Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Psikologi Pendidikan Dasar Pengajaran


Di susun guna memenuhi tugas

Mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu : Ibu Wasilatur Rofiqoh M.A

Di susun oleh :

Kelompok 1

1. Lisa Safitri 2027101040003


2. Eka Novitasari 2027101040079
3. Sofiah 2027101040065
4. Yuliana Dewi Lestari 2027101040058
5. Herlina Fitriyani 2027101040030

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

UNIVERSITAS AN-NUR LAMPUNG

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang PSIKOLOGI PENDIDIKAN DASAR PENGAJARAN tepat pada
waktunya. Tak lupa shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan baik kepada kita semua.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
ypang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan dari para pembaca
demi kesempurnaan menyusun makalah dikemudian hari. Semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan bagi para
pembaca umumnya, dan penulis khususnya.

Jati Agung, 18 Oktober 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

1. Latar belakang ....................................................................................... 4


2. Rumusan masalah .................................................................................. 5
3. Tujuan .................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 6

1. Psikologi dan Pendidikan ...................................................................... 6


2. Faktor dan kompetensi yang harus dimiliki guru .................................. 8
3. Peran Riset Dalam psikologi pendidikan .............................................. 11
4. Metode dalam psikologi pendidikan ..................................................... 11
5. Cara menjadi guru yang intensional………………………………….. 17

BAB III PENUTUP........................................................................................ 18

1. Kesimpulan ............................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai komunitas yang memiliki akal dan jiwa dapat menerima ilmu
dari proses interaksi yang dilakukan dengan ling- kungannya. Ilmu yang diperoleh
manusia dapat mengajari dirinya dan dapat mengajarkannya kepada orang lain.
Banyak kita temukan orang – orang yang bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya
kepada orang lain karena mereka mempunyai dasar sebuah pengajaran. Artinya
mereka mempunyai dasar bagaimana mampu mengajar dengan baik.

Setiap individu mempunyai kebutuhannya masing – masing. Berbeda satu


dengan yang lainnya. Manusia memiliki kebutuhan yang berbeda juga memiliki
perilaku yang berbeda. Begitu juga dengan kebutuhan akan pendidikan. Perlu
adanya keseimbangan antara Kebutuhan pendidikan dengan kebutuhan
emotional quation yang akan diperoleh dari adanya pembelajaran psikologi
pendidikan.1
Dari berbagai macam aspek pendidikan, hal yang penting dalam pendidikan
adalah aspek psikologinya. Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan
lingkungan. Disisi lain cara berprilaku manusia dipe- ngaruhi oleh jenjang
pendidikannya. Biasanya, orang yang jenjang pendidik- annya tinggi maka, prilakunya
akan lebih baik dan memiliki wibawa diban- ding orang yang jenjang pendidikannya
lebih rendah.

Seperti yang telah diketahui bahwasanya tujuan dari pendidikan adalah adanya
proses perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sese- orang atau
kelompok dan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Karena dalam pendidikan ada proses interaksi dan pela tihan antara dua orang atau
lebih, antara guru dan peserta didik yang mana menghasilkan suatu perubahan
sikap dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Masalah pendidikan adalah suatu
masalah yang menyangkut kehidupan bersama, baik kehidupan di dalam keluarga
maupun di dalam masyarakat, disamping itu pendidikan merupakan suatu kegiatan
yang sangat penting karena merupakan suatu kegiatan yang menentukan bagi
kehidupan manusia dan kebudayaannya.

Adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan
belajar, maka tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan
menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendi- dikan adalah soal belajar.
dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-
persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan tindakan belajar. Selain itu pendidikan juga memiliki kaitan yang sangat
erat dengan proses belajar meng- ajar yang didalamnya ada Proses adaptasi yang
dilakukan individu untuk memahami dan menguasai ilmu pengetahuan. Dari sinilah
perlunya sebuah konsep dasar pengetahuan tentang fondasi dasar psikologi
pendidikan dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian dari pendidikan psikologi ?
b) Apa saja faktor dan kompetensi yang harus dimiliki seorang guru ?
c) Bagaimana peran riset dalam psikologi pendidikan ?
d) Metode riset apa saja yang digunakan dalam psikologi pendidikan ?
e) Bagaimana cara menjadi guru yang intensional ?

C. Tujuan
a) Untuk mengetahui faktor apa saja yang harus dimiliki oleh guru
b) Untuk mengetahui metode apa saja yang ada dalam psikologi pendidika
c) Untuk mengetaui cara menjadi guru yang intensional
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi dan Pendidikan

1. Psikologi

Kata psikologi berasal dari bahasa inggris psychology yang dalam istilah lama
disebut ilmu jiwa. Kata pychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari
bahasa Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu.
Jadi, secara harfiyah psikologi memang berarti ilmu jiwa.

Psikologi pada mulanya digunakan para ilmuan dan para filosof seba- gaimana
disebutkan oleh Reber untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam memahami akal
pikiran dan tingkah laku aneka ragam makhluk hidup mulai yang primitif sampai
yang paling modern. Namun ternyata tidak cocok, lantaran menurut para ilmuan
dan filosof, psikologi memiliki batas-batas tertentu yang berada diluar kaidah
keilmuan dan etika falsafi. Kaidah saintifik dan patokan etika filosofis ini tak dapat
dibebankan begitu saja sebagai muatan psikologi.

Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri pada tahun 1879 M, psiko- logi
memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga kini
(sekarang) masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan
menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ- organ biologis
(jasmaniah). Sedangkan dalam filsafat, psikologi berperan serta dalam
memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan
pengetahuan. Karena kontak dengan berbagai disiplin itulah, maka timbul
bermacam-macam defenisi psikologi yang satu sama lain berbeda, seperti:

a. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental


life);

b. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind);

c. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior); dan lain-
lain defenisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang
mendefenisikannya.3

2. Pendidikan

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”, dengan memberinya awalan “pe” dan
akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan seba- gainya). Istilah
pendidikan ini awalnya berasal dari bahasa Yuanani, yaitu “paedagogie”, yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau
bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan dengan “Tarbiyah”
yang berarti pendidikan.4

Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memeroleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam
pengertian yang luas, pendidikan ialah seluruh tahapan yang dicapai., (2) Guru,
yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar, termasuk metode,
model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi
pelajaran.Psikologi pendidikan pengembangan kemampuan-kemampuan dan
prilaku-prilaku manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman
kehidupan.5

Penggabungan dari kedua istilah tersebut Ada banyak defenisi yang


diutarakan para ahli terkait psikologi pendidikan, bahkan psikologi pendi- dikan
menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri. Di
antara salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai
subdisiplin psikologi terapan adalah Arthur S. Reber (1988, seorang guru besar
psikologi pada Brooklyn College, University of New York City). Dalam
pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang
berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal
sebagai berikut: (1) Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, (2)
Pengembangan dan pembaharuan kurikulum, (3) Ujian dan evaluasi bakat dan
kemampuan, (4) Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut
dengan pendayagunaan ranah kognitif, (5) Penye- lenggaraan pendidikan
keguruan.5 Sedangkan defenisi psikologi pendidikan secara lebih sederhana dan
praktis, sebagaimana dikemukakan oleh Barlow (1985) dalam Muhibbin Syah adalah
sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian
sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru
dalam proses belajar-meng- ajar secara lebih efektif. Tekanan defenisi ini secara
lahiriah hanya berkisar sekitar proses interaksi antar guru-siswa dalam kelas.

Muhibbin Syah mengatakan bahwa dapat dipastikan bahwa disiplin psikologi


pendidikan pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perbu- atan atau tindak
tanduk orang-orang yang belajar dan mengajar. Oleh kare- nanya, psikologi
pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian. (1) Siswa, yaitu orang-orang yang
sedang belajar, termasuk pendekatan, strategi, faktor yang mempengaruhi, dan
prestasi pada asasnya adalah sebuah disiplin psikologi (atau boleh juga disebut
subdisiplin psikologi) yang menyelidiki masalah-masalah psikologis yang terjadi
dalam dunia pendidikan. lalu, hasil-hasil penyelidikan ini dirumuskan ke dalam
bentuk konsep, teori, dan metode yang dapat dite- rapkan untuk memecahkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar. Alhasil,
psikologi pendidikan dapat digunakan sebagai pedoman praktis, disamping sebagai
kajian teoritis.

Menurut Abd. Rachman Abror, defenisi psikologi pendidikan yang dikemukakan


oleh para ahli kiranya tidak nampak adanya perbedaan yang esensial. Satu sama lain
mengandung titik kesamaan pandangan. Sehingga Ia menyimpulkan, psikologi
pendidikan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia
yang berlangsung dalam proses belajar- mengajar.

B.FAKTOR – FAKTOR MENJADI GURU YANG BAIK

Salah satu factor keberhasilan dalam pendidikan adalah guru, seyogyanya


para guruperlu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dan lengkap
yang dapat dijadikan sebagai metode dan sarana dalam menjalankan tugasnya
sebagai pengajar. Psikologi dan pendidikan merupakan dua buah unsur yang
berkaitan dengan masalah jiwa dan aktivitas psikologis seseorang serta
kaitannya dengan pendidikan adalah bentuk interaksi disiplin yang cukup penting
dalam memeriksa masalah yang mengganggu atau mendukung jiwa siswa dalam
proses pembelajaran. Dalam menyelami dunia anak, tidak ada jurang ada pemisah
antara guru dan siswa. Hendanya guru dapat memahami keadaan mental siswa
dan berusaha mencari solusi jika ditemukan masalah dalam pembelajaran, sehingga
sepatutnya seorang guru perlu memiliki pengetahuan yang komprehensif tentang
psikologi pendidikan sehingga pembelajaran dapat berlangsung efektif dan
terarah. akumulasi pengetahuan, kebijaksanaan, dan teori kedudukan tertinggi
yang harus dimiliki setiap guru untuk secara cerdas menyelesaikan masalah
pengajaran sehari-hari. Yang kemudian didukung dengan Keterampilan mengajar
untuk memfasilitasi.

Adapun faktor-faktor untuk menjadi seorang guru antara lain :

1. Kesiapan

Kesiapan merupakan factor yang penting ,hal ini menjadi modal bagi
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.kesiapan seseorang untuk menjadi
guru akan berujung pada baik tidaknya mutu pendidikan. Banyak factor yang
mempengaruhi kesiapan seseorang untuk menjadi guru diantaranya :

a. Faktor intern ( dari dalam individu ) yakni minat,motivasi,bakat,dan lainnya


b. Faktor ekstern ( dari luar individu ) yakni lingkungan keluarga,pendidikan
formal,maupun pengalaman kerja.
2. Minat

Minat juga merupakan faktor yang penting untuk menjadi guru yang baik.minat itu
sendiri akan muncul karena pengetahuan yang didapat seseorang terhadap potret guru.
Mereka akan berusaha mencari informasi yang banyak tentang profesi guru baik melalui
media elektronik maupun media cetak.

C.KOMPETENSI KEGURUAN

a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi paedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan kelas, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Kompetensi ini meliputi pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran di kelas,
mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran,
melakukan penilaian proses dan hasil belajar melalui pelaksanan sejumlah
keterampilan mengajar. Dalam kompetensi ini, target minimal yang harus dimiliki
adalah:
1) Mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
2) Mampu melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
3) Mampu mengelola pengorganisasian waktu dan siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas secara kreatif, dinamis dan dialogis.
4) Mampu menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan
5) Mampu melaksanakan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar.
6) Mempunyai komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Target minimal yang harus dimiliki
adalah :
1) Menguasai bidang studi/materi yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
2) Mampu mengembangkan materi pokok.
3) Mampu menggunakan materi penunjang.
4) Mampu merencanakan dan melaksanakan program remediasi dan pengayaan
5) Mampu mengkontekstualkan materi pokok dengan kehidupan sehari-hari sesuai
dengan bidang studi masing-masing.

c. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berhubungan dengan sikap dan
kepribadian yang harus dimiliki oleh calon guru. Dalam kompetensi ini, target
minimal yang harus dimiliki adalah :
1) Menunjukkan sikap dewasa dalam berfikir dan bertindak.
2) Memiliki perilaku sopan dan bertutur kata.
3) Menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi
4) Memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan kewajiban.
5) Mampu menampilkan diri sebagai calon Guru Pendidikan Agama Islam.

d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kompetensi sebagai calon guru yang berhubungan
dengan cara menempatkan diri dalam lingkungan sekolah latihan maupun cara
menjalin hubungan dengan orang lain. Target minimal yang diharapkan adalah :
1) Mampu berkomunikasi secara baik dengan orang lain (panitia PPL, dosen
pembimbing lapangan, kepala sekolah/madrasah, guru pamong, guru, siswa,
komite sekolah/madrasah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah/madrasah).
2) Mampu bekerjasama dengan seluruh komponen sekolah/madrasah latihan maupun
antara mahasiswa praktikan.
3) Berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh
pihak fakultas, sekolah/madrasah latihan dan kelompok praktikan.
4) Selain itu sebagai seorang calon guru harus memahami dan berpedoman kepada
kode etik guru.

D. PERAN RISET DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi pendidikan merupakan cabang ilmu psikologi yang secara khusus digunakan untuk
memahami pengajaran dan juga pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Sedangkan peran riset
dalam psikologi pendidikan dijadikan sebagai sumber informasi yang sangat berharga supaya bisa
memahami strategi mengajar sehingga semua orang akhirnya bisa mendapatkan banyak pelajaran
dari pengalaman sendiri. Pengalaman tersebut yang nantinya akan menjadi guru terbaik dan riset
juga berguna untuk memberikan informasi yang lebih valid mengenai cara paling baik untuk
mengajar sehingga macam macam riset dalam psikologi pendidikan memang merupakan salah satu
hal penting dalam psikologi pendidikan.

Beberapa peran riset dalam psikologi pendidikan yaitu :

1. Mengamati dan Mencatat Perilaku


2. Mendapatkan Informasi Baru
3. Mengembangkan dan Memberi Penjelasan
4. Memprediksi, Menerangkan dan Mengontrol Sebuah Ubahan
5. Peran Riset Berdasarkan Jenis
6. Pengembangan Metodologi
7. Memecahkan dan Memperbaiki Masalah
8. Riset Deskriptif
9. Riset Improftif
10. Memberikan Eksplorasi
11. Memberikan Prediksi
12. Eksplanasi
13. Menerangkan Data
14. Menyusun Teori dan Mengestimasi
15. Mengendalikan Peristiwa dan gejala

E.METODE PSIKOLOGI PENDIDIKAN

H. C. Witherington menyebutkan satu metode lagi yang bernama metode filosofis


atau spekulatif. Namun, penyusun merasa tidak perlu memperbincangkan lebih jauh mengingat
metode tersebut kurang populer dan belum dapat diterima eksistensinya oleh banyak ahli.

Metode-metode psikologi pendidikan terbagi lima, diantaranya:

1. Metode Eksperimen

Pada asasnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang


dilakukan eksperimenter (peneliti yang bereksperimen) di dalam sebuah laboratorium atau
ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaanya disesuaikan dengan data yang akan
diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika
membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula di lakukan untuk mengukur kecepatan bereaksi
seorang siswa terhadap stimulus tertentu. Alat utama yang sering dipakai dalam eksperimen
pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas psikologi di universitas-universitas terkemuka
adalah komputer dalam berbagai programnya seperti program cogtinive psychology test.
Metode eksperimen sering dilakukan dalam penelitian psikologi pendidikan tujuan
untuk menguji keabsahan dan kecermatan kesimpulan-kesimpulan yang terkait dari hasil
temuan penelitian dengan metode lain. Contoh: apabila sebuah kesimpulan yang ditarik dari
sebuah penelitian dengan metode observasi misalnya, menimbulkan keraguan atau masalah
baru, maka dilakukan percobaan atau eksperimen.

Metode eksperimen bagi para psikologi, termasuk psikologi pendidikan, dianggap


sebagai metode pilihan dalam arti lebih utama untuk digunakan dalam riset-riset. Karena data
dan informasi yang dihimpun melalui metode ini lebih bersifat definitif (pasti) dan lebih
saintifik (ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang dihimpun melalui
penggunaan-penggunaan metode lainnya.

Anggapan itu sesungguhnya tidak sepenuhnya benar, sebab sering terjadi perilaku
subjek yang terekam dalam eksperimen ternyata berlawanan dengan perilaku subjek
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi, subjek tadi mungkin telah berpura-pura
ketika diteliti karena ingin membantu atau mengacaukan rancangan operasional penelitian
eksperimenter.

Untuk mengantisipasi hal yang bakal terjadi yang tidak sesuai dengan harapan peneliti,
rancangan eksperimen (experimental design) biasanya di buat sedemikian rupa sihingga
semua unsur penelitian termasuk penggunaan laboratorium/ tempat dan subjek yang akan
di teliti betul-betul memenuhi syarat penelitian eksperimental.

Dalam penelitian eksperimental objek yang akan diteliti akan dibagi menjadi dua kelompok,
yakni: 1) kelompok percobaan (eksperimental group); 2) kelompok pembanding (control
group). Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang yang tingkah lakunya diteliti dengan
perlakuan khusus dalam arti sesuai dengan data yang akan di himpun.kelompok pembanding
juga terdiri atas objek yang jumlah dan karakteristiknya sama dengan kelompok percobaan,
tetapi tingkah lakunya tidak diteliti dalam arti tidak diberi perlakuan (treatment) seperti yang
diberikan kepada kelompok percobaan. Setelah eksperimen usai, data dari kelompok percobaan
tadi dibandingkan dengan data dari kelompok pembanding, lalu dianalisis, ditafsirkan, dan
disimpulkan dengan teknik statistik tertentu.2
2. Metode Kuesioner

Metode kuesioner (questionaire) lazim juga disebut sebagai metode surat menyurat (mail
survey). Kuesioner disebut “mail survey” karena pelaksanaan penyebaran dan
pengembaliannya sering dikirim ke dan dari responden melalui jasa pos.

Namun, sebelum kuesioner disebarkan atau dikirimkan kepada responden yang


sesungguhnya, seorang peneliti psikologi pendidikan biasa melakukan uji coba (try aut).
Caranya, sejumlah kuesioner dibagi-bagikan kepada sejumlah orang tertentu yang memiliki
karakteristik sama dengan responden yang sesungguhnya. Tujuannya, untuk memastikan
apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner itu cukup jelas dan relevan untuk dijawab, dan
untuk memperoleh masukan yang mungkin bermanfaat bagi penyempurnaan kuesioner
tersebut.

Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset sosial termasuk bidang psikologi relatif
lebih menonjol bila dibandingkan dengan penggunaan metode-metode lainnya. Gejala
dominasi (penguasan/ kemenonjolan) penggunaan metode ini muncul karen alebih banyak
sampel yang bisa dijangkau disamping unit cost (biaya setahun) per responden lebih murah.
Contoh data yang dapat dihimpun dengan cara penyebaran adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik pribadi siswa seperti jenis kelamin, usia, dan seterusnya


tapi tidak termasuk nama
b. Latar belakang keadaan siswa seperti latar belakang keluarga, latar
belakang pendidikan, dan sebagainya..
c. Perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu.
d. Faktor-faktor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti pelajaran
tertentu.
e. Aplikasi (penerapan) mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari-
hari siswa(seperti shalat dan belajar agama).
f. Pengeruh aplikasi mata pelajaran tertentu terhadapa perikehidupan siswa. 3

3. Metode Studi Kasus

Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk
memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau
sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para ahli psikologi pendidikan,
juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan
peneliti melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang
lebih luas dan mendalam.

Instrumen atau alat untuk pengumpul data (APD) yang digunakan dalam studi
kasus bisa bermacam-macam terutama yang dapat mengungkapkan variabel yang sukar
ditentukan dalam satuan jumlah tertentu (Tardif, 1987). Selanjutnya karena kesimpulan-
kesimpulan yang ditarik dari hasil studi kasus biasnya sulit dijadikan tolak ukur yang
berlaku umum (digeneralisasikan), studi tersebut sering diikuti dengan investigasi dan
suvey lain yang bersekala lebih besar. Tetapi, dalam hal subjek yang diteliti, studi kasusu
relatif sama dengan metode penyelidikan klinis yakni hanya terdiri atas seorang individu
atau kelompok terkecil individu.

Fenomena dan peristiwa yang diselidiki dengan metode ini lazimnya terus
menerus diikuti perkembanganya selama kurun waktu tertentu. Bahkan seorang peneliti
psikologi pendidikan terkadang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun
bahan-bahan berupa data dan informasi yang akurat, yang tepat dan cermat, mengenai
seorang individu atau sekelompok kecil individu. Studi kasus akan memerlukan waktu yang
lebih lama lagi apabila dipakai untuk menyelidiki fenomena genetika (karakteristik
keturunan) yang dihubungkan dengan aktifitas pendidikan. Dalam hal ini, studi biasanya
dimulai sejak seorang anak berusia muda (balita umpamanya) hingga berusia tertantu
(remaja misalnya) untuk mendaptakan pengertian yang tepat mengenai aspek-aspek

4. Metode Penyelidikan Klinis

Pada mulanya, metode penyelidikan klinis atau disebut juga metode klinis (clinical
method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini
terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan panyakit kelainan jiwa dan cara- cara memberi
perlakuan pemulihan (pasychological treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut.

Jean Piaget adalah yang mula-mula memanfaaatkan metode penyelidikan klinis tersebut
untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering menggunakan metode ini untuk
mengumpulkan data dengan cara yang unik yaitu interaksi semu ilmiah, (quasi-natural) antara
peneliti dengan anak yang diteliti (Rober, 1988)

Dalam hal pelaksanaan penggunaannya, peneliti menyediakan benda-benda dan memberi


tugas-tugas dan petanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas
menurut persepsi dan kehendaknya. Kemudian, setelah data dari hasil penyelidikan pertama
diangkat dan diberi perlakuan khusus (misalnya dianalisis sekilas), penelitian mengajukan lagi
pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang tehimpun sebelumnya.

Selanjutnya perlu dicatat bahwa metode penyelidikan klinis pada umumnya hanya
diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan psikologis tak
terkacuali penyimpangan perilaku (maladaptive behavior/misbehavior). Oleh karenya,
penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode tersebut selalu memperhatikan
batas-batas keesanggupan siswa. Sama halnya dengan metode eksperimen yang dilakuakan
dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan insensitas dan ketelitian yang
sesungguh-sungguhnya.

Sasaran yang akan dicapai oleh penelitian dengan penggunaan metode klinis terutama
untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidak normalan perilaku seorang siswa atau
sekelompok kecil siswa. Kemudian, berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian
berupaya memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan

5. Metode Observasi Naturalistik

Metode observasi naturalistik (naturalistic observation) adalah sejenis observasi yang


dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada diluar objek yang diteliti atau dia
tidak menempatkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian.

Pada mulanya, observasi naturalistik lebih banyak dilakukan oleh para ahli ilmu hewan
(ethologist) untuk mempelajari perilaku hewan tertentu, misalnya perkembangan perilaku ikan
jantan terhadap ikan betina (lazerson, 1975). Kemudian, metode observasi naturalistik
digunakan oleh psikolog sosial untuk meneliti peranan kepemimpinan dalam sebuah
masyarakat atau untuk meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi, (perawatan dan
pemulihan) yangbersifat kemasyarakatan. Selanjutnya, metode ini juga digunakan oleh
psikolog perkembangan, para psikolog kognitif, dan para psikolog pendidikan.

Dalam hal penggunaanya bagi kepentingan psikolog pendidikan, seorang peneliti atau guru
yang menjadi asistenya dapat mengaplikasikan metode observasi ilmiah ini lewat kegiatan
pengajaran atau belajar mengajar dalam kelas-kelas reguler, yakni kelas tetap dan biasa, bukan
kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses belajar mengajar berlangsung, jenis perilaku
siswa yang diteliti (misalnya, kecepatannya membaca) dicatat dngan lembar format observasi
yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun.5

F.MENJADI GURU YANG INTENSIONAL

Tidak ada rumus pengajaran yang terbaik, tidak ada langkah ajaib menuju guru terbaik. Namun
ada satu sifat yang tampak jelas sebagai karakteristik guru yang luar biasa, yaitu Intensionalitas. Apa
itu? Mari kita ulas bersama. Guru yang intensional atau guru yang memiliki tujuan adalah guru yang
terus menerus memikirkan hasil yang mereka inginkan bagi siswa mereka dan bagaimana masing-
masing keputusan yang mereka ambil membawa anak-anak menuju hasil tersebut. guru yang
intensional tahu bahwa pembelajaran maksimal tidak terjadi secara kebetulan.

Guru yang intensional selalu bertanya-tanya dalam diri mereka mengenai :

1. Apa yang saya harapkan untuk deketahui dan sanggup dilakukan siswa pada akhir pelajaran ini?
Bagaimana hal ini mempunyai andil bagi sasaran pengajaran dan bagi kebutuhan siswa untuk
menjadi orang-orang yang mampu?
2. Pengetahuan, kemampuan, kebutuhan, dan minat apa saja dimiliki siswa saya yang harus
diperhitungkan dalam pelajaran saya?
3. Apa yang saya ketahui tentang isi, perkembangan anak, pembelajaran, motivasi, dan strategi
pembelajaran yang efektif yang dapat saya gunakan untuk mencapai sasaran-sasaran saya?
4. Bahan pengajaran, teknologi, bantuan, dan sumber daya lain apa saja tersedia untuk
membantu saya mencapai sasaran-sasaran saya?
5. Bagaimana saya akan berencana menilai kemajuan siswa ke arah sasaran-sasaran saya?
6. Bagaimana saya akan menanggapinya apabila masing-masing anak atau kelas tersebut secara
keseluruhan tidak berada pada jalur menuju keberhasilan? Apa rencana cadangan saya?

Sebelum menjadi guru yang intensional, paling tidak ada 10 factor yang harus kita perhatikan
diantaranya :
1. Pengetahuan mata pelajaran : memahami konsep-konsep inti, sarana penyelidikan,
struktur mata pelajaran yang sedang diajarkan , dan dapat menciptakan pengalaman
belajar yang bermakna
2. Pengetahuan perkembangan dan pembelajaran manusia : memahami bagaimana anak
belajar dan berkembang serta dapat menyediakan peluang belajar yang mendukung
perkembangan intelektual, pribadi dan social mereka
3. Penyesuaian pengajaran untuk kebutuhan masing-masing individu: memahami bagaimana
siswa-siswa berbeda dalam pendekatan mereka terhadap pembelajaran
4. Berbagai strategi pembelajaran : menggunakan berbagai model serta strategi pembelajaran
dalam mendorong perkembangan kognitif, afektif serta psikomotor siswa
5. Motivasi dan menejemen ruang kelas : menggunakan pemahaman akan motivasi dan
perilaku individu dan kelompok untuk mendukung atmosfir pembelajaran yang positif
6. Kemampuan komunikasi : menggunakan pengetahuan tentang teknik-teknik komunikasi
verbal , nonverbal dan media yang efektif yang mendukung pembelajaran
7. Kemampuan perencanaan : merencanakan pembelajaran berdasarkan pengetahuan
tentang mata pelajaran, siswa, komunitas, dan tujuan kurikulum
8. Penilaian pembelajaran siswa : guru memahami dan menggunakan strategi-strategi
penilaian resmi dan tidak resmi untuk mengevaluasi dan memastikan perkembangan
intelektual, social dan fisik siswa secara terus menerus dan berkesinambungan.
9. Komitmen dan tanggung jawab professional : terus aktif untuk mencari peluang untuk
tumbuh secara professional
10. Kemitraan : selalu mengembangkan hubungan dengan atasan, rekan-rekan di sekolah,
orang tua, pemerintah serta lembaga masyarakat untuk mendukung pembelajaran.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Psikologi merupakan akumulasi pengetahuan, kebijaksanaan, dan teori


kedudukan tertinggi yang harus dimiliki setiap guru untuk secara cerdas
menyelesaikan masalah pengajaran sehari-hari. Smentara keterampilan mengajar
adalah tindakan untuk memfasilitasi pembelajaran murid secara langsung atau tidak
langsung untuk mencapai tujuan pembelajaran .

Guru professional adalah guru yang selalu mengupgrade ilmu setiap saat dan
setiap waktu kepada siapa saja tanpa mengenal batasan usia dan keahlian. Mencari dan
menemukan serta menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pengajaran
dan pembelajaran. Selalu melakukan pendekatan 2ocial emosional dengan peserta
didik. Terakhir menyelami dunia anak sehingga tidak ada jurang pemisah antara guru
dansiswa
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Safwan. Pengantar Psikologi Pendidikan. (Banda Aceh: Yayasan Pena). 2005.

Sabri, M. Alisuf. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya). 2007.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru. (Bandung: PT. Rosdakarya).

2014

Anda mungkin juga menyukai