita-wanita yang diuji dengan
menggunakan kata imtihan, yaitu surat al-Mumtahanah. Firman Allah Swt.
yang berkaitan dengan kata imtihan ini terdapat pada surat al-Mumtahanah
(60) ayat 10 yang artinya:
Beberapa term tersebut di atas dapat dijadikan petunjuk arti evaluasi secara
langsung atau hanya sekedar alat atau proses di dalam evaluasi. Hal ini didasarkan
asumsi bahwa Alquran dan Hadis merupakan asas maupun prinsip pendidikan Islam,
sementara untuk operasionalnya tergantung pada ijtihad umat. Term evaluasi pada
taraf berikutnya lebih diorientasikan pada makna “penafsiran atau memberi putusan
terhadap pendidikan”. Setiap tindakan pendidikan didasarkan atas rencana, tujuan,
bahan, alat dan lingkungan pendidikan tertentu. Berdasarkan komponen ini, maka
peran penilaian dibutuhkan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan pendidikan
tercapai.
Dari pengertian ini, proses pelaksanaan penilaian lebih ditekankan pada akhir
tindakan pendidikan. Penilaian dalam pendidikan dimaksudkan untuk menetapkan
keputusan-keputusan pendidikan, baik yang menyangkut perencanaan, pengelolaan,
proses dan tindak lanjut pendidikan, baik yang menyangkut perorangan, kelompok
maupun kelembagaan. Dalam konteks ini, penilaian dalam pendidikan Islam bertujuan
agar keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam benar-benar sesuai
dengan niai-nilai Islami sehingga tujuan pendidikan Islam yang dicanangkan dapat
tercapai secara maksimal.
D. Fungsi Evaluasi
Menurut Team Penyusun Buku Pedoman Bahan Penataran Guru Agama Islam
Departemen Agama Republik Indonesia menyatakan bahwa fungsi evaluasi itu ada
empat macam, yaitu:18
2. Berfungsi penilaian sumatif yaitu untuk mengetahui tingkat kemajuan atau hasil
belajar murid yang dapat dijadikan bahan laporan kepada orang tua, masyarakat
dan pemerintah. Fungsi penilaian yang dilakukan seperti diatas sangat
mempengaruhi bahkan menentukan guru dalam menetapkan aspek tingkah laku
yang dinilai, cara penyusunan soal tes dan cara pengolahan hasil tes.
3. Fungsi penilaian yang ketiga adalah untuk menempatkan murid dalam situasi
belajar mengajar/program pendidikan yang tepat, sesuai dengan tingkat
kemampuan, karakteristik lainnya yang dimiliki murid. Penilaian ini merupakan
penilaian penempatan. (placement)
4. Fungsi penilaian yang keempat adalah untuk mengenal latar belakang psikologis,
fisik dan lingkungan murid yang mengalami kesulitan belajar. Hasilnya dapat
18
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 205.
digunakan sebagai dasar dalam memecakan kesulitan-kesulitan belajar. Penilaian
diagnostik.
1. Baik atau tidaknya pelaksanaan pendidikan islam, apabila sudah baik maka perlu
ditingkatkan/disempurnakan mana saja yang perlu dibenahi lebih intensif
dibandingkan dengan aspek-aspek yang lainnya.
2. Berhasil atau tidaknya belajar siswa, apabila sudah berhasil perlu ditingkatkan
sistem belajarnya, paling tidak dapat mempertahankan prestasi maksimalnya, jika
belum berhasil maka dapat di ketahui dimana letak kelemahan atau
kekurangannya. Dengan demikian bimbingan mana yang lebih tepat diberikan
agar ia memperoleh hasil optimal. (masalah yang terakhir ini sebenarnya menjadi
tanggung jawab konselor).
Suharsimi Arikunto merumuskan fungsi yang lebih spesifik antara lain :20
19
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 206.
20
3. Berfungsi sebagai penempatan. Untuk dapat menentukan dengan pasti bahwa
seorang siswa harus ditempatkan pada kelompok tertentu, maka digunakanlah
suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang
sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
21
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, 224.
c. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.
d. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah
mengalami pendidikan dan pengajaran.
e. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan
berbagai penyesuaian dalam kelas.
f. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport,
ijazah, piagam dan sebagainya.
22
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit,(Bandung: Alumni, 1982), 212
23
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 167
24
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, cet. V, Jakarta: Bina Aksara,
Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik,
pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan prinsip-
prisip sebagai berikut:25
1. Valid
Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes
yang terpercaya dan shahih. Artinya ada kesesuaian alat ukur dengan fungsi
pengukuran dan sasaran pengukuran.
