Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Setiap Individu adalah unik, artinya setiap individu memiliki perbedaan
antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai
dari perbedaan fisik, pola berfikir dan cara merespon atau mempelajari hal-hal
baru. Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik,
peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system
pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak
ada yang dididiknya.
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu
dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik
pendidikan itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun dilingkkungan masyarakat
dimana anak tersebut berada.
Namun itu semua tidak terlepas dari keterlibatan pendidik, karena seorang
pendidik harus memahami dan memberikan pemahaman tentang dimensi-dimensi
yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap peserta didik itu sendiri, kalau
seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi tersebut, maka potensi yang
dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan, dan peserta didikpun
juga mengenali potensi yang dimilikinya.
Penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang
hendak dicapainya, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari
pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan
kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.Tujuan pendidikan adalah kualifikasi
yang diharapkan dimiliki murid setelah dia menerima atau menyelesaikan
program pendidikan pada lembaga pendidikan tertentu.
Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik tujuan-tujuan
sekolah, perguruan tinggi, maupun tujuan nasional sudah mencakup ketiga ranah
perkembangan manusia yaitu afeksi, kognisi dan psikomotor. Disamping itu
peserta didik tidak dipaksakan untuk mengikuti pendidikan tertentu, melainkan

diberi kebebasan untuk memilih sendiri, sesuai dengan bakat dan kemampuannya
masing-masing. Hal ini sesuai dengan PPRI No. 19 Tahun 2005 pasal 19 yaitu
proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, kreatif, berpeluang unutuk berprakarsa, dan mandiri sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologinya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah, yaitu:
1. Apa Pengertian Peserta Didik?
2. Bagaimana Karakter Manusia Sebagai Peserta Didik?
3. Bagaimana Batas Awal dan Akhir Pendidikan?
4. Apa Pengertian Tujuan?
5. Apa Fungsi Tujuan?
6. Bagaimana Sumber dan Dasar Perumusan Tujuan pendidikan?
7. Bagaimana Jenis dan Hirarki Tujuan Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan :
1. Mengetahui arti atau maksud dari kata peserta didik
2. Mengetahui macam-macam kepribadian atau karakteristik masing-masing
peserta didik
3. Mengetahui batas awal dan akhir pendidikan
4. Menegtahui pengertian Tujuan
5. Mengetahui fungsi tujuan
6. Mengetahui Bagaimana Sumber dan Dasar Perumusan Tujuan pendidikan
7. Menegtahui Jenis dan Hirarki Tujuan Pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
A.Peserta Didik sebagai Faktor Pendidikan
1. Pengertian Peserta Didik
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab juga disebut
dengan timidz jamaknya

adalahTalamid,

yang

artinya

adalah

murid,

maksudnya adalah orang-orang yang mengingini pendidikan. Dalam bahasa


arab dikenal juga dengan istilah Thalib jamaknya adalah Thullab, yang artinya
adalah orang-orang yang mencari ilmu.
Dalam arti Luas, Peserta didik adalah setiap orang yang terkait dengan
proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit, peserta didik
diartikan setiap siswa yang belajar di sekolah (sinolungan, 1997)
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI no.20 tahun 2003 tentang system
pendidikan nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
Menurut (Ahmadi abu,2007) juga menuliskan tentang pengertian peserta
didik, peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha,
bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga Negara,
sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu
Departemen pendidikan nasional , menegaskan bahwa peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan.
Jadi,Peserta didik adalah individu yang mengalami perkembangan dan
perubahan, sehingga ia harus mendapatkan bimbingan dan arahan untuk
membentuk sikap moral dan kepribadian.

