PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
INSTITUT AGAMA ISLAM AL- AZHAAR (IAI AL-AZHAAR)
LUBUK LINGGAU
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang Makalah...................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................
A. Perkembangan Social Studies di Negara Lain..................................................
B. Perkembangan PIPS Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia..........................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Social Studies di Negara Lain?
2. Bagaimana Perkembangan PIPS Dalam Sistem Pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat Memahami dan mengetahui Social Studies dan Sejarah Perkembangan
IPS Di Dunia (Secara Umum)
2. Dapat memahami dan mengetahui perkembangan PIPS dalam pendidikan di
Indonesia.
D.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi tentang social studies menurut Edgar Bruce Wesley pada tahun 1937
( Barr, Bart dan Shermis, 1977:2) yaitu : The social Studies are the social sciences
simplified for pedagogical purpose” Ilmu Sosial itu yang disederhanakan untuk
tujuan pendidikan. Yang meliputi aspek–aspek, seperti sejarah, ekonomi, politik,
sosiologi, antropologi, psikologi, geografi, dan filsafat, yang praktiknya digunakan
dalam pembelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi.
Pada perkisaran tahun 1940 – 1950 NCSS mendapat serangan yang berkisar
tentang perlu atau tidaknya Sosial Studies untuk remaja bersikap demokratis dan
kritis, sehingga munculah sikap penekanan terhadap fakta – fakta sejarah dan
budaya yang ada.
Namun pada tahun 1960 timbul satu gerakan akademis yang lebih dikenal dengan
the new social studies yang dipelopori oleh sejarawan dan ahli – ahli ilmu social
untuk mengembangkan proyek yang menciptakan kurikulum dan memproduksi
bahan belajar yang sangat inovatif dan menantang dalam skala besar. Tapi sampai
tahun 1970an hal itu belum juga terwujud, tapi jika kembali pada penuturan Barr
dkk 1977 yaitu dua visi yang berbeda dalam social studies yaitu citizhenship
education ( pendidikan kewarganegaraan ) atau social studies Education ( Ilmu
pendidikan social ) hal itu juga dipengaruhi oleh PD II.
Pada tahun 1955 terjadi terobosan yang besar, berupa inovasi oleh Maurice Hunt
dan Lawrence metcalft yang mencoba cara baru dalam pengintegrasian
pengetahuan dan keterampilan ilmu social untuk tujuan citizhenship education,
mengubah program Sosial studies disekolah yang dahulunya Closed Area ( hal –
hal yang tabu dalam masyarakat ) menjadi refleksi rasional dalam mengupayakan
siswa dapat mengambil keputusan mengenai masalah – masalah public. Sehingga
bisa melatih keterampilan reflektif thinking ( berfikif reflek ) dan berfikir secara
kritis.
Gerakan the new social studies pada tahun 1960 masih belum efektif dalam
mengajarkan substansi perubahan sikap siswa, sehingga para sejarawan dan ahli –
ahli ilmu social bersatu untuk meningkatkan social studies kepada higher level of
intellectual pursuit yang melahirkan social science education.
Jika dilihat dari definisi dan tujuan social studies maka terkandung beberapa hal,
pertama social studies merupakan mata pelajaran dasar diseluruh jenjang
pendidikan persekolahan, kedua tujuan utama mata pelajaran ini ialah
mengembangkan siswa untuk menjadi warga Negara yang memiliki pengetahuan,
nilai, sikap dan keterampilan untuk berperan serta dalam kehidupan berdemokrasi.
Ketiga konten pelajarannya digali dan diseleksi dari sejarah dan ilmu – ilmu social.
Keempat pembelajarannya menggunakan cara – cara yang mencerminkan
kesadaran pribadi, kemasyarakatan, pengalaman budaya, perkembangan pribadi
siswa.
Di awal tahun 1994 the board of direction of the national council for the social
studies menerbitkan Dokumen resmi yang diberi nama Expectations of Exellence:
curriculum Standard for social studies. Dokumen ini yang sedang mewarnai
pemikiran praksis social studies di AS sampai saat ini. dalam dunia pendidikan
NCSS juga menggariskan bahwa dalam pendidikan mulai dari Taman kanak –
kanak sampai pendidikan menengah memiliki keterpaduan “ Knowledge,Skills,
and attitudes within and across disipliner “, pada kelas rendah ditekankan pada
social studies yang tidak mengikat atau bisa bertolak dari tema – tema tertentu.
Ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di
Amerika Serikat adalah social studies. Istilah tersebut pertama kali digunakan
sebagai nama sebuah lembaga yang diberi nama committee of social studies.
Lembaga ini merupakan himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum
ilmu-ilmu sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli ilmu sosial yang mempunyai minat
yang sama. Nama lembaga ini kemudian dipergunakan untuk nama kurikulum
yang mereka hasilkan, yakni kurikulum social studies. Nama social studies makin
terkenal ketika pemerintah mulai memberikan dana untuk mengembangkan
kurikulum tersebut. Kurikulum tersebut ahirnya dikembangkan dengan nama
kurikulum social studies. Di Indonesia social studies dikenal dengan nama studi
sosial. Dalam Kurikulum 1975, pendidikan ilmu sosial kemudian ditetapkan
dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan sebuah mata
pelajaran yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan
tinggi pada jurusan atau progrsam studi tertentu.
Istilah IPS pertama kali muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic Education
tahun 1972 di Tawamangu, Solo. Ada 3 istlah yang muncul dari Seminar Nasional
di Tawamangu dan digunakan secara bertukar, yaitu:
Pembahasan mengenai latar belakang lahirnya IPS akan dilihat dari dua aspek,
yakni latar belakang sosiologis dan pedagogis dengan mempertimbangkan aspek
kemasyarakatan dan ilmu-ilmu sosial yang dikaji dalam IPS. Ilmu Pengetahuan
Sosisal (IPS) adalah terjemahan dari Social Studies. Perkembanagan IPS dapat kita
lihat melalui sejarah Social Studies yang dikembangkan oleh Amerika Serikat
(AS) dalam karya akademis dan dipublikasikian oleh National Council for the
Social Studies (NCSS) pada pertemuan organisasi tersebut tahun 1935 sampai
sekarang.
Definisi tentang “Social Studies” yaitu ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk
tujuan pendididkan, kemudian pengertian ini dibakukan “Social Studies” meliputi
aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi,
pisikologi, ilmu geografi, dan filsafat yang dalam praktiknya dipilih untuk tujuan
pembelajaran di sekolah dan di perguruan tinggi.
Dalam pengertian awal “Social Studies” tersebut diatas terkandung hal-hal sebagai
berikut:
Pada tahun 1940-1960 ditegaskan oleh Barr, dkk (1977:36) yaitu terjadinya tarik
menarik antara dua visi Social Studies. Di satu pihak, adanya gerakan untuk
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu sosial untuk tujuan citizenship education,
yang terus bergulir sampai mencapai tahap yang lebih canggih. Di pihak lain, terus
bergulirnya gerakan pemisahan sebagai disiplin ilmu-ilmu sosial yang cenderung
memperlemah konsepsi social studies education. Hal tersebut, merupakan dampak
dari berbagai penelitian yang dirancang untuk mempengaruhi kurikulum sekolah,
terutama yang berkenaan dengan pengertian dan sikap siswa.
Benyaknya gerakan-gerakan yang muncul akibat dari tekanan yang cukup dahsyat
untuk mereformasi Social Studies. Mereka menganggap perlu adanya perubahan
pembelajaran Social Studies menjadi pembelajaran yang berorientasi the
integrated, reflected inquiry, and problem centered (Barr, dkk.; 41-82) dan
memperkuat munculnya gerakan The new Social Studies.
Atas pendapat para pakar, akhirnya para sejarawan, ahli ilmu sosial, dan
pendidikan sepakat untuk melakukan reformasi Social Studies dengan
menggunakan cara yang berbeda dari sebelum pendekatan tersebut adalah dengan
melalui proses pengembangan kurikulum sekelompok pendidik, ahli psikologi, dan
ahli ilmu sosial secara bersama-sama mengembangkan bahan ajar berdasarkan
temuan penelitian dan teori belajar, kemudian diujicobakan di lapanagan,
selanjutnya direvisi, dan pada akhirnya disebarluaskan untuk digunakan secara luas
dalam dunia persekolahan.
Jika dilihat dari Visi misi dan strateginya, Barr, dkk. (1978:1917) Social Studies
telah dan dapat dikembangkan dalam tiga tradisi, yaitu:
Tahun 1992, the board of direction of the national Council for the social studies
mengadopsi visi ternaru mengenai Social Studies, yang kemudian diterbitkan
resmi oleh NCSS pada tahun 1994 dengan judul Expectation of Excellence:
Curriculum Standard for Social Studies.
Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan strategi
baru Social Studies, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut:
1. Program Social Studies mempunyai tujuan pokok yang ditegaskan kembali
bahwa civic competence bukanlah hanya menjadi tanggung jawab Social
Studies.
2. Program Social Studies dalam dunia pendidikan persekolahan, mulai dari
taman kanak-kanak sampai ke pendidikan menengah, ditandai oleh
keterpaduan“ …knowledge, skill, and attitudes within and across disciplines
(NCSS, 1994:3).
3. Program Social Studies dititik beratkan pada upaya membantu siswa dalam
construct a knowledge base and attitude drawn from academic discipline as
specialized ways of viewing reality (NCSS, 1994:4).
4. Program Social Studies mencerminkan “ …the changing nature of
knowledge, fostering entirely new and highly integrated approaches to
resolving issues of significance to humanity” (NCSS, 1994:5).
Kaum kapitalis dan pemerintah yang kurang memperhatikan nasib kaum buruh
yang mengakibatkan terjadinya pemerasan dan penindasan. Selain itu, di Inggris
juga terjadi persaingan di kalangan buruh sendiri, yang menyebabkan hidup kaum
tidak punya (the haves not) menjadi sangat menderita. Kehidupan antar kaum
buruh dan antara buruh dengan majikan digambarkan oleh filosuf Inggris Thomas
Hobbes sebagai homo homoni lopus bellum omnium contra omnes ( manusia
adalah srigala bagi yang lain, mereka saling berperang).
Latar belakang munculnya IPS di Amerika Serikat berbeda dari Inggris. Setelah
Perang Budak atau Perang Saudara antara penduduk Utara-Selatan (1861- 1865), di
Amerika terjadi kekacauan sosial. Masyarakat Amerika Serikat yang sangat
beragam belum merasa menjadi satu bangsa. Segregasi sosial masih kental dan
lekat dengan kehidupan masyarakat Amerika pada saat itu.
Pembelajaran
Pembelajaran IPS sebagai
IPS sebagai ilmu sosial
transmisi
kewarganegara
an
Pembelajaran
IPS sebagai
inkuiri yang
reflektif
Gambaran tentang ketiga tradisi pembelajaran IPS tersebut akan dipaparkan dalam
bahasan berikut.
Tingkah laku, pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan diajarkan harus sesuai
dengan kekayaan nilai-nilai budaya yang berkembang di lingkungan peserta didik dan
guru yang mengajarkan IPS. Hal ini dimaksudkan agar nilainilai budaya yang ada
dalam masyarakat dapat ditransmisikan dari generasi ke generasi.
Tradisi pembelajaran IPS model transmisi kewarganegaaraan ini, oleh sebagian ahli
dipandang sebagai bentuk proses pendidikan yang statis, bahkan konservatif. Hal ini
dikarenakan di tengah kehidupan masyarakat yang dinamis di tengah perkembangan
dunia yang terus mengalami perubahan, setiap anak manusia dituntut untuk memiliki
kemampuan, pemikiran, dan keterampilan yang lebih luas dan kompleks. Jika
dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang sedang berkembang, maka
pembelajaran model transmisi kewarganegaraan ini kurang relevan. Oleh karena itu,
proses pembelajaran IPS yang relevan untuk masyarakat Indonesia saat ini perlu terus
dikembangkan.
Tujuan pengajaran IPS sebagai ilmu sosial adalah menciptakan warga negara yang
mampu belajar dan berpikir secara baik, seperti yang dilakukan oleh ahli ilmu sosial.
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dunia persekolahan di Indonesia pada
tahun 1972-1973 yang diujicobakan dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PSSP) IKIP Bandung. Kemudian secara resmi dalam kurikulum 1975
program pendidikan tentang masalah sosial dipandang tidak cukup diajarkan melalui
pelajaran sejarah dan geografi saja, maka dilakukan reduksi mata pelajaran di tingkat
SD-SMA untuk beberapa mata pelajaran ilmu sosial yang serumpun digabung ke
dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, pemberlakuan istilah IPS (social studies)
dalam kurikulum 1975 tersebut, dapat dikatakan sebagai kelahiran IPS secara resmi di
Indonesia.
Oleh karena itu, upaya pembangunan sektor pendidikan oleh pemerintah menjadi
prioritas. Program pembangunan pendidikan bidang sosial semakin ditingkatkan
untuk mengatasi dan menanamkan kewarganegaraan serta cinta tanah air Indonesia.
Upaya memasukan materi ilmu-ilmu sosial dan humaniora ke dalam kurikulum
sekolah di Indonesia disajikan dalam mata pelajaran dan bidang studi/ jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) secara resmi pada kurikulum 1975. Kurikulum ini
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen, bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk
membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Konsep pendidikan IPS tersebut lalu memberi inspirasi terhadap kurikulum 1975 yang
menampilkan empat profil, yaitu :
Pendidikan M oral Pancasila m enggantikan Kew argaan N egara sebagai bentuk
pendidikan IPS khusus.
Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SM P yang m enem patkan IPS sebagai konsep
peyung untuk sejarah, geografi dan ekonom i koperasi
Pendidikan IPS terisah-pisah yang m encakup m ata pelajaran sejarah, ekonom i dan
geografi untuk SM A , atau sejarah dan geografi untuk SPG , dan IPS (ekonom i dan
sejarah) untuk SM EA /SM K
Konsep pendidikan IPS seperti itu tetap dipertahankan dalam Kurikulum 1984 yang
secara konseptual merupakan penyempurnaan dari Kurikulum 1975 khususnya dalam
aktualisasi materi, seperti masuknya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (P4) sebagai materi pokok PMP. DalamKurikulum 1984, PPKn merupakan
mata pelajaran sosial khusus yang wajib diikuti semua siswa di SD, SMP dan SMU.
Sedangkan mata pelajaran IPS diwujudkan dalam :
Dimensi konseptual mengenai pendidikan IPS telah berulang kali dibahas dalam
rangkaian pertemuan ilmiah, yakni pertemuan HISPISI (Himpunan Sarjana
Pendididkan Ilmu Sosial) pertama di Bandung tahun 1989, Forum Komunikasi
Pimpinan HIPS di Yogyakarta tahun 1991, di Padang tahun 1992, di Ujung Pandang
tahun 1993, Konvensi Pendidikan kedua di Medan tahun 1992. Salah satu materi yang
selalu menjadi agenda pembahasan ialah mengenai konsep PIPS. Dalam pertemuan
Ujung Pandang, M. Numan Soemantri, pakar dan ketua HISPISI menegaskan adanya
dua versi PIPS sebagaimana dirumuskan dalam pertemuan di Yogyakarta, yaitu :
Versi PIPS untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. PIPS adalah
penyederhanaan, adaptasi dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora, serta
kegiatan dasar manusia yang duorganisir dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Versi PIPS untuk Jurusan Pendidikan IPS-IKIP. PIPS adalah seleksi dari
disiplin Ilmu-ilmu Sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
PIPS untuk tingkat perguruan tinggi pendidikan Guru IPS (eks IKIP, FKIP,
STKIP),direkonseptualisasikan sebagai pendidikan disiplin ilmu, sehingga menjadi
Pendidikan Disiplin Ilmu Pengetahuan Sosial, seperti pendidikan Geografi,
Pendidikan Ekonomi, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan sosiologi,
Pendidikan Sejarah dsb).
Bentuk keseriusan ahli pendidikan dan ahli ilmu-ilmu sosial khususnya mereka yang
memiliki komitmen terhadap social studies atau pendidikan IPS sebagai program
pendidikan di tingkat sekolah, maka mereka berusaha untuk memasukkan ilmu-ilmu
sosial ke dalam kurikulum sekolah lebih jelas lagi. Namun karena tidak mungkin
semua disiplin ilmu sosial diajarkan di tingkat sekolah, maka kurikulum ilmu sosial
itu disajikan secara terintegrasi atau interdisipliner ke dalam kurikulum IPS (social
studies). Jadi untuk program pendidikan ilmu-ilmu sosial di tingkat pendidikan dasar
dan menengah harus sudah mulai di ajarkan. Program pendidikan dasar di SD dan
SMP penyajiannya secara terpadu penuh, sementara itu untuk pembelajaran IPS di
tingkat SMA/MA dan SMEA penyajiannya bisa dilakukan secara terpisah antar
cabang ilmu-ilmu sosial, tetapi tetap memperhatikan keterhubungannya antara ilmu
sosial yang satu dengan ilmu sosial lainnya, terutama dalam rumpun jurusan IPS di
SMA dan juga di SMEA. Sementara itu, pada tingkat perguruan tinggi pendidikan
ilmu-ilmu sosial disajikan secara terpisah atau fakultatif, seperti FE, FH, FISIP dsb.
