Anda di halaman 1dari 13

Multidimensi Perkembangan Peserta Didik

A. Energi dan Kreativitas Peserta Didik

Teori perkembangan yang berpusat pada peserta didik harus mendasarkan diri pada visi
balwa kemampuan ekaternal merupakan cerminan dari pengembangan progresif dari kesadaran
internal dan kapasitasnya. Perkembangan itu bukan hanya bersumber dari faktor eksternal atau
akibat penciptaan dan penerapan alat atau instrumen yang lebih baik yang bersentuhan dengan
mereka. Perubalan peserta didik dari luar yang terjadi karena mereka pada umumnya terus
berubah. Premis dasar perkembangan peserta didik adalah bahwa baik individu, masyarakat,
maupun pranata lain pun yang bersentuhan terus berkembang. Peserta didik hanyalah sebagian
besar dari ekspresi pada tingkatan yang berbeda dari proses pengembangan manusia pada
umumnya.

Perkembangan dan pengembangan peserta didik terus berlanjut sejalan dengan perubahan
sistem sosial dan kompleksitas kehidupan. Substansi dan proses interaksi mereka dengan
manusia dewasa pun sangat kuat pengaruhnya. Perkembangan itu mengekspresikan energi dan
kreativitas peserta didik menjadi lebih efektif untuk mencapai tujuan dan masa depan kelak,
terlepas dari apakah hal itu sejalan atau tidak dengan tujuan politik, ekonomi, sosial atau
budaya yang terus berkembang.

Kecenderungan ini berlaku juga bagi perkembangan peserta didik. Mengikuti pemikiran
Robert Macfarlane (1999) peserta didik secara individual mengembangkan hal itu dengan cara
meningkatkan kapasitas dirinya melepaskan, mengatur, serta mengekspresikan energi dan
kapasitas untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidupnya. Oleh karena aspirasi, emosi dan
penalaran peserta didik masih dalam proses metamorfosis, hal ini bisa dan bisa juga tidak
terkait dengan dimensi masa depan, kesejahteraan ekonomi, pengakuan sosial, pemahanan
mental, atau pencerahan spiritual.

Korespondensi antara pengembang sosial dan perkembangan peserta didik secara


perseorangan atau kelompok bersitat sangat kuat. Karena memang, proses sosial dan proses
individual tidak hanya serupa, nelainkan selalu bersentuhan. Keduanya saling bergantung.
Individu peserta didik berkembang dengan dukungan aktif dari masyarakat dan pengembangan
masyarakat berjalan sesuai dengan kontribusi kreatif individu. Guru, orang tua, agen pembaru,
kelompok strategis, dan sebagainya merupakan individu perintis yang berfungsi sebagai
pemimpin untuk memperkenalkan kegiatan baru dalam masyarakat, termasuk di dunia
pendidikan dan pembelajaran. Kelompok itu mewariskan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai kepada generasi berikutnya dan itu dipeioleh melalui upaya-upaya mengumpulkan di
masa lalu.

Menurut Robert Macfarlane (1999), secara umum perkembangan masyarakat melibatkan


kemajuan simultan sektor fisik, sosial, mental dan spiritual, serta budaya pranata atau
organisasi yang ada di masyarakat. Peserta didik pun ikut terimbas dengannya. Sektor-sektor
dimaksud mencakup beberapa hal. Pertama, infrastruktur lingkungan fisik, sanitasi, dan sistem
transportasi. Kedua, insfrastruktur sosial, seperti keamanan, pemerintahan, produksi pangan,
perdagangan, keuangan, industri, dan pendidikan. Ketiga, infrastruktur mental, media
informasi, teknologi, ilmu pengetahuan, dan bentuk-bentuk pengetahuan lainnya. Keempat,
budaya, nilai-nilai spiritual / keyakinan, dan nilai-nilai yang menentukan aspirasi dan perilaku
manusia pada umumya.

B. Lima Dimensi Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan peserta didik mengikuti alur perkembangan manusia pada umumnya.


Perbedaannya, mereka menerima sentuhan lebih dibandingkan dengan yang tidak meniti
bangku sekolah. Karena itu, peserta didik memerlukan pengembangan sesuai dengan
keterampilan, sikap, perilaku, pengetahuan, dan nilai-nilai pribadi anggota masyarakat. Dalam
makna luas, perkembangan peserta didik mencakup lima ranah, yang secara ringkas disajikan
berikut ini.

