Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR HUMANISTIK , SIBERNETIK ,DAN NEUROSAINS

DISUSUN OLEH:
- ALVANO TUGAS HENDRAWAN (E1R022033)
- MUTIA SALSABILA FEBYANI (E1R022015)
- NOVIA HERAWATI (E1R022080)
- FIRADATUN (E1R022106)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca bagi administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami berharap
semoga Tuhan memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang memberikan bantuan dan
dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah aamiin.

Mataram, 31 Agustus 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 TEORI BELAJAR HUMANISTIK...................................................................................................6
A. Definisi Teori Belajar Humanstik...................................................................................................6
B. Teori Belajar Humanistik Henurut Para Ahli..................................................................................6
1. Teori Humanistik Menurut Arthur Combs...................................................................................6
2. Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow.............................................................................6
3. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers.......................................................................................6
C. Karakteristik Teori Belajar Humanistik..........................................................................................7
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik....................................................................7
E. Implementasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pendidikan...........................................................8
2.2 TEORI BELAJAR SIBERNATIK...................................................................................................11
A. Definisi Teori Belajar Sibernatik..................................................................................................11
B. Aplikasi Teori Belajar Sibernatik..................................................................................................11
C. Implementasi Teori Belajar Sibernatik Dalam Pendidikan............................................................11
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Sibernatik....................................................................13
2.3 TEORI BELAJAR NEUROSAINS.................................................................................................14
A. Definisi Teori Belajar Neurosains.................................................................................................14
B. Karakteristik Teori Belajar Neurosains.........................................................................................14
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Neurosains...................................................................16
D. Implementasi Teori Belajar Neurosains Dalam Pendidikan..........................................................16
BAB III.....................................................................................................................................................19
PENUTUPAN..........................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................20

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku sebagai
akibat dari interkasi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan. Siswa adalah pihak yang
menjadi fokus sebagai pelaku belajar, sedangkan guru adalah pihak yang menjadi fokus untuk
menciptakan situasi hingga terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Menurut teori humanistik , tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan diri sendiri . Siswa dalam
proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik- baiknya . Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya , bukan dari sudut pandang pengamatnya .

Teori ini tak hanya berpusat pada sisi pendidikan para peserta didik saja , namun juga sisi
psikologi mereka. Dengan kata lain, bahwa teori ini ingin menonjolkan sisi kemanusiaan dari
manusia itu sendiri . Teori humanistik lebih mengedepankan proses belajar bukan hasil dari
belajar , tidak ada penekanan pada peserta didik dalam belajar yang dapat mematikan potensi ,
minat dan bakat . proses belajar akan dipandang sukses saat pelajar sudah bisa mengerti
lingkungannya dan dirinya serta berupaya untuk menufestasi diri dengan lebih baik.

Teori belajar sibernatik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-
teori belajar yang sudah ada sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar
sibernatik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif
dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa , terutama unsur pikiran untuk memahami
stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.

Neurosains adalah ilmu yang mempelajari tentang otak dan seluk beluknya . Tujuan utama
dari ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap perilaku. Artinya, tugas utama
dari neurosains adalah menjelaskan perilaku manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di
dalam otaknya. Pemanfaatan pendekatan otak secara keseluruhan atau pembelajarn berbasis otak

