Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nuri Nurhaniah

NIM : 180210204080

PRODI : PGSD`E

PARADIGMA PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA

A. Latar Belakang

Pengetahuan sosial dapat dikatakan tak asing bagi tiap orang. Sejak bayi telah
melakukan hubungan dengan orang lain terutama dengan ibunya dan dengan anggota
keluarga yang lainnya. Meskipun dengan sepihak. Hubungan sosial itu telah terjadi,
Tanpa hubungan sosial bayi tidak akan mampu berkembang menjadi manusia biasa.
Segala peristiwa yang dialami dalam kehidupan manusia telah membentuk
pengetahuan sosial dalam diri kita masing-masing. Kehidupan sosial manusia di
masyarakat beraspek majemuk yang meliputi aspek hubungan sosial, ekonomi , sosial
budaya , politik ,psikologi , sejarah , geografi. Beraspek majemuk berarti kehidupan
sosial meliputi berbagai segi yang berkaitan satu sama ain. Bukti adalah manusia
sebagai multi aspek, kehidupan sosial yang merupakan aspek-aspek ekonomi adalah
sandang, papan ,pangan , merupakan kebutuhan manusia.

Kehidupan manusia tak hanya terkait dengan aspek sejarah tetapi juga tentang
dengan aspek ruang dan aspek tempat. Sering kita di tanya “ Kapan kamu lahir dan
dimana kamu lahir “ ini menunjukkan bahwa ruang atau tempat memiliki makna
tersendiri bagi kehidupan kita manusia. Karena setiap aspek kehidupan sosial itu
mencakup lingkup yang luas untuk mempelajari dan menkajinya menuntut bidang-
bidang ilmu yang khusus.

Melalui ilmu-ilmu sosial di kembangkan bidang-bidang ilmu tertentu sesuai


dengan aspek sosial kehidupan masing-masing.
B. Paradigma Ips Di Indonesia

Paradigma IPS  adalah model atau kerangka berpikir pengembangan IPS yang
diwacanakan dalam kurikulum pada sistem pendidikan Indonesia, dan IPS merupakan
studi yang mempelajari tentang masyarakat atau manusia, dan merupakan ilmu
pengetahuan sosial yang diambil dari ilmu sosial. Ada tiga istilah yang termasuk
bidang pengetahuan sosial, yaitu: Ilmu Sosial ( Social Sciences ), Studi Sosial
( Social Studies ), dan Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ).

1) Ilmu Sosial ( Social Sciences )


Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin
intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah,
memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau
masyarakat yang ia bentuk. Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial
adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara
perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota
masyarakat.
2) Studi Sosial ( Social Studies)
Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang
keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang
pengkajian tentang gejala dan masalah social. Menurut Achmad Sanusi
(1971:18) Studi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan
bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar dan dapat berfungsi sebagai
pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu sosial. Studi Sosial merupakan
suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial yang terjadi pada
masyarakat.
3) Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Mulyono Tj. (1980: 8) IPS merupakan suatu pendekatan
interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS
merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi,
antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan
sebagainya.  Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996: 4) bahwa IPS
merupakan hasil kombinasi atau hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:
geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. IPS lebih menitik beratkan
kepada pendekatan multidisipliner  atau interdisipliner, dimana topik-topik dalam IPS
dapat dimanipulasi menjadi suatu isu, pertanyaan atau permasalahan yang
berperspektif interdisiplin.Ilmu pengetahuan IPS yg dikenal di Indonesia bukan Ilmu
Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau multidisipliner dengan
menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan pendekatan yang digunakan
dalam Ilmu Sosial ( Social Sciences ) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-
masing.

Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi


oleh pemikiran “social studies” di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang
memiliki pengalaman panjang dan reputasi akademis yang signifikan dalam bidang
itu. Reputasi tersebut tampak dalam perkembangan pemikiran mengenai bidang itu
seperti dapat disimak dari berbagai karya akademis yang antara lain dipublikasikan
oleh National Council for the Social Studies (NCSS). Untuk menelusuri
perkembangan pemikiran atau konsep pendidikan IPS di Indonesia secara historis
epistemologis terasa sangat susah karena dua alasan.

