Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSEP DASAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu :

DIAN EKA PRIANTORO, S.Pd.I. M.Pd.

Disusun oleh :

MUHAMMAD DJORGI (2001051025)

SIDIK AJI PANGESTU (2001052016)

SHILVIA RAHMAH JANATI PUTRI (2001051036)

TBI Kelas A

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN TADRIS BAHASA INGGRIS

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Konsep
Dasar Psikologi Pendidikan” tepat pada waktunya.

Sholawat dan salam kami haturkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah  menuju zaman ilmu pengetahuan yang menjadikan
manusia cerdas dan berwawasan luas.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu
yang penulis miliki. Namun berkat usaha dan bantuan dari beberapa pihak, jurnal ini dapat
terselesaikan meski masih banyak terdapat kekurangan. Ucapan terima kasih kami kepada dosen
pembimbing Bapak DIAN EKA PRIANTORO, S.Pd.I. M.Pd.I. Yang telah memberikan motivasi
dan dorongan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Harapan kami adalah semoga kritik dan saran dari pembaca tetap tersalurkan kepada
penulis dan semoga jurnal ini bermanfaat. Amin

Metro, 18 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1. Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah......................................................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1 Pengertian Psikologi..................................................................................................................3
2.2 Pengertian Psikologi pendidikan................................................................................................4
2.3 Sejarah Para Tokoh Psikologi Pendidikan.................................................................................5
2.4 Kontribusi Psikologi Pendidikan Terhadap Teori dan Praktek................................................11
a. Membantu Mengembangkan Peserta Didik...............................................................................11
b. Mengetahui Potensi Belajar Siswa.............................................................................................13
c. Mengetahui Cara Belajar Anak..................................................................................................14
d. Penyesuaian Sosial.....................................................................................................................15
2.5 Metode dalam Psikologi Pendidikan.......................................................................................17
BAB III..........................................................................................................................................20
PENUTUP......................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................20
3.2 Saran........................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Mengingat betapa urgensinya persoalan psikologi dalam kehidupan manusia khususnya


dalam dunia pendidikan, maka faktor ini mendorong psikologi terus dikaji dan dipelajari banyak
orang. Psikologi ini merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Dimana ilmu
inisangat penting untuk kita pelajari sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang akan diaplikasikan
nanti saat masuk dunia mengajar maupun terjun dimasyarakat.

Perhatian pada psikologi yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu
dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman mereka sendiri. Pengamatan biasanya dilakukan oleh orang yang cerdas. Terjadi
terhadap suatu proses dengan maksud merasakan dan memahami pengetahuan dari sebuah
fenomena berdasarkan pengetahuan.

Dalam dunia pendidikan kita sebagai calon-calon guru harus mengerti dan memahami peran
dan fungsi psikologi dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Agar setiap problematika yang
terjadi dalam proses pendidikan bisa dipecahkan, utamanya dalam sudut psikologis.

Psikologi perlu juga kita kaji agar kita ebih mudah untuk mengetahui perekembangan jiwa yang
didmiliki oleh seorang anak didik kita kelak. Agar kita bisa memiliki sikap kritis terhadap
permasalahan-permasalahan pendidikan dan pengajaran, dan bisa menganalisisnya dari segi
psikologi.

1.1 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan psikolgi pendidikan?


2. Apa hubungan psikologi dengan pendidikan?

1
3. Bagaimana sejarah para tokoh-tokoh psikologi pendidikan?

2
4. Apa kontribusi psikologi pendidikan bagi teori dan praktek pendidikan?
5. Bagaimana metode dalam psikologi pendidikan?

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian psikologi pendidikan


2. Untuk mengetahui hubungan psikologi dengan pendidikan
3. Untuk mengetahui sejarah para tokoh-tokoh psikologi pendidikan
4. Untuk mengetahui apa kontribusi psikologi pendidikan bagi teori dan praktek
pendidikan.
5. Untuk mengetahui metode dalam psikologi pendidikan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi

  Asal kata “Psyche”= Jiwa & “Logos” = Ilmu. Psikologi berarti ilmu jiwa. Sebelum
menjadi disiplin ilmu yang mandiri, psikologi memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu
kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang masih tampak pengaruhnya. Dalam ilmu
kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang terpikir dan terasa oleh organ-organ
biologis (jasmaniah). Sedangkan dalam filsafat- psikologi berperan serta dalam memecahkan
masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan akal, kehendak, dan pengetahuan. Kemudian
menurut para ahli:
 Dakir (1993), ilmu yang membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan
lingkungan.
 Muhibbinsyah (2001), ilmu pengetahuan yang mempelajari tl terbuka & tertutup pada
manusia baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan,

            Karena kontak dengan berbagai disiplin itulah, maka timbul bermacam-macam definisi
psikologi yang satu dengan yang lain berbeda, seperti:

 Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
 Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
 Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior) dan lain-lain definisi
yang sangat bergantung pada sudut pandang yang mendefinisikannya.
Kemudian Psikologi dibagi menjadi beberapa bidang yaitu:
 Psikologi perkembangan
 Psikologi Pendidikan
 Psikologi Sosial
 Psikologi Industri
 Psikologi Organisasi
Psikologi Klinis, dll.

4
Dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki yang
membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun
kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.

2.2 Pengertian Psikologi pendidikan

Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada
cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Studi mengenai
proses pembelajaran, baik dari sudut pandang kognitif maupun perilaku, mengijinkan ilmuwan
untuk memahami perbedaan individu dalam hal intelegensi, perkembangan kognitif, afek,
motivasi, regulasi diri, konsep diri, serta peranannya dalam proses belajar. Bidang psikologi
pendidikan banyak mengandalkan pengujian dan pengukuran dengan metode kuantitatif, untuk
meningkatkan aktivitas pendidikan seperti desain pemberian instruksi, manajemen kelas, dan
asesmen, yang bertujuan untuk memfasilitasi proses pembelajaran dalam berbagai setting
pendidikan sepanjang hidup.
Bidang dalam psikologi pendidikan meliputi studi tentang memori, proses konseptual,
dan perbedaan individu (melalui psikologi kognitif) dalam mengonseptualisasikan strategi baru
mengenai proses belajar pada manusia. Psikologi pendidikan telah dibangun atas dasar
teori operant conditioning, functionalism, structuralism, constructivism, psikologi humanistik,
psikologi Gestalt, dan pemrosesan informasi.
Psikologi pendidikan merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang berdasarkan riset
psikologis yang menyediakan serangkaian tahap-tahap untuk membantu individu melaksanakan
tugas sebagai seorang guru dalam proses mengajar-belajar secara lebih efektif. Definisi ini hanya
sebatas pada proses interaksi antar guru-siswa dalam kelas. Psikologi pendidikan pada masa awal
perkembangan dan pemanfaatannya belum dikenal banyak orang tetapi seiring dengan
perkembangan sains dan teknologi, akhirnya lahir dan berkembanglah secara resmi sebagai
sebuah cabang khusus psikologi yang disebut psikologi pendidikan. Pada umumnya para ahli
memandang bahwa Johan Friedrich Herbart adalah bapak psikologi pendidikan. Namanya
diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme pada tahun 1820-
an. Konsep utama pemikiran Herbartianisme adalah apperceptive mass, sebuah istilah yang
khusus diperuntukkan bagi pengetahuan yang telah dimiliki individu. Dalam pandangan Herbart,
proses belajar atau memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-
hubungan antara ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Menurut para ahli tentang psikologi pendidikan:
 Witherington (1978), studi sistematis tentang proses-proses dan faktor yang
berhubungan dg pendidikan manusia.
 Sumadi Suryabrata (1984), pengetahuan psikologi mengenai anak didik dalam situasi
pendidikan.

5
 Elliot dkk (1999), penerapan teori-teori psikologi untuk mempelajari perkembangan,
belajar, motivasi, pengajaran dan permasalahan yang muncul dalam dunia
pendidikan.

Jadi, psikologi dan pendidikan tidak bisa dipisahkan. keduanya berkesinambungan dan
ada timbal balik antara keduanya. pendidikan sendiri mempunyai mempunyai peran dalam
pembimbingan hidup seorng individu sejak ia lahir hingga di liang lahat.dan pendiikan sediri
tidak berjalan dengan semestinya tanpa diiringi dengan psikologi perkembangan.karena watak
dan kepribadian seseorang ditunjukkan oleh psikologinya. Reber (1998) menyebutkan salah satu
subsidi psikologi adalah psikologi pendidikan yang berkaitan dengan teori dan masalah
kependidikan yang berguna, diantaranya:

1. penerapan prinsip-prinsip dalam kelas


2. pembaharuan dan  pengembangan kurikulum.
3. ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
4. sosialisasi proses-proses dan interaksi dengan pendayagunaan ranah kognitif.
5. penyelenggaraan pendidikan keguruan.

Psikologi pendidikan tidak dapat hanya dianggap sebagai psikologi yang dipraktekkan
melainkan suatu studi atau suatu ilmu pengetahuan yang yang mempunyai hak hidup sendiri.

2.3 Sejarah Para Tokoh Psikologi Pendidikan

1. WILLIAM JAMES (1842-1910)

Memberikan serangkaian kuliah bertajuk “ talks to teachers”. Dalam kuliah ini ia


mendiskusikan aplikasi psikologi untuk mendidik anak. Ia menegaskan pentingnya mempelajari
proses belajar dan mengajar di kelas guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah stu
rekomendasinya adalah mulai mengajar pada titik yang sedikit lebih tinggi diatas tingkat
pengetahuan dan pemahaman anak dengan tujuan untuk memperluas cakrawala pemikiran anak.

6
2. John Dewey ( 1859-1952)

Beberapa kajian yang darinya adalah pertama, kita mendapatkan pandangan tentang anak
sebagai pembelajar aktif ( active learning), di mana anak bukan pasif duduk diam menerima
pelerajan tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan lebih baik. Pendidikan harus difokuskan
pada anak secara keseluruhan dan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Dewey percaya bahwa anak seharusnya tidak mendapatkan pelajaran akademik saja,tetapi juga
harus mempelajari cara untuk berfikir dan beradaptasi dengan lingkunga luar sekolah, seperti
mampu untuk memecahkan masalah dengan baik. Ketiga, ia berpendapat bahwa semua anak
berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya, mulai dari kaya dan miskin, laki-laki dan
perempuan, semua golongan etnis, sampai pada semua lapisan ekonomi-sosial.

3. EL. Thorndike (1874-1949)

Berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang palig penting adalah
menanamkan keahlian penalaran anak. Thorndike sangat ahli dalam melakukan studi belajar dan
mengajar secara ilmiah. Thorndike mengajukan gagasan bahwa psikologi pendidikan harus
punya basis ilmiah dan harus berfokus pada pengukuran.

4. Carl R. Rogers 

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang yang menekankan perlunya sikap
saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan therapist) dalam membantu individu
mengatasi masalah – masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya
memiliki jawaban atas permasalahan yang di hadapinya dan tgas therapist hanya membimbing
klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat
para therapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Lebih khusus
dalam bidang pendidikan, rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang
humanistic, yang meliputi hasrat untk belajar, belajar yang berarti, belajar tapa ancaman, belajar
atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan ( Rumini , dkk. 1993). Adapun penjelasan
masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

7
a. Hasrat untuk belajar Hal ini terbukti engan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi
kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini
merupakan asumsi dasar pendidikan humaistik. Di dalam kelas humanistik anak-anak diberi
kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi
minatnya dan untuk menemukan apa yang pentinga dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Blajar yang berarti Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang relevan dengan
kebutuhan dan maksud anak. Artinya anak akan belajar dengan cepat apabila yang di pelajari
mempunyai arti baginya.
c. Belajar tanpa ancaman Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik
apabla berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar akan berjalan
lancer manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-
pengalaman baru atau membuat kesalahan-kealahan tanpa mendapat kecaman yang biasanya
menyinggung perasaan.
d. Belajar atas inisiatif sendiri Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas
inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pemikiran si pelajar. Mampu memilih arah
belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada
murid untuk “ belajar bagaimana cara belajar” ( to learn how to learn). Tidaklah perlu
diragukan bahwa menguasai dahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting
daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan asalah, menguji
hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil.
e. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil
belajar. dan perubahan Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa belajar
yang paling bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar. Mengenai fakta-fakta dan
gagasan-gaagasan yang statis.

5. Wilhelm wundt (1832-1920) 

Study wundt tentang emosi dan feelings menghasilkan pembagian kutub-kutub emosi ke
dalam tiga dimensi: a. Pleasant vs unpleasant b. High vs low arousal c. Concentrated vs relaxed
attention Teori ini dikenal sebagai the three dimensional theory namun bersifat kontroversial. Ide
tentang abnormalitas kesadaran dari wundt dibangun melalui diskusi-diskusi dengan para

8
psikiater terkenal masa itu, kretschmer dan kreapelin. Ide Wundt tentang schizophrenic adalah
hilangnya kontrol appersepsi dan kontrol dalam proses atensi. Fokus studi wundt dapat dilihat
melalui dua karya besarnya, principles of physiological psychology dan voelkerpsychologie.
Principles of physiological psychology, dalam karya ini Wundt memfokuskan dalam hasil-hasil
eksperimennya tentang ingatan, emosi, dan abnormalitas kesadaran. Hasil eksperimen tentang
ingatan akan simple ideas menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam
ingatan manusia yang bersifat selektif. Konsep penting yang muncul adalah apperception, suatu
bentuk operasi mental yang mensintesiskan elemen mental menjadi satu kesatuan utuh, juga
berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan judgement.

6. Sigmund freud (1856-1939) 

Pada tahun 1900, Freud menerbitkan sebuah buku yang menjadi tonggak lahirnya aliran
psikologi psikoanalisa. Buku tersebut berjudul interpretation of dreams yang masih di kenal
sampai hari ini. Dalam buku ini freud memperkenalkan yang disebut “ Unconse Ious Mind”
(alam ketidaksadaran). Selama periode 1901-1905 dia menerbitkan beberapa buku, tiga
diantaranya adalah The Psychopathology Of Everyday Life (1901), Three Essays On
Sexuality(1905), Dan Jokes And Their Relation To The Unconscious (1905). Pada tahun 1905 ia
mengejutkan dunia teori perkembangan psikoseksual ( Theory Of Psychosexual Development)
yang mengatakan bahwa seksualitas adalah factor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu
dan bahwa masa balita pun anak-anak mengalami ketretarikan dan kebutuhan seksual. Beberapa
komponen teory freud yang sangat terkenal adalah:

a. The Oedipal Complex, dimana anak menjadi tertarik pada ibunya dan mencoba
mengidentifikasi diri seperti sang ayahnya demi mendapatkan perhatian ibu.

b. Konsep Id, Ego, Dan Superego

c. Mekanisme pertahanan diri ( Ego Defense Mechanisms) Istilah psikonalisa yang dikemukakan
freud sebenarnya memiliki bebrapa makna yaitu:

1. Sebagai salah satu teori kepribadian dan psikopatologi,

2. Sebuah metode terapi untuk gangguan-gangguan kepribadian, dan

9
3. Suatu teknik untuk menginvestigasi pikian-pikiran dan perasaan-perasaan individu yang tidak
disadari oleh individu itu sendiri.