1. Perkembangan fisik, di mana lajunya relatif sesuai dengan faktor genetis, menu makanan,
pelatihan yang diperoleh, pelatihan hidup, dan kondisi lingkungan. Penampakan fisik bisa
berubah. Contohnya, meski ketika dilahirkan seorang anak berwarna kulit putih, dia akan
menghitam kalau hidupnya di daerah pantai dan kesehariannya berjemur di bawah terik mata
hari. Anak-anak yang bekerja tambahan di luar sekolah banyak melakukan aktivitas fisik,
kondisi ototnya lebih kekar dibandingkan dengan anak seusia mereka yang tidak melakukan
aktivitas sejenis. Anak-anak yang suka bergurau dan mengumbar senyum menampakkan wajah
yang lebih bersinar dibandingkan dengan yang pendiam dan cenderung melankolis. Banyak
lagi contoh lain yang bisa dibuat di sini.
2. Perkembangan sosial, di mana anak dapat berkembang sesuai dengan bentukan
masyarakat. Misalnya, anak atau peserta didik akan menjadi lebih politis, berorientasi
ekonomis, dinamis, memiliki disiplin dan bertakwa, memiliki daya suai, dan sebagainya. Hal
ini dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja dengan orang lain, termasuk dalam urusan-urusan
yang bersifat kolektif. Misalnya, keterampilan sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama,
negosiasi, keterampilan kepemimpinan, keterampilan khusus untuk pembagian kerja,
mengembangkan sistem untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan kegiatan kelompok, nilai-
nilai sosial untuk kerja sama, kesopanan, serta toleransi untuk orang-orang. Termasuk
penyesuaian atas perilaku dan adat istiadat yang berbeda, menghormati hukum dan ketertiban,
dan lain-lain.

3. Perkembangan mental, di mana peserta didik tumbuh semakin bermental stabil arif,
dewasa, dan bijaksana. Sebagai bagian dari masyarakat, peserta didik menjadi lebih canggih
dalam aplikasinya ilmu pegetahuan dan teknologi. Karenanya, mereka harus memiliki
keterampilan mental dalam menganalis, menulis, mengusai matematika, sikap mental terbuka
untuk gagasan – gagasan baru, kesediaan menyambut perubahan dan mencoba hal-hal baru,
serta menyerap informasi tentang berbagai fakta setiap aspek kehidupan. Termasuk memahami
dan patuh pada undang – undang, peraturan, adat istiadat, penggunakan dan operasi jenis
peralatan yang lebih canggih, pengetahuan konseptual bidang fisik biologis serta nilai-nilai
objektivitas dan integritas.

4. Perkembangan budaya atau spiritual, di mana peserta didik harus menumbuhkan toleransi
terhadap orang-orang dengan keyakinan yang berbeda. Pengakuan hak asasi manusia, dan nilai-
nilai umum. Dalam banyak referensi, dimensi budaya dan dimensi spiritual ini dipersepsi
sebagai ranah yang berbeda. Oleh karna praksinya sering kali bersentuhan, maka dalam konteks
buku ini disajikan sebagai serumpun. Misalnya, agama atau kepercayaan yang dianut
merupakan dimensi spiritual. Namun, saling menghargai dan toleransi untuk menerima
perbedaan agama dan kepercayaan yang dianut mestinya tumbuh menjadi budaya hidup
masyarakat yang berbaur lintas agama

5. Perkembangan intelektual, khususnya pergeseran dari kemampuan penalaran konkrit ke


abstrak, mengolah data menjadi informasi, memecahkan masalah-masalah yang rumit, serta
membuat solusi atas dasar informasi yang mirip, sama atau bertentangan.
C. Anatomi Pengembangan Peserta didik

Pengembangan dan perkembangan peserta didik merupakan evolusi progresif dari


dimensi fisik, sosial, mental, budaya dan spiritual, dan intelektual. Kelimanya tumbuh dan
berkembang sebagai kesadaran dan wujud sebagai pengorganisasian dengan kekuatan-kekuatan
yang lebih tinggi. Peserta didik mengatur ekspresi energi mereka pada tingkat yang berbeda
dengan cara meningkatkan keterampilan, sikap, penguasaan informasi, pemahaman konseptual,
dan nilai-nilai yang dianut. Selama proses ini berlangsing sifat kesadaran manusia berevolusi
dari lebih didominasi oleh dimensi fisik menjadi lebih mengandalkan dan mementingkan
dimensi dan mental, spiritual, dan intelektual. Semakin tinggi tingkat kesadaran semakin tinggi
pula energi dan kapasitas yang dimiliki oleh peserta didik untuk melakukan apa pun yang
dihadapi dan harus dilakukannya.

