Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBAL DAN

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM SECARA


TERINTEGRASI
Nama Kelompok:
Maman Sri Suganda (1600006108)
Ahmad Khanip A W (1600006118)
Hanifan Azmi (1600006140)
Heri Riyanto (1600006142)
Hanifah Oktinasari (1600006145)
Sundari Gita Pertiwi (1600006149)
Asri Ainun Habibah (1600006154)
Dwi Rahmawati (1600006174)
A. Masyarakat di Era Globalisasi
Globalisasi ini membawa dampak positif dan negatif bagi
kepentingan bangsa dan ummat kita. Dampak positif, misalnya, makin
mudahnya kita memperoleh informasi dari luar sehingga dapat membantu
kita menemukan alternatif-alternatif baru dalam usaha memecahkan
masalah yang kita hadapi (misalnya melalui internet ).
Dampak negatifnya adalah masuknya informasi-informasi yang
tidak kita perlukan atau bahkan merusak tatanan nilai yang selama ini kita
anut. Misalnya, budaya perselingkuhan yang dibawa oleh film-film Italy
melalui TV, gambar-gambar atau video porno yang masuk lewat jaringan
internet, majalah, atau CD ROM, masuknya faham-faham politik yang
berbeda dari faham politik yang kita anut. Di bidang ekonomi,
perdagangan bebas juga berarti terbukanya pasar dalam negeri kita bagi
barang dan jasa dari negara lain.
Dalam kaitannya dengan umat Islam Indonesia, dampak negatif yang
paling nyata adalah perbenturan nilai-nilai asing, yang masuk lewat berbagai cara,
dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh sebagian besar bangsa kita. Mengingat
agama Islam adalah agama yang berdasarkan hukum (syari’ah), maka perbenturan
nilai itu akan amat terasa di bidang syari’ah ini. Keberhasilan negara maju yang
sekuler dalam bidang ekonomi telah membuat segala yang berasal dari negara
tersebut tampak baik dan hal ini dapat menimbulkan keraguan atas praktek yang
selama ini kita anut.
Contoh hukum Islam yang berbeda dari hukum sekuler di negeri maju
antara lain: hukum waris, kedudukan wanita dan pria dalam perkawinan,
kedudukan anak pungut/anak angkat dalam keluarga, hak asasi anak, hak asasi
manusia, hukum rajam, hukum potong tangan, definisi zina, perkawinan campur,
dlsb. Kemajuan teknologi di bidang rekayasa genetik (cloning), misalnya, juga telah
menimbulkan persoalan hukum keluarga (waris dan perwalian).
B. Masalah-Masalah Pendidikan
Islam di Era Globalisasi
1. Masalah Kualitas Pendidikan
Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut
output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi
pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan
komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive
advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam,
sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan
tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat
tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini
berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat
cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-
sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi
sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas
rendah).
2. Permasalahan Profesionalisme Guru
Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu
untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak
sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi
keberhasilan pendidikan.
Menurut Suyanto, “guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah
kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis
yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya”. Tetapi
segera ditambahkan: “guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti
memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru”.
Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha
sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan
dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal
dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui
system seleksi profesi. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi
“pekerjaan rumah” bagi pendidikan nasional masa kini.
3. Masalah kebudayaan (alkulturasi)
Kebudayaan yaitu suatu hasil budi daya manusia baik bersifat material
maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain.
Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini adalah tidak
dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian
menyebabkan timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling
berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya. Dari sinilah
terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan adanya
alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif bagi
kebudayaan, moral dan akhlak anak. Oleh karena itu hal ini merupakan
tantangan bagi pendidikan islam untuk memfilter budaya-budaya yang
negatif yang diakibatkan oleh pengaruh budaya-budaya barat. (Arifin,
1994:42).
4. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sebagimana telah kita sadari bersama bahwa dampak positif dari
pada kemajuan teknologi sampai kini, adalah bersifat fasilitatif
(memudahkan). Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika
dapat melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran,
ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan aktualnya
dengan alat-alat teknologi-elektronis dan informatika seperti Komputer,
foto copy dan sebagainya.(Arifin,1991,hal: 9 )
Dampak positifnya misalnya pada pelajaran bahasa asing anak didik
tidak lagi harus mencari terjemah kata-kata asing dari kamus, tapi sudah
bisa lewat komputer penerjemah atau hanya mengcopy lewat internet. Nah
dari sinilah nampak jelas bahwa pengaruh teknologi dan informasi memiliki
dampak positif dan negatif.
Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, krisis
moral. Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, yang
menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan lain-lain. Hal ini akan
berimbas pada perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar
nikah, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan tidak punya integritas dan
krisis akhlaq lainnya.
Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian. Dengan kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan di suatu negara yang menyuguhkan kemudahan, kenikmatan
dan kemewahan akan menggoda kepribadian seseorang. Nilai kejujuran, kesederhanaan,
kesopanan, kepedulian sosial akan terkikis . Untuk ini sangat mutlak diperlukan bekal
pendidikan agama, agar kelak dewasa akan tidak menjadi manusia yang berkepribadian
rendah, melakuan korupsi, percaya perdukunan, dan lain-lain. Faktor pendorong adanya
tantangan di atas dikarenakan longgarnya pegangan terhadap agama dengan mengedepankan
ilmu pengetahuan, kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh kepala rumah
tangga yaitu dengan keteladanan dan pembiasaan, derasnya arus informasi budaya negatif
global diantaranya, sekulerisme, purnografi dan lain-lain, Selain adanya hambatan
akibat dampak negatif era global juga terdapat tantangan pendidikan agama Islam untuk
membekali generasi muda mempunyai kesiapan dalam persaingan.
Kesiapan itu Deliar Noer memberikan ilustrasi ciri-ciri manusia
yang hidup di jaman global adalah masyarakat informasi yang merupakan
kelanjutan dari manusia modern dengan sifatnya yang rasional, berorientasi
ke depan, terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri dan inovatif juga
mampu bersaing serta menguasai berbagai metode dalam memecahkan
masalah . Dengan demikian pendidikan agama Islam dituntut untuk mampu
membekali peserta didik moral, kepribadian, kualitas dan kedewasaan
hidup guna menjalani kehidupan bangsa yang multi cultural, yang sedang
dilanda krisis ekonomi agar dapat hidup damai dalam komunitas dunia di
era globalisasi.
C. Konsep Pendidikan Islam di Era
Modern
Pendidikan Islam adalah sebuah sarana untuk menyiapkan masyarakat
muslim yang benar-benar mengerti tentang Islam. Maka, seorang pendidik
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada anak
didik. Pendidikan Islam berbeda dengan pendidikan lainnya, dalam Pendidikan
Islam hanya berpusat pada nilai-nilai keislaman, terbentuknya akhlak seseorang dan
ketaatan kepada Allah. Saat ini Pendidikan Islam sendiri berfungsi untuk landasan
dan sarana untuk membentuk moralitas umat Muslim di masa depan. Moralitas
pada masa depan sangatlah penting, agar tidak terjadi kekacauan yang nantinya akan
merusak martabat bangsa.
Di zaman modern ( abad ke-19 sampai dengan sekarang ) hubungan
Islam dengan dunia Eropa dan Barat terjadi lagi. Pada zaman ini timbul kesadaran
dari umat Islam untuk membangun kembali kejayaannya dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi dan peradaban melalui berbagai lembaga pendidikan,
pengkajian, dan penelitian. Umat Islam mulai mempelajari berbagai kemajuan yang
dicapai oleh Eropa dan Barat, dengan alasan bahwa apa yang dipelajari dari Eropa
dan Barat itu sesungguhnya mengambil kembali apa yang dahulu dimiliki umat
Islam.
Modernitas sendiri berasal dari perkataan “modern” yang berarti segala sesuatu
yang berkaitan dengan kehidupan masa kini. Untuk mengikuti perkembangan itu, maka
pendidikan Islam harus diarahkan pada kebutuhan perubahan masyarakat modern.
