Anda di halaman 1dari 4

Nama : Elza Dwi Novianti

Nim : 180210204123
Prodi/Kelas : PGSD’F
Mata Kuliah : Pengembangan Pendidikan IPS SD

Ringkasan Terkait “PARADIGMA PENDIDIKAN IPS DI INDONESIA”


1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk social dimana seorang individu
tidak dapat hidup secara mandiri tanpa bantuan orang lain atau
antara satu individu membutuhkan individu lainnya. Oleh sebab itu
pengetahuan social tidaklah asing didengar oleh setiap individu.
Interaksi social atau hubungan social dilakukan individu mulai
individu tersebut terlahir didunia yaitu interaksi dengan anggota
keluarga utamanya dengan ibu. Tanpa adanya hubungan social bayi
tersebut akan sulit untuk berkembang nantinya di lingkungan
sosialnya.
Hubungan social dapat terjadi oleh siapa saja dan di mana
saja seperti dengan keluarga, teman, saudara ataupun warga sekitar
yang ada di lingkungan rumah. Berdasarkan hubungan social yang
terjadi tersebut nantinya akan menjadi sebuah pengalaman dan
pengetahuan bagi seorang individu yang mana bahwa kehidupan
social manusia di masyarakat beraspek majemuk terkait aspek
ekonomi, social budaya, politik, psikologi, sejarah dan geografi.
Beraspek majemuk yang dimaksud yaitu kehidupan social memiliki
berbagai segi yang saling berkaitan satu sama lain. Dengan
pendidikan IPS inilah ilmu-ilmu social dikembangkan dalam bidang
– bidang ilmu tertentu yang sesuai dengan aspek kehidupan social
masing – masing.

2. Paradigma Pendidikan IPS di Indonesia


Konsep pendidikan IPS di Indonesia, banyak dipengaruhi
oleh pemikiran dari sebuah Negara yang dianggap memiliki sebuah
pengalaman panjang dan reputasi akademik yang signifikan dalam
bidang IPS yaitu Negara Amerika Serikat. Bedasarkan
perkembangannya pendidikan IPS di Indonesia secara historis
terlihat sangat sukar dikarenakan beberapa alasan yaitu pertama
Indonesia belum memiliki sebuah lembaga professional dalam
bidang IPS. Kedua perkembangan perangkat kurikulum dan
pembelajaran IPS sebagai ontology ilmu pendidikan IPS saat ini
sangat tergantung pada pemikiran individual dan atau kelompok
pakar yang ditugasi secara incidental untuk mengembangkan
kurikulum IPS melalui Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana
Pendidikan Balitbang Dikbud (Puskur).
IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), pertama kali muncul yaitu
pada seminar nasional Civic Education tahun 1972, ada tiga istilah
yang muncul yaitu pengetahuan social, studi social, dan ilmu
pengetahuan social memiliki arti suatu studi masalah – masalah
social yang dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan
pendekatan interdisipliner dan bertujuan agar masalah – masalah
social itu dapat dipahami siswa. Pengertian tersebut menjadi pilar
utama pemikiran pendidikan IPS. Konsep IPS untuk pertama kalinya
masuk dalam dunia persekolahan pada tahun 1971-1973 yaitu dalam
Kurikulum PPSD IKIP Bandung. Dalam kurikulum SD 8 tahun
PPSP digunakan istilah “Pendidikan Kewargaan Negara/Studi
Sosial” sebagai mata pelajaran social terpadu. Sedangkan dalam
kurikulum Sekolah Menengah 4 tahun digunakan tiga istilah yaitu
studi social ( mata pelajaran inti dan kelompok mata pelajaran social
yang terdiri dari geografi, sejarah, dan ekonomi), Pendidikan
Kewargaan Negara ( Mata pelajaran inti semua jurusan), dan Civics
dan hukum ( Mata pelajaran major jurusan IPS).
Berlakunya UU No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
nasional, Pendidikan IPS muncul dua kajian yaitu pendidikan
Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan. Kemudian muncullah
kurikulum 1994 di mana mata pelajaran PPKn merupakan mata
pelajaran social yang wajib diikuti oleh siswa di jenjang SD, SLTP
dan SMU. Berdasarkan pertemuan ilmiah, Ketua HISPIPSI akan
menyajikan penegasan terkait kedudukan PIPS dan PDPS yaitu PIPS
untuk dunia pesekolahan dan PDPS untuk perguruan tinggi
pendidikan guru IPS. PIPS untuk di dunia persekolahan terpilah
menjadi dua versi atau tradisi akademik pedagogis yakni pertama
PIPS dalam tradisi “citizenship transmission” dalam bentuk mata
pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan dan sejarah
Indonesia. Dan kedua PIPS dalam tradisi “ilmu social” dalam bentuk
mata pelajaran IPS terpadu untuk SD, mata pelajaran terkonfederasi
untuk SLTP dan IPS terpisah-pisah untuk SMU. Kedua tradisi PIPS
tersebut, terikat oleh suatu visi pengembangan manusia Indonesia
seutuhnya sebagaimana digariskan dalam GBHN dan UU No 2/1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Konteks perkembangan pendidikan studi social di Indonesia,
sejalan dengan perkembangan konsep dan praksis demokrasi.
Indonesia dikenal dengan label yang berubah-ubah mulai Civics,
Kewargaan Negara, Pendidikan Kewargaan Negara, Pendidikan
Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila, dan Kwarganegaraan, dan
Pendidikan Kewarganegaraan. Perkembangan studi social ternyata
pendidikan kewarganegaraan yang pada dasarnya berintikan
pengembangan warga Negara agar mampu hidup secara demokrasi
merupakan bagian yang sangat penting dalam studi social. Bidang
kajian dan program pendidikan demokrasi kini semakin banyak
dikembangkan, baik di Negara demokrasi yang sudah maju maupun
dinegara yang sedang menuju kearah tersebut.
Berdasarkan perkembangan studi social secara umum dan
pendidikan IPS di Indonesia sampai saat ini maka perlu adanya
reorientasi pendidikan IPS seperti menegaskan kembali visi dan misi
pendidikan IPS, menata kembali terkait sarana programatik, serta
lebih meningkatkan mutu kualitas calon guru IPS.
Daftar Pustaka
Siska, Y. (2016). Konsep Dasar IPS untuk SD/MI. Yogyakarta:
Garudhawaca.
Udin S. Winataputra, d. (2016). MATERI DAN PEMBELAJARAN IPS
SD. Tangerang: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai