Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BELAJAR, KOGNISI, DAN MEMORI


(Di Susun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologo pengajaran)

Di Susun oleh:
1. Risalatul Imamah (2421002)
2. Siti Afria Nurrohma (2421012)

Dosen Pengampu:
Ibu Ulumul Umah,S.pd.,M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS BISNIS,BAHASA DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat, baik nikmat
kesehatan, kesempatan, serta iman islam. Segala puji hanya milik Allah SWT. Dzat yang
menguasai alam semesta, mengurusi semua urusan makhluk- Nya tanpa ada yang tersisa, yang
memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki, dan menyesatkannya kepada siapa yang
Dia kehendaki. Salawat serta salam tak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi besar,
Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW. beserta para sahabatnya, keluarganya, pengikutnya dan
umatnya yang selalu istiqomah menjalankan risalah-risalah beliau.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini, dan kepada teman-teman yang memberikan support untuk penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak luput dari kesalahan, baik dalam penulisan kata
maupun bahasa yang penulis sampaikan. Oleh karena itu, sangat diharapkan masukkan berupa
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna perbaikan dan kesempurnaan makalah
ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dimanfaatkan sebagai sarana untuk
belajar mencari ilmu yang diridhoi Allah subhanahu wa ta'ala, sehingga dapat menggapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin.

Jombang, 13 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
A. Latar belakang....................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................... 2
A. Definisi dan Contoh Belajar .................................................................................................................. 2
1. Definisi belajar .................................................................................................................................. 2
2. Pembiasaan Perilaku Respon ............................................................................................................ 2
3.Teori Pendekatan Kognitif.................................................................................................................. 3
4. Proses dan Fase Belajar..................................................................................................................... 3
B. Pengertian Kognisi ................................................................................................................................ 4
1. Secara Etimologi................................................................................................................................ 4
2. Secara Terminologi............................................................................................................................ 4
C. Pengertian Memori ............................................................................................................................... 9
1. Jenis-jenis Memori .......................................................................................................................... 10
2. Model-Model Memori Ganda ......................................................................................................... 11
3. Model Memori Kerja ....................................................................................................................... 12
4. Analisis Teoritik Tentang Kepakaran ............................................................................................... 13
5. Kapasitas Memori ........................................................................................................................... 14
6. Gambaran Proses Memori Otak...................................................................................................... 17
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................................................... 18
Daftar Pustaka......................................................................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kognisi diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk


memperoleh pengetahuan. Dalam proses kognisi yang dilakukan ialah memperoleh pengetahuan,
melalui aktivitas mengingat, menganalisis dan memahami suatu peristiwa. Dengan ini berati
manusia memiliki Kemampuan berpikir yang dimungkinkan untuk berkembang dikarenakan
manusia memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Dengan adanya proses berfikir, manusia
menggunakan memori (ingatan) yang dimiliki guna menyimpan informasi atau pengetahuan
yang diperoleh.

Memori (ingatan) merupakan elemen pokok dalam pikiran manusia, seperti saat manusia selalu
mengingat semua peristiwa yang telah terjadi, memori manusia berisi semua pengetahuan dan
semua perilaku. Memori pada manusia memiliki banyak kemampuan dan kapasitas penyimpanan
yang cukup besar, sehingga tak terhitungkan batasnya.

Memori sangat berperan penting dalam kehidupan manusia sehari hari. Memori memiliki fungsi
yang penting bagi manusia. Jika kita lakukan aktivitas berpikir maupun menalar, maka
sebahagian besar kita menggunakan fakta dari memori atau ingatan kita. Maka dari itu memori
sangat berfungsi dan berperan aktif dalam kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.

a. Apa yang dimaksud dengan belajar, kognisi dan memori?

b. Bagaimana terjadinya proses belajar, kognisi dan memori?

c. Apa saja peran memori dalam kehidupan manusia?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini sebagai berikut.

a. Menjelaskan mengenai pengertian belajar, kognisi dan memori.

b. Menjelaskan terjadinya proses belajar, kognisi dan memori.

c. Menjelaskan peran memori dalam kehidupan manusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Contoh Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat pundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan
manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya pada guru.
Kekeliruan/ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang
Berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai
peserta didik.

1. Definisi belajar

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau


menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajar. Orang yang
beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu
menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks
atau yang diajarkan oleh guru.

Di samping itu, ada pula yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak
pada latihan membaca dan menulis. Persepsi ini biasanya akan merasa puas bila anak-anak
mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu, walaupun tanpa
pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan keterampilan tersebut.

Dalam eksperimennya Pavlor menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan-hubungan


antara conditioning stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR),
dan Unconditioned response (UCR).

CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respon yang dipelajari

CR adalah respon yang dipelajari itu sendiri

UCS adalah rangsangan yang menimbulkan respon yang tidak dipelajari

UCR adalah respon yang tidak dipelajari

2. Pembiasaan Perilaku Respon

2
Teori pembiasaan perilaku respon (operant conditioning) penciptanya bernama Burhus Fredic
Skimer (lahir tahun 1904) seorang penganut behaviorism yang dianggap kontroversial. Tema
yang mewarnai karyanya adalah bahwa tingkah kaku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi
yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri (Bruno, 1987)

Operant adalah sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek yang sama terhadap tingkah
lingkungan yang dekat (Reber, 1988)

3.Teori Pendekatan Kognitif

Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting bagi sains kognitif yang telah memberi
konstribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi. Pendidikan sains kognitif
merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas psikologi kognitif, ilmu-ilmu komputer,
linguistik, intelegensi buatan matematika, epistemology dan neuropsychological/ psikologi
syaraf.

Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal mental manusia.
Dalam pandangan ahli kognitif tingkah laku manusia tampak tidak dapat diukur dan
diterbangkan tanpa melibatkan proses mental seperti; motivasi, kesengajaan, keyakinan dan
sebagainya.

4. Proses dan Fase Belajar

a. Definisi proses Belajar

Proses dari bahasa latin “processus" yang berarti “berjalan ke depan” menurut Chaplin (1972)
proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.

Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya


beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses
belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang
terjadi dalam diri siswa

b. Fase-Fase dalam proses Belajar.

Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses pembelajaran
siswa menempuh tiga episode atau fase.

1. Fase informasi (tahap penerimaan materi)

2. Fase transformasi (tahap pengubahan materi)

3. Fase evaluasi (tahap penilaian materi)

Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar selalu
berlangsung dalam 3 tahapan.

3
1. Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)

2. Storage (tahap penyimpanan informasi)

3. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)

B. Pengertian Kognisi

1. Secara Etimologi

Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi dapat pula
diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh
pengetahuan

2. Secara Terminologi

Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir
tentang seseorang atau sesuatu. Jadi gejala kognisi adalah gejala bagaimana cara manusia
memberi arti pada rangsangan.

Berikut ini merupakan pengertian kognisi menurut beberapa ahli, antara lain; Neisser (1979)
menyatakan bahwa kognisi adalah kegiatan organisme (manusia) untuk mengetahui,
memperoleh, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan.

Ellis dan Hant (1993) studi tentang proses mental manusia.

3. Anderson (1995) IP yang mencoba memahami mekanisme-mekanisme dasar yang melandasi


pikiran manusia

4. Stenberg (1999) berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi. mempelajari, mengingat


dan memikirkan informasi.

5. Solso (2001) studi ilmiah tentang jiwa yang berpikir dan berkaitan dengan:

a). Bagaimana kita memperhatikan dan memperoleh informasi

b). Bagaimana informasi disimpan dan diproses dalam otak

c). Bagaimana memecahkan masalah, berfikir dan merumuskan Bahasa

6. Matsumoto (2008) beranggapan bahwa kognisi adalah istilah umum yang mencakup seluruh
proses mental yang mengubah masukan-masukan dari indera menjadi pengetahuan.

7. Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa kognisi adalah istilah umum yang
mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain,
dan penalaran.

4
8. Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa kognitif adalah bagaimana anak
beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Pieget
memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai
realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan
konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar
dia, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta
dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.

9. Chaplin (2002) dikatakan bahwa kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk
mengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka,
membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai,

Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa kognitif adalah
sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan
seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari,
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan. menlai, dan memikirkan
lingkungannya.

a. Teori Psikologi Kognisi

Menurut para ahli, teori psikologi kognisi dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi
Gestalt di Jerman. Mereka berpendapat bahwa dalam meresepsi lingkungannya, manusia tidak
sekedar mengendalikan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari
penginderaan itu diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan
selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku.

Pandangan teori kognisi menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah
elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi).
Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk kedalam
kognisi manusia.

b. Gejala-gejala dari Pengenalan Kognisi

Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan pemikiran dan tidak
dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung,
namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan anak untuk
mengingat angka dari 1-10, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan
menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir
manusia. Gejala-gejala kognisi meliputi:

5
a. Pengamatan

Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek
dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan
informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Proses-proses
pengamatan adalah sebagai berikut:

1). Penglihatan

2). Pendengaran.

3). Rabaan

4). Pembauan penciuman

5). Pengecapan

Agar orientasi pengamatan dapat berhasil dengan baik, diperlukan aspek pengaturan terhadap
objek yang diamati, yaitu:

1). Aspek ruang.

2). Aspek waktu

3). Aspek gestal.

4). Aspek arti.

b. Tanggapan

Yaitu suatu bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan.
Tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

1). Tanggapan masa lampau atau tanggapan ingatan

2). Tanggapan masa datang atau tanggapan mengantisipasikan

3). Tanggapan masa kini atau tanggapan representative (mengimajinasikan)

c. Perbedaan Pengamatan dan Tanggapan

1). Pengamatan terikat pada tampat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada wakyu
dan tempat.

2). Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan obyek tanggapan tidak mendetail dan
kabur.

6
3). Pengamatan memerlukan stinulis, sedang tanggapan tidak perlu.

4). Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan tanggapan bersifat imajenir.

d. Ingatan

Ingatan adalah saat manusia mempertahankan dan menggambarkan pengalaman masa lalunya
dan menggunakannya sebagai sumber informasi saat ini. Proses dari mengingat adalah
menyimpan suatu informasi, mempertahankan dan memanggil kembali informasi tersebut. Pada
dasarnya ingatan dapat dibagi dua kategori yaitu:

1). Ingatan eksplisit

Ingatan eksplisit meliputi penginderaan, semantik, episodik, naratif, dan ingatan otobiografi.

2). Ingatan implisit

Ingatan implisit meliputi penginderaan, pengkondisian rangsang - respon, emosi, ingatan


prosedural.

e. Fantasi

Fantasi dapat dilukiskan sebagai fungsi yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam
alam imajinasi melampaui dunia riil. Ada beberapa macam sifat fantasi yaitu, Fantasi bersifat
mengabstraksikan, kalau dalam berfantasi itu ada bagian-bagian yang dihilangkan. Fantasi
bersifat mendeterminasikan kalau dalam berfantasi itu sudah ada semacam skema tertentu, lalu
diisi dengan gambaran lain. Fantasi bersifat mengkombinasikan kalau menggabungkan bagian
dari tanggapan yang satu dengan yang lainnya.

f. Berpikir

Berfikir merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan dengan proses atau jalannya. Proses
jalannya berfikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu:

1). Pembentukan pengertian.

2). Pembentukan pendapat

3). Penarikan kesimpulan

4). Psikologi Fikir

g. Intuisi

Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan
intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba datang dan diluar kesadaran. Misalnya,

7
seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku, ternyata, didalam buku itu
ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun.

c. Proses Kognisi

Menurut Tri Dayakisni (2008) salah satu proses dasar kognisi ialah pemberian kategori pada
setiap benda atau obyek atas dasar persamaan dan perbedaan karakternya. Selain kedua hal di
atas, pemberian kategori juga biasanya didasarkan pada fungsi dari masing-masing objek
tersebut. Proses-proses mental dari kognisi mencakup persepsi. pemikiran rasional, dan
seterusnya. Ada beberapa aspek kognisi, yaitu kategorisasi (pengelompokkan), memori (ingatan)
dan pemecahan masalah (problem solving).

Salah satu proses dasar kognisi adalah cara bagaimana orang melakukan kateorisasi. Kategorisasi
dilakukan umumnya atas dasar persamaan dan perbedaan karakter dari obyek- obyek dimaksud.
Selain itu fungsi dari obyek juga merupakan deterministic utama inidari proses kategorisasi.
Misal, ketika kita melakukan kategorisasi mengenai buku. Ada bermacam-macam buku mulai
dari buku cerita, buku tulis, buku pelajaran hingga buku mewarnai untuk anak-anak. Semuanya
kita masukkan dalam kategorisasi karena kesamaan bentuknya dari fungsinya yaitu tempat
menuliskan sesuatu. Kertas tidak kita kategorisasikan ke dalam buku karena meskipun fungsinya
bias dianggap sama namun dalam hal bentuk sangat berbeda. Buku tersusun atas banyak lembar
kertas, sedang kertas tersusun atas satu lembar atau bias dihitung sejumlah jari tangan.

Seperti contoh kertas tadi, beberapa konsep psikologi juga berlangsung universal dalam
kategorisasi. Contohnya, adalah kesepakatan dalam semua budaya akan masalah kategorisasi
warna-warna apa yang digolongkan warna-warna apa yang digolongkan warna primer dan warna
sekunder. Semua budaya tanpa melihat apakah budaya tersebut memiliki kosakata untuk
berpuluh variasi wama ataupun hanya dua kosakata seperti suku di pedalaman. Papua yang
hanya memiliki kosakata warna gelap dan warna terang-ternyata tetap mampu melakukan
penggolongan wama-wama dan diminta untuk menunjukkan kembali ternyata bias. Namun
kesulitan biasanya terjadi ketika warna yang ditunjukkan adalah warna sekunder (campuran).
Seorang Eskimo mampu membedakan gradasi warna es (warna putih bercampur warna lain)
dengan namanya masing-masing. Bagi individu yang tidak hidup di lingkungan es tentunya akan
kesulitan ketika yang ditunjukkan adalah warna sekunder dari putih. Berikut ini merupakan
gambaran proses kognisi.

8
Berdasarkan gambar tersebut dapat dikatakan bahwa proses kognisi meliputi beberapa aspek,
yaitu pengamatan, bahasa, berpikir kritis, proses berpikir, serta memori. Hal tersebut dapat
diperoleh dari berbagai macam hal misalnya, keluarga, kemampuan social, iklim,
kebiasaan/perilaku, emosi, serta guru. Stimulus-stimulus tersebut akan diproses dengan
diklasifikasi oleh otak kanan (imaginasi) maupun otak kiri (berpikir positif).

C. Pengertian Memori

Memori adalah elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif (Solso, dkk.. 2008).
Statemen tersebut menjadi alasan kuat kenapa memori menjadi suatu hal yang penting dalam
proses perkembangan kognitif manusia. Penelitian tentang memori tidak pernah berhenti sampai
akhir tahun 1900-an. Berbagai ilmuwan semakin memperbaiki satu teori menuju teori
selanjutnya.

James, seorang ilmuwan, mengungkapkan beberapa statemen mengenai memori. Ia beranggapan


bahwa memori memiliki sifat dualistik, yaitu transitoris (sebagai perantara) dan sifat permanen.
James juga mengungkapkan tentang efek awal-akhir (primacy and recentcy) dan efek Von
Restroff. Efek awal-akhir (primacy and recentey) adalah, yaitu 9 apabila ditunjukkan data pada
seseorang r ang pertama dan terakhir adalah item yang cenderung paling diingat. Sedangkan efek
Von Restroff adalah apabila dalam suatu data adanya item yang unik, maka item unik tersebut
adalah yang paling diingat.

Pada tahun 1968. Richard Attkinson dan Richard Shiffrin mengungkapkan teori tentang memori
dalam versi terbaru. Menurut Attkinson dan Shiffrin, memori memiliki 3 area penyimpanan,
yaitu register sensorik, penyimpanan jangka pendek, dan penyimpanan jangka panjang.

Sebuah stimulus ditangkap oleh alat indera kita kemudian dilanjutkan menuju ke otak ke memori
jangka pendek. Kemudian disimpan menuju memori jangka panjang yang nantinya akan
dimunculkan kembali. Sesuai dengan model yang dibuat oleh Atkinson dan Shiffrin, pertama-
tama kita merekam informasi yang ingin kita ingat melalui alat indera kita (sensory memory).
Setelah itu akan disalurkan dan dibawa menuju short-term memory (STM). Memori yang
muncul dalam STM dapat bertahan apabila kita melakukan latihan untuk mengingat informasi

9
tersebut. Informasi yang berada pada STM hanya akan bertahan sekitar 30 detik saja tanpa
adanya pengulangan, sehingga apabila tidak di-'latih' akan sangat mungkin bagi kita untuk
melupakan informasi tersebut. Hal tersebut dikarenakan ingatan kita sebenarnya hanya mampu
menangkap informasi yang berbeda dalam satu waktu. Maka dari itu informasi lain yang tidak
diinginkan akan hilang dan atau ditransfer menuju long-term memory (LTM). Long-term
memory (LTM) merupakan tempat penyimpanan pada otak yang kekal, dimana disana tersimpan
semua pengetahuan, skill, dan pengalaman yang pernah kita alami.

Definisi mengenai STM dari Atkinson dan Shiffrin dianggap tidak melingkupi semua proses
yang berkembang pada transformasi informasi dari STM ke LTM. Sehingga para psikolog pada
masa kini mengkaji kembali ide-ide tentang STM yang kemudian di-update menjadi konsep yang
lebih komprehensif, yaitu working memory. Working memory melibatkan seluruh proses antara
pengambilan informasi dari STM dan transformasi penyimpanan pada LTM.

Adapun yang dinamakan memori eksplisit dan memori implisit pada proses ini. Memori ekspilist
adalah keadaan dimana dengan sadar kita menyimpan sebuah informasi, contohnya yaitu belajar,
menghafal angka, dll. Sedangkan memori implisit adalah dimana kita menyimpan informasi
dalam keadaan tidak sadar. Seperti tiba-tiba kita teringat hal-hal kecil dalam kejadian sehari-hari.
Secara umum, memori dapat diakses kembali melalui 3 cara, yaitu:

1) Recall : proses ini mendeskripsikan bagaimana kita memanggil kembali informasi yang
pernah kita ketahui. Proses ini dianalogikan seperti saat kita melengkapi pernyataan yang
memiliki kata-kata yang hilang.

2) Recognition: proses saat dimana kita hanya butuh untuk mengidentifikasi informasi yang
disajikan bersamaan dengan informasi lain. Proses ini dianalogikan seperti saat kita mengerjakan
soal pilihan ganda.

3) Relearning: proses mempelajari kembali hal-hal yang telah disimpan beberapa waktu lalu.
Contohnya saat belajar untuk ujian, kita akan lebih mudah belajar dengan mengingat ulang
kembali materi-materi yang hampir dilupakan.

1. Jenis-jenis Memori

Kita sering berpikir tentang memori, kita selalu membayangkan suatu tempat penyimpanan yang
berisi informasi atau pengetahuan. Terdapat dua penyimpanan di dalam memori kita yakni
memori jangka panjang atau LTM dan memori jangka pendek atau STM. Memori jangka pendek
atau disebut STM memiliki peranan penting dalam proses memori, karateristik dari STM adalah
penyimpanannya yang terbatas diimbangi oleh kapasitas pemrosesan yang juga terbatas dan
terdapat pertukaran konstan antara kapasitas penyimpanan dan kemampuan pemrosesan. Teknik
Brown paterson mendemonstrasikan bahwa kapasitas kita untuk menyimpan informasi dalam
suatu area penyimpanan, sementara sifat sangat terbatas dan rentan terhadap memudarnya

10
informasi dengan cepat jikalau tidak memiliki kesempatan mengulang informasi tersebut.
Adapun gagasan yang mendukung keberadaan dua penyimpanan memori dapat dirangkum:

a. Pengamatan sehari-hari menunjukkan bahwa sejumlah hal di ingat selama sesaat sedangkan
hal hal lain di ingat dalam jangka waktu yang lama.

b. Eksperimen eksperimen psikologis menunjukkan bahwa pengambilan sejumlah informasi


dalam memori adalah karateristik kinerja memori jangka pendek. Sedangkan pengambilan
sejumlah informasi yang lain adalah karateristik kinerja memori jangka panjang, misalnya terkait
data awal dan akhir.

Studi-studi fisologis menunjukkan bahwa kinerja memori jangka pendek dapat mengalami
hambatan, sedangkan kinerja memori jangka panjang tampak tetap stabil.

2. Model-Model Memori Ganda

a. James

Model memori ganda (Dualistic Model Of Memory) berkembang pada akhir tahun 1800-an
ketika James membedakan Memori lansung (Immediate Memory) yang disebut juga dengan
memori primer dan Memori tidak lansung (Indirect Memori) atau disebut juga dengan memori
sekunder. James menyusun teorinya tentang struktur memori berdasarkan introspeksi, dan ia
menganggap memori sekunder sebagai suatu tempat penyimpanan informasi (pengalaman) yang
pernah dialami, namun tidak dapat diakses lagi. James berpendapat bahwa memori primer yang
mirip (namun tidak identik) atau memori jangka pendek (Short Term Memory/STM) merupakan
jalur- jalur yang tidak pernah meninggalkan kesadaran dan senantiasa menyediakan "tayangan"
peristiwa-peristiwa yang dialami.

Kemudian memori sekunder atau memori jangka panjang (Long Term Memory/LTM),
didefenisikan sebagai jalur-jalur yang "terpahat" dalam jaringan otak manusia, dan setiap
manusia memiliki struktur jalur yang berbeda. James juga berpendapat bahwa memori memiliki
sifat dualistik, yaitu transitoris (sebagai pengantar) dan permanen, meskipun demikian pada masa
James belum terdapat bukti ilmiah yang mendukung perbedaan defenisi operasional antar kedua
sistem memori tersebut.

Bukti-bukti ilmiah tersebut baru muncul 75 tahun kemudian ketika hubungan antara memori
primer dan memori sekunder dideskripsikan oleh Waugh dan Norman pada tahun 1965, didalam
model sistem mereri primer dan sekunder, sebuah item memasuki memori primer dan kemudian
disimpan (melalui latihan pengulangan) atau dilupakan. Dengan menggunakan pengulangan
(Rehearsal), item tersebut memasuki memori sekunder dan selanjutnya menjadi bagian dari
memori permanen.

b. Waugh dan Norman

11
Model behavioral modern pertama dikembangkan oleh Waugh dan Norman pada tahun 1965.
Model tersebut adalah model dualistik, mencakup memori primer dan memori sekunder. Wough
dan Noman mengembangkan model James dengan mengkuantifikasikan karakteristik-
karakteristik memori primer. Sistem penyimpanan jangka pendek diketahui memiliki kapasitas
yang sangat terbatas, sehingga hilangnya informasi terjadi tidak hanya sebagai suatu proses yang
terjadi "seiring berlalunya waktu", namun terjadi karena item-item baru "menindihi" item-item
lama saat ruang penyimpanan telah penuh.

c. Atkinson dan Shiffrin

Atkinson dan Shiffrin meminjam konsep dualistik memori dari Waugh dan Norman, namun
dengan adanya lebih banyak subsistem dalam STM dan LTM. Model-model awal tentang
memori, menurut Atkinson dan Shiffrin bersifat terlalu menyederhanakan dan tidak cukup kuat
untuk menangani kerumitan proses atensi, proses membandingkan stimuli, pengendalian dalam
mengambil memori (Retrieval Control), pemindahan dari STM ke LTM, pencitraan, memori
penyandiaan sensorik.

Dalam model Atkinson dan Shiffrin, memori memiliki tiga area penyimpangan, antara lain yaitu:

1). Register sensorik

2). Penyimpanan jangka pendek

3). Penyimpanan jangka panjang

Atkinson dan Shiffrin membuat suatu perbedaan penting antara konsep memori dan konsep
penyimpanan memori. Istil 13 " mengacu pada data-data yang disimpan, sedangkan
"penyimpanan "Store) mengacu pada komponen struktural yang berisi informasi. Dalam model
Atkinson dan Shiffrin, informasi dalam penyimpanan jangka pendek dapat ditransfer ke
penyimpanan jangka panjang. sedangkan informasi lain dipertahankan selama beberapa menit
dalam penyimpanan jangka pendek namun tidak pernah memasuki penyimpanan jangka panjang.

Penyimpanan jangka pendek dipandang sebagai suatu sistem kerja (Working System) yang di
dalamnya informasi-informasi yang masuk akan memudar dan menghilang dengan cepat,
informasi yang tersimpan dalam penyimpanan jangka pendek dapat berupa suatu bentuk yang
berbeda dengan wujud asli informasi tersebut, misalnya sebuah kata yang dibaca oleh sistem
visual akan diubah dan direpresentasikan dalam memori secara auditorik.

3. Model Memori Kerja

Formulasi teknik Brown dalam mengkur kapasitas STM beserta kasus H.M memperkuat konsep
STM sebagai sistem memori yang mandiri. STM tidak hanya dianggap terpisah dari LTM,
namun konsep STM juga memiliki landasan fisiologis yang ditegaskan oleh studi studi
neurologis terhadap pasien yang mengalami kerusakan otak.

12
Memori kerja (working memory) didefinisikan secara konseptual sebagai suatu tipe kerja yang
secara konstan mengubah, mengkombinasikan dan memperbarui informasi baru ataupun lama.
Model memori kerja menyanggah pandangan bahwa STM hanyalah sekedar "kotak" dikepala
dan konsep memori kerja juga menyanggah gagasan bahwa kapasitas STM terbatah hanya pada
tujuh item. Baddley menyatakan bahwa rentang memori ditentukan oleh kecepatan kita
mengulang informasi. Intisari dari gagasan Baddely adalah bahwa kita dapat melakukan
pengulangan hanya sejumlah informasi yang terbatas dalam putaran fonologis (phonological
loop), dan satu satunya determinan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengucapkan kata-kata
tersebut secara lisan. Komponen kedua dalam memori kerja adalah "alas sketsa visuospasial
(visuospatial sketchpad) yang memiliki kemiripan dengan putaran fonologis namun berperan
mengendalikan kinerja visual dan spasisal. Eksekutif sentral (central executive) berperan
layaknya seorang penyelia yang menentukan topik topik yang seharu 14 kan dan apa yang harus
dilakukan apabila sistem mengalami masalah. Tidak lamasetelah model memori kerja
diperkenalkan, para peneliti mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai putaran fonoligis,
visuopital dan hakikat eksekutif sentral menggunakan standar pengukuran dalam ilmu psikologi.
Cabeza dan Nyberg (1997) menemukan bahwa putaran fonologis memiliki kaitan aktivasi
bilateral pada lobus frontal dan parietal, alas sketsa visuospital mengaktifkan area area yang
berbeda dalam korteks. Penahan episodik adalah suatu sistem berkapasitas terbatas yang
menggabungkan informasi dari LTM, dari alas sketsa visuopasial, serta dari putaran fonologis
kedalam eksekutif sentral.

4. Analisis Teoritik Tentang Kepakaran

Chase dan Ericsson (1982) dalam Solso menjelaskan tiga prinsip kinerja memori

I). Mnemonic encoding principle (prinsip penyandian mnemonic) Menyatakan bahwa para pakar
menyandikan informasi berdasarkan basis pengetahuan yang luas, yang dimiliki para pakar
tersebut.

2). Retrieval structure principle (prinsip struktur pengambilan informasi) Menyatakan bahwa
para pakar menggunankan pengetahuan mereka tentang suatu objek untuk mengembangkan
mekanisme yang sangat terspesialisasi dan abstrak yang secara sistematik menyandikan dan
mengembangkan pola-pola yang bermakna dari LTM.

3) Speed-up principle (prinsip percepatan) Menyatakan bahwa latihan akan meningkatkan


kecepatan para pakar dalam mengenali dan menyandikan pola-pola.

Salah satu unsur yang sering kali terabaikan dalam diskusi tentang para pakar adalah latihan
(practice), yang merupakan tema yang dianalisis secara mendetail oleh Ericsson, Krampe, dan
Tesch-Römer (1993). Seperti kata pepatah "practice makes perfect" hal ini menunjukkan bahwa
meskipun sederhana latihan tersebut, latihan yang "cerdas" dengan alokasi waktu yang teratur
adalah jenis latihan yang berhubungan positif dengan kepakaran.

13
5. Kapasitas Memori

a. Short Time Memory (STM)

Menurut miller dalam catatan resmi paling awal tentang keterbatasan STM ditemukan pada
pengamatan Sir william Hamilton, seorang filsuf abad ke-19, yang mengatakan: "jika anda
melemparkan segenggam kelereng ke lantai, Anda paling-paling hanya mampu mengamati,
secara sekaligus, enam atau paling banyak tujuh paling banyak tanpa rasa bingung."

Miller menyusun hipotesis bahwa kapasitas kita untuk memproses informasi memiliki batas
sekitar tujuh unit, dalam hipotesis miller, ketebatasan-keterbatasan tersebut diakibatkan oleh
adanya sejumlah mekanisme yang bersifat mendasar dan umum, mekanisme ini selanjutnya
dikenal sebagai STM.

George Miller (1956), chunking adalah alat mengingat yang kuat yang sangat meningkatkan
jumlah informasi yang dapat diandalkan dalam memori jangka pendek. Menghafal nomor
telepon adalah salah satu contoh yang sering digunakan dalam penggunaan chunking, biasanya
kita membagi no tersebut kedalam 3 atau 4 bagian, sehingga dengan demikian kita akan dapat
mudah mengingat dan menghafal nomor tresebut. Chunking juga dapat sangat berguna ketika
anda mencoba untuk menghafal sejumlah besar informasi, seperti urutan nomor atau daftar kata.
Proses chunking adalah suatu proses yg penting karena menjelaskan fenomena STM yang
mampu memproses sejumlah besar informasi tanpa menyebabkan kemacetan" dalam rangkaian
pemrosesan informasi.

1). Penyandian Informasi dalam STM

Informasi yang tersimpan dalam STM dapat berupa informasi auditori, visual. dan semantik.
Sandi auditorik merupakan sandi yang paling dominan dari STM. yakni partisipan mendapatkan
informasi dengan pendengaran, sandi visual yaitu partisipan mendapatkan informasi dengan
penglihatan. Sandi sematik yaitu sandi yang berhubungan dengan makna.

2). Pengambilan informasi dari STMI

Di era modern pemrosesan informasi sangat di pengaruhi oleh sebuah teknik ekperimental yang
di kembangkan oleh Saul Stemberg. Teknik ini melibatkan sebuah tugas pemindaian serial yang
didalamnya pentisipan mendapatkan stimuli berupa serangkaian item, misalnya angka, dengan
jeda 1,2 detik setiap item. Diasumsikan bahwa item-item tersebut disimpan dalam STM
partisipan. Setelah partisipan menghapalkan daftar, ia menekan sebuah tombol untuk
memunculkan sebuah angka yang ada (atau yang tidak ada) dalam daftar yang telah dilihat
sebelumnya. Tugas partisipan adalah membandingkan angka tersebut dengan daftar yang telah
diingatnya dan menjawab apakah angka tersebut memang ada didaftar atau tidak. Setiap tugas
berisi daftar yang berbeda. para peneliti mengubah-ubah ukuran daftar sesuai kapasitas STM
yaitu dari satu hingga enam angka. Pada dasarnya, tugas ini mengharuskan partisipan mencari

14
angka-angka dalam suatu daftar untuk menemukan jawaban yang tepat. Pencarian seperti ini
dapat berhenti dengan sendinnya saat partisipan telah menemukan angka tersebut dan
memberikan jawaban, sebaliknya partisipan mungkin melakukan pencarian menyeluruh terhadap
daftar di memori sebelum melaporkan jawabannya, terlepas ia menemuka angka itu atau tidak.

b. Long Time Memory (LTM)

1). Lokalisasi dan Distribusi LTM

Studi-studi masa kini yang mempelajari memori dalam kaitannya dengan neurosains kognitif
cenderung bersifat terus terang (straightforward). Studi- studi tersebut melibatkan penentuan
letak (plotting) fungsi-fungsi kognitif dalam topografi otak, melibatkan pelacakan jejak-jejak
memori (memory traces) dan pengidentifikasian perubahan-perubahan neural di otak yang
terasosiasi dengan pembentukan dan perubahan memori (Solso, Maclin, & Maclin, 2008).

Lokasi tempat memori disimpan adalah di seluruh bagian otak, meskipun juga berpusat di
bagian-bagian tertentu. Studi-studi PET menunjuka bahwa area frontal di otak banyak terlibat
dalam pemrosesan informasi dimana kinerja memori bersifat spesifik (Craik dalam Solso, dkk.,
2008). Sebagaimana diketahui dari studi pasien vane menderita kerusakan otak bagian frontal 17
tersebut, bahwa hippocampus an thalamus merupakan bagian yang esensial dari memori jangka
panjang. Memori jangka panjang yang permanen nampaknya tersimpan dan diproses dalam
cerebral cortex. Informasi dari mata dan telinga dilewatkan ke visual cortex dan auditory cortex,
dan nampaknya memori jangka panjang yang bertipe visual dan auditori juga disimpan di sekitar
lokasi tersebut. Informasi yang awalnya berada di sistem memori jangka pendek melalui proses
pengulangan kemudian berpindah ke sistem memori jangka panjang. Selanjutnya setelah berada
di sistem, meori jangka panjang informasi tersebut dapat diperoleh kembali melalui strategi
tertentu atau informasi tersebut terlupakan (gagal diperoleh kembali) karena adanya kekurangan
dalam sistem pengarsipannya (Estem, 2008).

Beberapa region otak memiliki fungsi penting dalam pembentukan memori. Region-region
tersebut meliputi hipokampus dan korteks (yang berbatasan dengan hipokampus), serta thalamus.
Pentingnya region tersebut ditunjukkan oleh studi-studi terhadap pasien-pasien klinis yang
mengalami kerusakan pada arca-area tersebut. Hipokampus sendin bukanlah merupakan
penyimpanan memori jangka panjang yang permanen. Informasi sensorik dikirimkan ke region-
region otak yang spesifik misalnya informasi dari mata dan telinga dikirimkan ke korteks visual
dan korteks auditorik secara berturut-turut. Jadi sekalipun model-model memori menampilkan
memori sebagai kotak. kenyataannya memori tersebar di seluruh otak. Memori adalah suatu
proses yang aktif yang melibatkan sejumlah besar area di otak dan sejumlah area memiliki fungsi
lebih dominan dibandingkan area lain. (Solso, dkk., 2008)

2). Kapasitas Memori LTM

15
Tentunya tidak terpikirkan seberapa memori kita mampu mengingat begitu banyak hal. Apalagi
membayangkan kapasitas dan durasi informasi yang tersimpan dalam LTM. Jaman modern
seperti sekarang ini pasti sudah banyak orang mengetahui komputer dimana penyimpanannya
sangat tidak terbatas. namun tidak bisa dibandingkan dengan otak manusia yang mampu
menyimpan informasi yang mendetail dalam jangka waktu lama. Otak manusia adalah struktur
yang sedemikian ke 18 so, dkk., 2008). Terdapat sebuah penelitian oleh Shepard (1967) yang
menunjukkan kemampuan manusia mengenali gambar setelah periode waktu yang sangat lama.
Disini partisipan memiliki tugas rekognisi memori selama 3 hari, 7 hari, dan 120 hari. Dukungan
lebih lanjut terhadap kapasitas LTM ditemukan oleh Standing Conezio dan Haber (1970).

3). Durasi LTM

Sejumlah penelitian mendukung adanya memori jangka sangat panjang atau very long-term
memory (VLTM). Studi ini dilakukan oleh Bahrick dan Wittlinger (1975). Mereka melakukan
studi cross-sectional dengan memberikan tugas isyarat-gambar (picture-cucing task) dalam tugas
itu para partisipan diminta mengingat nama seorang rekan mereka berdasarkan gambarnya. Data
yang dihimpun Bahrick dan rekan-rekannya mendukung bahwa VLTM memang ada dan
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama. Selain itu, stabilitas rekognisi memori dalam
jangka waktu selama itu sungguh mengejutkan. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat penyandian
awal (pada saat peristiwa tersebut terjadi) dan distribusi rehearsal (pengulangan).

Dalam studi lain oleh Bahrick yang menguji memori tentang bahasa Spanyol yang dipelajari
lima puluh tahun sebelumnya. Meliputi tes pemahaman bacaan, tes mengingat (recall) dan tes
rekognisi terkait perbendaharaan kata (vocabulary), tata bahasa (grammar), dan idiom-idiom.
Dan didapat kemampuan berbahasa Spanyol tersebut masih tetap eksis (dan berguna) setelah 50
tahun. Memori yang "permanen tersebut disebut Bahrick sebagai permastore dan diasumsikan
bahwa memori tentang Spanyol (dan bahasa-bahasa asing lain) dapat eksis untuk jangka waktu
yang lama

4). Penyimpanan LTM

Sebuah penjelasan tentang bagaimana memori jangka panjang dibentuk dan disimpan, ditemukan
dalam karya Donald Hebb yang menjadi klasik. Versi sederhana dari gagasan Hebb tentang LTM
menyatakan bahwa informasi dari STM akan dikirim ke LTM apa 19 g-ulang (rehearsed) di
STM dalam jangka waktu yang cukup lama. transtomasi informasi dari STM ke LTM terjadi
karena struktur STM diotak memiliki sirkuit yang berisikan aktivitas- aktivitas neural yang
bergema (reverberating), yang memiliki neuron-neuron yang mampu bergerak dalam putaran
(loop) secara mandiri. Manaka sirkuit tersebut tetap aktif selama satu periode tertentu, terjadilah
perubahan kimiawi dan/atau perubahan structural, dan memori akan disimpan secara permanen
dalam LTM. Jika informasi tersebut dikombinasikan dengan memori-memori lain yang
bermakna, terjadilah peningkatan memoribilitas (kemudahan memori untuk diingat).

16
Sejumlah pengalaman lebih mudah diingat dibandingkan pengalaman lain. Sebagai contoh.
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan, yang melibatkan ego. atau yang bersifat
traumatic, tampaknya bertahan lama dimemori dibandingkan memori yang mengenai kuliah
yang rumit. Penelitian terhadap hewan menunjukan peran peningkatan kadar glukosa terhadap
pembentukan memori. Lebih lanjut lagi ketika peristiwa menyenangkan terjadi, medulla adrenal
meningkatkan sekresi epinephrine (adrenaline) kedalam darah sehingga meningkatkan
konsolidasi memori (Megaugh, 1990).

6. Gambaran Proses Memori Otak

Berdasarkan gambar tersebut, maka proses terjadinya memori pada otak ialah informasi yang
didapat oleh seseorang me 20 indera lalu tersimpan menjadi STM dan diproses melalui putaran
artikulasi, visuospatial sketchpad (gambaran penglihatan rtuang), serta koordinasi aktifitas. Dan
apabila terjadi pengulangan dan penguatan, makan akan disimpan dalam LTM.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas
mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang
memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan
masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menlai, dan
memikirkan lingkungannya. Gejala-gejala kognisi, yaitu pengamatan, tanggapan, mengingat
fantasi, dan berpikir, proses dasar kognisi ialah pemberian kategori pada setiap benda atau obyek
atas dasar persamaan dan perbedaan karakternya. Selain kedua hal di atas, pemberian kategori
juga biasanya didasarkan pada fungsi dari masing-masing objek tersebut.

Memori adalah elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif (Solso, dkk.. 2008).
Statemen tersebut menjadi alasan kuat kenapa memori menjadi suatu hal yang penting dalam
proses perkembangan kognitif manusia. Model memori ganda (Dualistic Model Of Memory)
berkembang pada akhir tahun 1800-an ketika James membedakan Memori langsung (Immediate
Memory) yang disebut juga dengan memori primer dan Memori tidak lansung (Indirect Memori)
atau disebut juga dengan memori sekunder.

Proses terjadinya memori pada otak ialah informasi yang didapat oleh seseorang melalui panca
indera lalu tersimpan menjadi STM dan diproses melalui putaran artikulasi, visuospatial
sketchpad (gambaran penglihatan rtuang), serta koordinasi aktifitas. Dan apabila terjadi
pengulangan dan penguatan, makan akan disimpan dalam LTM.

B. Saran

Sebagai manusia yang dianugerahi potensi berharga yaitu akal, sudah seharusnya kita bersyukur
kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan mendaya gunakan segala potensi yang dimiliki oleh
akal tersebut melalui belajar psikologi kognitif. Dengan mempelajari hal tersebut, kita
diharapkan mampu mengenal dan mengetahui proses pembentukan pola berpikir manusia yang
berguna untuk mengembangkan kemajuan umat manusia.

Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/document/403707601/Makalah-Proses-Kognisi-Dan-Memori

https://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi

18
19

Anda mungkin juga menyukai