Pada tatanan kehidupan masyarakat pun, kita melihat bahwaevolusi ketergantungan secara
eksklusif bergeser dari sumber daya fisik kepeningkatan kekuatan organisasi, ilmu
pengetahuan, dan teknologi, serta sumber daya mental dan spiritual. Pada diri individu peserta
didik, kita melihat perkembangan yang sama dari mereka yang mengekspresikan energi nyaris
secara eksklusif kehidupan kerja manual ke semakin bergantung keterampilan sosial dan
pengetahuan mental untuk meningkatkan produktivitas energi fisik mereka

D. Dimensi Kesadaran Peserta Didik

Mengikuti logika berpikir Robert Macfarlane (1999) tentang pengembangan manusia,


peserta didik memiliki tiga pusat kesadaran yang bagian 0 bagiannya bisa dikembangkan.
Pertama, kesadaran fisik, berupa sensasi fisik, dorongan, dan Kebutuhan yang mendesak.
Kedua, kesadaran mental, seperti sifat gugup, dorongan psikologis, perasaan, dan emosi.
Termasuk di dalamnya kesadaran diri, kesadaran akan pengetahuan, dan kemauan atau iktikad
baik. Ketiga, kesadaran spiritual atau rohani berupa intuisi spiritual, kebijaksanaan, dan
dorongan kekuasaan yang dalam banyak kasus belum berkembangkan sepenuhnya.

Kesadaran itu sebagian berada di alam sadar dan sebagian lagi di alam bawah sadar.
Kesadaran fisik adalah yang "paling kasar", sebagian besar berupa alam bawah sadar, brtindak
secara otonom dan sebagai respons atas kemauan mental. Kesadaran mental adalah kesadaran
yang paling halus dan "paling sadar", termasuk kesadaran diri atas "sikap sadar" dan kemauan.
Kesadaran spiritual hampir seluruhnya berada pada alam bawah sadar atau lebih akurat disebut
supranatural. Setiap bagian dari kesadaran itu dapat dibagi lagi menjadi dua samoai tiga
subbagian yang mencerminkan tiga tingkat yang sama dalam setiap bagian, karena masing –
masing berinteraksi dan dengan ekspresi perwakilan dari tiga yang lainnya. Masing – masing
dari sembilan bagian dapat dikembangankan untuk berbagai tingkat dalam berbagai kombinasi
dengan yang lain. Masing – masing kesadaran itu ada yang dominan, dengan keberadaan semua
kombinasi.

E. Perkembangan Fisik Peserta Didik

Pertumbuhan dan perkembangan fisik merupakan sisi yang paling nyata dari manusia
mana pun, demikian juga bagi peserta didik. Menurut Catherine (2010) pengembangan fisik
dimaksud antara lain mencakup perubahan dalam ukuran dan proporsi tubuh, penampilan, serta
fungsi berbagai sistem tubuh. Menyertai pertumbuhan dan perkembangan terjadi juga
perkembangan otak, persepsi, kapasitas motor, dan kesehatan fisik. Pertumbuhan dan
perkembangan fisik peserta didik adalah unik karena semua perubahan yang terlihat dilewati
hampir setiap mereka yang normal. Karena pertumbuhan fisik itu merupakan hasil dari
interaksi yang bersifat terus-menerus dan kompleks sebagai interaksi antara faktor keturunan
dan lingkungan. Dengan demikian, jika terjadi perbedaan keragaman dalam penampilan fisik
peserta didik hendaknya tidak mewarnai diskriminasi pelayanan di bidang pendidikan dan
pembelajaran.

Manusia memulai berkembang sebelum mereka keluar dari rahim ibunya. Setelah
pembuahan, zigot merupakan sosok fisik yang paling awal dari perkembangan manusia.
Periode zigot ini berlangsung sekitar dua minggu, kemudian menjadi embrio. Periode embrio
berlanjut dari minggu kedua hingga minggu kedelapan kehamilan dimulai. Embrio kemudian
berubah membentuk menjadi janin. Periode janin mulai dari minggu kesembilan sampai akhir
kehamilan. Zigot, embrio dan janin terbentuk pada trimester pertama atau kehamilan. Pada
trimester ketiga, janin berbobot sekitar tujuh setengah pon. Bayi berkembang jauh lebih cepat
dari manusia dewasa. Tubuh bayi tumbuh dan membesar pada tingkat paling cepat selama dua
tahun pertama. Berat badan terus menanjak selama ini, demikian seterusnya.

F. Kapasitas Otak Peserta Didik


Otak merupakan organ berpikir yang berkembang melalui proses belajar dan interaksi
dengan dunia melalui presepsi dan tindakan. Stimulasi mental meningkatkan fungsi otak anak
dan hal itu benar-benar melindungi mereka dari penurunan kognitif, seperti halnya latihan fisik.
Otak manusia mampu terus beradaptasi dan mengingat kembali apa yang telah dialami. Bahkan
di usia tua, dapat tumbuh neuron baru. Penurunkan mental pada skala yang besar biasanya
disebabkan oleh penyakit, sedangkan penurunan memori atau keterampilan motorik umumnya
lebih disebabkan oleh keterbatasan akvitas dan kurangnya latihan dan stimulasi mental. Dengan
kata lain, otak peserta didik harus dioptimasi dan digunakan atau mereka akan mengalami
penurunan daya memori.

Pengembangan daya otak atau penalaran peserta didik laksana sebuah perjalanan, yaitu
“perjalanan mengembangkan otak”. Memang, menurut Catherine (2010), belakangan ini para
ilmuan bisa mempelajari bagaimana jaringan syaraf tiruan dari bentuk – bentuk otak. Ssejak
dari rahim dan sepanjang hidup jaringanyang luas terus berkembang, beradaptasi, dan belajar.

Otak mamusia, termasuk peserta didik, berkembang terinspirasi oleh gerakan. Sistem
syaraf mampu mengkoordinasikan gerakan, sehingga organisme tubuh dapat leluasa pergi
mencari makanan atau aktivitas lain. Gerakan yang kurang justru merangsang penuaan.

Otak manusia memiliki aya elastisitas dan plastisitas. Elastisitas yang berasal dari kata
Yunani untuk “drive” atau “penggerak”. Elastis bermakna kecenderungan dari suatu material
untuk kembali ke bentuk aslinya setelah merengang. Elastisitas adalah penggerak yang
memberikan kekuatan dan keseimbangan / fleksibilitas, mobilitas, dan adaptabilitas. Plastis
berasal dari kota Yunani yang berarti "dibentuk" atau “terbentuk”. Plastis merupakan
kecenderungan otak membentuk diri sesuai dengan pengalaman. Plastisitas adalah drive mental
dasar, bahwa jaringan otak manusia, memberikan daya kognisi dn memori, keluwesan,
fleksibilitas, dan kemampuan beradaptasi.

Kapasitas jaringan syaraf munusia itu luar biasa menakjubkan. Miliaran sel syaraf otak
secara prima mampu mengorganisikan diri tidak peduli budaya, iklim, bahasa, atau gaya hidup.
Selama masa kanak-kanak, miliaran sel – sel yang luar biasa terkait ke jaringan luas yang
terintegrasi sistem saraf. Pada saat anak berusia empat atau lima tahun, arsitektur fundamental
otak telah selesai. Karena itu, sejak remaja awal anak memiliki “berbagai jendela” kesempatan
yang terbuka dan bisa dengan mudah mempelajari bahasa, menulis, matematika dan musik,
serta gerakan - gerakan terkoordinasi yang digunakan dalam olahraga dan menarik. Karenanya,
memasuki fase ini anak harus terus dirangsang dan merangsang otak dalam rangka memluas
daya nalarnya.

Jaringan syaraf manusa pun menakjubkan. Sepanjang hidup, jaringan syaraf manusia dan
memperkuat diri dalam merespon rangsangan dan pengalaman belajar baru. Olah pikir dan
interaksi manusia dengan lingkungan merangsang sel-sei otak untuk tumbuh dan berhubungan
satu sama lain dengan cara yang kompleks. Syaraf otak itu laksana antena melalui neuron yang
menerima komunikasi satu sama lain. Fungsi neuron yang sehat juga dapat langsung
dihubungkan dengan puluhan ribu neuron lainnya, menciptakan suatu totalitas lebih dari seratus
triliun koneksi masing - masing mampu melakukan 200 kalkulasi per detik. Ini adalah dasar
struktural dari memori yang kapasitas otak manusia dan kemampuan berpikirnya. Atas dasar itu
pula, peta internal hasil karya jaringan syaraf otak sesungguhnya mencerminkan dunia
eksternalnya.

Bagi peserta didik, latihan mental amat penting untuk fungsi otak yang lebih baik. Ketika
masih memasuki kelas – kelas awal sekolah atau saat ini masih muda anak-anak muda melihat
dunia tampak penuh dengan keajaiban, memancing kepenasaran, memunculkan "penemuan"
yang menyenangkan, bahkan juga tantangan yang menakutkan. Ketika itu otak peserta didik
sedang dalam kapasitas tinggi untuk menyerap banyak bite informasi, sekaligus
mengembangkan keterampilan hidup. Ledakan ini laksana dalam kerangka olimpiade otak dari
keseluruhan perjalanan hidup manusia.

Namun demikian, tidak seperti atlet olimpiade yang memiliki waktu terbatas untuk
menunjukan kinerja puncak mereka, otak manusia dapat terus tumbuh dan meningkatkan
dengan cara memperbanyak gerakan fisik dan olahraga. Sangat mungkin inilah yang mendasari,
di banyak negara jam berolahraga untuk anak-anak sekolah mendapatkan proporsi lebih
dibandingkan dengan di negara lainnya.

Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan energi dan kreativitas? Serta berikan
contohnya!
2. Bagaimana agar anak tampil percaya diri didepan umum?
3. Apa yang dimaksud kesadaran fisik?
4. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial dan contohnya?
5. Bagaimana cara mengasah kemampuan otak anak?
6. Apa yang dimaksud dengan kapasitas otak peserta didik?

Jawaban

1. Perkembangan energi dan kreativitas pada peserta didik merupakan perkembangan yang
berpusat pada peserta didik harus mendasarkan diri pada gagasan bahwa kemampuan
eksternal yang merupakan cerminan dari perkembangan progresif dari kesadaran internal
dan kapasitasnya. Perkembangan dan pengembangan peserta didik terus berlanjut sejalan
dengan perubahan sistem sosial dan kompleksitas kehidupan.
Contoh : peserta didik membuat tugas menggunakan portofolio sedangkan guru lebih
kreatif mengajarkan menggunakan media agar siswa lebih memahami materi tersebut.

2. A.  Tumbuhkan rasa percaya dirinya

Fokuslah pada kelebihan anak, bukan pada kekurangannya. Yakinkan anak bahwa ia bisa
tampil baik di depan umum. Jika ia ingin tampil di panggung pertunjukan, pastikan
penampilannya sudah baik. Jangan lupa berikan kata-kata penyemangat. Misalnya,
"kamu pasti bisa, kamu hebat"

B.  Menguasai materi

Ketika anak ingin tampil, misalnya ingin menyanyi di acara pentas seni, pastikan ia
telah berlatih maksimal. Sehingga suaranya terjaga. Jangan lupa, jaga asupan
makanannya agar kondisinya prima saat ingin tampil. Begitu juga jika anak ingin tampil
menari, sebaiknya ia telah berlatih dengan cukup baik sehingga siap tampil pada waktu
yang telah ditentukan.

C. Jangan memberi penilaian negatif atas kesalahannya


Jika anak membuat kesalahan, jangan menyudutkannya dengan kata-kata negatif.
Tetapi berikan koreksi dan support yang positif. Perbaiki kesalahannya dengan cara
menuntun dan tunjukkan bagaimana seharusnya.

D. Jangan tegang

Saat anak ingin tampil, wajar jika anak merasa nervous, tegang dan gelisah. Untuk
mengatasi ketegangannya, coba ajak dia bercanda. Selipkan kata-kata humor yang
membuatnya tertawa rileks sejenak.

E. Selalu menyemangati

Dukung dan selalu support anak tehadap apa yang akan dia lakukan. Yakinkan pada
dirinya jika penampilannya nanti bagus karena telah berlatih. Dan katakan bahwa
Anda bangga padanya.