Pendidikan Islam perlu didesain untuk menjawab tantangan perubahan zaman tersebut, baik
pada sisi konsepnya, kurikulum, kualitas sumberdaya insaninya, lembaga-lembaga dan
organisasinya, serta mengkonstruksinya agar dapat relevan dengan perubahan masyarakat .
Akan tetapi dalam menghadapi masalah tersebut, Pendidikan Islam belum
mampu menempatkan dirinya pada posisi yang strategis. Dampaknya umat Islam sampai
sekarang belum bisa berharap banyak akan munculnya nuansa kreasi baru dan inovasi –
inovasi ‘spektakuler’ yang dihasilkan dari lembaga pendidikan Islam. Seorang Muslim yang
memahami karakteristik kehidupan modern diharapkan dapat melaksanakan ajaran
agamanya tanpa dihantui rasa cemas, takut, gusar, gelisah, atau perasaan bersalah sehingga
tidak memunculkan sikap fundamentalis eksklusif. Modernitas tidak perlu dihindari karena
pada dasarnya tidak bisa dipungkiri bahwa modernisasi memiliki peluang sekaligus tantangan
bagi kemajuan agama Islam.
Tantangan pendidikan Islam di zaman modern ini menurut Daniel Bell saat ini
keadaan dunia ditandai oleh lima kecenderungan yaitu :
1) Kecenderungan integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya persaingan
bebas dalam dunia pendidikan.
2) Kecenderungan fragmentasi politik yang menyebabkan terjadinya peningkatan
tuntutan dan harapan dari masyarakat.
3) Kecenderungan penggunaan teknologi canggih (sofisticated technology)
khususnyaTeknologi Komunikasi dan Informasi (TKI) seperti komputer.
4) Kecenderungan interdependency (kesalingtergantungan), yaitu suatu keadaan
dimana seseorang baru dapat memenuhi kebutuhannya apabila dibantu oleh
orang lain.
5) Kecenderungan munculnya penjajahan baru dalam bidang kebudayaan (new
colonization in culture) yang mengakibatkan terjadinya pola pikir (mindset)
masyarakat pengguna pendidikan.
Maka, begitu banyak perubahan yang terjadi pada Pendidikan
Islam di era modern ini. Kita sebagai calon pendidik harus mempunyai
kemampuan untuk menciptakan suatu inovasi agar anak didik kita memiliki
akhlak yang baik dan mengenal adanya Allah. Kualitas SDM seorang guru
juga sangat di perhitungkan, karena guru yang profesional akan
menciptakan anak didik yang hebat, yang nantinya akan menjadi seorang
Muslim yang sejati.
D. Posisi Pendidikan Islam Di Era
Modern
Dalam perkembangan terakhir jika dilihat dari indikator kuantitatif
pendidikan Islam di Indonesia menunjukkan kemajuan. Pelaksanaan pendidikan
agama Islam di sekolah-sekolah umum misalnya berlangsung minimal 2 jam
pelajaran perminggu. Bahkan banyak sekolah lainnya menambah dengan kegiatan
ekstrakurikuler dan termasuk juga kurikulum muatan lokal. Selain itu di sekolah-
sekolah juga diadakan paket-paket khusus keagamaan seperti pesantren kilat, dan
kurikulum plus.
Namun ada juga sekolah yang mendapat keluhan dari para guru mengenai
perilaku murid atau kenakalan serta menurunnya akhlak anak. Beberapa sekolah
yang kreatif mereka mencari berbagai strategi supaya kesulitan-kesulitan
pembinaan akhlak anak tersebut dapat diatasi. Sehingga di beberapa sekolah
ditemukan para guru dengan mensyaratkan perilaku dan lulusan nilai pengetahuan
dan sikap serta praktek agama untuk dapatnya siswa mengikuti berbagai ujian.
Adapun secara kuantitas jumlah Madrasah Ibtidaiyah (MI), MTs dan MA
sangat benyak peningkatan. Ini menandakan bahwa pendidikan Islam itu memiliki
peningkatan yang signifikan

Anda mungkin juga menyukai