PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan dari suatu proses belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
tingkat kecerdasan atau yang biasa disebut sebagai intelegensi, tingkat kogitif
(kemampuan berpikir), dan tingkat penguasaan emosi. Ketiga faktor tersebut saling
berkaitan satu sama lain.
1
kemampuan berpikir, emosi dan beberapa faktor yang mempengaruhinya, serta
hubungan-hubungan antara intelegensi, kemampuan berpikir, dan emosi dengan proses
dan hasil belajar.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yag dimaksud intelegasi?
2. Apa itu berpikir ?
3. Apaitu emosi?
B. Tujuan Masalah
1. Hubungan antara Intelegensi, Kemampuan Berpikir dan Emosi dengan Proses
dan Hasil Belajar
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Intelegensi
1. Pengertian Intelegensi
3
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
Pembawaan, ialah kemampuan / potensi yang dibawa sejak lahir.
3. Intelegensi dan IQ
4
Namun kemudian timbul permasalahan karena MA akan mengalami
stograsi dan penurunan pada waktu itu, tetapi CA terus bertambah. Masalah
ini kemudian diatasi dengan membandingkan skor seseorang dengan skor
orang lain dalam kelompok umur yang sama. Cara ini disebut “perhitungan
IQ berdasarkan norma dalam kelompok (Within Group Normal)” dan
hasilnya adalah IQ penyimpangan atau deviation IQ. Dengan cara
perhitungan seperti ini, maka oramg yang IQ sama dengan rata-rata
kelompok akan memeperoleh nilai 100. Nilai yang lebih tinggi atau lebih
rendah dari nilai rata-rata kelompok akan menentukan posisi IQ orang
tersebut dalam kelompok umurnya.
4. Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal
Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk
mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak
yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian
direvisi pada tahun 1911.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa
tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman
mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang
umum saja (general factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih
spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes
5
yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult
Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale
for Children) untuk anak-anak.
Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan
yang lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut
dibuat. Dari hasil pengukuran tes intelegensi, akan diperoleh tingkatan
intelegensi, diantaranya tingkat jenius, normal, rendah, dan terbelakang. - Jenius,
kemampuan yang luar biasa, dalam ukuran / tingkatan diatas 140 - Normal,
mempunyai tingkatan ukuran yang rata-rat 100-110, atau yang disebut
kecerdasan yang rata-rata - Rendah, kemampuan dibawah rata-rata, tingkat
ukurannya antara 70-90 - Keterbelakangan Anak yang mempunyai kemampuan
sangat rendah dan sangat sulit untuk melakukan tugas atas dirinya. Diantara
keterbelakangan ini disebut dengan:
2. Imbecile (IQ 30-40), lebih meningkat dari idiot, biasanya anak yang umur
7 tahun kemampuan kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3
tahun.
B. Berpikir
1. Pengertian Berpikir
Proses belajar pada manusia erat sekali hubungannya dengan proses berpikir.
Berikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu proses simbolis.
Misalnya membayangkan sesuatu yang tidak ada, maka kita menggunakan ide
atau simbol-simbol tertentu dan tingkah laku ini disebut berpikir.
6
2. Macam-macam Kegiatan Berpikir
Macam-macam kegiatan berpikir dapat digolongkan sebagai berikut:
Berpikir assosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang
timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses assosiatif tidak ditentukan atau
diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul dengan sendirinya. Adapun jenis-jenis
berpikir assosiatif ada lima, yaitu:
Assosiasi bebas, suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain tanpa
ada batasnya.
Assosiasi terkontrol, suatu ide tertentu akan menimbulakan ide mengenai
hal lain dalam batas-batas tertentu.
Melamun, menghayal bebas tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak
realistis.
Mimpi, ide-ide tentang berbagai hal timbul secara tidak disadari.
Berpikir artistik, proses berpikir yang subjektif (dipengaruhi oleh pendapat
dan pandangan pribadi).
Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan
biasanya diarahkan pada pemecahan persoalan. Berpikir terarah ada dua, yaitu:
Berpikir kritis, membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu
keadaan.
Berpikir kreatif, menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai
hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem,
menenukan bentuk arsistik baru, dan sebagainya.
C. Emosi
1. Pengertian Emosi
7
Rene Descrates (1596-1650), salah seorang nativisme, mengatakan bahwa sejak
lahir manusia memiliki enam emosi dasar, yaitu: cinta, kegembiraan, keinginan,
benci, sedih, dan kagum. Sedangkan para tokoh empirisme seperti William James
(1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark) menyusun teori tentang
emosi James-Lange yang manyatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang
terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap
rangsangan yang datang dari luar. Wilhem Wundt (1832-1920) memberikan tiga
pasang kutub emosi, yaitu:
2. Macam-macam Emosi
Daniel Goleman mengemukakan beberapa macam emosi, diantaranya yaitu:
Terkejut; kaget.
8
Beberapa ahli psokologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu:
9
dengan proses dan hasil belajar, yaitu semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang,
maka kecepatan, ketepatan, dan keberhasilannya dalam bertindak atau memecahkan
masalah akan semakin tinggi.
Selain faktor intelegensi, ada hal lain yang dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajar peserta didik, yaitu kemampuan berpikir dan emosional. Berpikir adalah
aktifitas jiwa yang mempunyai kecendrungan final (final tendency) yaitu pemecahan
persoalan yang dihadapi. Untuk mencapai suatu akta psikis yang bersifat dinamis.
Dimana individu itu sendiri yang merupakan penggerak prosesnya. Kulpe
menyatakan bahwa berpikir adalah proses kesadaran yang tidak beraga, yang
memperoleh tujuan adanya pikiran.
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam penciptaan emosi positif adalah dengan
penciptaan kegembiraan belajar. Menurut Meier, (dalam Khodijah, 2009:176),
kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas
belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas
10
yang ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya minat,
adanya keterlibatan penuh dan terciptanya makna, pemahaman, dan nila yang
membahagiakan pada diri si pelajar.
BAB III
KESIMPULAN
11
berpikirnyapun akan semakin meningkat. Tidak hanya itu, semakin mudah
peserta didik dalam menguasai emosinya, semakin mudah pula mereka dalam
memahami dan menyesuaikan diri dengan kondisi belajar yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
12