3. Bermakna
4. Terbuka
5. Ikhlas
Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka efisiensi
1989, h. 4
25
Mujib & Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,214. Lihat juga Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, 225-226.
tercapainya tujuan pendidikan dan berkepentingan peserta didik.
6. Praktis
Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara sistematis dan
komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat
dipergunakan.
Ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dalam evaluasi pendidikan
Islam, yaitu: prinsip kontinuitas, prinsip menyeluruh, prinsip obyektivitas, dan prinsip
mengacu pada tujuan:
3. Prinsip objektivitas
Artinya :“…..Andai kata Fatimah binti Muhammad itu mencuri, niscaya aku
tidak segan-segan untuk memotong kedua tangannya”.
Segi tingkah laku, artinya segi-segi yang menyangkut sikap, minat, perhatian,
keterampilan peserta didik sebagai akibat dari proses belajar mengajar.
Segi pengetahuan, artinya penguasaan pelajaran yang diberikan oleh guru dalam
proses belajar mengajar.
Segi yang menyangkut proses belajar mengajar yaitu bahwa proses belajar
mengajar perlu diberi penilaian secara obyektif dari guru. Sebab baik tidaknya
proses belajar mengajar akan menentukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai
oleh peserta didik.
1. Perencanaan
2. Pengumpulan data
3. Verivikasi data
4. Analisa data, dan
5. Penafsiran data.
H. Evaluasi Belajar
Yang dimaksud evaluasi belajar yaitu penilaian terhadap hasil belajar siswa
mengenai materi pelajaran yang telah diterima selama ia mengikuti program
pendidikan.27
1. Ulangan
4. Ujian Nasional
1. Ujian Mata Kuliah yang dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, seperti
27
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 208.
28
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 210.
29
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 210.
karya tulis, tes sisipan, tes tengah semester, dan tes akhir semester.
2. Ujian Skripsi yaitu ujian yang diselenggarakan untuk mempertahankan skripsi
yang disusun oleh mahasiswa sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana dalam spesialisasi keilmuan tertentu yang dikembangkan di IAIN.
3. Ujian Promosi yaitu ujian yang diselenggarakan untuk mempertahankan
disertasi yang disusun Promovendus guna memperoleh derajat doctor dalam
spesialisasi ilmu pengetahuan agama islam.
Ditinjau dari segi jumlah anak (peserta didik) yang dinilai dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:31
1. Individual (orang-orang/perorangan)
2. Kelompok
Ditinjau dari aspek-aspek yang dinilai dapat dibedakan menjadi empat spek,
yaitu:32
30
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 210-211.
31
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 211.
32
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 211.
1. Mengenai keyakinan, pendirian, sikap, pendapat, cita-cita, perkataan.
2. Mengenai pengetahuan, pengalaman.
3. Mengenai lingkungan,keluarga, sekolah, kampong, keagamaan.
4. Mengenai ucapan, tingkah laku dan sebagainya.
Ditinjau dari jenis tes yang akan disajikan dapat dibedakan menjadi 3 macam,
yaitu:33
1. Tes Lisan yaitu tes yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk lisan
yang selanjutnya harus dijawab secara lisan juga. Pada hakekatnya soal yang
digunakan dalam tes lisan ini adalah berbentuk uraian atau jawaban singkat.
Soal-soalnya hendaklah dituangkan kedalam suatu lembaran soal dalam
bentuk format. Jumlah format ini sedapat-dapatnya sama dengan jumlah
murid/peserta ujian.
Keterangan:
33
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,(Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2013), hlm. 211.
34
Penyusunan Bahan Penataran Guru Agama Islam pada Sekolah dasar, 1981,
hal. 115.
Disamping itu maka dalam melaksanakan ujian lisan diperlukan lembaran penilaian.
2. Tes Tulisan
Tes tulisan ini ada dua macam yaitu: tes uraian (essay) dan tes obyektif.
1. Tes uraian yaitu tes yang menghendaki jawaban peserta didik dalam bentuk
uraian (penjelasan) mengenai sesuatu yang dijawab atau berbentuk cerita.
1. Menyusun tes uraian lebih medah dan lebih cepat jika dibandingkan
dengan menyusun tes obyektif
2. Soal tes ini tidak banyak
3. Berfungsi mengukur proses mental yang tinggi. Artinya dapat
digunakan untuk mengukur kemampun seseorang, merumuskan
hipotesa, menjelaskan masalah dan mengemukakan pendapat secara
teratur dan efektif
4. Jawaban soal bentuk tes uraian ini tidak mudah ditebak dan kalau
ditebak juga akan kelihatan
5. Sulit untuk saling mencontoh dalam menjawab soal
1. Validitasnya rendah
Umumnya tes buatan guru dibuat berdasarkan atas bahan yang telah diajarkan
atau sesuai dengan rencana pelajaran yang dicantumkan dalam kurikulum. Untuk hal
ini, sering pertanyaan-pertanyaan kurang atau tidak dapat mencakup seluruh isi
kurikulum. Bahkan yang sering ditanyakan hanyalah hal-hal yang dianggap penting
oleh guru, jadi luas bahann yang dapat tercakup itu terbatas.
