DISUSUN OLEH:
- ALVANO TUGAS HENDRAWAN (E1R022033)
- MUTIA SALSABILA FEBYANI (E1R022015)
- NOVIA HERAWATI (E1R022080)
- FIRADATUN (E1R022106)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca bagi administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya kami berharap
semoga Tuhan memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang memberikan bantuan dan
dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah aamiin.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 TEORI BELAJAR HUMANISTIK...................................................................................................6
A. Definisi Teori Belajar Humanstik...................................................................................................6
B. Teori Belajar Humanistik Henurut Para Ahli..................................................................................6
1. Teori Humanistik Menurut Arthur Combs...................................................................................6
2. Teori Humanistik Menurut Abraham Maslow.............................................................................6
3. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers.......................................................................................6
C. Karakteristik Teori Belajar Humanistik..........................................................................................7
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik....................................................................7
E. Implementasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pendidikan...........................................................8
2.2 TEORI BELAJAR SIBERNATIK...................................................................................................11
A. Definisi Teori Belajar Sibernatik..................................................................................................11
B. Aplikasi Teori Belajar Sibernatik..................................................................................................11
C. Implementasi Teori Belajar Sibernatik Dalam Pendidikan............................................................11
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Sibernatik....................................................................13
2.3 TEORI BELAJAR NEUROSAINS.................................................................................................14
A. Definisi Teori Belajar Neurosains.................................................................................................14
B. Karakteristik Teori Belajar Neurosains.........................................................................................14
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Neurosains...................................................................16
D. Implementasi Teori Belajar Neurosains Dalam Pendidikan..........................................................16
BAB III.....................................................................................................................................................19
PENUTUPAN..........................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................20
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut teori humanistik , tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan diri sendiri . Siswa dalam
proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik- baiknya . Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya , bukan dari sudut pandang pengamatnya .
Teori ini tak hanya berpusat pada sisi pendidikan para peserta didik saja , namun juga sisi
psikologi mereka. Dengan kata lain, bahwa teori ini ingin menonjolkan sisi kemanusiaan dari
manusia itu sendiri . Teori humanistik lebih mengedepankan proses belajar bukan hasil dari
belajar , tidak ada penekanan pada peserta didik dalam belajar yang dapat mematikan potensi ,
minat dan bakat . proses belajar akan dipandang sukses saat pelajar sudah bisa mengerti
lingkungannya dan dirinya serta berupaya untuk menufestasi diri dengan lebih baik.
Teori belajar sibernatik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-
teori belajar yang sudah ada sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar
sibernatik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif
dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa , terutama unsur pikiran untuk memahami
stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
Neurosains adalah ilmu yang mempelajari tentang otak dan seluk beluknya . Tujuan utama
dari ilmu ini adalah mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap perilaku. Artinya, tugas utama
dari neurosains adalah menjelaskan perilaku manusia dari sudut pandang aktivitas yang terjadi di
dalam otaknya. Pemanfaatan pendekatan otak secara keseluruhan atau pembelajarn berbasis otak
4
akan membantu siswa dalam memperoleh informasi secara tepat sesuai dengan bagaimana cara
otak siswa tersebut bekerja. Sebagai pendidik , kita pun harus memilih pengetahuan tentang
peran otak, fungsi otak, dan cara bekerja otak dalam mendukung proses pembelajaran.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian secara umum dan menurut para ahli dari teori belajar
humanistik, sibernatik dan neurosains.
2. untuk mengetahui karakteristik teori belajar humanistik dan teori neurosains .
3. untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori belajar humanistik, sibernatik dan
neurosains .
4. untuk mengetahui bagaimana implementasi dari teori belajar humanistik, sibernatik, dan
neurosains.
5. untuk mengetahui cara aplikasi dari teori belajar sibernatik.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
C. Karakteristik Teori Belajar Humanistik
Menurut suprayogi, teori belajar humanistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Dengan belajar dan mengenali diri makan kreatifitas yang sesuai dengan karakternya akan
muncul dengan sendirinya. Dengan begitu akan muncul keragaman karya. Jika berlanjut kepada
nilai jual misalnya maka itu juga akan menambah pemasukan atau paling tidak ada perasaan
senang karena karyanya dihargai.
Canggihnya teknologi ternyata mampu membangun motivasi dalam diri peserta didik untuk
belajar. Hal inilah yang membuat pikirannya terasah untuk menemukan pengetahuan baru .
Dengan peserta didik yang melibatkan dirinya dalam proses belajar itu juga akan mengurangi
tugas guru karena guru hanyalah fasilitator peserta didik. Guru tidak lagi memberikan ‘ceramah’
yang panjang. Cukup dengan memberikan pengarahan – pengarahan.
Bimbingan guru kepada peserta didik akan mempererat hubungan antar keduanya . seringnya
berkomunikasi akan menciptakan sesuatu yang nyaman karena peserta didik tidak merasa takut
7
akan tertekan. Begitupun antar peserta didik. Berdiskusi atau belajar kelompok akan membuat
persahabatan semakain erat, memahami satu sama lain , menghargai perbedaan dan
menumbuhkan rasa tolong menolong.
Guru biasanya tidak memberikan informasi yang lengkap sehingga peserta didik yang kurang
referensi akan kesulitan untuk belajar.
Misal guru menugaskan peserta didik untuk berdiskusi sesuai kelompok pasti ada beberapa
peserta didik yang mengandalkan teman atau tidak mau bekerja sama.
Dalam hal ini guru sepenuhnya mengawasi karena system belajar yang seperti ini adalah siswa
yang berperan aktif menggali potensi, sehingga peserta didik akan memanfaatkan keadaaan yang
ada. Misal dalam mencari referensi menggunakan internet peerta didik malah bermain game atau
mengaktifkan akun sosial media. Secara otomatis pemusatan pemikiran dalam belajar akan
terganggu.
Dalam pembuatan tugas peserta didik yang malas akan berinisiatif mengcopy pekerjaan
temannya. Ini akan mengurangi kepercayaan guru maupun temannya.
8
jugaberarti penerapan atau pelaksanaan. Jadi, implementasi adalah tindakan
untukmenjalankan rencana yang telah dibuat.
- Realitas di dalam fasilitator belajar merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator
menjadi dirinya sendiridan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam
hubungandengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
- Pengertian yang empati untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru
harus memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus
memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau
mengevaluasi. Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari sudut murid dan bukan
guru.
Berikut merupakan penerapan teori belajar humanistik dalam dunia pendidikan :
1. Peka terhadap siswa yang kurang percaya diri dalam belajar sehingga guru akanmemberikan
motivasi.
2. Menolong siswa untuk bisa mendapatkan kejelasan dalam tugas individu danjuga tugas grup
dalam pembelajaran.
9
3. Guru harus mengetahui sifat-sifat siswa.
4. Guru harus menjadi fasilitator dan mengarahkan dalam memperoleh referensiuntuk belajar.
.6. Guru juga harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik untuk bisamembaur sebagai
pembimbing dan sahabat untuk siswa.
7.Guru harus sudah tau tentang jati diri dan mempunyai self control agar bisamemahami siswa
Sedangkan berikut ini adalah penerapan guru sebagai fasilitator, yang mana dalamteori
humanistik memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Peka terhadap siswa yang kurang percaya diri dalam belajar sehingga guru akanmemberikan
motivasi
2. Menolong siswa untuk bisa mendapatkan kejelasan dalam tugas individu danjuga tugas grup
dalam pembelajaran.
4. Guru harus menjadi fasilitator dan mengarahkan dalam memperoleh referensiuntuk belajar
6. Guru juga harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik untuk bisamembaur sebagai
pembimbing dan sahabat untuk siswa.
7. Guru harus sudah tahu tentang jati diri dan mempunyai self control agar bisamemahami siswa.
10. Mencari jalan agar siswa proaktif dalam proses pembelajaran menuntut siswauntuk bisa
berkomitmen dalam menegakan kejujuran dan kegembiraan.
11. Memotivasi perasaan siswa sehingga mereka bisa belajar secara mandiri.
10
12. Menumbuhkan perilaku berpikir kritis dan kreatif dan bisa memahami secarasadar dalam
pembelajaran.
Walaupun proses belajar memiliki peranan penting dalam teori sibernetik, yang lebih
pokok adalah sistem informasi yang dipelajari oleh siswa. Asumsi lain dalam teori sibernetik
adalah bahwa tak ada satu metode belajar yang ideal dan cocok bagi semua siswa. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh sistem informasi yang memengaruhi cara belajar. Informasi yang
diajarkan dengan cara yang sama belum tentu diproses dengan cara yang identik, mengingat
setiap siswa memiliki metode pemrosesan informasi yang unik.
11
sibernetik dengan teori praktik kepada siswa kelas X.1 di SMA Haluoloe. Penerapan ini dipilih
karena kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran matematika. Dalam
pendekatan sibernetik, siswa diinstruksikan untuk lebih memusatkan perhatian pada proses
pembelajaran, sehingga mereka dapat secara perlahan memahami konsep-konsep matematika
dari awal. Ini berdampak pada pemahaman lebih mendalam terhadap esensi matematika, dan
membantu mengatasi pandangan bahwa matematika adalah subjek yang sulit. Kesimpulannya,
dengan pemahaman yang tepat terhadap proses, hasil yang diinginkan akan tercapai.
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:
12
2) Mengorganisasikan siswa kedalam beberapa kelompok kerja dan masing masing
berjumlah 2-3 orang.
3) Menyajikan informasi berupa teori dan latihan melalui LKS.
4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja siswa dalam menyelesaikan LKS.
5) Mengarahkan siswa dalam melakukan manipulasi-manipulasi matematis dengan
menggunakan software pembelajaran untuk memahami konsep matematika secara utuh.
6) Mendiskusikan hasil manipulaasi tersebut dan dijadikan sebagai bahan untuk
mengonstruksi pengetahuan konseptual matematika.
7) Memberi penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
1. Semua teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda-beda ini
sebenarnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu proses yang
berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan tertentu.
2. Isi proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui pengalaman akan suatu
kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep, teori, atau informasi umum.
3. Hasil proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat sebagai
perubahan tingkah laku maupun secara kemampuan pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik
KELEMAHAN:
1. Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas proses belajar sehingga
menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan
informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan
pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas, terbatas pula kemampuan untuk
menerapkan teori ini.
13
2.3 TEORI BELAJAR NEUROSAINS
14
3. Konteks yang Bermakna
Pembelajaran teori neurosains menekankan pentingnya menyajikan materi dalam
konteks yang relevan dan bermakna bagi siswa. Materi dikaitkan dengan situasi nyata,
masalah dunia nyata, atau pengalaman sehari-hari siswa. Ini membantu membangun
koneksi antara konsep matematika dan pengalaman hidup siswa, sehingga meningkatkan
pemahaman dan motivasi mereka.
4. Penggunaan Visualisasi
Penekanan diberikan pada penggunaan visualisasi dalam pembelajaran
matematika. Visualisasi dapat berupa gambar, diagram, grafik, atau representasi visual
lainnya yang membantu siswa memvisualisasikan konsep materi. Melalui visualisasi,
siswa dapat membangun representasi mental yang kuat dan memperkuat pemahaman
mereka.
5. Pemberian Umpan Balik yang Efektif
Umpan balik yang diberikan kepada siswa harus konkret, spesifik, dan
konstruktif. Umpan balik tersebut membantu siswa memperbaiki kesalahan, merevisi
pemahaman, dan memperkuat koneksi sinaptik yang benar. Umpan balik yang tepat juga
merangsang perhatian dan pemrosesan otak yang lebih mendalam terhadap konsep pada
materi.
6. Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran teori neurosains mendorong kolaborasi dan kerja kelompok dalam
memecahkan masalah matematika. Kolaborasi melibatkan komunikasi, diskusi, dan
interaksi sosial antara siswa. Ini merangsang berbagai area otak yang terlibat dalam
pemrosesan bahasa, pemecahan masalah, dan pemahaman matematika.
7. Latihan Berulang dan Penguatan Positif
Latihan yang berulang dan penguatan positif diterapkan dalam pembelajaran teori
neurosains. Latihan yang berulang membantu memperkuat koneksi sinaptik yang terlibat
dalam pemrosesan matematika. Penguatan positif dalam bentuk pujian, penghargaan, atau
pengakuan memberikan motivasi tambahan kepada siswa untuk terus berusaha dan
meningkatkan pemahaman mereka.
15
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Neurosains
Winarno (1994) mengungkapkan bahwa sebagai suatu teori pembelajaran berbasis
kemampuan otak (Neuroscience), tentu saja memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan-
kelebihannya adalah sebagai berikut:
Alur informasi dalam teori neurosains yaitu adanya informasi dari lingkungan luar
individu lalu akan masuk melalui neuron sensorik, dari neuron sensorik menuju system syaraf
pusat (otak), atau setelah dari neuron sensorik saraf akan menju bagian sel saraf tepi (medulla
oblongata). Setelah menerima rangsangan otak/sumsum tulang belakang akan itu akan
melanjutkannya ke sel saraf neuron motorik, dan akan terjadi sebuah rangsangan. Pada dasarnya
belajar adalah pembentukan hubungan-hubungan baru antara neuron, ini terjadi kompleksitas
peningkatan cabang-cabang dendrite dalam otak. Oleh sebab itu belajar dalam teori neurosains
16
sangat dipengaruhi kesiapan dalam belajar dan lingkungan belajar itu sendiri. Intinya dalam
proses pembelajar perhatian siswa berpusat pada pesan yang disampaikan, maka akan
memperoleh hasil belajar yang sangat baik. Semakin baik perhatian siswa maka semakin baik
pula hasil yang didapatkan dari pembelajaran tersebut, begitu pula sebaliknya, jika siswa kurang
memperhatikan, maka hasil belajar akan menurun. Namun perhatian siswa dalam belajar
sangatlah terbatas, perhatian tersebut tidak akan bertahan pada waktu yang lama, dengan itu
sebagai calon pendidik diperlukan strategi khusus agar perhatian siswa dalam belajar dapat
bertahan lama.
17
representasi mental yang kuat dan memperkuat koneksi sinaptik yang terlibat
dalam pemrosesan visual dan pemahaman matematika.
4. Pembelajaran Adaptif Berbasis Teknologi: Teknologi pembelajaran adaptif
memanfaatkan pemahaman tentang neuroplastisitas otak untuk menyediakan
pengalaman pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Sistem
pembelajaran adaptif dapat menganalisis kemajuan dan kelemahan siswa secara
real-time, dan memberikan materi, latihan, atau umpan balik yang disesuaikan
untuk memperkuat koneksi sinaptik yang tepat dan memperbaiki kesalahan. Hal
ini membantu otak dalam membangun pemahaman yang mendalam dan efisien
terhadap konsep matematika.
5. Pembelajaran Kolaboratif dan Diskusi: Mendorong siswa untuk berkolaborasi
dalam memecahkan masalah matematika dan berdiskusi tentang konsep
matematika melibatkan otak dalam komunikasi dan interaksi sosial. Diskusi dan
kolaborasi merangsang berbagai area otak yang terlibat dalam pemrosesan
bahasa, pemecahan masalah, dan pemahaman matematika. Melalui interaksi
dengan rekan sebaya, siswa dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam dan
memperkuat pemrosesan matematika.
Penerapan teori neurosains dalam pembelajaran matematika ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pemrosesan otak dan meningkatkan pemahaman serta penguasaan siswa
terhadap konsep matematika. Dengan memanfaatkan cara kerja otak dalam memproses informasi
matematika, pendekatan-pendekatan ini dapat membantu menciptakan lingkungan pembelajaran
yang lebih efektif dan menyenangkan.
18
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran menggunakan teori sibernatik menekankan penggunaan teknologi dan
sistem informasi dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis sibernatik melibatkan penggunaan
komputer, internet, dan alat-alat teknologi lainnya sebagai sarana untuk memperoleh,
memproses, dan menyampaikan informasi yang memiliki fokus utama adalah pada interaksi
antara manusia dan teknologi serta pemahaman tentang bagaimana teknologi dapat
meningkatkan dan memfasilitasi pembelajaran.
Pembelajaran teori neurosains berfokus pada pemahaman tentang cara kerja otak dalam
memproses dan memahami informasi. Pembelajaran berdasarkan teori neurosains melibatkan
penerapan strategi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan fungsi otak. Dan yang
menjadi fokus utama adalah pada penggunaan strategi pembelajaran yang aktif, penggunaan
visualisasi, pembelajaran berarti dalam konteks nyata, dan pemberian umpan balik efektif.
19
DAFTAR PUSTAKA
Maulidita, dkk.2020. TEORI BELAJAR HUMANISTIK. Diakses 27 Agustus 2023 dari
https://www.studocu.com/id/document/universitas-lambung-mangkurat/bahasa-inggris/makalah-teori-
belajar-humanistik-kelompok-5/15167881
Bekti Utami, dkk. 2016. Makalah Teori Belajar Sibernetik. FAKULTAS KEGURUAN DN
ILMU PENDIDIKAN. UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Erwin. (2019). Efektivitas Pembelajaran Matematika Berbasis Neurosains Melalui Peta Konsep
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMP NEGERI 3 Burau Kabupaten Luwu
Timur . Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo.
Bima, Demos, M.,dkk. (2018). Belajar dan Pembelajaran Teori Neurosains . Universitas
Muhammadiyah. Malang.
20