Namun untuk pendidikan IPS di FKIP/IKIP/STKIP yang mempersiapkan calon guru
atau mendidik calon guru di tingkat sekolah, maka pendidikan IPS di berikan secara
interdisipliner dan juga secara disipliner. Secara interdisipliner karena ilmu yang
diperoleh nantinya untuk program pembelajaran untuk usia anak sekolah, dan secara
disipliner karena sebagai guru juga harus menguasai ilmu yang diajarkan.
Kurikulum 1994 dilaksanakan secara bertahap mulai ajaran 1994-1995 merupakan
pembenahan atas pelaksanaan kurikulum 1984 setelah memperhatikan tuntutan
perkembangan dan keadaan masyarakat saat itu, khususnya yang menyangkut
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, kebutuhan pembangunan
dan gencarnya arus globalisasi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 1984 itu sendiri.
Upaya pembaharuan kurikulum pendidikan nampak saat diadakannya serangkaian
Rapat Kerja Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari tahun 1986
sampai 1989.
Pembenahan kurikulum ini juga didorong oleh amanat GBHN 1988 yang intinya;
Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yang dikenal
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum
IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk merespon secara positif berbagai
perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan
dan kebutuhan setempat. Di samping itu, khusus dalam kurikulum SD, IPS pernah
diusulkan digabung dengan Pendidikan kewarganegaraan yaitu menjadi pendidikan
kewrganegaraan dan pengetahuan sosial (PKnPS), namun akhirnya kurikulum
disempurnakan ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006,
antara IPS dan PKn dipisahkan kembali.
Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan serta kepentingan
pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan kewarganegaraan
bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama yaitu
membentuk warganegara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran
di sekolah secara terpisah dengan IPS.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi tentang social studies menurut Edgar Bruce Wesley pada tahun 1937
( Barr, Bart dan Shermis, 1977:2) yaitu : The social Studies are the social sciences
simplified for pedagogical purpose” Ilmu Sosial itu yang disederhanakan untuk tujuan
pendidikan. Yang meliputi aspek–aspek, seperti sejarah, ekonomi, politik, sosiologi,
antropologi, psikologi, geografi, dan filsafat, yang praktiknya digunakan dalam
pembelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi.
Menurut Barr dkk, mendefinisikan social studies dalam beberapa bagian
yaitu :social studies merupakan satu system pengetahuan yang terpadu, kedua misi
utama social studies adalah pendidikan kewarganegaraan dalam suatu masyarakat
yang demokratis, ketiga sumber utama konten social studies adalah social sciene dan
humanitier, keempat dalam upaya penyiapan warga Negara yang demokratis terbuka
kemungkinan perbedaan dalam orientasi, visi tujuan dan metode pembelajaran.
diantaranya lahirlah visi, misi dan strategi social studies itu adalah; Sosial studies
taught as citizenship transmission, Sosial studies taught as social science, Sosial
studies taught as reflective inquiry.
B. Saran
Dengan makalah ini, diharapkan agar pembaca mampu memahami dan
merealisasikan dengan semaksimal mungkin tentang materi IPS MI/SD yang
membahas “Perkembangan Pendidikan IPS” dan dapat memahami pengertian dan
sejarah mengenai Social Studies dan PIPS.
Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka penulis mengharap kepada
pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk memperbaikinya.
Sebab penulis bukanlah orang sempurna yang tidak lepas dari sifat kekeliruan,
sehingga penulis juga biasa melakukan kesalahan. Dan jika ada sesuatu yang biasa di
jadikan bahan kajian oleh pembaca maka penulis akan merasa termotivasi. Saran dan
kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat menulis penulis akan selalu
ditunggu oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
http://tyabassuqy.blogspot.com/2013/04/makalah-konsep-dasar-ips-sejarah.html
http://mustaqimdauf.blogspot.com/2013/10/sejarah-ips-di-dunia.html
http://long-visit.blogspot.com/2012/07/perkembangan-pendidikan-ilmu.html