4
akan membantu siswa dalam memperoleh informasi secara tepat sesuai dengan bagaimana cara
otak siswa tersebut bekerja. Sebagai pendidik , kita pun harus memilih pengetahuan tentang
peran otak, fungsi otak, dan cara bekerja otak dalam mendukung proses pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari teori belajar humanistik?
2. Apa pengertian teori belajar humanistik menurut para ahli?
3. Apa saja karakteristik teori belajar humanatistik?
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik?
5. Bagaimana implementasi teori belajar humanistik dalam pendidikan?
6. Apa penegertian dari teori belajar sibernatik?
7. Apa aplikasi teori belajar sibernatik?
8. Bagaimana implementasi teori belajar sibernatik?
9. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar sibernatik?
10. Apa pengertian dari teori belajar neurosains?
11. Apa saja karakteristik teori belajar neurosains?
12. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori belajar neurosains?
13. Bagaimana implementasi teori belajar neurosains dalam pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian secara umum dan menurut para ahli dari teori belajar
humanistik, sibernatik dan neurosains.
2. untuk mengetahui karakteristik teori belajar humanistik dan teori neurosains .
3. untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori belajar humanistik, sibernatik dan
neurosains .
4. untuk mengetahui bagaimana implementasi dari teori belajar humanistik, sibernatik, dan
neurosains.
5. untuk mengetahui cara aplikasi dari teori belajar sibernatik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TEORI BELAJAR HUMANISTIK

A. Definisi Teori Belajar Humanstik


Teori belajar humanistik adalah salah satu teori pembelajaran yang dilandaskan pada
psikologi manusia. Teori ini memfokuskan pada pengembangan diri individu dengan cara yang
sesuai potensi diri. Mengamati dan menilai diri dari kacamata si pelaku. Teori ini mendorong
seseorang untuk mengembangkan bakat dan potensinya hingga mampu mengenali dirinya
sendiri.

B. Teori Belajar Humanistik Henurut Para Ahli


teori humanistik adalah teori dalam psikologi yang muncul pada tahuhn 1950an sebagai
reaksi terhadap behaviorisme dan psikodinamika. Aliran ini secara eksplisit telah memberikan
perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam proses
pengembangan teori psikologis.

Berikut beberapa pengertian teori belajar humanistik menurut para ahli


1. Teori Humanistik Menurut Arthur Combs
Menurut seorang pendidik dan psikolog asal Ohio, Arthur Combs, pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang dapat dilakukan di mana saja dan dapat menghasilkan sesuatu
bagi diri seseorang. Baginya, seorang pendidik tidak diperbolehkan memaksa seseorang untuk
mempelajari sesuatu yang tidak disukainya.
2. Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow
Menurut Abraham Maslow, hal terpenting dalam pembelajaran adalah proses untuk
mengenal diri sendiri dengan baik, bagaimana kita menjadi diri sendiri di dalam prosesnya, dan
menemukan potensi diri yang bisa kita kembangkan.
3. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers
Sedangkan menurut Carl Rogers, pembelajaran merupakan proses untuk saling
memahami antara guru dan murid, hingga guru tahu apa yang dibutuhkan oleh muridnya tanpa
ada paksaan ataupun ketidak sepemahaman antara keduanya, sehingga bisa dijadikan
pembelajaran sebagai pengalaman seseorang dalam prosesnya.

6
C. Karakteristik Teori Belajar Humanistik
Menurut suprayogi, teori belajar humanistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mementingkan manusia sebagai pribadi,


2) Mementingkan kebulatan pribadi,
3) Mementingkan peran kognitif dan efektif
4) Mengutamakan terjadinya aktualisasi diri dan self concept,
5) Mementingkan persepsual subyektif yang dimiliki tiap individu,
6) Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah lakusendiri,
7) Mengutamakan insight (pengertian).

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik


Kelebihan teori belajar humanistik:

a) Tumbuhnya kreatifitas peserta didik

Dengan belajar dan mengenali diri makan kreatifitas yang sesuai dengan karakternya akan
muncul dengan sendirinya. Dengan begitu akan muncul keragaman karya. Jika berlanjut kepada
nilai jual misalnya maka itu juga akan menambah pemasukan atau paling tidak ada perasaan
senang karena karyanya dihargai.

b) Semakain canggihnya teknologi maka akan semakin maju perkembangannya belajarnya.

Canggihnya teknologi ternyata mampu membangun motivasi dalam diri peserta didik untuk
belajar. Hal inilah yang membuat pikirannya terasah untuk menemukan pengetahuan baru .

c) Tugas guru berkembang

Dengan peserta didik yang melibatkan dirinya dalam proses belajar itu juga akan mengurangi
tugas guru karena guru hanyalah fasilitator peserta didik. Guru tidak lagi memberikan ‘ceramah’
yang panjang. Cukup dengan memberikan pengarahan – pengarahan.

d) Mendekatkan satu dengan yang lainnya.

Bimbingan guru kepada peserta didik akan mempererat hubungan antar keduanya . seringnya
berkomunikasi akan menciptakan sesuatu yang nyaman karena peserta didik tidak merasa takut

7
akan tertekan. Begitupun antar peserta didik. Berdiskusi atau belajar kelompok akan membuat
persahabatan semakain erat, memahami satu sama lain , menghargai perbedaan dan
menumbuhkan rasa tolong menolong.

Kekurangan teori belajar humanistik:

a.) Pemahaman yang kurang jelas dapat menghambat pembelajaran.

Guru biasanya tidak memberikan informasi yang lengkap sehingga peserta didik yang kurang
referensi akan kesulitan untuk belajar.

b.) Kebebasan yang diberikan akan cenderung disalahgunakan.

Misal guru menugaskan peserta didik untuk berdiskusi sesuai kelompok pasti ada beberapa
peserta didik yang mengandalkan teman atau tidak mau bekerja sama.

c.) Pemusatan pemikiran akan berkurang.

Dalam hal ini guru sepenuhnya mengawasi karena system belajar yang seperti ini adalah siswa
yang berperan aktif menggali potensi, sehingga peserta didik akan memanfaatkan keadaaan yang
ada. Misal dalam mencari referensi menggunakan internet peerta didik malah bermain game atau
mengaktifkan akun sosial media. Secara otomatis pemusatan pemikiran dalam belajar akan
terganggu.

d.) Kekurangan- kekurangan yang menjadi tradisi

Dalam pembuatan tugas peserta didik yang malas akan berinisiatif mengcopy pekerjaan
temannya. Ini akan mengurangi kepercayaan guru maupun temannya.

E. Implementasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pendidikan


Pembahasan selanjutnya adalah mengenai implementasi teori belajarhumanistik
dalam dunia pendidikan. Sebelum masuk kedalam pembahasanalangkah lebih baik
kita mengetahui terlebih dahulu apa arti dari kataimplementasi tersebut. Implementasi
berasal dari kata “to implement” yang berartimengimplementasikan. Arti implementasi ialah
kegiatan yang dilakukan melaluiperencanaan dan mengacu pada aturan tertentu untuk mencapai
tujuan kegiatantersebut. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi

8
jugaberarti penerapan atau pelaksanaan. Jadi, implementasi adalah tindakan
untukmenjalankan rencana yang telah dibuat.

Dengan kata lain, implementasi teori belajar humanistik berarti bagaimanapenerapan


teori belajar ini dilapangan.Teori belajar humanistik sendiri mengacupada tujuan
‘memanusiakan manusia’ dengan kata lain bahwa teori ini inginmenonjolkan sisi
kemanusiaan dari manusia itu sendiri. Teori humanistik lebihmengedepankan proses belajar
bukan pada hasil belajar, tidak ada penekanan padapeserta didik dalam belajar yang dapat
mematikan potensi, minat dan bakat.

Mengenai pengimplementasian teori belajar humanistik dalam duniapendidikan


menurut teori Roger adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitatorbelajar yaitu (1) realitas di
dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan, penerimaan,dan kepercayaan, dan (3) pengertian yang
empati.

- Realitas di dalam fasilitator belajar merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator
menjadi dirinya sendiridan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam
hubungandengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.

- Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan enghargai pendapat, perasaan, dan sebagainya


membuat timbulnya penerimaan akan satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut,
maka akan muncul kepercayaan akan satu dengan lainnya.

- Pengertian yang empati untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru
harus memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus
memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau
mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari sudut murid dan bukan
guru.
Berikut merupakan penerapan teori belajar humanistik dalam dunia pendidikan :

1. Peka terhadap siswa yang kurang percaya diri dalam belajar sehingga guru akanmemberikan
motivasi.

2. Menolong siswa untuk bisa mendapatkan kejelasan dalam tugas individu danjuga tugas grup
dalam pembelajaran.

9
3. Guru harus mengetahui sifat-sifat siswa.

4. Guru harus menjadi fasilitator dan mengarahkan dalam memperoleh referensiuntuk belajar.

5. Bisa beradaptasi dengan mudah bersama siswa

.6. Guru juga harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik untuk bisamembaur sebagai
pembimbing dan sahabat untuk siswa.

7.Guru harus sudah tau tentang jati diri dan mempunyai self control agar bisamemahami siswa

Sedangkan berikut ini adalah penerapan guru sebagai fasilitator, yang mana dalamteori
humanistik memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Peka terhadap siswa yang kurang percaya diri dalam belajar sehingga guru akanmemberikan
motivasi

2. Menolong siswa untuk bisa mendapatkan kejelasan dalam tugas individu danjuga tugas grup
dalam pembelajaran.

3. Guru harus mengetahui sifat-sifat siswa.

4. Guru harus menjadi fasilitator dan mengarahkan dalam memperoleh referensiuntuk belajar

.5. Bisa beradaptasi dengan mudah bersama siswa.

6. Guru juga harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik untuk bisamembaur sebagai
pembimbing dan sahabat untuk siswa.

7. Guru harus sudah tahu tentang jati diri dan mempunyai self control agar bisamemahami siswa.

8. Pada implementasinya teori ini memfokuskan pada proses daripada hasil,berikut


merupakan implementasi dan proses dari teori belajar humanistik:

9. Memformulasikan misi belajar yang jelas.

10. Mencari jalan agar siswa proaktif dalam proses pembelajaran menuntut siswauntuk bisa
berkomitmen dalam menegakan kejujuran dan kegembiraan.

11. Memotivasi perasaan siswa sehingga mereka bisa belajar secara mandiri.

10
12. Menumbuhkan perilaku berpikir kritis dan kreatif dan bisa memahami secarasadar dalam
pembelajaran.

2.2 TEORI BELAJAR SIBERNATIK

A. Definisi Teori Belajar Sibernatik


Teori belajar sibernetik merupakan pendekatan terbaru dalam dunia teori belajar yang
telah dikenal sebelumnya. Dalam buku "Belajar dan Pembelajaran" karya M. Thobroni yang
mengutip Uno (2008), teori sibernetik memandang belajar sebagai proses pengolahan informasi.
Kesamaannya dengan teori kognitif adalah fokus pada proses belajar daripada hasilnya.

Walaupun proses belajar memiliki peranan penting dalam teori sibernetik, yang lebih
pokok adalah sistem informasi yang dipelajari oleh siswa. Asumsi lain dalam teori sibernetik
adalah bahwa tak ada satu metode belajar yang ideal dan cocok bagi semua siswa. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh sistem informasi yang memengaruhi cara belajar. Informasi yang
diajarkan dengan cara yang sama belum tentu diproses dengan cara yang identik, mengingat
setiap siswa memiliki metode pemrosesan informasi yang unik.

B. Aplikasi Teori Belajar Sibernatik


Aplikasi teori belajar sibernetik sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan
(Thobroni, 2015) kegiatan pembelajaran dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:

1) Menentukan tujuan pembelajaran;


2) Menentukan materi pembelajaran;
3) Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran;
4) Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah
algoritmik atau heuristik);
5) Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya;
6) Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pelajaran

C. Implementasi Teori Belajar Sibernatik Dalam Pendidikan


Salah satu contoh penerapan pembelajaran sibernetik terlihat dalam usaha untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam matematika melalui pendekatan pembelajaran

11
sibernetik dengan teori praktik kepada siswa kelas X.1 di SMA Haluoloe. Penerapan ini dipilih
karena kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran matematika. Dalam
pendekatan sibernetik, siswa diinstruksikan untuk lebih memusatkan perhatian pada proses
pembelajaran, sehingga mereka dapat secara perlahan memahami konsep-konsep matematika
dari awal. Ini berdampak pada pemahaman lebih mendalam terhadap esensi matematika, dan
membantu mengatasi pandangan bahwa matematika adalah subjek yang sulit. Kesimpulannya,
dengan pemahaman yang tepat terhadap proses, hasil yang diinginkan akan tercapai.

Implementasi teori sibernetik dalam pembelajaran yang dikembangkan oleh beberapa


tokoh salah satunya adalah dengan pendekatan yang berorientasi pada pemprosesan informasi
yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson yaitu
bahwa proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi
(encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan
mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).

Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:

1) Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.


2) Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3) Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4) Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5) Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6) Kontrol belajar (content control, pace control, display control, dan conscious cognition
control) memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu (prinsip
perbedaan individual terlayani).
7) Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang
telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

Alur Pembelajaran Sibernetik teori-praktik menurut Simundza, langkah langkah


Sibernetik teori-praktik adalah:

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa dalam bekerja secara


matematik menggunakan teknologi komputer.

12
2) Mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok kerja dan masing masing
berjumlah 2-3 orang.
3) Menyajikan informasi berupa teori dan latihan melalui LKS.
4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja siswa dalam menyelesaikan LKS.
5) Mengarahkan siswa dalam melakukan manipulasi-manipulasi matematis dengan
menggunakan software pembelajaran untuk memahami konsep matematika secara utuh.
6) Mendiskusikan hasil manipulaasi tersebut dan dijadikan sebagai bahan untuk
mengonstruksi pengetahuan konseptual matematika.
7) Memberi penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.

D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Sibernatik


KELEBIHAN:

1. Semua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda-beda ini
sebenarnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang
berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan tertentu.
2. Isi proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu
kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum.
3. Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai
perubahan tingkah laku maupun secara kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik

KELEMAHAN:

1. Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses belajar sehingga
menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan
informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan
pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas, terbatas pula kemampuan untuk
menerapkan teori ini.

13
2.3 TEORI BELAJAR NEUROSAINS

A. Definisi Teori Belajar Neurosains


Manusia adalah makhluk yang selalu berfikir dengan otaknya sepanjgan hayatnya.
Manusia membutuhkan asupan berupa informasi dan data dalam proses berpikirnya, yang
nantinya akan dapat diolah maupun diproses, hingga akhirnya menghasilkan data atau informasi
yang baru. Neurosains merupakan suatu bidang kajian yang mengenai system saraf yang terdapat
di dalam otak manusia yang berhubungan dengan kesadaran dan kepekaan otak dari segi biologi,
persepsi, ingatan, danada kaitannya dengan pembelajar. (Husamah,2018).

Neurosains merupakan salah satu lompatan keilmuan pendukung yang sangat


memeberikan konstribusi dalam menelaah dan memahami perkembangan psikologi melalui
kajian keilmuan tentang sel saraf temuan yang dimaksud di antaranya dikemukakan oleh
Wittrock menentukan bahwa terdapat tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat,
yaitu serabut dendrite, kompleksitas hubungan dendrite, dan pembagian sel saraf. (Wiyani dan
Barnawi, 2012).

B. Karakteristik Teori Belajar Neurosains


Pembelajaran berdasarkan teori neurosains melibatkan pemahaman tentang cara kerja
otak dalam memproses dan memahami informasi. Berikut adalah beberapa karakteristik
pembelajaran yang didasarkan pada teori neurosains:

1. Pembelajaran Berbasis Otak


Pendekatan ini mempertimbangkan karakteristik dan fungsi otak dalam proses
pembelajaran. Ini mencakup penggunaan strategi pembelajaran yang mengaktifkan
berbagai area otak yang terlibat dalam pemrosesan informasi seperti penglihatan,
pendengaran, gerakan, dan emosi.
2. Pemrosesan Aktif
Pembelajaran teori neurosains menekankan pentingnya keterlibatan aktif siswa
dalam pembelajaran. Siswa didorong untuk berpikir, mencipta, menerapkan, dan
mengkomunikasikan konsep-konsep matematika secara aktif. Ini melibatkan gerakan
fisik, penggunaan manipulatif matematika, diskusi, kolaborasi, dan praktek interaktif.

14
3. Konteks yang Bermakna
Pembelajaran teori neurosains menekankan pentingnya menyajikan materi dalam
konteks yang relevan dan bermakna bagi siswa. Materi dikaitkan dengan situasi nyata,
masalah dunia nyata, atau pengalaman sehari-hari siswa. Ini membantu membangun
koneksi antara konsep matematika dan pengalaman hidup siswa, sehingga meningkatkan
pemahaman dan motivasi mereka.
4. Penggunaan Visualisasi
Penekanan diberikan pada penggunaan visualisasi dalam pembelajaran
matematika. Visualisasi dapat berupa gambar, diagram, grafik, atau representasi visual
lainnya yang membantu siswa memvisualisasikan konsep materi. Melalui visualisasi,
siswa dapat membangun representasi mental yang kuat dan memperkuat pemahaman
mereka.
5. Pemberian Umpan Balik yang Efektif
Umpan balik yang diberikan kepada siswa harus konkret, spesifik, dan
konstruktif. Umpan balik tersebut membantu siswa memperbaiki kesalahan, merevisi
pemahaman, dan memperkuat koneksi sinaptik yang benar. Umpan balik yang tepat juga
merangsang perhatian dan pemrosesan otak yang lebih mendalam terhadap konsep pada
materi.
6. Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran teori neurosains mendorong kolaborasi dan kerja kelompok dalam
memecahkan masalah matematika. Kolaborasi melibatkan komunikasi, diskusi, dan
interaksi sosial antara siswa. Ini merangsang berbagai area otak yang terlibat dalam
pemrosesan bahasa, pemecahan masalah, dan pemahaman matematika.
7. Latihan Berulang dan Penguatan Positif
Latihan yang berulang dan penguatan positif diterapkan dalam pembelajaran teori
neurosains. Latihan yang berulang membantu memperkuat koneksi sinaptik yang terlibat
dalam pemrosesan matematika. Penguatan positif dalam bentuk pujian, penghargaan, atau
pengakuan memberikan motivasi tambahan kepada siswa untuk terus berusaha dan
meningkatkan pemahaman mereka.

15
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Neurosains
Winarno (1994) mengungkapkan bahwa sebagai suatu teori pembelajaran berbasis
kemampuan otak (Neuroscience), tentu saja memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan-
kelebihannya adalah sebagai berikut:

 Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja.


 Memperhatikan kerja alamiah otak si pembelajar dalam proses pembelajaran.
 Menciptakan iklim pembelajaran dimana pembelajar dihormati dan didukung.
 Menghindari terjadinya pemforsiran terhadap kerja otak.
 Dapat menggunakan berbagai model-model pembelajaran dalam mengaplikasikan teori
ini.
Adapun kelemahan-kelemahan dari teori ini adalah sebagai berikut:
 Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui tentang teori ini (masih
baru).
 Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memahami (mempelajari) bagaimana
otak kita bekerja.
 Memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang
baik bagi otak.
 Memerlukan fasilitas yang memadai dalam mendukung praktek pembelajaran teori ini

D. Implementasi Teori Belajar Neurosains Dalam Pendidikan


Setiap anak dilahirkan dengan bakat (potensi kemampuan) yang berbeda-beda dan
terwujud dengan interaksi yang dinamis antara keunikan individu dan pengaruh lingkungan.
Berbagai kemampuan yang teraktualisasikan beranjak dari fungsi otak. Berfungsinya otak adalah
interaksi dari cetak biru (blue print) genetis dan pengaruh lingkungan. (Husmah, 2018)

Alur informasi dalam teori neurosains yaitu adanya informasi dari lingkungan luar
individu lalu akan masuk melalui neuron sensorik, dari neuron sensorik menuju system syaraf
pusat (otak), atau setelah dari neuron sensorik saraf akan menju bagian sel saraf tepi (medulla
oblongata). Setelah menerima rangsangan otak/sumsum tulang belakang akan itu akan
melanjutkannya ke sel saraf neuron motorik, dan akan terjadi sebuah rangsangan. Pada dasarnya
belajar adalah pembentukan hubungan-hubungan baru antara neuron, ini terjadi kompleksitas
peningkatan cabang-cabang dendrite dalam otak. Oleh sebab itu belajar dalam teori neurosains

16
sangat dipengaruhi kesiapan dalam belajar dan lingkungan belajar itu sendiri. Intinya dalam
proses pembelajar perhatian siswa berpusat pada pesan yang disampaikan, maka akan
memperoleh hasil belajar yang sangat baik. Semakin baik perhatian siswa maka semakin baik
pula hasil yang didapatkan dari pembelajaran tersebut, begitu pula sebaliknya, jika siswa kurang
memperhatikan, maka hasil belajar akan menurun. Namun perhatian siswa dalam belajar
sangatlah terbatas, perhatian tersebut tidak akan bertahan pada waktu yang lama, dengan itu
sebagai calon pendidik diperlukan strategi khusus agar perhatian siswa dalam belajar dapat
bertahan lama.

Berikut beberapa impelementasi pembelajaran Matematika menggunakan teori


neurosains, yaitu:

1. Penggunaan Manipulatif Matematika: Manipulatif matematika seperti balok,


kubus, atau benda fisik lainnya digunakan untuk membantu siswa
memvisualisasikan dan memanipulasi konsep matematika. Ini adalah contoh
penerapan teori neurosains yang melibatkan penggunaan sensorik dalam
pembelajaran. Dengan melibatkan penglihatan dan perabaan siswa, manipulatif
matematika membantu membangun koneksi antara konsep abstrak matematika
dan pengalaman nyata, sehingga memperkuat pemahaman siswa.
2. Penerapan Pendekatan Multisensori: Pendekatan multisensori menggabungkan
penggunaan berbagai indera dalam pembelajaran matematika. Misalnya, siswa
dapat menggunakan gerakan tubuh untuk mewakili operasi matematika, seperti
melompat atau berjalan di sepanjang garis bilangan. Gerakan tersebut melibatkan
sensorik tubuh dan membantu mengaktifkan berbagai area otak yang terkait
dengan pemrosesan gerakan dan konsep matematika, sehingga memperkuat
pemahaman dan memori.
3. Penggunaan Visualisasi dan Gambaran Mental: Mendorong siswa untuk
membuat visualisasi mental atau menggunakan gambaran mental saat
memecahkan masalah matematika dapat memanfaatkan kekuatan otak dalam
memproses visual. Siswa dapat diajak untuk membayangkan gambaran
matematika dalam pikiran mereka, membuat diagram, atau menggambar
representasi visual dari konsep matematika. Ini membantu membangun

17
representasi mental yang kuat dan memperkuat koneksi sinaptik yang terlibat
dalam pemrosesan visual dan pemahaman matematika.
4. Pembelajaran Adaptif Berbasis Teknologi: Teknologi pembelajaran adaptif
memanfaatkan pemahaman tentang neuroplastisitas otak untuk menyediakan
pengalaman pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Sistem
pembelajaran adaptif dapat menganalisis kemajuan dan kelemahan siswa secara
real-time, dan memberikan materi, latihan, atau umpan balik yang disesuaikan
untuk memperkuat koneksi sinaptik yang tepat dan memperbaiki kesalahan. Hal
ini membantu otak dalam membangun pemahaman yang mendalam dan efisien
terhadap konsep matematika.
5. Pembelajaran Kolaboratif dan Diskusi: Mendorong siswa untuk berkolaborasi
dalam memecahkan masalah matematika dan berdiskusi tentang konsep
matematika melibatkan otak dalam komunikasi dan interaksi sosial. Diskusi dan
kolaborasi merangsang berbagai area otak yang terlibat dalam pemrosesan
bahasa, pemecahan masalah, dan pemahaman matematika. Melalui interaksi
dengan rekan sebaya, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam dan
memperkuat pemrosesan matematika.
Penerapan teori neurosains dalam pembelajaran matematika ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pemrosesan otak dan meningkatkan pemahaman serta penguasaan siswa
terhadap konsep matematika. Dengan memanfaatkan cara kerja otak dalam memproses informasi
matematika, pendekatan-pendekatan ini dapat membantu menciptakan lingkungan pembelajaran
yang lebih efektif dan menyenangkan.

18
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran menggunakan teori sibernatik menekankan penggunaan teknologi dan
sistem informasi dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis sibernatik melibatkan penggunaan
komputer, internet, dan alat-alat teknologi lainnya sebagai sarana untuk memperoleh,
memproses, dan menyampaikan informasi yang memiliki fokus utama adalah pada interaksi
antara manusia dan teknologi serta pemahaman tentang bagaimana teknologi dapat
meningkatkan dan memfasilitasi pembelajaran.

Pembelajaran teori humanistik menekankan pada penghargaan terhadap dimensi manusia


dalam pembelajaran, seperti emosi, motivasi, dan pengalaman pribadi. Pembelajaran pada teori
ini menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam pembelajaran, dengan menekankan pada
kebutuhan, minat, dan pengalaman pribadi mereka. Dan fokus utama adalah pada pengembangan
potensi siswa, pemberdayaan diri, dan kreativitas dalam pembelajaran.

Pembelajaran teori neurosains berfokus pada pemahaman tentang cara kerja otak dalam
memproses dan memahami informasi. Pembelajaran berdasarkan teori neurosains melibatkan
penerapan strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan fungsi otak. Dan yang
menjadi fokus utama adalah pada penggunaan strategi pembelajaran yang aktif, penggunaan
visualisasi, pembelajaran berarti dalam konteks nyata, dan pemberian umpan balik efektif.

Pembelajaran berdasarkan teori sibernatik, humanistik, dan neurosains masing-masing


menggunakan cara pendekatan berbeda-beda dimana teori sibernatik menekankan pada
penggunaan teknologi, teori humanistik penghargaan terhadap dimensi manusia, dan teori
neurosains pemahaman tentang cara kerja otak dalam pembelajaran. Namun meskipun ketiga
teori ini memiliki pendekatan yang berbeda, semuanya menempatkan pentingnya proses belajar,
pengembangan diri individu, dan pemberian peran aktif pada siswa. Mereka masing-masing
memberikan pandangan yang berharga tentang cara pendidikan dapat diimplementasikan dengan
lebih efektif. Kombinasi dari ketiga teori ini dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang
efektif, relevan, dan menarik bagi siswa.

19
DAFTAR PUSTAKA
Maulidita, dkk.2020. TEORI BELAJAR HUMANISTIK. Diakses 27 Agustus 2023 dari
https://www.studocu.com/id/document/universitas-lambung-mangkurat/bahasa-inggris/makalah-teori-
belajar-humanistik-kelompok-5/15167881

Bekti Utami, dkk. 2016. Makalah Teori Belajar Sibernetik. FAKULTAS KEGURUAN DN
ILMU PENDIDIKAN. UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Wathon, Aminul. (2016). Neurosains Dalam Pendidikan. JURNAL LENTERA: Kajian


Keagamaan, Keilmuan dan Teknologi, 14(1), 284-294

Erwin. (2019). Efektivitas Pembelajaran Matematika Berbasis Neurosains Melalui Peta Konsep
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP NEGERI 3 Burau Kabupaten Luwu
Timur . Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo.
Bima, Demos, M.,dkk. (2018). Belajar dan Pembelajaran Teori Neurosains . Universitas
Muhammadiyah. Malang.

20

Anda mungkin juga menyukai