1) Di Indonesia belum ada lembaga professional bidang pendidikan IPS setua


dan sekuat pengaruh NCSS atau SSEC. Lembaga serupa yang dimiliki
Indonesia, yakni HISPIPSI (Himpunan Sarjana pendidikan IPS Indonesia)
usianya masih sangat muda dan produktivitas akademisnya masih belum
optimal, karena masih terbatas pada pertemuan tahunan dan komunikasi
antar anggota masih insidental.
2) Perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontologi ilmu
pendidikan (disiplin) IPS sampai saat ini sangat tergantung pada pemikiran
individual dan atau kelompok pakar yang ditugasi secara insidental untuk
mengembangkan perangkat kurikulum IPS melalui Pusat pengembangan
Kurikulum dan Sarana Pendidikan Balitbang Dikbud (Puskur).
Oleh karena itu, perkembangan pemikiran mengenai pendidikan IPS di Indonesia
akan ditelusuri dari alur perubahan kurikulum IPS dalam dunia persekolahan,
dikaitkan dengan beberapa konten pertemuan ilmiah dan penelitian yang relevan
dalam bidang itu. Istilah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), sejauh yang dapat ditelusuri,
untuk pertama kalinya muncul dalam Seminar Nasional tentang Civic
Education tahun 1972 di Tawangmangu Solo. Ilmu Pengetahuan Sosial
dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar
masalah-masalah social itu dapat dipahami siswa. Dengan demikian, para siswa akan
dapat menghadapi dan memecahkan masalah sosial sehari-hari. Konsep IPS untuk
pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan pada tahun 1972-1973, yakni
dalam Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung.

Konsep pendidikan IPS tersebut kemudian memberi inspirasi terhadap


Kurikulum 1975, yang memang dalam banyak hal mengadopsi inovasi yang dicoba
melalui Kurikulum PPSP. Di dalam Kurikulum 1975 pendidikan IPS menampilkan
empat profil, yakni:

1) Pendidikan Moral Pancasila menggantikan Pendidikan Kewargaan Negara


sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus yang mewadai tradisi
citizenship traansmission
2) Pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah Dasar
3) Pendidikan IPS terkonfederasi untuk SMP yang menempatkan IPS sebagai
konsep payung yang menaungimata pelajaran Geografi, sejarah, dan
ekonomi koperasi
4) Pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah,
geografi, dan ekonomi untuk SMA, atau sejarah dan geografi untuk SPG
(Dep. P dan K,1975a; 1975b, 1975; dan 1976).
Konsep pendidikan IPS seperti itu tetap dipertahankan dalam kurikulum 1984,
yang memang secara konseptual merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975.
Penyempurnaan yang dilakukan khususnya dalam aktualisasi materi yang disesuaikan
dengan perkembangan baru dalam masing-masing disiplin, seperti masuknya
Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) sebagai materi pokok
Pendidikan Moral Pancasila. Sedang konsep pendidikan IPS itu sendiri tidak
mengalami perubahan yng mendasar.

Dengan berlakunya Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, dalam wacana pendidikan IPS muncul dua bahan kajian kurikuler
pendidikan Pancasila dan pendidikan Kewarganegaraan.

Bila disimak dari perkembangan pemikiran pendidikan IPS yang terwujudkan


dalam Kurikulum sampai dengan dasawarsa 1990-an ini pendidikan IPS di Indonesia
mempunyai dua konsep pendidikan IPS, yakni:

1) Pendidikan IPS di Indonesia yang diajarkan dalam tradisi “citizenship


transmission” dalam bentuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dan Sejarah Nasional
2) Pendidikan IPS yang diajarkan dalam tradisi social science dalam bentuk
pendidikan IPS terpisah dari SMU, yang terkonfederasi di SLTP, dan yang
terintegrasi di SD.
Dalam konteks perkembangan pendidikan “social studies” di Amerika atau
“Pendidikan IPS” di Indonesia konsep dan praksis pendidikan demokrasi yang
dikemas sebagai “citizenship education” atau “Pendidikan Kewarganegaraan”
berkedudukan sebagai salah satu dimensi dari tujuan, konten dan proses social
studies atau “pendidikan IPS”, atau dapat juga dikatakan bahwa pendidikan
demokrasi merupakan salah satu subsistem dalam sistem pembelajaran “social
studies” atau “Pendidikan IPS”

.
Jika dikaji dengan cermat dalam konteks perkembangan social
studies ternyata citizenship education yang pada dasarnya berintikan pengembangan
warga negara agar mampu hidup secara demokratis merupakan bagian yang sangat
penting dalam social studies. Hal itu dapat disimak sejak social studies mulai
diwacanakan tahun 1937 oleh Edgar Bruce Wesley, yang definisinya tentang social
studies dianggap sebagai pilar epistemologis pertama, sampai dengan munculnya
paradigma social studies dari NCSS tahun 1994. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa esensi pendidikan demokrasi sesungguhnya merupakan bagian integral dari
“social studies”.
DAFTAR PUSTAKA

Ischak, dkk .2005. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Nasution, Toni dan Lubis Maulana Arafat. , 2018. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan
Sosial. Yogyakarta: Samudra Biru

Muhammad Numan Soemantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Udin S. Winataputra. 2009. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai