Anda di halaman 1dari 13

BAB I

MEMAHAMI PARADIGMA PENDIDIKAN IPS

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya perkembangan manusia mulai saat lahir
sampai menjadi dewasa tak dapat terlepas dari masyarakat.
Oleh karena itu pengetahuan sosial dapat dikatakan tak asing
bagi tiap orang. Sejak bayi telah melakukan hubungan dengan
orang lain terutama dengan ibunya dan dengan anggota
keluarga yang lainnya. Meskipun dengan sepihak. Hubungan
sosial itu telah terjadi, Tanpa hubungan sosial bayi tidak akan
mampu berkembang menjadi manusia biasa.
Pengalaman manusia diluar dirinya tak hanya terbatas
hanya dalam keluarga tapi juga meliputi teman sejawat,
warga kampung, dsb. Hubungan sosial yang dialami makin
meluas. Dari pengalaman dan pengenalan dan hubungan
sosial tersebut dalam diri seseorang akan tumbuh
pengetahuan. Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang
termasuk pada diri orang lain dapat terangkum dalam “
Pengetahuan sosial “ . Segala peristiwa yang dialami dalam
kehidupan manusia telah membentuk pengetahuan sosial
dalam diri kita masing-masing. Kehidupan sosial manusia di
masyarakat beraspek majemuk yang meliputi aspek hubungan
sosial, ekonomi , sosial budaya , politik ,psikologi , sejarah ,
geografi.
Kehidupan manusia tak hanya terkait dengan aspek
sejarah tetapi juga tentang dengan aspek ruang dan aspek
tempat. Sering kita di tanya “ Kapan kamu lahir dan dimana
kamu lahir “ ini menunjukkan bahwa ruang atau tempat
memiliki makna tersendiri bagi kehidupan kita manusia.
Karena setiap aspek kehidupan sosial itu mencakup lingkup
yang luas untuk mempelajari dan menkajinya menuntut
bidang-bidang ilmu yang khusus.
Melalui ilmu-ilmu sosial di kembangkan bidang-bidang
ilmu tertentu sesuai dengan aspek sosial kehidupan masing-
masing.

B. Rumusan Masalah
1. Apa paradigma pendidikan IPS itu?
2. Bagaimana paradigma pendidikan IPS di berbagai negara?
3. Bagaimana paradigma pendidikan IPS di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian paradigma IPS.
2. Untuk mengetahui pengertian paradigma IPS di berbagai
negara.
3. Untuk mengetahui pengertian paradigma IPS di Indonesia.
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PARADIGMA PENDIDIKAN IPS


Pengertian paradigma adalah seperangkat asumsi,
konsep, nilai dan praktik yang diterapkan dalam
memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama.
Paradigma juga dapat berarti pandangan yang mendasar
dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan. Sedangkan Pendidikan IPS adalah bidang studi
yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
masalah social di masyarakat dengan meninjau dari
berbagai aspek kehidupan atau suatu perpaduan.
Paradigma pendidikan IPS  adalah model atau
kerangka berpikir pengembangan IPS yang diwacanakan
dalam kurikulum pada sistem pendidikan Indonesia, dan
IPS merupakan studi yang mempelajari tentang masyarakat
atau manusia, dan merupakan ilmu pengetahuan sosial yang
meliputi aspek hubungan sosial, ekonomi , sosial budaya ,
politik ,psikologi , sejarah , geografi yang saling berkaitan
satu sama lain.

B. PARADIGMA PENDIDIKAN IPS DI BEBERAPA


NEGARA
1. Amerika Serikat
Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan di
Amerika berusaha keras untuk menjadikan penduduk
yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa
yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh
adalah dengan memasukkan social studies ke dalam
kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada
tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada
awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The
National Education Association memberikan
rekomendasi tentang perlunya social studies
dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar
dan sekolah menengah di Amerika Serikat. Adapun
wujud social studies ketika lahir merupakan semacam
ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan
civics. Jadi Social studies yang dalam istilah
Indonesianya disebut Pendidikan IPS.
Sebagai upaya melestarikan program pendidikan
IPS dalam kurikulum sekolah, maka beberapa
kelompok pakar yang memiliki kepedulian terhadap
pendidikan ilmu- ilmu sosial di tingkat sekolah
mengembangkan usahanya agar social studies bisa
diaplikasikan untuk program pendidikan di tingkat
sekolah dengan membentuk organisasi profesi social
studies. Kemudian pada tahun 1921, berdirilah
”National Council for the Social Studies” (NCSS),
sebuah organisasi profesional yang secara khusus
membina dan mengembangkan social studies pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah serta
keterkaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial dan
disiplin ilmu pendidikan sebagai program pendidikan
syntectic.. Sehingga baru setelah 14 tahun kemudian
NCSS mengeluarkan karya berbasis intelektual-
keilmuan. Dalam perkembangannya banyak naskah
dan penelitian tentang social studies, yang
mengharapkan perlunya perhatian terhadap
pendidikan anak tentang social studies, dengan
harapan dapat membantu anak didik menjadi warga
negara yang baik. Pada pertemuan pertama tahun
1935, lahirlah kesepakatan yang dikeluarkan NCSS
dengan menegaskan bahwa “Social sciences as the
core of the curriculum”(kurikulum IPS bersumber
dari ilmu-ilmu sosial).
Pada perkembangan selanjutnya, terutama setelah
berdirinya NCSS, pengertian social studies yang
paling berpengaruh hingga akhir abad 20 adalah
definisi yang dikemukakan oleh Edgar Wesley pada
tahun 1937. Wesley menyatakan bahwa “the social
studies are the social sciences simplified for
pedagogical purposes”. Definisi ini menjadi lebih
populer saat itu karena kemudian dijadikan definisi
“resmi” social studies oleh “the united states of
education’s standard terminology for curriculum and
instruction” hingga NCSS mengeluarkan definisi
resmi yang membawa social studies sebagai kajian
yang terintegrasi, dan mencakup disiplin ilmu yang
semakin luas. Sehingga pada tahun 1993 NCSS
merumuskan social studies sebagai berikut: Social
studies is the integrated study of the social sciences
and humanities to promote civic competence. Within
the school program,social studies provides
coordinated, systematic study drawing upon such
diciplines as antrophology, archaeology, economics,
geography, history, law, philosophy, political
science, psychology, religion, and sosiology, as well
as appropriate content from the humanities,
mathematics, and natural sciences. The primary
purpose of social studies is to help young people
develop the ability to make informed and reasoned
decisions for the public good as citiziens of a
culturally diverse,democratic society in an
interdependent world.

2. Inggris
Sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap
situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat,
pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum
sekolah juga di latarbelakangi oleh keinginan para
pakar pendidikan, khususnya pakar social studies.
Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah
meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para
siswa: menjadi warga negara yang baik, dalam arti
mengetahui dan menjalankan hak-hak dan
kewajibannya; dapat hidup bermasyarakat secara
seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan
pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan
tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu
kuliah atau belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan
tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat
bekal pelajaran social studies di sekolah dasar dan
menengah.
Pertimbangan lain dimasukkannya social studies
ke dalam kurikulum sekolah adalah karena kebutuhan
siswa sekolah, di mana kemampuan siswa sangat
menentukan dalam pemilihan program pendidikan
lanjut dan pengorganisasian materi social studies.
Agar materi pelajaran social studies lebih menarik
dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan
menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan
nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi
yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman
sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat
sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena
mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari
pada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari
Ilmu-ilmu Sosial.

3. Kanada
Curriculum Canada Dasar perubahan kurikulum
dalan studi sosial (IPS) dan sejarah Canada
merupakan bagian dari satu rangkaian perubahan
kurikulum dalam studi sosial yang dikerjakan oleh
saskatchewan pendidikan. Proses pengembangan
kurikulum dimulai dengan penetapaan gugus tugas
studi sosial (IPS) tahun 1981. Gugus tugas terdiri dari
orang-orang refresentatif dari berbagai sektor
masyarakat skatchewan. Mereka mensurvei pendapat
umum dan atas dasar penemuan nya dihasilkan suatu
laporan yang menguraikan suatu filosofi untuk
pendidikan IPS. Di dalam kurikulum Canada
dikembangkan core curriculum yang merupakan
kemampuan dasar yang menjadi landasan
pembentukan kurikulum sekolah di Kanada dari
jenjang Kidergarten, Elementery level, middle level
sampai secondary level.

C. PARADIGMA PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA


Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di
Indonesia banyak dipengaruhi oleh pemikiran “social
studies” di Amerika Serikat sebagai salah satu negara
yang memiliki pengalaman panjang dan reputasi akademis
yang signifikan dalam bidang itu. Reputasi tersebut
tampak dalam perkembangan pemikiran mengenai bidang
itu seperti dapat disimak dari berbagai karya akademis
yang antara lain dipublikasikan oleh National Council for
the Social Studies (NCSS).
Untuk menelusuri perkembangan pemikiran atau
konsep pendidikan IPS di Indonesia secara historis
epistemologis terasa sangat susah karena dua alasan.
1. Di Indonesia belum ada lembaga professional bidang
pendidikan IPS setua dan sekuat pengaruh NCSS atau
SSEC. Lembaga serupa yang dimiliki Indonesia,
yakni HISPIPSI (Himpunan Sarjana pendidikan IPS
Indonesia) usianya masih sangat muda dan
produktivitas akademisnya masih belum optimal,
karena masih terbatas pada pertemuan tahunan dan
komunikasi antar anggota masih insidental.
2. Perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS
sebagai ontologi ilmu pendidikan (disiplin) IPS
sampai saat ini sangat tergantung pada pemikiran
individual dan atau kelompok pakar yang ditugasi
secara insidental untuk mengembangkan perangkat
kurikulum IPS melalui Pusat pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud
(Puskur). Pengaruh akademis dari komunitas ilmiah
bidang ini terhadap pengembangan IPS tersebut
sangatlah terbatas, sebatas yang tersalur melalui
anggotanya yang kebetulan dilibatkan dalam berbagai
kegiatan tersebut. Jadi, sangat jauh berbeda dengan
peranan dan kontribusi Social Studies Curriculum
Task Force-nya NCSS, atau SSEC di Amerika
Serikat.

Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) untuk pertama


kalinya muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic
Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo. Menurut
Laporan Seminar tersebut ada tiga istilah yang muncul
dan digunakan secara bertukar pakai yakni “pengetahuan
social, studi social, dan Ilmu Pengetahuan Sosial” yang
diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah social yang
dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan
pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah-
masalah social itu dapat dipahami siswa. Dengan
demikian, para siswa akan dapat menghadapi dan
memecahkan masalah sosial sehari-hari. Pada saat itu,
konsep IPS tersebut belum masuk ke dalam kurikulum
sekolah, tetapi baru dalam wacana akademis yang muncul
dalam seminar tersebut. Kemunculan istilah tersebut
bersamaan dengan munculnya istilah Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) dalam wacana akademis pendidikan Sains.
Pengertian IPS yang disepakati dalam seminar tersebut
dapat dianggap sebagai pilar pertama dalam
perkembangan pemikiran tentang pendidikan IPS.
Berbeda dengan pemunculan pengertian social
studies dari Edgar Bruce Wesley yang segera dapat respon
akademis secara meluas dan melahirkan kontroversi
akademik, pemunsulan pengertian IPS dengan mudah
dapat diterima dengan sedikit komentar.
Achmad Sanusi mengungkapkan pengertian studi
sosial tidak selalu bertaraf akademik-universitas, bahkan
dapat merupakan bahan-bahan pelajaran bagi anak didik
sejak pendidikan dasar dan dapat berfungsi sebagai
pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu
sosial. Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam
dunia persekolahan pada tahun 1972-1973, yakni dalam
Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
IKIP Bandung. Dalam Kurikulum SD 8 tahun PPSP
digunakan istilah “Pendidikan Kewargaan Negara/Studi
Sosial” sebagai mata pelajaran sosial terpadu. Dalam
Kurikulum tersebut digunakan istilah Pendidikan
Kewargaan negara yang di dalamnya tercakup Sejarah
Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, dan Civics yang
diartikan sebagai Pengetahuan Kewargaan Negara.
Dalam Kurikulum 1975 pendidikan IPS menampilkan
empat profil yakni:
1. Pendidikan Moral Pancasila menggantikan
Pendidikan Kewargaan Negara sebagai suatu bentuk
pendidikan IPS khusus yang mewadahi tradisi
“citizenship transmission”;
2. pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah Dasar;
3. pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang
menempatkan IPS sebagai konsep payung yang
menaungi mata palajaran geograft, sejarah, dan
ekonomi koperasi; dan
4. pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata
pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi untuk SMA,
atau sejarah dan geografi untuk SPG.
Dengan berlakunya Undang-Undang No. 2/1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam wacana
pendidikan IPS muncul dua bahan kajian kurikuler
pendidikan Pancasila dan pendidikan Kewarganegaraan.
Kemudian ketika ditetapkannya Kurikulum 1994
menggantikan kurikulum 1984, kedua bahan tersebut
dilembagakan menjadi satu pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Secara
konseptual mata pelajaran ini masih tetap merupakan
bidang pendidikan IPS yang khusus mewadai tradisi
citizenship transmission dengan muatan utama butir-butir
nilai Pancasila.
Di dalam Kuikulum 1994 mata pelajaran PPKn
merupakan pelajaran social khusus yang wajib diikuti oleh
semua siswa setiap jenjang pendidikan (SD, SLTP, SMU).
Sedangkan mata pelajaran IPS diwujudkan dalam:
pertama, pendidikan IPS terpadu di SD kelas III s/d kelas
VI; kedua, pendidikan IPS terkonfederasi di SLTP yang
mencakup materi geografi, sejarah, dan ekonomi koperasi
dan ketiga, pendidikan IPS terpisah-pisah yang mirip
dengan tradisi in social studies taught as social science
menurut Barr dan kawan-kawan (1978). Di SMU ini
bidang pendidikan IPS terpisah-pisah terdiri atas mata
pelajaran Sejarah Nasional dan Sejarah Umum di kelas I
dan II; Ekonomi dan Geografi di kelas I dan II; Sosiologi
di kelas II; Sejarah Budaya di kelas III Program Bahasa;
Ekonomi, Sosiologi, Tata Negara, Dan Antropologi di
kelas III Program IPS.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Paradigma IPS adalah model atau kerangka berpikir
pengembangan IPS dan merupakan studi yang mempelajari
tentang masyarakat atau manusia, dan merupakan ilmu
pengetahuan sosial yang diambil dari ilmu social
Konsep pendidikan IPS diluar negeri seperti Amerika
Serikat upaya melestarikan program pendidikan IPS dalam
kurikulum sekolah, maka beberapa kelompok pakar yang
memiliki kepedulian terhadap pendidikan ilmu-ilmu sosial di
tingkat sekolah mengembangkan usahanya agar social studies
bisa diaplikasikan untuk program pendidikan di tingkat
sekolah dengan membentuk organisasi profesi social studies.
Di Inggris memasukkan social studies ke dalam kurikulum
sekolah dengan harapan agar materi pelajaran social studies
lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah
dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan
nyata di lingkungan masyarakat.
Konsep pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi
oleh pemikiran “Social Studies” di Amerika Serikat. Konsep
IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam persekolahan
terjadi pada tahun 1972-1973, yakini dalam Kurikulum
Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP
Bandung.

B. Saran
Makalah ini sangatlah jauh dari sempurna dan oleh karena
itu sangat perlu untuk disempurnakan lagi agar menjadi
sebuah karya tulis yang benar-benar bermutu dan bermanfaat
lebih jauh bagi pembaca
DAFTAR PUSTAKA

Destrianto, Didit. 2015. http://materi-pendidikandasar.blogspot


.com/2015/01/materidan-pembelajaran-ips-sd-modul-1.html
. Diakses pada tanggal 6 Maret 2019 pukul 15:01 WIB.

Harimbawa, Susantha. 2017. https://susantha1974.blogspot.com /


2017/03/paradigma-pembelajaran-ips-di-indonesia.html .
Diakses pada tanggal 6 Maret 2019 pukul 14:20 WIB.

http://googleweblight.com/i?
u=http://maoapaadadisini.blogspot.com/2012/01/paradigma
-pendidikaips.html?m%3D1&hl=id-ID. Diakses pada 7
maret 2019 pukul 18.10

Rahayu, Nurwahyuni. 2017. http://nurwahyunirahayu.blogspot


.com/2017/10/makalah-pembelajaran-ips-aud-paradigma.
html . Diakses pada 6 Maret 2019 pukul 14:03 WIB.

Sardjiyo, dkk. 2014. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas


Terbuka
PERTANYAAN

1. Mengapa pendidikan IPS harus mengacu pada pendidikan


nasional ?

2. Jelaskan kegunaan paradigma IPS ?

3. Analisislah yang mencakup materi IPS untuk jenjang SD ?

Anda mungkin juga menyukai