7. Emil kraepelin (1856-1926) 

Jika klarifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentivikasikan maka asal usul
dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti. Kraepelin menjadi terkenal
terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia
membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dementia praecox dan psikosis manie-
depresif. Dementia praecox merupakan gejala penyakit awal dari penyakit kejiwaan yang disebut
schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode
psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test psikologi untuk mengetahui
adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test
Kraepelin. Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi Indonesia pada era tahun
1980an.

8. Alfred binet (1857-1911) 

Hasil karya terbesar Alfred Bined di bidang psikologi adalah apa yang sekarang ini
dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Sebagai anggota komisi investigasi masalah-
masalah pendidikan di perancis, Alfred Binet mengembangkan sebuah test untuk mengukur usia
mental (The Mental Age atau MA) anak-anak yang akan masuk sekolah. Usia mental tersebut
merujuk pada kemampuan mental anak pada saat ditest dibandingkan pada anak-anak lain di usia
yang berbeda. Dengan kata lain, jika seorang anak dapat menyelesaikan suatu test atau
memberikan respons secara tepat terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diperuntukkan bagi anak
berusia 8 (delapan) tahun maka ia dikatakan telah memiliki usia mental 8 (delapan) tahun. Test
yang dikembangkan oleh binet merupakan test intelegensi yang pertama, meskipun kemudian
konsep usia mental mengalami revisi sebanyak dua kali sebelum dijadikan dasar dalam test IQ.
Tiga tahun setelah Binet wafat, seorang psikolog jerman, Williem Stern, mengusulkan bahwa
dengan membagi usia mental anak dengan usia Kronologocal (Chronological Age atau CA),
maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang dimaksud “Intelligence Quetiont”.
Rumus ini kemudian direvisi oleh lewis terman dari Stanford University, yang mengembangkan

10
test untuk orang-orang amerika. Lewis mengalikan formula yang dikembangkan stern dengan
angka 100. Perhitungan statistik inilah yang kemudianmenjadi definisi atau rumus untuk
menentukan intellegensi seseorang: IQ MA/CA*100. Test IQ inilah yang dikemudian hari
dinamai Stanford binet intelligence test yang masih sangat popular sampai dengan hari ini.

9. Henry A. murray (1893-1988) 

Henry A.Murray berpendapat bahwa kepribadian akan dapat lebih mudah dipahami
dengan cara menyelidiki alam ketidaksadaran seseorang (Unconscious Mind). Peranan murray di
bidang psikologi adalah dalam bidang diagnose kepribadian dan teory kepribadian. Hasil karya
terbesarnya yang sangat terkenal adalah teknik evaluasi kepribadian dengan metode proyeksi
yang disebut dengan “ Thematic Apperception Test (TAT)”. Test TAT ini terdiri dari beberapa
buah gambar yang setiap gambar mencerminkan suatu situasi dengan suasana tertentu. Gambar-
gambar ini satu per satu ditunjukkan kepada orang yang diperiksa dan orang itu diminta untuk
menyampaikan pendapatnya atau kesannya terhadap gambar tersebut. Secara teoritis dikatakan
bahwa orang yang melihat gambar-gambar dalam test itu akan memproyeksikan isi
kepribadianya dalam cerita-ceritanya.

10. Jean piaget (1896-1980) 

Piaget adalah seorang tokoh yang amat penting dalam bidang psikologi perkembangan.
Teori-teorinya dalam psikologi perkembangan yang mengutamakan unsure kesadaran (kognitif)
masih dianut oleh banyak oranbg sampai hari ini. Teori-teori, metode-metode dan bidang-bidang
penelitian yang dilakukanpiaget dianggap sangat orisinil, tidak sekedar melanjutkan hal-hal yang
sudah terlebih dahulu ditemukan orang lain. Selama masa jabatannya sebagai professor di bidang
psikologi anak, piaget banyak melakukan penelitian tentang Genetic epistemology ( ilmu
pengetahuan tentang genetic). Ketertarikan piaget untuk menyelidiki peran genetic dan
perkembangan anak. Akhirnya menghasilkan suatu maha karya yang dikenal dengan nama
theory of cognitive development (teory perkembangan kognitif). Dalam teori perkembangan
kognitif, piaget mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai

11
tingkatan perkembangan proses berfikir formal. Teory ini tidak hanya diterima secara luas dalam
bidang psikologi tetapi juga sangat besar pengaruhnya dibidang pendidikan.

2.4 Kontribusi Psikologi Pendidikan Terhadap Teori dan Praktek


Mengingat besarnya kontribusi Psikologi terhadap dunia pendidikan, sudah barang tentu
dapat dikatakan bahwa psikologi menjadi bahan dasar dalam proses belajar mengajar (teaching le
arning process) antara guru dan siswa. Guru harus memiliki kemampuan pedagogik dan psikolog
i untuk memperlancar proses pengajaran dan pendidikan di sekolah. Psikologi Pendidikan banya
k membantu para guru dalam memahami murid – muridnya dalam proses pembelajaran dan mera
nsang mereka untuk melaksanakan pendidikan selanjutnya.

Guru menjadi tolak ukur sejauh mana psikologi dapat berkontribusi dalam pembelajaran.
Guru dalam menjalankan peranannya sebagai pembimbing, fasilitator, pendidik dan pelatih bagi
para peserta didiknya, tentu dituntut untuk memahami aspek – aspek perilaku dirinya dan orang l
ain yang terkait dengan tugasnya terutama memahami berbagai jenis karakter peserta didiknya. S
ehingga Guru dapat menjalankan tugas secara efektif dan efisien serta berkontribusi yang nyata p
ada tujuan pendidikan dengan maksimal.

Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam pembelajaran bermanfaat untuk:

a. mengembangkan pesera didik,


b. mengetahui potensi belajar siswa,
c. cara belajar para siswa,
d. dan penyesuaian siswa dengan lingkungannya. Untuk lebih jauhnya penulis akan
memaparkan hal – hal tesebut antara lain sebagai berikut :

a. Membantu Mengembangkan Peserta Didik

Psikologi Pendidikan berkontribusi dalam membantu Guru mengembangkan peserta didi


k menjadi orang yang kreatif, produktif, inovatif dan dilandasi nilai – nilai rohaniah, jasmaniah, i
novatif sosial dan emosional. Anak dalam pandangan Islam memiliki potensi yang disebut fitrah.
Fitrah inilah yang harus dikembangkan sebaik – baiknya dalam keluarga, sekolah madrasah dan

12
masyarakat. Guru dapat menanamkan nilai – nilai tersebut diatas sebagai landasan utama dalam
pembelajaran.

Nilai rohaniah adalah menyangkut pada nilai keagamaan, rasa cinta terhadap bangsa dan t
anah air, dan sesama manusia. Nilai rohaniah ini sangat penting dikembangkan dalam pembelajar
an agar peserta didik memiliki akhlak mulia, cinta Allah, cinta sesama dan lingkungan. Nilai jas
maniah mengarah pada kesehatan badan. Seperti pepatah mengatakan bahwa didalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang kuat. Apabila orang sehat, maka segala tugas bisa dilakukan dengan bai
k. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Psikologi Pendidikan haruslah bermanfaat bagi sisi rohan
i dan jasmani manusia agar terjadi keseimbangan, dapat diartikan sehat lahir batin.

Psikologi Pendidikan berkontribusi pula dalam memupuk nilai sosial pada anak. Sikap so
sial perlu dipupuk dalam proses pembelajaran sebagai implementasi manusia sebagai makhluk so
sial yang tidak terlepas dari orang lain. Seorang pendidik hendaknya menanamkan sifat sosial se
perti jangan mementingkan diri sendiri, bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain serta
membantu orang yang membutuhkan. Ini penting dalam proses pembelajaran guna menjadikan p
eserta didik aktif dan mampu menjaga toleransi dalam proses belajar mengajar didalam kelas.

Nilai yang harus dipupuk dalam proses pembelajaran adalah nilai adat istiadat dimasyara
kat. Psikologi berkontribusi agar anak selalu memelihara identitas dirinya sehingga suatu suku ti
dak punah. Jika ini dapat diimplementasikan maka adat itu selalu dipelihara kemudia tidak punah
ditelan oleh masa.

Nilai yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran adalah emosional. Ini akan menentu
kan sikap seseorang dalam bergaul. Psikologi berkontribusi untuk mengarahkan kemana anak ter
sebut dalam menyalurkan emosinya. Apakah akan kearah yang positif atau negatif. Memang, pen
ulis menyadari bahwa emosi sangat ditentukan oleh aktifitas keluarga di rumah. Orang tua memil
iki peranan penting dalam pembentukan emosi peserta didik di sekolah. Apabila salah satu anggo
ta keluarga sering marah, maka secara psikologis anak tersebut akan menjadi pemarah, begitupun
sebaliknya.

Untuk mengembangkan peserta didik, penulis menyimpulkan hal yang pertama dilakukan
akan menanamkan nilai – nilai tersebut diatas sebagai dasar dalam proses pembelajaran yang efe

13
ktif dan efisien. Pada akhirnya kontribusi psikologi akan maksimal dalam penerapannya dan man
faatnya akan dirasakan oleh kita semua.

b. Mengetahui Potensi Belajar Siswa

Setiap individu dilahirkan dengan membawa potensi yang berbeda-beda, tidak ada yang s
ama antara siwa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami
keberagaman antara siswa satu dengan siswa yang lainnya, mulai dari perbedaan tingkat pertumb
uhannya, tugas perkembangannya sampai pada masing-masing potensi yang dimiliki oleh anak.
Dengan pemahaman guru yang baik terhadap siswanya, maka bisa menciptakan hasil pembelajar
an yang efektif dan efisien serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.

Psikologi bermanfaat dalam menggali potensi – potensi belajar pada siswa, seperti telah
disinggung diatas bahwa setiap individu memiliki kemampuan dan tingkat intelegensi yang berb
eda – beda. Psikologi Pendidikan berkontribusi membantu guru dalam membedakan potensi bela
jar para siswa dimulai dari tingkat intelegensi,perkembangan intelektual, Emosi dan perkembang
annya serta motivasi atau dorongan.

Pertama guru harus memahami intelegensi peserta didik berbeda – beda. Adapun faktor y
ang mempengaruhi intelegensi seperti faktor fisik karena kelahiran, atau bahkan karena psikis, so
sial, lingkungan, budaya dan lingkungan alam. Akan tetapi jika dilihat dari faktor di sekolah adal
ah guru dan lingkungan sekolah yang membentuk intelegensi siswa. Guru harus memahami bah
wa siswa yang memiliki intelegensi tinggi tentu akan cepat dalam belajar, sebaliknya siswa yang
intelegensi rendah akan lamban dalam proses belajar mengajar. Tugas seorang guru harus mamp
u meningkatkan intelegensi tersebut dengan berbagai latihan, stimulasi atau aktifitas lainya yang
dapat meransang intelegensi para siswa. Ini tergantung pada guru, apakah guru itu rajin atau mal
as.

Kedua selain memahami intelegensi, psikologi berkontribusi dalam membantu guru dala
m memahami perkembangan intelektual peserta didik. Ada tiga faktor yang mempengaruhi perbe
daan tersbut yakni Pertama nutrisi atau makanan empat sehat lima sempurna. Makanan yang me
miliki gizi yang baik akan mempercepat pertumbuhan otak dan tubuh. Kedua stimulasi yakni pe
mberian pendidikan yang baik kepada anak oleh orang tua sejak bayi. Ketiga sarana prasarana ya
ng menunjang pada proses pembelajaran peserta didik.

14
Selain dari faktor intelektual, perbedaan selanjutnya adalah dorongan atau motivasi pesert
a didik yang berbeda – beda. memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada
siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psik
ologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan
dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

Yang mempengaruhi motivasi peserta didik adalah Pertama, kebutuhan biologis seperti m
akan, minum, kebutuhan udara segar bahkan kebutuhan seksual. Kedua kebutuhan psikologis sep
erti mempertahankan diri, menyerang, melawan alam, rasa aman, kebutuhan religius atau agama
dan kebutuhan belajar. Ketiga kebutuhan sosial meliputi kasih sayang, berkelompok, harga diri d
an kebuthan untuk di kenal. Guru hendaknya mengetahui perbedaan potensi peserta didi khusuny
a dalam motivasi untuk belajar. Jika tiga kebutuhan tadi telah terealisasi dengan baik, maka peser
ta didik akan mampu memotivasi dirinya agar mampu berprestasi.

Dari beberapa penjelasan diatas penulis menyampulkan bahwa Psikologi Pendidikan berk
ontribusi dalam membantu guru untuk mengetahui perbedaan yang terdapat pada peserta didik. S
ehingga pada akhirnya guru akan mampu memposisikan diri dengan benar dalam memperlakuka
n peserta didik.

c. Mengetahui Cara Belajar Anak

Sebagai sorang pendidik dalam memilih strategi dan metode pembelajaran harus menyes
uaikan dengan tugas perkembangan dan karakteristik masing-masing peserta didiknya. Hal ini bi
sa didapatkan oleh seorang guru dengan mempelajari psikologi terutama tugas-tugas perkembang
an manusia. Jika metode dan model pendidikan sudah bisa disesuaikan dengan kondisi peserta di
dik, maka proses pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal.

Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pend


idikan dapat membantu pendidik dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tep
at dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belaj
ar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.

15
Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditi
oning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pem
belajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori
tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan da
lam proses pembelajaran., Selain teori pembelajaran, kita juga mengenal banyak metode belajar
mengajar seperti ceramah, Demontrasi, Diskusi, Pemecahan masalah, metode drama, metode kar
ya wisata, metode tugas, metode proyek, metode responsi dan sistem modul.

Kemampuan guru dalam menciptakan iklim dan kondisi pembelajaran yang kondusif ma
mpu membantu proses pembelajaran berjalan secara efektif. Seorang pendidik harus mengetahui
prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda menyesuaika
n karakteristik siswa dalam mengajar untuk menghasilkan proses belajar mengajar yang lebih bai
k. Disinilah peran psikologi pendidikan yang mampu mengajarkan bagaimana seorang pendidik
mampu memahami kondisi psikologis dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, se
hingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan secara efektif.

d. Penyesuaian Sosial

Kontribusi Psikologi Pendidikan dalam proses pembelajaran adalah penyesuaian sosial ba


ik dengan lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Implikasi dari pengembangan aspe
k ini adalah kepribadian yang mantap, mandiri dan bertanggungjawab. Untuk mengembangkan k
epribadian, anak harus bisa menyesuaikan diri dilingkungan sosial yaitu rumah (keluarga), sekol
ah dan masyarakat secarakuat.

Pendidikan didalam keluarga sangat penting, sebab pendidikan dalam keluarga adalah ya
ng utama. Dapat dikatakan bahwa anak menjadi besar dalam segala situasi didalam keluarga. Sej
ak bayi hingga menjadi manusia yang dewasa anak di belajar didalam keluarga, mulai dari berjal
an, berbicara, makan, mengenal ayah ibu, mengenal perilaku manusia, tertawa, sedih dan berane
ka ragam lainnya. Psikologi memiliki kontribusi untuk membantu anak dalam beradaptasi denga
n lingkungan sosialnya.

16
Lingkungan sekolah merupakan tempat mengembangkan kemampuan berfikir, agar menj
adi penerus dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Psikologi Pendidikan berkontribusi membant
u para peserta didik disekolah untuk mengembangkan emosi, agar tersalurkan lebih positif melal
u berbagai jenis kegiatan misalnya seni, olahraga, pekerjaan tangan, teater dan potensi – potensi
yang lainnya. Dengan menyalurkan kreatifitas yang mereka miliki, makan emosi akan stabil, pad
a akhirnya akan mampu mengatasi hal – hal negatif dilingkunggan pendidikan. Sudah banyak ter
jadi kasus yang diakibatkan oleh emosi para siswa yang tidak stabil misalnya perkelahian, perebu
tan pasangan, tawuran, minuman beralkohol sampai pelaku aborsi. Peranan guru dalam memban
gun emosi yang positif dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Guru hendaknya memiliki
sikap responsif, antisiatif, koersif dan melakukan tindakan lainya untuk mengantisifasi hal – hal
yang tidak diharapkan.

Selain itu, guru melalui pendekatan psikologinya harus memberikan bimbingan konseling
kepada peserta didik. Kita mengetahui bahwa kehadiran Guru Bimbingan dan Konseling bukan h
anya mengatasi masalah dan mendampingi anak dalam kegiatan belajar mengajar, sesungguhnya
guru BK membantu anak dalam mengambil keputusan dalam karir, minat dan bakatnya. Disampi
ng itu, Guru BK pun memberikan arahan kepada siswa terkait dengan adanya perbedaan setiap in
dividu. Pada akhirnya akan terjadi konsep diri yang positif didalam kepribadian para siswa di sek
olah. BK di sekolah bertindak pula sebagai pengampu layanan bimbingan, salah satunya untuk
memotivasi siswa, memberikan layanan informasi, memberikan bimbingan yang bermanfaat dan
melakukan bimbingan dalam belajar.

Berdasarkan kajian – kajian teori diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Psikologi Pe
ndidikan memiliki kontribusi terhadap kegiatan pembelajaran meliputi :

1) Membantu mengembangkan peserta didik meliputi rohaniah, Jasmaniah, sosial dan emosi
onal.
2) Menggali potensi belajar yang melipuiti potensi intelegensi, intelektual dan motivasi dida
lam peserta didik
3) Cara belajar
4) Penyesuaian sosial baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

17
2.5 Metode dalam Psikologi Pendidikan

Menurut H. Carl Wrtherington, dalam bukunya "Educational Psychology" bahwa metod


e-metode pokok dalam psikologi pendidikan adalah:

1. Metode Experimental
Istilah eksperimen (percobaan) dalam psikologi, dapat diartikan sebagai suatu pengamata
n secara teliti terhadap gejala-gejala jiwa yang kita timbulkan dengan sengaja. Hal ini dimaksudk
an untuk menguji hipotesa pembuat eksperimen tentang reaksi-reaksi individu atau kelompok dal
am situasi tertentu atau di bawah kondisi tertentu. Jadi, tujuan metode eksperimen adalah untuk
mengetahui sifat-sifat umum dalam gejala kejiwaan. Misalnya mengenai pikiran, perasaan, kema
uan, ingatan, dan lain sebagainya. (Shalahuddin,1990:23)
Kelebihan metode eksperimen adalah dapat melakukan pengontrolan secara ketat terhada
p faktor-faktor/variabel-variabel yang diperkirakan dapat "mencemari dan mengotori" hasil penel
itian.
Metode ini menggunakan suatu prosedur sistematik yang disebut sebagai eksperimental d
esign (rancangan eksperimen). Rancangan ini memiliki dua pengertian:
Adanya langkah-langkah sistematik seperti langkah-langkah penelitian ilmiah:
- Ada masalah (problem)
- Kumpulan konsep/teori yang sesuai problem
- Alternatif jawaban/hipotesis
- Di uji secara empiris sesuai dengan data lapangan
- kesimpulan dan generalisasi. (Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:12)

Menurut Robert E. Slavin dalam buku Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, metode ek
sperimen dibagi menjadi dua, yaitu metode eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan y
ang diacak (Slavin,2008:21)

2. Metode Questionare
Metode ini adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik-topik psik
ologis, sosial, pendidikan, dan lain sebagainya yang ditunjukkan atau diberikan kepada suatu kel
ompok individu, dengan objek untuk memperoleh data dengan memperhatikan masalah-masalah

18
tertentu yang kadang-kadang juga dipakai untuk tujuan-tujuan diagnostik atau untuk menilai ciri-
ciri kepribadian.
Adapun keistimewaan metode ini antara lain adalah:
a. Tidak terlalu memakan biaya.
b. Bahwa dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat mengumpulkan data yang
banyak.
Adapun kelemahannya antara lain terletak pada kebenara jawaban yang kadang-kadang
menyangsikan. (Shalahuddin,1990:25)

3. Metode Klinis
Menurut James Drawer dalam kamus "The Penguin Dictionary of Psychology", istilah "cl
inic" dapat diartikan sebagai tempat diagnosa dan pengobatan berbagai gangguan, fisik, perkemb
angan atau kelakuan. Dengan demikian metode klinis ialah jenis metode dalam psikologi yang be
rusaha menyelidiki sejumlah individu yang memiliki kelainan-kelainan secara teliti dan intensif s
erta dalam batas waktu yang lama. (Shalahuddin,1990:25)
Ada beberapa macam cara dalam metode klinis yang digunakan untuk menyelesaikan ma
salah:
-> Studi kasus klinis: digunakan untuk menyelesaikan masalah disamping kesukaran belajar, gan
gguan emosional, juga untuk masalah kenakalan remaja.
-> Studi kasus perkembangan: digunakan untuk mengetahui bagaimana jalannya perkembangan
dari satu aspek ke aspek tertentu. Contohnya bagaimana perkembangan anak umur 6-9 tahun sehi
ngga kita dapat menentukan metode pengajaran matematika yang tidak menimbulkan terlalu ban
yak kecemasan.
-> Cara longitudinal: Penelitian ini dilakukan secara terus menerus dalam janga waktu tertentu p
ada subjek yang sama, pada contoh di atas kita mengamati anak tersebut dalam jangka waktu 3 ta
hun (6-9 tahun).
-> Cara cross sectional: Penelitian ini dilakukan dengan cara memakai sampel-sampel yang men
gawakili usia anak yang ingin diteliti (misal pada contoh di atas, kita menggunakan sekelompok
anak usia 6;00 untuk mengetahui emosi anak usia 6;00, sekolompok anak usia 6;06 untuk menge
tahui emosi anak usia 6;06, sekelompok anak usia 7;00 untuk mengetahui emosi anak usia 7;00,
dan seterusnya sampai akhirnya kita ambil sampel dari sekelompok anak usia 9;00 untuk menget
ahui emosi anak usia 9;00. Dari kelompok-kelompok tersebut dapat diambil kesimpulan perkemb
angan emosi setiap tingkat usia dapat disimpulkan perkembangan emosi anak usia 6;00 sampai 9;
00. Prabowo & Puspitasari dalam Gunadarma,2002:10)

19
4. Metode Case Study
Metode case study atau study kasus adalah suatu catatan tentang pengalaman seseorang,
penyakit yang pernah diderita, pendidikan, lingkungan, perawatan dan pada umumnya juga semu
a fakta yang relevan untuk masalah-masalah tertentu yang tersangkut dalam suatu kasus medis at
au klinik.
Metode ini dapat berhasil dengan baik apabila observasi dan pencatatan-pencatatan data-
datanya dilakukan dengan sebaik-baiknya. Adapun yang di observasi dan dicatat adalah data ting
kah lakunya bukan interpretasi dari kelakuan tersebut. (Shalahuddin,1990:26)

5. Metode Introspeksi
Merupakan metode penelitian dengan cara melakukan pengamatan ke dalam diri sendiri y
aitu dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.
Metode ini dipakai dan dikembangkan dalam disiplin psikologi oleh kelompok strukturak
lisme (Wilhem Wundt). Mereka mendefinisikan psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentan
g pengalaman-pengalaman sadar individu. Menurut mereka introspeksi dapat dipakai untuk men
getahui proses mental yang sedang berlangsung pada diri seseorang, sebagaimana pikiran, perasa
an, motif-motif yang ada pada dirinya pada waktu tertentu. Disini individu mengamati proses me
ntal, menganalisis, dan kemudian melaporkan perasaan yang ada dalam dirinya. (Prabowo & Pus
pitasari dalam Gunadarma,2002:9).

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Psikologi Pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengka
ji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan berbagai
fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui
metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.Hubungan antara
teoritis dan praktis memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyany
a berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercerm
in dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas p
ada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada
praktik pendidikan.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya penulis aka
n lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik da
n saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
UU Sisdiknas (2003). Sistem Pendidikan Nasional.
Willis, Sopyan S. (2012). Psikologi Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta. Hal. 127
Mulyadi, Seto, et.al (2016). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Grafindo . Hal 05
http://indrapascaunesa.blogspot.com/2010/02/01/memahami-karakter-murid-di-sekolah/h
tml.
https://id.linkedin.com/pulse/manfaat-mempelajari-psikologi-pendidikan-bagi-guru-Hard
ianty.

22

Anda mungkin juga menyukai