2. Reliabilitasnya rendah
Tes yang reliable adalah tes yang menghasilkan angka yang tetap atau hamper
tetap jika tes itu diberikan kepada murid yang sama dalam beberapa waktu yang
berbeda. Tes yang dapat menghasilkan reliabilitas seperti tersebut diatas biasanya
jumlah yang diberikan adalah banyak sedangkan pada tes uraian umumnya jumlah
yang diberikan kepada peserta didik terbatas, sehingga reliabilitasnya kurang dapat
dijamin.
3. Sering soal-soal tes uraian kurang jelas atau terlalu umum. Apabila soal-soal
itu kurang jelas akan menimbulkan perbedaan pemahaman atau salah tafsir.
4. Sistem pemberian nilainya kurang adil.
Bobot soal yang berbeda, mmerlukan jawaban, berbeda pula, seperti soal yang
sukar atau jawaban yang panjang atau jawaban yang memerlukan pemikiran yang
memakan waktu yang panjang pula. Biasanya skornya akan sama dengan bobot nilai
soal yang mudah, atau jawaban yang pendek atau jawaban yang tidak memerlukan
pemikiran.
2. Tes Obyektif
Tes ini biasa digunakan untuk mengukur kecakapan mengenal atau mengingat
kembali fakta-fakta. Tes ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang mengandung
salah satu dari dua kemungkinan salah atau benar. Murid diminta untuk memberikan
pendapatnya atas pertanyaan itu. Caranya cukup memberikan tanda lingkaran atau
silang pada huruf sebagaimana petunjuk yang diberikan dalam tes itu pada huruf B
atau S. B berarti benar dan S berarti salah.
Tes ini dapat digunakan untuk mengukur kecakapan murid dalam memahami
dan mempergunakan prinsip-prinsip. Pada bentuk tes ini murid diminta memilih
jawaban yang benar diantara beberapa jawaban yang ada. Bentuk soal pilihan
berganda ini terdiri dari dua bagian, yaitu:
Tes ini disebut juga tes isian. Tes ini sangat tepat bila digunakan untuk
mengukur kecakapan murid dalam mengingat kembali fakta-fakta. Pada tes
penyempurnaan ini murid diminta untuk menyempurnakan suatu kalimat atau
ungkapan dengan jalan mengisi sepotong atau beberapa patah kata. Tes ini biasanya
menuntut anak-anak untuk mengisi titik-titik.
Tes menjodohkan ini tepat digunakan untuk mengukur kecakapan murid dalam
mengasosiasikan dua hal. Pada bentuk tes ini murid diminta mencari jodoh (jawaban)
yang cocok atas satu seri pertanyaan.
Soal bentuk obyektif ini tepat bila digunakan untuk mengukur kecakapan
murid dalam masalah-masalah yang menuntut kemampuan berpikir tidak terlalu
tinggi, seperti kecakapan-kecakapan:
3. Tes Perbuatan
Pada bentuk tes ini, murid diminta untuk melaksanakan perintah atau tugas. Pada
pelajaran pendidikan agama tes perbuatan ini dapat berupa: praktek mengambil air
wudlu, melaksanakan berbagai sholat, mempraktekkan manasik haji.
I. Ijazah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alam sekitar merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi pelaksanaan
pendidikan. Tetapi faktor alam sekitar memiliki persamaan dan perbedaan dengan
faktor pendidik.
Menurut Drs. Abdurrahman Saleh ada tiga macam pengaruh lingkungan
pendidikan terhadap keberagaman anak, yaitu lingkungan yang acuh tak acuh
terhadap agama, lingkungan yang berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa
keinsyafan batin, lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup
dalam kehidupan agama. Lembaga-lembaga yang Mempunyai Pengaruh Luas bagi
Kehidupan Agama Anak adalah keluarga, sekolah, tempat ibadah dan masyarakat.
Fungsi evaluasi tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif akan tetapi
meliputi ketiga ranah tersebut (kognitif, afektif dan psikomotorik). Prinsip Evaluasi,
yaitu : valid, berorientasi kepada kompetensi, berkelanjutan/berkesinambungan
(Kontinuitas), menyeluruh (Komprehensif), bermakna, adil dan objektif, terbuka,
ikhlas, praktis, dicatat dan akurat.
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna.Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan, demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pemakalah pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA