Anda di halaman 1dari 62

Modul 1 .

PARADIGMA PENDIDIKAN IPS


1. KONSEP DAN RASIONAL “SOSIAL STUDIES” SECARA UMUM
Dalam wacana kurikulum sistem Pendidikan di Indonesia terdapat tiga jenis program
pendidikan sosial, yakni : Program (pendidikan) ilmu-ilmu sosial (IIS) yang dibina pada
fakultas-fakultas sosial murni; disiplin ilmu pengetahuan sosial (PDPIS) yang dibina pada
fakultas-fakultas pendidikan ilmu sosial; dan pendidikan ilmu pengetahuan sosial (PIPS)
yang diberikan terutama di dalam pendidikan persekolahan
Perkembangan PIPS dan PDIPS secara konseptual terkait erat pada konsep “sosial
studies” secara umum, dan secara kurikuler terkait erat pada perkembangan PIPS dalam
dunia persekolahan. Oleh karena itu untuk melihat bagaimana karakteristik dan
perkembangan PDIPS perlu dikaitkan dengan konsep, dan perkembangan “sosial studies”
dan konsep serta perkembangan PIPS dalam dunia persekolahan.
Konsep “sosial studies” secara umum berkembang secara evolusioner di Amerika Serikat
sejak tahun 1800-an, yang kemudian mengkristal menjadi domain pengkajian akademik
pada tahun 1900-an, antara lain berdirinya National Council for the Sosial Studies (NCSS)
pada tahun 1935. Pilar akademik pertama muncul dalam pertemuan pertama NCSS tahun
1935, berupa kesepakatan untuk menempatkan “sosial studies” sebagai “core
curriculum”, dan pada tahun 1937 berupa kesepakatan mengenai pengertian “sosial
studies” yang berawal dari pandangan Edgar Bruce Wesley, yakni “The sosial studies are
the sosial. Science simplified for pedagogical purposes”.
Dari penelusuran histories epistemologis, tercatat bahwa dalam kurun waktu 40 tahunan
sejak tahun 1935 bidang studi “sosial studies” mengalami perkembangan yang ditandai
dengan ketakmenentuan, ketakberkeputusan, ketakbersatua, dan ketakmajuan. Antara
tahun 1940-1950 “sosial studies” mendapat serangan dari berbagai sudut; tahun 1960-
1970-an timbul tarik menarik antara pendukung gerakan the new sosial studies yang
dimotori oleh para sejarawan dan ahli-ahli ilmu sosial dengan gerakan “sosial studies”
yang menekankan pada “citizenship educatin”. Para pendukung gerakan “the new sosial
studies” kemudian mendirikan Sosial Science Education Consortium (SSEC). Sedangkan
NCSS terus mengembangkan gerakan “sosial studies” yang terpisah pada “citizenship
education:
Pada era 1980-1990-an NCSS kelompok berhasil, menyepakati “scope and sequence of
sosial studies” yakni tahun 1963; kemudian pada pada tahun 1989 berhasil disepakati
konsep “sosial studies” untuk abad ke-21 yang dituangkan dalam “Charting A Course:
Sosial Studies for the 21st Century”, dan terakhir pada tahun 1994 disepakati “Curriculum
Standards for Sosial Studies”. Dalam perkembangan terakhir itu NCSS masih tetap
menempatkan “citizenship education” sebagai inti dari tujuan “sosial studies”. Sementara
itu pada kelompok SSEC, kelompok bidang studi ekonomi mengembangkan secara
tersediri “economics education”.
2. PARADIGMA PENDIDIKAN IPS INDONESIA
Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh
pemikiran “sosial studies” di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki
pengalaman panjang dan reputasi akademis yang signifikan dalam bidang itu. Reputasi
tersebut tampak dalam perkembangan pemikiran mengenai bidang itu seperti dapat
disimak dari berbagai karya akademis yang antara lain dipublikasikan oleh National
Council for the Sosial Studies (NCSS).
Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan terjadi pada
tahun 1972-1973, yakni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
IKIP Bandung. Dalam kurikulum SD 8 tahun PPSP digunakan istilah “Pendidikan
Kewargaan Negara/Studi Sosial” sebagai mata pelajaran sosial terpadu. Dalam kurikulum
tewrsebut digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang di dalamnya tercakup
Sejarah Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, dan Civics yang diartikan sebagai Pengetahuan
Kewargaan Negara.
Dalam kurikulum 1975 pendidikan IPS menampilkan empat profil yakni: (1) Pendidikan
Moral Pancasila menggantikan Pendidikan Kewargaan Negara sebagai suatu bentuk
pendidikan IPS khusus yang mewadahi tradisi “citizenship transmission”; (2) pendidikan
IPS terpadu untuk Sekolah Dasar; (3) Pendidikan IPS menaungi mata pelajaran geografi,
sejarah, dan ekonomi koperasi; dan (4) pendidikan IPS terpisah-pisah yang mencakup
mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi untk SMA, atau sejarah dan geografi untuk
SPG.
Bila disimak dari perkembangan pemikiran pendidikan IPS yang terwujudkan dalam
kurikulum sampai dengan dasawarsa 1990-an ini pendidikan IPS di Indonesa mempunyai
dua konsep pendidikan IPS, yakni: pertama, Pendidikan LPS yang diajarkan dalam tradisi
“citizenship transmission” dalam bentuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dan Sejarah Nasional; kedua, pendidikan IPS yang diajarkan dalam
tradisi “sosial science” dalam bentuk pendidikan IPS terpisah dari SMU, yang
terkonfederasi di SLTP, dan yang terintergrasi di SD.
Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampai saat ini
pendidikan IPS terpilah dalam dua arah, yakni: Pertama, PIPS untuk dunia persekolahan
yang pada dasarnya merupakan penyederhanaaan dari ilmu-ilmu sosial, dan humaniora,
yang diorganisasikan secara psiko-pedagogis untuk tujuan pendidikan
persekolahan; dan kedua,PDIPS untuk perguruan tinggi pendidikan guru IPS yang pada
dasarnya merupakan penyeleksian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta psiko-
pedagogis dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan disiplin lain yang relevan, untuk tujuan
pendidikan. Professional guru IPS. PIPS merupakan salah satu konten dalam PDIPS.
MODUL 2. PERUBAHAN DAN KONFLIK SOSIAL
1. PERILAKU SOSIAL
Perilaku erat kaitannya dengan kepribadian, yang terbentuk melalui sosialisasi semenjak
masa kanak-kanak sampai usia tua, sehingga menjadi ajang pembinaan kepribadian
(personality building) bagi seseorang. Sosialisasi dan kepribadian akan membentuk
sistem perilaku (behavior sistem), dimana perilaku tersebut harus menyesuaikan dengan
kaidah yang berlaku (conformity), tetapi sering terjadi perilaku yang menyimpang
(deviation) yang memicu terjadinya perubahan sosial.
Tindakan sosial adalah tindakan individu yang diarahkan pada orang lain dan memiliki
arti, baik bagi diri si pelaku maupun bagi orang lain. Dalam tindakan sosial mengandung
tiga konsep, yaitu tindakan, tujuan dan pemahaman. Cirri-ciri sari tindakan sosial adalah:
tindakan memiliki makna subjektif, tindakan nyata yang bersifat membantin dan bersifat
subjektif, tindakan berpengaruh positif, tindakan diarahkan pada orang lain dan tindakan
merupakan respons terhadap tindakan orang lain. Berdasarkan tingkat pemahamannya,
terdapat rasionalitas instrument, rasionalitas berorientasi nilai dan tindakan afektif serta
tindakan tradisional.
Interaksi sosial merupakan prasayarat terbentuknya masyarakat, karena melalui interaksi
tersebut akan terjalin hubungan antarindividu dan individu dengan kelompok serta
hubungan antar kelompok, yang ditandai dengan adanya hubungan timbale balik antara
pihak yang berinteraksi. Terjadinya interaksi sosial diperlukan kontak sosial dan
komunikasi. Imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati, merupakan faktor yang dapat
melangsungkan interaksi sosial. Dalam kehidupan sehari-hari ditemui dua bentuk
interaksi sosial, yaitu yang bersifat asosiatif dan disosiatif. Bentuk interaksi sosial yang
bersifat asosiatif adalah kerjasama (cooperative) dan akomodasi (accommodation) ,
sedangkan yang termasuk ke dalam bentuk disosiatif yaitu persaingan (competition),
kontraversi (contravention) dan pertentangan (conflict).
2. PERUBAHAN SOSIAL
Dinamika masyarakat dicirikan dengan adanya perubahan sosial, oleh karena itu tidak
ada satu masyarakat pun yang statis. Terjadinya perubahan pada salah satu aspek
kehidupan dapat menimbulkan perubahan pada aspek yang lainnya, baik yang
menyangkut material maupun nonmaterial, sehingga sering menimbulkan disintegrasi
yang diikuti dengan adanya reorganisasi untuk mencapai keseimbangan dalam kehidupan
sosial.
Perubahan sosial dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk
faktor internal yaitu yang berasal dari masyarakat itu sendiri, seperti : perubahan
komposisi penduduk, konflik dan penemuan baru. Sedangkan faktor eksternal yaitu yang
berasal dari luar masyarakat, seperti : bencana alam, peperangan, intervensi dan budaya
asing. Selain itu, terdapat pula faktor penghambat dan pendorong perubahan. Faktor
penghambat yaitu : perkembangan ilmu pengetahuan yang berjalan lambat, sikap
tradisional, solidaritas kelompok tinggi, kepentingan, prasangka buruk pada pihak luar
san takut akibat dari perubahan. Faktor pendorong perubahan adalah pendidikan yang
maju, sikap menghargai karya orang lain, toleransi dan sistem masyarakat terbuka.
Berlangsungnya perubahan dapat terjadi secara lambat atau cepat, meliputi skala kecil
dan besar, direncanakan dan tidak direncanakan. Perubahan sosial yang cepat dan tidak
direncanakan sering menimbulkan disintegrasi dalam berbagai bentuk konflik sosial.
3. KONFLIK SOSIAL
Konflik sosial adalah pertentang antar anggota atau antar kelompok dalam masyarakat
yang sifatnya menyeluruh, yang disebabkan oleh adanya beberapa perbedaan, yaitu
perbedaan individu, perbedaan pola budaya, perbedaan status sosial, perbedaan
kepentingan dan terjadinya perubahan sosial.
Bagi masyarakat, terjadinya konflik memiliki beberapa fungsi yaitu : mendorong upaya
akomodasi, menjadi media untuk meningkatkan solidaritas, memungkinkan terjalinnya
kerjasama, meningkatkan peran individu dan mendorong terjadinya komunikasi.
Terdapat enam bentuk konflik sosial yaitu: konflik pribadi, konflik kelompok, konflik antar
kelas, konflik rasial, konflik politik dan konflik budaya.
Berdasarkan tingkatannya, konflik sosial dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu : konflik
tingkat rendah, konflik tingkat menengah dan konflik tingkat tinggi. Agar supaya konflik
tersebut tidak menimbulkan disintegrasi dalam masyarakat, maka diperlukan upaya-
upaya untuk mengatasinya. Cara yang biasa ditempuh untuk mengatasi konflik tersebut
adalah melalui, konsiliasi, mediasi, arbitrasi, paksaan dan détente.

Modul 3. MANUSIA DAN LINGKUNGAN


1. SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Sejak masa prasejarah nenek moyang kita sudah mempunyai kemampuan merefleksikan
bagaimana dunia sekelilingnya mempengaruhi dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan mampu menjelaskan suatu
pandangan yang lebih bijak tentang hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungan alam.
Beberapa ahli ilmu pengetahuan alam menyatakan bahwa teknik-teknik baru yang
digunakan oleh manusia akan mampu mengontrol alam serta meningkatkan
kesejahteraan umat manusia di masa mendatang. Sebaliknya ahli-ahli lain berpendapat
bahwa kita masih sangat terikat dari “campur tangan alam.”
Secara hakikat pemikiran kondisi geografik, menolak gagasan yang mengatakan
lingkungan hidup mengontrol tindakan-tindakan manusia. Menurut pemikiran geografi
malah terjadi sebalinya, yakni bahwa manusia secara aktif merupakan agen dominan
yang mampu memanipulasi dan memodifikasi habitatnya (lingkungan sekitarnya).
Walaupun demikian kita tidak bisa lepas dari pengaruh alam.
Seacara sederhana dapat dikatakan bahwa suatu kebudayaan adalah keseluruhan
pandangan hidup suatu penduduk yang penekanannya pada standar yang idealis,
didesain oleh penduduk bagi kepentingannya.
Carl Ritter seorang tokoh yang sangat memperhatikan tentang sejarah perkembangan
kebudayaan umat manusia yang beranekaragam dipelbagai belahan dunia. Menurut
pendapatnya masyarakat manusia akan mengalami perkembangan dari bangsa
barbarisme, yang sangat kejam sampai menjadi bangsa yang beragama dan beradab.
Alexander Van Humblodt berdasarkan hasil studinya yang dilakukan tentang bentang
lahan, iklim, mencoba membahas adanya perbedaan kebudayaan antara satu masyarakat
dengan masyarakat lainnya.
Hipocrates, Aristoteles dan Jean Bodin menggambarkan adanya pengaruh setiap habitat
terhadap penduduknya. Sebagai contoh karena iklim di Eropa terdiri dari beberapa musim
hingga fisik orang-orang Eropa lebih besar daripada orang-orang Asia. Demikian juga
dalam hal perjuangan, organisasi maupun politik.
Dalam geografi adanya suatu pendekatan yang dikenal dengan inveronmentalisme.
Paham ini melaetakan pondasi yang terpenting dalam pandangannya bahwa aktivitas
manusia kondisinya sedemikian kuat atau dipengaruhi oleh lingkungan hidup.
Sedangkan Federik Ratzel seorang ahli geografi dan etnologi, merupakan orang pertama
yang menyanggah keyakinan kaum inveronmentalis, dalam argumentasi di salahsatu
essainya ia menegaskan posisi yang paling penting adalah faktor kebudayaan.
2. DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA
Bagi ahli geografi dampak manusia terhadap lingkungan alam sesungguhnya lebih
banyak diperhatikan bila dibandingkan dengan kaitannya isu-isu sosial.
Untuk memahami bagaiman asal mula perubahan energi dari satu makhluk ke makhluk
lain di bumi maka dapat digambarkan sebagai berikut: Kehidupan di bumi berasal dari
energi matahari. Melalui fotosintesa diubahlah energi ini ke dalam bentuk energi kimia di
dalam tumbuh-tumbuhan. Sebagai respon bagi kita untuk bertahan hidup, serta semua
makhluk hidup lainnya, maka kita makan tumbuh-tumbuhan tersebut dalam proses ini
energi kimia yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan ditaransformasi menjadi energi
gerak. Beberapa makhluk hidup memang tidak langsung makan tumbuh-tumbuhan.
Tetapi energi mereka didapatkan dengan cara memakan binatang serangga dan ikan,
bila ditelusuri kebelakang akhirnya sampai pada tanaman.
Semakin tinggi teknologi suatu masyarakat semakin bertambah besar tingkat
ketergantungannya pasa konsumsi energi dan semakin besar hilangnya panas. Maka
akan menciptakan lembaga pengrusakan pada biosfir atau oktosfir.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin pesat dorongan pertumbuhan
ekonomi berbagai negara mengakibatkan berbagai pemborosan sumber daya alam yang
berakibat kemorosotan kualitas lingkungan.
Pada saat ini terjadinya kemorosaotan kualitas lingkungan sudah menjangkau ke
berbagai segi kehidupan. Sebagai contohnya antara lain terjadinya ; mutasi gen
antar manusia terselubung, hujan asam, dampak rumah kaca, lobang lapisan ozon.
3. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Kemampuan lingkungan hidup sangat terbatas secara kuantitas atau jumlahnya.
Peraturan pengelolaan lingkungan hidup:Udang-undang No. 23 tahun 1997.
Pengertian lingkungan hidup (UU No 4 tahun 1982 atau No. 23 tahun 1997) sebagai
suatu kesatuan ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk
di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan
kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Komponen lingkungan hidup:
fisik,
biotis,
sosial,
ekonomi,
budaya dan
kesehatan masyarakat.
Azas Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup: pengelolaan lingkungan hidup untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan (berkelanjutan).
Setiap orang mempunyai kewajiban untuk dapat memelihara lingkungan hidup di muka
bumi.
Perangkat pengelolaan lingkungan: AMDAL, UKL, UPL.
Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan dengan memanfaatkan perangkat sukarela
dianggap sebagai gambaran kepedulian yang tinggi dalam upaya pengelolaan
lingkungan.
Permasalahan lingkungan telah mendapat perhatian yang luas di berbagai negara sejak
dasawarsa 1970-an hingga sekarang ini.
Konferensi lingkungan hidup sedunia di Stockholm tahun 1972 maka sampai sekarang
telah banyak dikeluarkan penanganan masalah lingkungan baik oleh masing-masing
negara maupun antar negara.
Isu-isu lingkungan telah menjadi isu seluruh dunia seperti rusaknya lapisan ozon, masalah
perubahan iklim global dan lain sebagainya. Ini semua menunjukkan bahwa dalam
melakukan pembangunan perlu dilakukan melalui pendekatan ekologis.
Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan, baik yang direncanakan
maupun di luar rencana, dapat menurunkan atau menghapus kemampuan lingkungan
untuk mendukung kehidupan kita pada tingkat kualitas hidup yang lebih tinggi.
Modul 4. INDIVIDU, KELOMPOK DAN KELEMBAGAAN
1. INDIVIDU DAN KELOMPOK SOSIAL
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan
manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu
(manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (sosial group) yang dilandasi oleh
kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.
Namun bukan berarti semua semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial.
Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu.
Macam-macam kelompok sosial meliputi :
1. klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial;
2. kelompok sosial dipandang dari sudut individu;
3. in group dan out group
4. primary group dan secondary group;
5. gemeinschalf dan geselfchaft
Primary group adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri kenal mengenal
antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Sedangkan yang
dimaksud pengertian secondary group adalah kebalikan dari primary graoup. Secondary
group sebagai kelompok-kelompok yang besar, yang terdiri banyak orang antara siapa
hubungannya tak perlu berdasarkan kenal mengenal secara pribadi dan sifatnya tidak
begitu langgeng.
Tonnies dam Loomis menyatakan bahwa gemeinschalf adalah bentuk kehidupan
bersama di mana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar
dari hubungan tersebut adalah rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan.
Contoh bentukgemeinschalf dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan dan rukun
tetangga. Sedangkangesefchaft adalah kebalikannya, yaitu berupa ikatan lahir yang
bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan strukturnya
bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam mesin. Contoh bentuk geselfchaft ini
terdapat bentuk utama hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik. Seperti
ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, industri dan lain-lain.
Di samping ada kelompok sosial juga terdapat sistem sosial dalam bentuk piramida
sebagai berikut :
lapisan sosial atas (upper)
lapisan sosial menengah (midle)
lapisan sosial rendah (lower)
2. KELEMBAGAAN (SOSIAL INSTITUTION)
Beberapa pendapat para ahli sosiologi tentang pengertian kelembagaan (Sosial
Institution). Menurut Soerjono Soekanto (1982;191) mendefenisikan bahwa lembaga
kemasyarkatan adalah “sesuatu bentuk dan sekaligus mengandung pengertian-
pengertian yang abstrak perihal norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu yang
menjadi ciri-ciri dari lembaga kemasyarakatan. Sedangkan menurut
Koentjaraningrat (1984:165) adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku masyarakat.
Pranata sosial diberi arti sebagai sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada
aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam
kehidupan masyarakat.
Lembaga kemasyarakatan terbentuk melalui proses disebut sebagai lembaga
institusional, atau kelembagaan nilai-nilai yang dibentuk untuk membantu hubungan
antar manusia di dalam masyarakat. Nilai-nilai yang mengatur tersebut dikenal dengan
istilah norma yang mempunyai kekuatan mengikat dengan kekuatan yang berbeda-beda.
Norma-norma tersebut dapat dibedakan seperti berikut : cara (ussage), kebiasaan
(folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom).
Lembaga kemasyarakatan disamping seperti yang dijelaskan tersebut di atas, lembaga
kemasyarakatan juga memiliki ciri-ciri dan tipe-tipe berdasarkan: pelembagaannya,
sistem nilai, penyebarannya dan bagaimana penerimaan di masyarakat.
Dalam lembaga kemasyarakatan juga terdapat social control (sistem pengendalian sosial)
yang dilakukan bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan
perubahan-perubahan dalam masyarakat, baik yang bersifat preventif maupun represif.
Modul 5. KONSEP WAKTU, PERUBAHAN, DAN KEBUDAYAAN
1. PEMBELAJARAN KONSEP WAKTU
Tugas Sejarah:
membuka kegelapan masa lampau manusia, memaparkan kehidupan manusia, dalam
berbagai aspek kehidupan dan mengikuti perkembangannya dari masa yang paling tua
hingga kini dan untuk dijadikan pedoman di masa kini dan masa yang akan datang.
Konsep waktu dalam sejarah mempunyai arti kelangsungan (continuity) dan satuan atau
jangka berlangsungan perjalanan waktu (duration). Kelangsungan waktu atas kesadaran
manusia, terhadap waktu dibagi menjadi tiga dimensi yaitu : waktu yang lalu, waktu
sekarang, dan waktu yang akan datang di dalam satu kontinuitas.
Dimensi waktu dalam sejarah adalah penting sekali karena peristiwa yang menyangkut
masyarakat manusia terjadi atau berlangsung dalam dimensi ruang dan waktu. Akan
tetapi karena tak dapat ditentukan kapan waktu berawal dan kapan waktu berakhir, maka
terbatasnya konsep tentang kelangsungan waktu itu lalu dibatasi dengan awal dan
akhir atas dasar kesadaran manusia yang disebut periode atau kurun waktu atau babakan
waktu. Babakan waktu juga dinamai penzaman, serialisasi, periodesasi dan masa.
Sejarah lokal merupakan sejarah yang terjadi di satu tempat saja. Pengaajaran sejarah
lokal sangat penting guna menumbuhkan rasa kecintaan terhadap daerahnya sendiri.
2. PEMBELAJARAN KONSEP PERUBAHAN
Perubahan merupakan gejala yang umum terjadi pada masyarakat manusia, tidak ada
satu masyarakat pun yang benar-benar statis, cepat atau lambat semua masyarakat akan
mengalami perubahan.
Ada dua macam perubahan, yaitu perubahan sosial dan kebudayaan.
Perubahan sosial adalah perubahan lembaga-lembaga, kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang sistem sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku
di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan mencakup: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan
sejenisnya bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk dan aliran-aliran organisasi
sosial.
Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai aspek yang sama, yaitu kedua-duanya
bersangkut paut dengan penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dari cara-cara
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perubahan itu ada yang
berjalan lambat, ada juga yang berjalan cepat.
Disamping itu ada perubahan yang kecil pengaruhnya dan ada yang besar, serta ada
perubahan yang dikehendaki dan ada pula perubahan yang tidak dikehendaki dan tidak
direncanakan.
Sebab-sebab terjadinya perubahan ada yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri
dan ada yang berasal dari luar masyarakat. Disamping itu ada juga sejumlah faktor yang
mendorong jalannya perubahan dan ada juga sejumlah faktor yang menghalangi
terjadinya perubahan.
3. PEMBELAJARAN KONSEP KEBUDAYAAN
Kebudayaan disebut superorganis karena walaupun kebudayaan adalah hasil ciptaan
manusia tetapi budaya menguasai manusia.
Kebudayaan hanya dinilai oleh masyarakat manusia yang tidak diturunkan secara biologis
tetapi melallui proses belajar, yang didukung, diteruskan melalui masyarakat.
Kebudayaan juga merupakan pernyataan atau perwujudan kehendak, perasaan dan
pikiran manusia.
Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang universal, yang artinya unsur-unsur kebudayaan
ini dimiliki oleh semua budaya-budaya manusia yang ada di muka bumi ini, dari
masyarakat sederhana sampai masyarakat modern.
Unsur-unsur kebudayaan universal meliputi: sistem bahasa, sistem peralatan dan
perlengkapan hidup manusia atau sistem teknologi, sistem mata pencaharian hidup atau
sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, sistem pengetahuan,
sistem religi dan sistem kesenian.
Unsur kebudayaan universal itu mempunyai tiga wujud yang menurut Koentjaraningrat
wujud kebudayaan itu dapat berupa sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik.
Kebudayaan dari waktu ke waktu selalu berubah karena adanya faktor-faktor dari dalam
masyarakat yang meliputi discovery , invention, inovasi, dan enkulturasi serta faktor-
faktor yang berasal dari luar masyarakat yang meliputi difusi, akulturasi dan asimilasi.

Modul 6. PRODUKSI, KONSUMSI, DISTRIBUSI DAN EKONOMI KERAKYATAN


1. PRODUKSI
Produksi dalam arti yang luas diidentifikasikan sebagai setiap tindakan yang ditujukan
untuk menciptakan dan menambah manfaat atau nilai guna barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
1 Tindakan yang dimaksud meliputi: mengubah bentuk barang, memindahkan suatu
barang dari suatu tempat ke tempat lain, mengatur waktu penggunaan suatu barang dan
menciptakan suatu jasa.
2 Proses produksi hanya bisa berlangsung jika terpenuhinya factor-faktor produksi yang
diperlukan.
3 Faktor produksi yang dimaksud terdiri dari sumber daya alami (land), modal (capital),
tenaga kerja (labour), dan kewirausahaan (entrepreneurship).
Fungsi produksi merupakan hubungan antara input yang berupa sumber daya
perusahaan dengan output yang berupa barang dan jasa. Fungsi produksi terikat pada
hukum yang disebut “law of diminishing returns”. Hukum tersebut menjelaskan pertautan
antara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan.
2. DISTRIBUSI DAN KONSUMSI
Distribusi adalah setiap upaya yang dilakukan baik oleh orang maupun lembaga yang
ditujukan untuk menyalurkan barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen.
Saluran distribusi merujuk pada proses pemilihan atau rute yang akan ditempuh oleh
suatu produk ketika produk tersebut mengalir dari produsen ke konsumen.
Kegiatan distribusi, secara ekonomis merupakan suatu kegiatan ekonomi yang berupaya
menambah manfaat atau nilai guna suatu barang melalui proses pemindahan tempat dan
pengaturan waktu.
Melalui kegiatan ini suatu produk akan disalurkan pada tempat dan waktu yang tepat.
Berdasarkan intensitasnya saluran distribusi dapat dibedakan atas tiga bentuk yaitu
saluran intensif, selektif dan eksklusif.
Lembaga-lembaga distribusi yang paling umum antara lain grosir, agen dan pedagang
eceran.
Konsumsi adalah tindakan menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang dan
jasa.
Kegiatan konsumsi merupakan tindakan pemuasan atas berbagai jenis tuntutan
kebutuhan manusia.
Pola konsumsi seseorang akan berubah-ubah sesuai dengan naik turunnya pendapatan.
Variasi pola konsumsi seorang konsumen selalu ditujukan untuk memperoleh kepuasan
yang maksimum. Kepuasan itu sendiri dalam pengertian yang sebenarnya sukar untuk
diukur. Atas dasar itulah dalam teori keseimbangan konsumsi dimulai dengan beberapa
dugaan.
Perilaku konsumen akan sejalan dengan hukum permintaan, dan hal ini hanya berlaku
apabila syarat-syarat terpenuhi (cateris paribus).
Dalam mempelajari perilaku konsumen tersebut dapat dilakukan melalui dua pendekatan
yaitu indifference curve approach dan marginal utiliyapproach.
3. EKONOMI KERAKYATAN
Gagasan ekonomi keralyatan dikembangkan sebagai upaya alternatif dari para ahli
ekonomi Indonesia untuk menjawab kegagalan yang dialami oleh Negara-negara
berkembang termasuk Indonesia dalam menerapkan teori pertumbuhan.
Penerapan teori pertumbuhan telah membawa kesuksesan di negara-negara kawasan
Eropa ternyata telah menimbulkan kenyataan lain di sejumlah bangsa yang berbeda.
Salah satu harapan agar hasil dari pertumbuhan tersebut bisa dinikmati sampai pada
lapisan masyarakat paling bawah, ternyata banyak rakyat di lapisan bawah tidak selalu
dapat menikmati cucuran hasil pembangunan yang diharapkan itu. Bahkan di kebanyakan
Negara-negara yang sedang berkembang, kesenjangan sosial-ekonomi semakin melebar.
Dari pengalaman ini, akhirnya dikembangkan berbagai alternatif terhadap konsep
pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan. Pertumbunhan ekonomi tetap
merupakan pertimbangan prioritas, tetapi pelaksanaannya harus serasi dengan
pembangunan nasional yang berintikan pada manusia pelakunya.
Pembangunan perlu berorientasi kerakyatan dan berbagai kebijaksanaan yang berpihak
pada kepentingan rakyat. Dari pernyataan tersebut jelas sekali bahwa konsep, ekonomi
kerakyatan dikembangkan sebagai upaya untuk lebih mengedepankan masyarakat.
Dengan kata lain konsep ekonomi kerakyatan dilakukan sebagai sebuah strategi untuk
membangun kesejahteraan dengan lebih mengedepankan masyarakat. Dengan kata lain
konsep ekonomi kerakyatan dilakuka sebagai sebuah strategi untuk membangun
kesejahteraan dengan lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu strategi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Konsep ini merupakan paradigma baru yang bersifat people-centered, participatory,
empowering,and sustainable. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan ekonomi
dimaksudkan untuk (1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang, (2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat, (3) melindungi yang lemah dalam menghadapi yang kuat.
Ada tiga dasar yang melandasi konsep pembangunan yang berpusat pada rakyat, yaitu :
1. memusatkan pemikiran dan tindakan kebijaksanaan pemerintah pada penciptaan
keadaan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha-usaha rakyat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dan untuk memecahkan masalah-
masalah mereka sendiri pada tingkat individual, keluarga dan komunitas.
2. mengembangkan struktur-struktur dan proses-proses organisasi yang berfungsi
menurut kaidah-kaidah sistem yang swa-organisasi.
3. mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi secara territorial
yang berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendalian lokal.
Modul 7. KEKUASAAN NEGARA, PEMERINTAH DAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN
1. KONSEP KEKUASAAN NEGARA
· Konsep kekuasaan Negara berawal dari teori kedaulatan Tuhan, kedaulatan Negara,
kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat.
· Kemerosotan teori kedaulatan Tuhan berasal dari pertentangan yang timbul dari
konsepsi bahwa raja bertindak atas nama Tuhan dengan kekuasaan yang tidak terkontrol,
maka melahirkan diktatorisme. Kondisi ini antara lain menjadi factor munculnya dan
berkembangnya teori kedaulatan Negara.
· Teori kedaulatan Negara menyatakan bahwa kekuasaan hanya ada pad Negara baik
bersifat absolute maupun terbatas. Disamping factor-faktor kemasyarakatan juga ada
factor ideal yaitu hokum, kesadaran hokum dan rasa keadilan.
· Teori kedaulatan Hukum menyatakan bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam
suatu Negara adalah hokum, kedaulatan itu berada ditangan hokum bahkan yang
merupakan kekuasaan tertinggi di dalam suatu Negara itu adalah hokum itu sendiri.
· Teori kedaulatan Rakyat menyatakan bahwa yang memiliki kedaulatan itu adalah
rakyat, hal ini mlahirkan teori demokrasi yang berkembang mempengaruhi terhadap
perkembangan sistem pemerintahan yang modern.
· Tuntutan reformasi sebagai alat control penyimpangan penggunaan kekuasaan, namun
dalam kenyataannya cenderung dijadikan perebutan kekuasaan oleh para elit politik
sehingga belum menunjukkan arah yang sebenarnya.
· Perkembangan teori kedaulatan yang berhubungan tersebut bahkan berkembang atas
dasar kritik kelemahan dari suatu teori kedaulatan, bahkan lahirnya suatu teori
kedaulatan merupakan koreksi dari penyempurnaan dari teori kedaulatan yang lain.
2. PEMBELAJARAN KONSEP KEKUASAAN DAN PEMERINTAHAN NEGARA
Untuk mewujudkan tujuan Negara sangat terkait dengan kekuasaan dan
penyelenggaraan pemerintahan Negara;
Negara sebagai organisasi kekuasaan yang tertinggi dalam masyarakat, kekuasaaan
tersebut dijalankan oleh suatu sistem pemerintahan. Selanjutnya pemerintah memiliki
kekuasaan yang diberikan oleh Negara untuk mencapai tujuan Negara harus melalui
mekanisme sistem politik;
Kekuasaan Negara dalam perwujudannya harus melalui sistem yang dilengkapi dengan
alat control yang kuat dan efektif, maka diperhatikan alat control yang efektif pula. Pada
umumnya pemegang kekuasaan cenderung tidak dapat menjalankan sesuai dengan
prinsip dasar pemegang kekuasaan;
Kajian tentang kekuasaan dalam suatu Negara maka hal ini harus dibedakan dengan
kekuasaan dan sistem pemerintahan, dan yang dimiliki oleh lembaga kenegaraan lainnya,
karena derajat dan kekuatannya serta legitimasinya, kekuasaan Negara lebih tinggi
daripada kekuasaan pemerintah;
Pembagian kekuasaan salah satu upaya untuk membatasi atau melemahkan kekuasaan
penguasa, supaya kekuasan itu tidak disalahgunakan, sangat efektif untuk mencegah
praktik penyalahgunaan kekuasaan atau bertindak otoriter;
Hubungan internasional dan lembaga internasional, seperti lembaga hak azasi manusia
dapat memberikan control terhadap praktik penyalahgunaan kukuasaan, untuk itu dapat
salah satu upaya membatasi kekuasaan terhadap sistem pemerintahan.
3. HUBUNGAN OTONOMI DAERAH, DESENTRALISASI PENDIDIKAN SERTA
PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI GURU IPS SD
Otonomi daerah sebagai realisasi perwujudan dari azas desentralisasi akan membawa
konsekuensi terhadap dampak penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam hal
penetuan kebijakan bagi daerah yang bersangkutan termasuk terhadap penyelenggaraan
kebijakan pendidikan. Konsep otonomi daerah merupakan bagian esensial pemerintahan
desentralisasi, sedangkan otonomi daerah adalah esensi pemerintahan desentralisasi.
Pemerintahan desentralisasi tidak dapat dibayangkan tanpa esensi otonomi daerah.
Sedangkan hakikat otonomi daerah itu adalah :
hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak tersebut bersumber
dari wewenang pangkal dan urusan-urusan pemerintahan pusat yang diserahkan kepada
daerah. Yang dimaksud sendiri di sini adalah penetapan kebijakan sendiri, pelaksanaan
sendiri serta pembiayaan danpertanggungjawaban sendiri,. Inilah yang menjadi inti
otonomi;
dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri,
daerah tidak dapat menjalankan dan wewenang otonominya itu di luar batas-batas
wilayah daerahnya;
daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mngurus rumah tangga daerah lain
sesuai wewenang pangkal dan urusan yang diserahkan padanya;
otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan mengurus rumah
tangga sendiri tidak merupakan subordinasi hak mengatur dan mengurus rumah tangga
daerah lain.
Sedangkan tujuan pemberian otonomi kepada daerah meliputi, 4 aspek, yaitu :
a) dari segi politik adalah untuk mengikutsertakan dan menyalurkan inspirasi dan aspirasi
masyarakat, baik untuk kepentingan daerah sendiri maupun untuk mendukungpolitik dan
kebijaksanaan nasional dalam rangka pembangunan dan proses demokratisasi di lapisan
bawah;
b) dari segi manajemen pemerintahan adalah untuk meningkatkan day guna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam memberikan pelayanan terhadap
masyarakat dengan memperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang kebutuhan
masyarakat.
c) Dari segi kemasyarakatan, untuk meningkatkan partisipasi serta menumbuhkan
kemandirian masyarkat dengan melakukan usaha pemberdayaan masyarakat, sehingga
masyarakat makin mandiri, tidak terllalu banyak bergantung pada pemberian
pemerintayh serta memiliki daya saing yang kuat dalam proses penumbuhannya;
d) Dari segi ekonomi pembangunan adalah untuk melancarkan pelaksanaan program
pembangunan guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang makin meningkat.
Tujuan desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah untuk meningkatkan pemerataan
kesempatan, efisien, mutu dan relevansi pendidikan. Perubahan kelembagaan dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pernecanaan dan
pelaksanaan pada unit-unit kerja di daerah, sehingga unsur demokrasi di daerah
berkembang. Sehubungan dengan itu dibentuk Dinas baru yang menangani pendidikan
dan kebudayaan. Dinas tersebut merupakan penggabungan/peleburan dan bukan
perluasan dari Dinas P & K. aparat “Dinas” tersebut dipilih atas dasar kemampuan
professional dan berasal dari unsure-unsur Dinas P & K, Kandep Dikbud dan Kandepag
serta lembaga-lembaga lain yang relevan. Dengan kondisi seperti ini akan menuntut
peran dan fungsi guru IPS dalam meningkatkan professionalismenya.
Modul 8. KONSEP ILMU, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT DALAM PENGAJARAN IPS
1. PENDEKATAN KONSEP ILMU, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT DALAM PEMBELAJARAN
IPS
Kebudayaan konsep ilmu, teknologi dan kemasyarakatan semakin penting dalam era
masyarakat modern yang banyak menimbulkan masalah-masalah kompleks. Kenyataan
ini akan semakin dirasakan apabila dalam penjelasannya memberi informasi lebih jauh
bahwa pemecahan masalah-masalah tersebut mengkehendaki adanya kedudukan dari
berbagai disiplin ilmu.
IPS sebagai mata pelajaran di lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat
strategis. Hal ini terbukti dengan banyak ide atau pemikiran dari para ahli seperti Robert
E. Yager yang memasukan ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) baik sebgai bidang
penerapan dan hubungan, kreativitas dan sikap maupun konsep dan proses. Remy (1990)
mengemukakan konsep ITM memberikan kontribusi secara langsung terhadap misi pokok
IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga negara yang : (1) memahami ilmu
pengetahuan di masyarakat, (2) pengambilan keputusan warga negara, (3) membuat
hubungan antar pengetahuan, (4) mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa
beradab.
Melalui studi “Project Synthesis”, Noris Harms mengembangkan tujuan IPS untuk
pendidikan sebagai berikut : (1) IPS umtuk memenuhi kebutuhan pibadi individu, (2) IPS
untuk memecahkan persoalan-persoalan kemasyarakatan masa kini; (3) IPS untuk
membantu dalam memilih karir, (4) IPS untuk mempersiapkan studi lanjutan.
Ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) merupakan istilah yang diterapkan sebagai upaya
untuk memberikan wawasan kepada siswa secara nyata dalam mengkaji ilmu
pengetahuan: konsep ITM mencakup keseluruhan spektrum tentang peristiwa-peristiwa
kritis dalam konsep pendidikan, meliputi tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran,
evaluasi dan persiapan serta penampilan guru. Ciri dasar keeberadaan ITM adalah
lahirnya warga negara yang berpengetahuan yang mampu memecahkan masalah-maslah
krusial dan mengambil tindakan secara efisien dan efektif.
2. PENDEKATAN DAN STRATEGI KONSEP ILMU, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT DALAM
PENGAJARAN IPS SD
Pendekatan yang digunakan dalam pengajaran IPS untuk proses pembelajaran ITM
adalah interdisipliner atau multidisipliner. Artinya dalam proses belajar mengajar di kelas
IPS, para siswa seyogyanya diajak, dibina dan didorong agar dalam mengkaji atau
memecahkan masalah atau topik, dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Ada dalam
pengajaran IPS, yakni: (1) infusi ITM ke dalam mata pelajaran yang ada, (2) perluasan
melalui topik kajian dalam mata pelajaran, dan atau (3) penciptaan/pembuatan mata
pelajaran yang baru. Sedangkan karakteristik dari program internal ITM dalam IPS terdiri
atas empat kategori sebagai berikut : (1) hasilnya dinyatakan secara jelas, (2) strategi
organisasi, (3) sistem dukungan, (4) strategi instruksional.
Modul 9. MODEL INTERAKTIF DAN SUMBER PEMBELAJARAN IPS
1. MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS
Pengembangan model pembelajaran interaktif dalam IPS dapat dilakukan oleh guru pada
semua pokok bahasan, dengan syarat harus memperhatikan sembilan hal, yaitu :
motivasi, pemusatan perhatian, latar belakang siswa dan konteksitas materi pelajaran,
perbedaan individual siswa, belajar sambil bermain, belajar sambil bekerja, belajar
menemukan dan memecahkan permasalahan serta hubungan sosial. Dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang interaktif, guru berperan sebagai pengajar, motivator,
fasilitator, mediator, evaluator, pembimbing dan agen pembaharu. Dengan demikian,
kedudukan siswa dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas memiliki peran aktif,
dimana aktivitasnya dapat diukur dari kegiatan memperhatikan, mencatat, bertanya,
menjawab, mengemukakan pendapat dan mengerjakan tugas, baik tugas kelompok
maupun tugas individual. Dalam situasi belajar yang demikian, siswa akan mendapatkan
pengalaman yang berkesan, menyenangkan dan tidak membosankan.
Guru dalam proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangjan teknik
bertanya efektif atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada
siswa. Sifat pertanyaan dapat mengukapkan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri, sehingga
melalui pertanyaan yang diajukan, siswa dikembangkan kemampuannya ke arah berfikir
kreatifdalam menghadapi sesuatu. Beberapa komponen yang harus dikuasai oleh guru
dalam menyampaikan pertanyaan yaitu : pertanyaan harus mudah dimengerti oleh siswa,
memberi acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran, pemberian
waktu berfikir kepada siswa serta pemberian tuntunan. Sedangkan jenis pertanyaan
mengembangkan modeldialog kreatif ada enam jenis yaitu : pertanyaan mengingat,
mendeskrisikan, menjelaskan, sintesa, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk
meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya mengajukan
pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan
jawabannya dan menjadi dinding pemantul atas jawaban siswa.
2. SUMBER PEMBELAJARAN DALAM PIPS
Belajar mengajar merupakan dua konsep yang saling terkait dalam proses belajar
mengajar dan efektivitasnya dapat tercapai dengan memanfaatkan sumber
pembelajaran. Sumber pembelajaran IPS dapat menggunakan buku sumber (buku teks,
majalah atau koran dan media massa lainnya), media dan alat pengajaran, situasi dan
kondisi kelas serta lingkungan.
Bagi guru IPS buku sumber bukan satu-satunya sumber pembelajaran yang dapat
digunakan, karena buku sumber pada umumnya memuat informasi yang sudah lama.
Media dan alat peraga dalam pengajaran merupakan sumber pembelajaran yang dapat
membantu guru dalam melaksanakan perannya sebagai demonstrator. Manfaat media
atau alat pembelajaran adalah : mengurangi verbalisme, memusatkan perhatian siswa,
mudah diingat, membantu pemahaman siswa serta mendorong untuk melakukan diskusi.
Media pembelajaran yang digolongkan atas 3 kelompok yaitu : media dengar (visual
aids), media pandang (auditive aids) dan media raba atau gerak (motor aid). Tetapi
dalam pelaksanaannya terdapat multi media yang mencakup ketiga jenis media tersebut.
Kelas dapat dijadikan sumber pembelajaran sangat bergantung kepada guru dalam
melaksanakan perannya sebagai pengelola kelas. Kelas tidak hanya berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya PBM, tetapi berfungsi pula sebagai pameran hasil kerja siswa
atau pajangan kelas. Hasil kerja siswa yang dipajangkan adalah yang memuat pesan
secara jelas, menunjang kegiatan belajar mengajar, menimbulkan minat dan perhatian
siswa dan adanya peraturan untuk menggunakannya.
Lingkungan sebagai sumber pembelajaran menuntut kreativitas guru untuk
memanfaatkannya dan mengeliminasi kebiasaan mengajar yang rutinitas dan menoton.
Terdapat empat jenis sumber pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan,
yaitu: masyarakat, lingkungan fisik, bahan sisa atau limbah dan peristiwa alam dan sosial.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran mendorong siswa untuk berfikir
logis, sistematis dan logis, karena dari lingkungan muncul berbagai fenomena yang
menarik dan menantang bagi siswa, oleh karena itu guru dituntut memiliki keterampilan
membawa lingkungan ke dalam kelas dan atau membawa siswa ke luar kelas

RESUME PENDIDIKAN IPS DI SD


HAKIKAT, LANDASAN, DAN KURIKULUM PENDIDIKAN IPS DI SD

Pendahuluan
Hakikat dan Tujuan, Landasan, dan Perkembangan Kurikulu IPS bukanlah hal yang benar-
benar baru. Namun, sebagai guru professional hakikatnya adalah menjadi agen
pembaharuan yang berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai dalam
masyarakat dan sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Menjadi guru IPS yang baik
seorang guru diharapkan memiliki dasar-dasar pembelajaran IPS karena membelajarkan
IPS di SD bukan berarti mengajarkan ilmu-ilmu sosial, melainkan membelajarkan konsep-
konsep esensi ilmu sosial untuk membentuk peserta didik menjadi warga Negara yang
baik.
Tujuan Pembelajaran Umum setelah mempelajari bahasan ini adalah kita diharapkan
dapat menganalisis Hakikat Pendidikan IPS SD. Secara khusus dapat diperinci dalam
bentuk perilaku sebagai berikut.
1. Menjelaskan Hakikat dan Tujuan pendidikan IPS di SD.
2. Menjelaskan Landasan Pendidikan IPS di SD
3. Menjelaskan perkembangan Kurikulum Pendidikan IPS di SD

KEGIATAN BELAJAR 1
Hakikat dan Tujuan Pendidikan IPS

Setiap orang sejak lahir, tidak terpisahkan dari manusia lain, khususnya dari kedua orang
tuanya. Sejak itu si bayi telah melakukan hubungan dengan orang lain. Hubungan sosial
telah terjadi. Sesuai dengan penambahan umur dan pengalaman maka hubungan sosial
itu semakin meluas. Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang itu dapat dirangkum
sebagai “Pengetahuan Sosial”. Pengalamannya di masyarakat dan bermasyarakat telah
membentuk pengetahuan sosial dalam dirinya masing-masing. Sedangkan “Pengetahuan
Sosial” secara resmi baru diketahui setelah kita secara formal bersekolah.
A. HAKIKAT PENDIDIKAN IPS DI SD
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukanlah disiplin ilmu melainkan suatu program
pengajaran atau mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya
mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial (ilmu sejarah, ilmu geografi, ilmu ekonomi, dan
ilmu sosiologi) dan humaniora (aspek norma, nilai, bahasa, seni, dan budaya)
Meskipun pengetahuan sosial sesungguhnya sudah melekat pada diri seseorang namun
IPS perlu dipelajari dan diajarkan kepada peserta didik. Hal ini dikarenakan pengetahuan
sosial alamiah itu belum cukup mengingat kehidupan masyarakat dengan segala
persoalannya itu makin berkembang. Untuk menghadapi perkembangan yang terus
menerus tersebut diperlukan pendidikan formal, khususnya pendidikan IPS di sekolah.
B. TUJUAN PENDIDIKAN IPS DI SD
Pendidikan IPS bertujuan “membina peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial, yang berguna bagi dirinya
sendiri serta bagi masyarakat dan negara”. Untuk merealisasikan tujuan ini maka proses
pembelajaran IPS tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek akhlak (afektif) dalam
menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan,
hambatan, dan persaingan.
Melalui pendidikan IPS peserta didik dibina dan dikembangkan kemampuan mental
intelektualnya menjadi warga negara yang berketerampilan dan berkepedulian social
serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Guru IPS di SD perlu memiliki wawasan tujuan dan arah yang hendaknya
dipertimbangkan ketika mengembangkan materi pembelajaran. Lima kriteria dalam
mengembangkan materi pembelajaran yaitu Pembelajaran IPS di SD hendaknya:
- Mengembangkan kemampuan memahami berbagai fenomena sosial yang akan
berguna dalam proses pengambilan keputusan.
- Mengembangkan kemampuan komunikasi social yakni keterampilan menangkap
berbagai fenomena social.
- Mengembangkan kemampuan dasar dalam memecahkan masalah social
- Mengembangkan kemampuan sikap peka, tanggap, dan adaftif tetapi tetap kritis
yaitu mampu menggunakan logika dan fakta dalam mengambil kesimpulan/keputusan.
(mencari sebab, memprediksi, menganalisis, melihat keterpaduan berbagai fenomena
serta menganalisis secara logis dan sistematis)
- Mengembangkan kemampuan menganalisis masalah social secara terpadu.
Adapun fungsi IPS sebagai pendidikan yaitu:
- Membekali peserta didik dengan pengetahuan social yang berguna yang dapat
diterapkan sehari-hari,
- Mengembankan keterampilan terutama keterampilan social, keterampilan
intelektual,
- mengembangkan kepedulian social
KEGIATAN BELAJAR 2
Landasan Pendidikan IPS SD

A. LANDASAN PENDIDIKAN IPS SEBAGAI PENDIDIKAN DISIPLIN ILMU


1. Landasan Filosofis: Memberikan gagasan pemikiran mendasar yang digunakan
untuk menentukan objek kajian (domain) yang menjadi kajian pokok dan dimensi
pengembangan Pendidikan IPS sebagai disiplin ilmu (aspek ontologis/bersifat kongkret),
bagaimana cara, proses, atau metode membangun Pendidikan IPS hingga dapat
menentukan pengetahuan mana yang dianggap benar, sah, valid, atau terpercaya (aspek
epistemologis/hakikat rasional), tujuan dan manfaat dari pendidikan IPS ini (aspek
aksilogis/nilai/bagaimana manusia menggunakan ilmunya).
2. Landasan Ideologis: Sistem gagasan untuk memberi pertimbangan dan menjawab
pertanyaan; (1) Keterkaitan antara das sein/fakta pendidikan IPS sebagai disiplin ilmu
dengan das sollen/teori pendidikan IPS, (2) Keterkaitan antara teori-teori pendidikan
dengan hakikat dan praksis etika, moral, politik, dan norma-norma perilaku dalam
membangun dan mengembangkan pendidikan IPS.
3. Landasan Sosiologis: Sistem gagasan mendasar untuk menentukan cita-cita,
kebutuhan, kepentingan, kekuatan, aspirasi, serta pola kehidupan masa depan melalui
interaksi social yang akan membangun teori/prinsip pendidikan IPS sebagai pendidikan
disiplin ilmu.
4. Landasan Antropologis: Sistem gagasan mendasar dalam menentukan pola,
system, dan struktur pendidikan disiplin ilmu sehingga relevan dengan pola, system, dan
struktur kebudayaan. Landasan ini memberikan dasar sosio-kultur masyarakat terhadap
IPS sebagai pendidikan disiplin ilmu.
5. Landasan Kemanusiaan: Sistem gagasan mendasar untuk menentukan karakter
ideal manusia. Landasan ini penting karena pada dasarnya proses pendidikan adalah
proses memanusiakan manusia.
6. Landasan Politis: menentukan arah dan garis kebijakan dalam politik pendidikan
dari pendidikan IPS. Peran dan keterlibatan pihak pemerintah dalam landasan ini sangat
besar sehingga tidak mungkin steril dari campur tangan birokrasi.
7. Landasan Psikologis: menentukan cara-cara Pendidikan IPS membangun struktur
tubuh disiplin pengetahuannya, baik dalam tataran personal maupun komunal berdasar
entitas psikologisnya.
8. Landasan Religius: tentang nilai-nilai, norma, etika, dan moral yang menjadi jiwa
(ruh) yang melandasi Pendidikan IPS, khususnya di Indonesia. Landasan religious
diterapkan di Indonesia menghendaki adanya keseimbangan antara pengembangan
materi yang bersumber dari intraceptive knowledge dengan extraceptive knowledge
B. LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN IPS SD
1. Landasan Filosofis Guru IPS dalam Perubahan Zaman
Untuk mengimbangi perkembangan dan kemajuan zaman, guru harus mampu melakukan
seleksi aneka kecenderungan peserta didik dalam mengarahkan proses pembelajaran
pendidikan IPS. Guru harus pandai memanfaatkan kemajuan ini tetapi tetap dalam
koridor kurikulum yang dipakai.
Ada dua aliran filsafat ekstremitas yakni sikap reaksioner (hati-hati dan takut
pembaharuan) dan sikap radikal (sangat mendukung pembaharuan). Menyikapi hal itu,
guru IPS dapat menempati salah satu dari empat titik utama yang terletak diantara dua
ekstremitas tersebut, yaitu:
a. Perenialisme: keyakinan adanya kebenaran yang sifatnya abdi dan mutlak. (faham
ini berakar pada filsafat Thomas Aquino)
b. Esensialisme: faham bahwa ada hakikat minimum tertentu yang harus
dipertahankan sekolah (hasil endapan pengetahuan dan kebijaksanaan masa lampau)
yang perlu diestafetkan.
c. Progresivisme: faham bahwa sesuatu harus dilakukan secara ilmiah, dan sekolah
sebagai pendahulunya. (faham John Dewey terhadap pragmatism)
d. Rekonstruksionisme: mirip progresivisme tetapi lebih maju, secara kongkrit lebih
mendekati tujuan ideal yaitu sekolah menjadi pelopor usaha pembaharuan masyarakat.
2. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum Pendidikan IPS SD
Penyusunan kurikulum pendidikan IPS di SD, langkah awalnya didasarkan pada
penetapan landasan filsafat apa yang akan digunakan. Perlu ditekankan bahwa landasan
filosofis yan akan digunakan harus sesuai dengan corak budaya masyarakat.
Pendidikan IPS di SD merupakan suatu synthetic antara disiplin ilmu pendidikan dan
disiplin ilmu social maka pengembangannya diarahkan untuk tujuan pendidikan
khususnya pendidikan dasar. Pada tahap penyajiannya harus disesuaikan dengan
landasan edukatif pendidikan IPS di SD. Artinya materi yang diberikan harus dilakukan
proses penyederhanaan dengan mempertimbangkan psikologis atau tingkat kematangan
peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut, factor dan unsur-unsur yang terkandung dalam pendidikan
IPS bermuara pada tujuan. Dimana tujuan itu meliputi pengembangan intelektual,
kemampuan individual serta peranannya dalam masyarakat. Dalam tradisi
pengembangan kurikulum pendidikan IPS SD di Indonesia dipengaruhi berbagai aliran
filsafat, diantaranya:
a. Aliran filsafat esensialisme. Kecemerlangan ilmu harus menjadi kepedulian setiap
generasi sebab hanya melalui penguasaan ilmu, masyarakat akan
berkembang. Pengaruh pemikiran filsafat ini adalah:
- Pendidikan IPS disajikan secara terpisah dengan keilmuannya itu sendiri
- Memandang bahwa sasaran utama sekolah adalah memperkenalkan peserta didik
pada karakteristik dasar alam semesta yang sudah mapan dengan cara mewariskan
budaya yang sudah berkembang sepanjang zaman.
- Menempatkan peserta didik sebagai peserta yang menerima warisan nilai yang
ditransmisikan guru.
b. Aliran filsafat eklekitikisme. Merupakan perpaduan antara esensialis dengan
campur tangan kepentingan pendidikan. Pendidikan IPS dikembangkan dalam bentuk
pendekatan korelasi dan terpadu.
c. Aliran filsafat perenialisme. Liberal arts artinya pengembangan intelektualisme
didasarkan dan ditujukan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur
bangsa, berbicara tentang keagungan dan kejayaan bangsa. Menghendaki adanya
pewarisan nilai dari generasi ke generasi. Menekankan pada transfer of culture.
d. Aliran filsafat progressivisme. Tujuan utama sekolah adalah untuk meningkatkan
kecerdasan praktis yang membuat siswa lebih efektif dalam memecahkan berbagai
masalah yang disajikan dalam konteks pengalaman siswa pada umumnya.
e. Aliran filsafat rekonstruksi social. Aliran ini memandang pendidikan sebagai
wahana untuk mengembangkan kesejahteraan social. Sekolah harus diarahkan pada
kepada pencapaian tatanan demokratis yang mendunia.