F. Latihlah anak untuk bebas berekspresi

Ajarkan anak untuk mengkspresikan kemampuannya. Jangan melarang anak saat ia


ingin berbicara atau bergerak. Jangan takut anak berbuat kesalahan. Karena sebuah
keberhasilan tak luput dari berbagai kesalahan di awalnya. Berikan semangat dengan
mengatakan lebih baik salah dari pada tidak mau mencoba. Yang penting anak mau
mencoba untuk lebih baik lagi.

G. Jaga kesehatannya

Meski anak sibuk berlatih untuk tampil maksimal, jangan abaikan kesehatannya ya
moms. Jangan sampai terlewat jam makannya, beristirahat ketika anak lelah. Intinya
latihan itu positif tapi jangan diforsir. Ingat, meskipun aktif, anak-anak juga perlu
beristirahat untuk mengembalikan energinya.

H. Ajarkan anak untuk tersenyum


Seulas senyuman akan membuat seseorang semakin menarik. So, ajarkan anak untuk
selalu tersenyum ya moms, apalagi saat tampil di depan umum. Jangan pasang wajah
cemberut atau merengut. Ini mempengaruhi penilaian loh. Karena wajah yang kaku
tanpa senyum, hanya akan membuat aura negatif. Sebaliknya, senyum dapat
mencairkan ketegangan, menambah percaya diri dan membuat orang bahagia.

I. Usahakan agar anak datang lebih awal

Usahakan agar anak datang lebih awal ketika dia akan tampil. Hal ini penting agar
anak beradaptasi dengan suasana di lingkungan panggung. Jangan
datang mepet waktu, karena hanya akan membuat anak grogi dan tergesa-gesa. Datang
di awal waktu, akan membuat anak lebih rileks dan bisa mempelajari situasi. Jangan
lupa, dampingi anak sampai selesai tampil, agar anak lebih percaya diri.

J. Hargai prestasi anak

Hargai apapun yang telah anak lakukan, sekecil apapun itu. Tak perlu kecewa jika
anak tidak mendapat juara. Karena keberaniannya tampil di muka umum sudah
merupakan prestasi tersendiri. Maka pujilah penampilannya, berikan selalu semangat
dan berikan ciuman dan pelukan hangat untuknya.

3. Kesadaran fisik adalah kesadaran yang sebagian besar berupa alam bawah sadar,
bertindak secara otonom dan sebagai respon atas kemauan mental.

Contoh : Berupa sensasi fisik, dorongan dan kebutuhan yang mendesak

4. Kemampuan memecahkan masalah Bayi mulai memecahkan masalah dengan


memahami konsep sebab akibat. Di saat anak mencapai usia batita, kemampuan
memecahkan masalah mulai matang. Anak belajar penasaran, bersabar, bekerja untuk
mencapai tujuan, dan memperoleh rasa percaya diri pada kemampuannya untuk mencapai
solusi.
 Pola balok Gunakan balok untuk membuat pola dengan struktur sederhana seperti
dua balok dan satu di atasnya, 3 set balok berjejer, dan seterusnya. Minta anak meniru
pola yang Anda buat. Setelahnya, minta anak membuat polanya sendiri. Tunjukkan
kalau Anda senang meniru pola yang ia buat. Buat pola yang lebih rumit ketika anak
sudah lebih mahir dalam  membangun struktur balok. Nantinya Anda bisa biarkan ia
bebas bermain dengan struktur balok.
 Game mencocokkan (untuk usia 2 sampai 2,5 tahun) Buat bentuk warna-warni
atau hewan di kartu dan buat pasangan dari tiap gambar. Mulailah dengan 3 sampai 4
pasang gambar. Balik semua kartu. Buka satu kartu untuk anak. Tanyakan ke anak
tentang gambar yang ia lihat, dan beritahu kalau ia akan mencari gambar yang sama.
Buka kartu lain satu per satu dan tanyakan ke anak apakah sama dengan kartu yang
tadi ia buka. Bila ia menemukan pasangannya, berikan padanya, lalu buka kartu lain
dan minta ia mencari pasangannya lagi. Ulangi hingga semua kartu berpasangan.
 Kemampuan berpikir Tiap kali anak distimulasi untuk berpikir, jalur neural baru
terbentuk atau yang sudah ada menjadi semakin kuat. Aktivitas menantang di
lingkungan yang nyaman menciptakan proses belajar yang optimal. Mainkan puzzle
dengan anak. Puzzle melibatkan kontrol otot yang  bisa merangsang perkembangan
otak.
 Puzzle kertas (untuk usia 2,5 tahun ke atas) Potong bentuk yang dibuat dari kertas
berwarna, dan buat papan dengan gambar yang cocok dengan bentuk yang digunting
tadi. Ajak anak mencocokkan bentuk yang dipotong dengan yang ada di papan. Ide
lain dengan menggunakan gambar berwarna dari benda sederhana di majalah. Potong
jadi 4 dan minta anak menyatukan kembali gambar ini. Untuk membuat puzzle jadi
lebih sulit, Anda bisa potong gambar menjadi lebih dari 4 bagian, atau dalam bentuk
yang tidak teratur. Anda bisa juga gabungkan potongan dari 2 gambar berbeda.
 Mencari lawan (untuk usia 2,5 tahun ke atas) Kumpulkan gambar benda yang
berlawanan, misalnya besar dan kecil, keras dan lembut, atas dan bawah, di dalam
dan di luar, dan seterusnya. Tempel gambar di kartu. Beritahu ke anak tentang konsep
berlawanan. Campur kartu di meja. Pilih satu kartu dan jelaskan, misalnya Anda
katakan, “Ini besar, di mana yang kecil?”
 Kemampuan konsentrasi Belajar memperhatikan dan memfokuskan perhatian untuk
menyelesaikan tugas adalah kemampuan yang penting. Kemampuan konsentrasi juga
perlu dalam memecahkan masalah.
 Melepas selotip Tempelkan selotip pada permukaan yang rata seperti meja atau pintu
kulkas. Buat selotip menempel bertumpuk. Tunjukkan ke anak bagaimana cara
melepas selotip satu per satu dengan menggunakan kuku jari, dan lalu biarkan ia
melakukannya sendiri.
 Game menumpuk Bermainlah dengan balok atau mainan apa saja yang bisa
ditumpuk. Minta anak menumpuk mainan setinggi mungkin.
 Kemampuan bahasa dan komunikasi Agar perkembangan otak kanan dan kiri anak
optimal, anak perlu lingkungan bahasa yang kaya dan responsif. Anak bisa dengan
mudah belajar bahasa. Semakin banyak kata yang didengar anak, semakin terjadi
koneksi di otaknya. Anak belajar bahasa dengan mendengarkan kata berulang kali. Itu
sebabnya semakin banyak Anda bicara ke anak, semakin baik. Bicara ke anak
meningkatkan jumlah kosa-kata dan ia akan mengenali dan perlahan memahaminya.
 Membaca buku bergambar Untuk batita, pilih buku dengan gambar jelas dan objek
yang familiar. Cara paling efektif untuk batita memperoleh kemampuan bahasa
adalah dengan Anda membacakan buku untuknya. Batita belajar aturan tata bahasa
dengan mendengar Anda dan orang lain bicara.
 Game cermin Bersama anak, lihat bayangan di cermin besar. Tunjuk anggota tubuh
anak seperit hidung, mulut, leher, dan sebagainya. Tunjuk anggota tubuh Anda,
sebutkan misalnya “hidung Ibu, mulut Ibu.” Minta anak untuk menunjuk anggota
tubuhnya dan anggota tubuh Anda. Permainan ini mengajarkan anak mengenal
tubuhnya, melihat dirinya sebagai bagian terpisah dari orang lain dan ia bisa
mengeksplorasi identitasnya dengan menggunakan bahasa.

5. Perkembangan sosial merupakan anak dapat berkembang sesuai dengan bentukan


masyarakat. Hal ini dibuktikan untuk bisa hidup dan bekerja dengan orang lain yang
termasuk penyesuaian atas perilaku dan adat istiadat yang berbeda, menghormati hukum
dan ketertiban.
Contoh : Keterampilan sosial untuk berkomunikasi, bekerja sama, negoisasi,
keterampilan kepemimpinan, kesopanan, dan toleransi.

6. Otak merupakan organ berpikir yang berkembang melalui proses belajar dan berinteraksi
dengan dunia melalui persepsi dan tindakan. Otak manusia mampu terus beradaptasi dan
mengingat kembali apa yang telah dialami. Otak manusia dapat terus tumbuh dan
meningkatkan.

Anda mungkin juga menyukai