2. Karakter Manusia sebagai Peserta Didik


Individu memiliki sifat bawaan(heredity) dan karakteristik yang diperoleh
dari pengaruh lingkungan sekitar.Menurut ahli psikologi, kepribadian dibentuk

oleh perpaduan factor pembawaan dan lingkungan.Karakteristik yang bersifat


biologis cenderung lebih bersifat tetap,sedangkan karakteristik yang berkaitan
dengan faktor psikologis lebih mudah berubah karena dipengaruhi oleh
pengalaman dan lingkungan.

a. Pengertian dan Karakteristik Kehidupan Pribadi


Pengertian: Kehidupan individu yang utuh, lengkap, dan memiliki cirri
khusus/unik.Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek,antara lain:
1) aspek emosional
2) aspek sosial psikologis
3) aspek sosial budaya
4) kemampuan intelektual terpadu secara integratif terhadap faktor lingkungan.
Karakteristik kehidupan pribadi bersifat khusus,dengan kata laintidak
dapat disamakan dengan individu-individu lainnya. Seseorang individu juga
memerlukan sebuah pengakuan dari pihak lain tentang harga dirinya.Ia
mempunyai harga diri dan berkeinginan untuk selalu mempertahankan harga diri
tersebut.

b.Macam-macam karakteristik kepribadian


Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini
adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih
memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar
dan mengajar berlangsung dengan maksimal.
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan
Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas,
bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan
spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
2. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka
menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.

3. Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan


kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan
gugup.
Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan:
Kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi
kepribadian sebagai berikut:
a. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
b. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak
kreatif.
c. Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar
(evasive), neurotik.
d. Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
e. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar,
tertekan, menyendiri, sedih.
f. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
g. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
h. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional,
tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
i. Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
j. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas,
mudah lelah.
k. Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
l. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.

Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)


Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik.
Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang
menentukan temperamen seseorang. Tipe kepribadian itu antara lain:
a.

Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan


pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak
sabar.

b.

Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan


temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.

c.

Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban,


pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.

d.

Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat


periang, aktif, dinamis, dan cekatan.

Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa


Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat
jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
1.

Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh


tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan
kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.

2.

Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk


pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan
mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.

3.

Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/


atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan
kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.

Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe


campuran (dysplastic).
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)
Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan
sosial seseorang, yaitu:
1. Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
2. Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan
dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara
ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk
sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses

pengembangan. (Wijaya,1988) menyatakan karakteristik anak secara


sederhana dapat dikelompokkan atas:
1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2. Anak yang biasa-biasa saja.
3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam
melakukan kegiatan pembelajaran di dekolah.
Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa:
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara
bertahap. Berikut ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak
samapai masa puber.
1.Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak
meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD.
Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah
menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa
ini, anak sedang dalam proses penegmbangan kepribadian yang unik dan
menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, dan
sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat
menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai
SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik
siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai
belajar hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak.
2.Krakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciriciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang
digunakan pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir
sebagai masa yang menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak
dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya.
Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak
bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya. Para

pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia
ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak
diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang
dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri
dalam kehidupannya kelak.
3. Krakteristik perkembangan masa puber (11/12 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan
masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber,
puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun
terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak
dan remaja, di mana ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi
basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa
remaja. Waktu masa puber relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan
dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh,
sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber.
Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi
belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep diri, serta
persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa
maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang
menaik diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta membantunya
agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan
orang atau masyarakat di sekitarnya

c.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi


Perkembangan pribadi yang menyangkut aspek psikologis dapat
ditunjukkan oleh sikap dan perilakunya.Menurut ahli psikologi perkembangan
kehidupan pribadi manusia dipengaruhi oleh faktor keturunan (pembawaan) dan
factor lingkungan (pengalaman).
Aliran Nativisme menyatakan perkembanagn pribadi telah ditentukan
sejak lahir,sedangkan aliran Empirisme menyatakan perkembangan pribadi
dibentuk oleh lingkungan hidupnya. Aliran yang menyatakan bahwa kedua faktor

itu secara terpadu memberikan pengaruh tarhadap kehidupan seseorang adalah


aliran konvergensi.

d. Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pribadi


Perkembangan pribadi setiap individu berbeda-beda sesuai dengan
pembawaan dan lingkungan tempat mereka hidup dan dibesarkan. Oleh karena
itu, kepribadian setiap individu akanberbeda-beda sesuai denga sifat badan
dankondisi lingkungan hidupnya.

e. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah Laku


Kepribadian atau tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh proses
perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berinteraksi
dengan

lingkungannya

serta

kejadian-kejadian

saat

sekarang.

Kehidupan pribadi yang mantap akan membentuk perilaku yang mantap


pula,sehingga mampu memecahkan berbagai permasalahan hidupnya.
Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
Upaya pengembangan kehidupan pribadi dapat dilakukan sbb.:
a) Membiasakan hidup sehat,teratur,serta efisien waktu, mengenal dan
memahami nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku secara baik dan
benar.
b) Mengerjakan tugas dan pekerjaan sehari-hari secara mandiri dan penuh
tanggung jawab.
c) Sering bersosialisasi dengan masyarakat.
d) Melatih cara merespon berbagai masalah dengan baik.
e) Menghindari sikap dan tindakan yang bersifat lari dari masalah.
f) Disiplin, patuh, dan tanggung jawab terhadap aturan hidup keluarga.
g) Melaksanakan peran sesuai status dan tanggung jawab dalam kehidupan
keluarga.
h) Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meningkatakan penguasaan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat dan minat yang
dimiliki,baik melalui pendidikan yang formal maupun tidak.

Selain itu perlu diciptakan suasana yang kondusif dan keteladanan dari pihak
yang memiliki otoritas, serta mengefektifkan perkembangan sosial.

3. Batas Awal dan Akhir Pendidikan


a.Pengertian Batas-batas Pendidikan Dan Batas-batas Awal Pendidikan
Batas batas pendidikan yang dimaksud disini ialah hal-hal yang menyangkut
masalah kapan pendidikan itu dimulai dan kapan pendidikan itu berakhir.
Langeveld menyatakan bahwa saat kapan pendidikan itu dimulai disebut batas
bawah dari pendidikan, dan saat kapan pendidikan itu berakhir, disebutkan batas
akhir dari pendidikan itu ialah saat mana anak telah sadar / mengenal kewibawaan
( Razaq,2003 ).
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian batas - batas awal pendidikan :
1) Al-Abdori
Menyatakan bahwa anak dimulai di didik dalam arti sesungguhnya
setelah berusia 7 tahun, oleh karena itu beliau mengeritik orang tua yang
menyekolahkan anaknya pada usia yang masih terlalu muda, waktu sebelum
usia 7 tahun.
2) Dr. Asma Hasan Fahmi
Mengemukakan bahwa dikalangan ahli didik Islam berbeda pendapat
tentang kapan anak mulai dapat di didik sebagian diantara mereka
mengatakan setelah anak berusia 4 tahun.
3) Athiyah Al-Abrasy
Mengatakan anak di didik itu dimulai setelah anak berusia 5 tahun,
yaitu dengan membaca Al-Qur an, mempelajari Sya ir, sejarah nenek
moyang dan kaumnya, mengendarai kuda dan memanggul senjata.
4) Zakiyah Derajat
Meninjau dari segi psikologi, beliau menjelaskan bahwa usia 3-4
tahun dikenal sebagai masa pembangkang. Dari segi pendidikan justru pada
masa itu terbuka peluang ketidak patuhan yang sekaligus merupakan landasan
untuk menegakkan kepatuhan yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai
memiliki kesadaran batin atau motivasi dalam perilakunya. Di sini pula mulai

terbuka penyelenggaraan pendidikan artinya sentuhan sentuhan pendidikan


untuk menumbuh kembangkan motivasi anak dalam perilakunya kearah-arah
tujuan pendidikan.
Pendididkan itu dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke
arah pendidikan yang nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak
dilahirkan, sedangkan pendidikan sesungguhnya baru terjadi kemudian.
Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak dituntut pengertian bahwa ia
harus memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan dan
menyadari bahwa hal yang di ajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa diri utama dari pendidikan yang sesungguhnya ialah adanya
kesiapan interaksi edukatif antara pendidik dan terdidik
Oleh

karena

itu,manusia

dibimbing

dan

diarahkan

sejak

awal

pertumbuhannya agar kehidupannya berjalan mulus. Bimbingan yang dilakukan


sejak dini mempunyai pengaruh amat besar sekali bagi kehidupan masa dewasa.
b. Batas Batas Akhir Pendidikan
Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan anak
berlangsung untuk pertama kalinya, begitu pula sulitnya menentukan kapan
pendidikan itu berlangsung untuk terakhir kalinya. Kesulitan tersebut berkaitan
erat dengan kesukaran menentukan masa kematangan. Seorang anak dalam halhal lain kadang-kadang masih tetap menunjukkan sikap kekanak-kanakan.
Disamping itu masih dapat ditambahkan pula bahwa lingkungan dan keadaan
kehidupan seseorang turut mempengaruhi percepatan atau tempo proses
kematangnnya. Kenyataan-kenyataan itu tidak memberi peluang untuk dapat
menentukan pada umur berapa pendidikan manusia harus berakhir.
Sehubungan dengan itu, perlulah suatu kehati-hatian kalau juga ingin
mengatakan bahwa sepanjang tatanan yang berlaku proses pendidikan itu
mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah, titik akhir bersifat principal dan
tecapai bila seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap
mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan hidupnya.
Ia telah memiliki kepahaman terhadap segala pengaruh yang menerpa kehidupan

batiniyahnya dengan berpegang dan mengembalikiannya pada dasar dasar


pedoman hidup yang kokoh. Pada kondisi yang disebutkan diatas, pendidikan
sudah tidak menjadi masalah lagi, ia telah dapat mendidik dirinya sendiri.
B.Tujuan sebagai Faktor Pendidikan
1.Pengertian Tujuan
Tujuan pendidikan adalah salah satu unsur pendidikan berupa rumusan
tentang apa yang harus dicapai oleh peserta didik yang berfungsi sebagai pemberi
arah bagi semua kegiatan pendidikan.Tujuan pendidikan menjadi pedoman dalam
rangka menetapkan isi pendidikan,metode pendidikan,alat pendidikan,dan tolak
ukur dalam rangka melakukan evaluasi terhadap hasil pendidikan.
Menurut M.J Lavengeld (1980) bahwa tujuan umum pendidikan adalah
kedewasaan atau manusia dewasa,yaitu manusia menentukan sendiri secara
mandiri atas tanggung jawab sendiri.Pengertian lain tentang tujuan umum
pendidikan adalah mampu melaksanakan tugas dari Tuhan dengan sebaikbaiknya,melaksanakan tugas kemanusiaan,melaksanakan tugas sebagai warga
negara,mampu melaksanakan tugas kemasyarakatan,serta mampu melaksanakan
tugas sebagai pribadi yang utuh.

2.Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan bagi pendidikan
a. Sebagai arah pendidikan
Tanpa adanya semacam antisipasi (pandangan ke depan) kepada tujuan,
penyelrwenga akan banyak terjadi, demikian pula kegiatanpkegiatannya pun tidak
akan efisien. Dalam hal ini tujuan akan menunjukan arah dari suatu usaha.
Sedangkan arah tadi menunjukan jalan yang harus ditempuhdari situasi sekarang
kepadasituasiberikutnya.

b.Tujuan sebagai titik akhir

Suatu usaha tentu saja mengalami permulaan serta mengalami pula


akhirnya. Mungkin saja ada usaha yang terhenti dikarenakan seatu kegagalan
mencapai tujuan, namun usaha itu belum bias dikatakan telah berakhir. Pada
umumnya, suatu usaha baru berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.
c.Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain
Apabila tujuan merupakan titik akhir dari suatu usaha, maka dasar ini
merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen
yang menjadi alas permulaan suatu usaha.Dengan demikian, antara dasar-dasar
dan tujuan terbentanglah garis yang menunjukan arah bergeraknya usaha tersebut,
serta dasar dan tujuan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan
antara yang satu dengan yang lain.
d.Memberi nilai pada usaha yang dilakukan
Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan, kadang-kadang didapati
tujuannya yang lebih luhur dan lebih mulia dibandingkan yang lainnya. Semua itu
terlihat apabila berdasarkan nilai-nilai tertentu.
3. Sumber dan dasar perumusan tujuan pendidikan
Ada empat rumusan tujuan pendidikan di Indonesia :
a.Rumusan tujuan pendidikan menurut UU No. 4 tahun 1950, tecatum dalam bab
II pasal 3 yang berbunyi tujuan pendidikan dan pengajaran membentuk manusia
susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
b. Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPR No. II tahun 1960 yang
berbunyi

tujuan pendidikan ialah mendidik anak ke arah terbentuknya manusia

yang berjiwa pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat


sosialis Indonesia yang adil dan makmur material dan spiritual.
c. Rumusan tujuan pendidikan menurut sistem pendidikan nasional pancasila
dengan penetapan Presiden no. 19 tahun 1965 yang berbunyi tujuan pendidikan
nasional kita, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dari
pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi, supaya melahirkan warga negara

sosialis Indonesia yang susila, yang bertaggung jawab atas terselenggaranya


masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material
yang berjiwa pancasila.
d. Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPRS No. 2 tahun 1960 yang
berbunyi tujuan pendidikan ialah membetuk manusia pancasialis sejati
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan UndangUndang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar1945.

4. Jenis dan hirarki tujuan pendidikan.


Pendidikan sebagai sebuah proses tentunya memiliki tujuan, seperti dalam
UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME, beraklah mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk dimiliki setiap umat manusia.
Karena pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri
seseorang. Selain memberikan arah kemana harus melangkah, juga memberikan
ketentuan untuk memilih isi/materi, strategi/metode pengajaran, serta cara-cara
penilaian dalam melakukan usaha pendidikan itu. Sesuai dengan tingkatan, jenis
sekolah,

dan

program

pendidikan

yang

diberikan,

(Nana

Sudjana

Sukamadinata,2002) membagi tujuan pendidikan dan pengajaran menjadi empat


tingkatan menurut hierarki tujuan pendidikan yaitu :.
a. Tujuan umum pendidikan nasional Indonesia adalah manusia yang
berjiwa pancasila
b.

Tujuan Institusional ialah tujuan pendidikan yang akan dicapai menurut


jenis dan tingkatan sekolah atau lembaga pendidikan masing-masing,
biasanya tercantum dalam kurikulum sekolah atau lembaga pendidikan
yang harus dicapai setelah selesai belajar, Tujuan Institusional ini
berbentuk Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan

untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman


penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan
minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi
lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi
lulusan minimal mata pelajaran.
c. Tujuan kurikuler adalah tujuan kurikulum sekolah yang telah diperinci
menurut bidang studi atau mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
d. Tujuan intruksional adalah tujuan pokok bahasan atau tujuan sub pokok
bahasan yang diajarkan oleh guru. Tujuan intruksional dibedakan menjadi
dua macam yaitu tujuan intruksional umum (TIU) dan tujuan intruksional
khusus (TIK).a. Umumnya tujuan intruksional umum berada pada tiaptiap pokok bahasan yang telah dirumuskan didalam kurikulum sekolah,
khususnya didalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).b.
Tujuan intruksional khusus adalah tujuan pengajaran yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa pada akhir tiap jam pelajaran, biasanya dibuat
oleh guru yang dimuatkan didalam satuan pelajaran (satpel) atau dalam
kurikulum saat ini dikenal dengan Standar kompetensi dan Kompetensi
Dasar.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peserta didik adalah individu yang mengalami perkembangan dan perubahan,
sehingga ia harus mendapatkan bimbingan dan arahan untuk membentuk
membentuk sikap moral dan kepribadian dirinya.
2. Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang diperoleh dari
lingkungan sekitar. Karakteristik bersifat biologis yang cenderung lebih tetap
dan karakteristik bersifat psikologis lebih mudah berubah karena dipengaruhi
oleh pengalaman dan lingkungan.
3. Pendidikan itu dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke
arah pendidikan yang nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang
anak

dilahirkan,

sedangkan

pendidikan

sesungguhnya

baru

terjadi

kemudian.Sepanjang tatanan yang berlaku proses pendidikan itu mempunyai


titik akhir yang bersifat alamiah, titik akhir bersifat principal dan tecapai bila
seseorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap
mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan
hidupnya.
4. Tujuan pendidikan menduduki posisi yang penting diantara komponenkomponen pendidikan lainya yang memuat gambaran tentang nilai-nilai yang
baik, luhur, pantas dan benar dan indah untuk kehidupan. Maka menjadi
keharusan bagi pendidikan untuk memahaminya sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam suatu pendidikan (salah teoretis). Tanpa perumusan tujuan,
guru tidak dapat merancang pelajaran, tidak bisa mengukur keberhasilan dari
penyampaian pelajaran, dan sukar mengorganisir kegiatan siswa dalam
pencapaian tujuan pengajaran itu.
5. Fungsi tujuan bagi pendidikan yaitu: sebagai arah pendidikan, tujuan sebagai
titik akhir, tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain,dan Memberi nilai
pada usaha yang dilakukan
6. Sumber dan dasar perumusan tujuan pendidikan ada empat rumusan tujuan
pendidikan di Indonesia Rumusan tujuan pendidikan menurut UU No. 4 tahun

1950, Rumusan tujuan pendidikan menurut ketetapan MPR No. II tahun 1960,
Rumusan tujuan pendidikan menurut sistem pendidikan nasional pancasila
dengan penetapan Presiden no. 19 tahun 1965,dan Rumusan tujuan pendidikan
menurut ketetapan MPRS No. 2 tahun 1960.
7. Jenis hirarki tujuan yaitu tujuan umum pendidikan,tujuan instusional,tujuan
kurikuler dan instruksional.

B. Saran
Bagi peserta didik harus senantiasa menjalankan kewajiban-kewajiban dan
etika-etika yang ada dalam menuntut ilmu, supaya dalam menuntut ilmu
mendapatkan kemudahan dan dapat tercapai apa tujuan dari peserta didik itu
sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Buchori, M. 1982. Psikologi Pendidikan. Bandung: Jemars.


Wijaya, Juhana. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung: PT Eresco.
Kurnia, Ingridwati, dkk. 2007. Perkembangan belajar Peserta Didik. Jakarta:
Depdiknas.
Suadianto. 2009. Pentingnya Mengenak Kepribadian Siswa untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar.yogyakarta:Gramedia.
Sinolungan,1997.Peserta didik penting untuk menilai mutu pendidikan suatu
daerah.Jurnal pendidikan anak.Medan.Vol XXI.No D2 ; 12-15

Ahmadi abu,2007.Pentignya pendidikan dan perkembangan peserta didik.Jurnal


pendidikan.Yogyakarta.Vol IX.No 12;27
Wijaya,1988.Pendidikan berkarakter.Bandung.Gramedia
Razaq,2003.Evaluasi tujuan pendidikan bangsa.Depdiknas
Menurut M.J Lavengeld ,1980.System education of children .Jurnal statistic
seducation (edisi terjemahan).Jakarta.Vol VI.No 223;203
Nana Sudjana Sukamadinata,2002. Psikologi Pendidikan(edisi terjemahan).
Bandung: Jemars

Ketetapan MPR No. II tahun 1960. Tentang rumusan tujuan pendidikan

Ketetapan MPRS No. 2 tahun 1960. Tentang rumusan tujuan pendidikan

Pasal 1 ayat 4 UU RI no.20 tahun 2003. Tentang system pendidikan nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) No. 11 Tahun 2005 tentang


standar nasional
Pidarta, Made.2009. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003.Tentang Sistem Pendidikan NasionalUU
No. 4 tahun 1950.Tentang rumusan tujuan pendidikan

Kelas: B
Nama Kelompok:

PESERTA DIDIK SEBAGAI FAKTOR PENDIDIKAN

Disajikan dalam Diskusi Kelompok pada Mata Kuliah


Pengantar Pendidikan tanggal 5 Mei 2015

Disusun Oleh:

Oleh :

Andi Alifia Faradiba


Nurhayati Tanra
Benarti Haerani
Sitti Rahmaniar A
Husni
Reza Ariyanto Sultan
Efi Wahdayani
Nurul Charismawaty S

Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian


Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar
Mei, 2015

Anda mungkin juga menyukai