C. LANDASAN OPERASIONAL PENDIDIKAN IPS SD


- Bab III Pasal 2 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Repulik
Indonesia.
- Permendiknas No. 22/2006 tentang standar isi
- PP No. 19/2005 tentang Kelompok mata pelajaran
- Kepmendiknas No. 22/2006 tentang KTSP
KEGIATAN BELAJAR 3
Perkembangan Kurikulum Pendidikan IPS SD

Kurikulum IPS SD Tahun 2006 dalam KTSP yang ditetapkan berdasarkan Kepmendiknas
RI 22/2006 mempunyai karakteristik tersendiri karena tidak menganut istilah Pokok
Bahasan (PB), Namun Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini jauh
lebih sederhana dengan jam pelajaran yang relative lebih sedikit.
Memberikan peluang yang luas bagi guru untuk berkreasi dalam pengembangan
kurikulum yang mengacu pada pembelajaran IPS yang PAKEM. Kurikulum 2006 lebih
simple dan efektif, namun memiliki nuansa yang padat. Kurikulum Pendidikan IPS SD
Tahun 2006 bersifat hanya memberi rambu-rambu untuk kedalaman dan keluasan materi
dalam mencapai KD yang diharapkan. Di dalam KD terdapat kata kerja operasional yang
disarankan dan mengacu pada pembelajaran yang kreatif. Kelas 1, 2, dan 3 dilaksanakan
menggunakan pendekatan tematik sedangkan kelas 4 sampai 6 melalui pendekatan mata
pelajaran.
Berbeda halnya dengan Kurikulum IPS tahun 1994 materi pelajaran ditata secara lebih
terpadu dan lebih sederhana daripada materi Kurikulum IPS 1986 dan 1975 yang masih
tampak berdiri sendiri-sendiri. Materi Kurikulum 1994 merupakn korelasi antara berbagai
disiplin ilmu penunjangnya. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya (1986, 1975, dan
1968). Materi Kurikulum 1968 masih berdiri sendiri dan merupakan broad-field antara
Ilmu Bumi, Sejarah, dan Pengetahuan Kewarganegaraan. Pada Kurikulum 1975
Pendidikan Kewarganegaraan dipisah menjadi PMP. Pada Kurikulum 1994 PMP berganti
nama menjadi PPKN.
Dari segi tujuan kurikuler, Kurikulum 1964/1968 menekankan pada moral. Unsur moral
tersebut terwadahi dalam bidang studi PMP/PPKN pada Kurikulum 1975, 1986, dan
1994. Kurikulum 1986 dan 1994 sama-sama mempunyai 4 tujuan kurikuler. Dari segi
bahan ajar, Kurikulum 1994 tetap menggunakan Pendekatan Spiral. Khusus untuk
sejarah mengunakan pendekatan periodisasi. Sejarah di Kurikulum 1986 tidak seluas
kurikulum 1975 karena ada mata pelajaran PSPB.
Dari segi alokasi waktu pada dasarnya tidak berbeda antara kurikulum 1986 dengan
1994, namun pada kurikulum 2006 relatif lebih sedikit yakni 3x35 menit. Perbedaan yang
lebih esensi ada pada jumlah PB. Kurikulum 1986 padat dan sarat materi sehingga
keluasan materi terbatasi, sedangkan Kurikulum 1994 keluasan materi diserahkan kepada
guru dan di Kurikulum 2006 lebih simple lagi.

Perbedaan Kurikulum IPS SD Tahun 1994 dan Kurikulum Tahun 2006


A. Kurikulum tahun 1994
Dalam Kurikulum SD tahun 1994 lebih menekankan hal-hal berikut.
1. Membaca, menulis dan berhitung
2. Muatan lokal
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
4. Wawasan lingkungan
5. Pengembangan nilai
6. Pengembangan keterampilan
B. Kurikulum tahun 2006
Pada Kurikulum SD Tahun 2006 lebih menekankan hal-hal berikut.
1. Kerangka Dasar
Kelompok Mata Pelajaran dibuat berdasarkan PP 19/2005 tentang SNP yang menyatakan
bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. Kelompok mata pelajaran estetika;
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
2. Prinsip Pengembangan Kurikulum
KTSP dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta panduan dari BSNP. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
serta lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
f. Belajar sepanjang hayat
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
Dalam pelaksanannya digunakan prinsip-prinsip, yaitu:
a. Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik
b. Dilaksanakan dengan menegakan lima pilar belajar
c. Memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan belajar yang optimal
d. Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling
menerima dan menghargai.
e. Dilaksanaan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia,
sumber belajar dan teknologi yang memadai dan memanfaatkan lingkungan sekitar.
f. Dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, social dan budayanya
g. Mencakup seluruh komponen kempetensi mata pelajaran, mulok, dan
pengembangan diri.
4. Struktur Kurikulum SD
Struktur kurikulum SD meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu
jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas I s.d. kelas VI. Struktur kurikulum
disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi. Kurikulum SD
memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.

MODUL 2
ESENSI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) IPS SD KELAS RENDAH

Kegiatan Belajar 1 Kegiatan Belajar 1


Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu Sosial dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) IPS SD Kelas Rendah

Adapun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai oleh mata pelajaran IPS agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuilir,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan kompetensi dalam
masyarakat yang majemuk, baik ditingkat local, nasional, dan global (dunia).
Ruang Lingkup esensi materi dari Mata Pelajaran IPS menjadi aspek Ruang Lingkup
esensi materi dari Mata Pelajaran IPS meliputi aspek-aspek :
1. Geografi meliputi manusia, tempat, dan lingkungan.
2. Sejarah meliputi waktu, keberanjuran, dan perubahan.
3. Sosiologi meliputi sistem sosial dan budaya.
4. Ekonomi meliputi perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Secara lebih umum bahwa pelajaran IPS berkenaan dengan pengenalan dan pemahaman
anak tehadap berbagai peristiwa yang terjadi pada masa kini, yaitu yang terkenal
dengan isu-isu sosial.
Istilah isu sosial dapat diartikan sebagai kabar atau berita suatu peristiwa yang terjadi
dan menyangkut pada aktivitas kehidupan manusia dimasyarakat serta tidak jelas asal
usulnya, masih berupa desas-desus atau kabar angin.
Fakta berkaitan erat data. Ada pebedaan antara fakta dan Fakta berkaitan
erat dengan data. Ada pebedaan antara fakta dan data.
Data itu bersifat objektif sedangkan fakta mengandung arti penafsiran seseorang jadi
ada unsur subjektivitasnya. Perkembangan ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu pengetahuan
alam didasri oleh pengungkapan fakta dan data untuk selanjutnya sampai kepada
konsep, generalisasi, teori, dan hokum. Jika digambarkan skematikanya sebagai berikut
:
1. Peristiwa
2. Fakta/data
3. Konsep
4. Generalisasi
5. Teori
6. Hukum
A. PERISTIWA
peristiwa dalam IPS secara sederhana adalah hal-hal yang pernah terjadi. Peristiwa atau
kejadian ada yang bersifat alamiah seperti gunung meletus, tsunami, gempa bumi,
gerhana matahari. Peristiwa bersifat insaniah yakni peristiwa yang berkaitan dengan
aktivitas umat manusia seperti pembangunan jembatan, skandal korupsi, pemilu, krisis
moneter inflasi, reformasi dsb. Peristiwa yang telah diuji kebenarannya itulah yang
disebut fakta.
B. FAKTA B. FAKTA
Secara harfiah kata ―fakta‖ berarti sesuatu yang telah diketahui atau telah terjadi benar
dan merupakan kenyataan, realitas yang real, benar dan juga merupakan kenyataan yang
nyata. Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru, fakta juga merupakan alasan untuk
mempertajam rumus teori baru yang ada bahkan fakta dapat mendorong untuk
mempertajam rumusan teori yang telah ada.fakta bukan tujuan akhir dari pelajaran IPS.
Pengetahuan yang hanya bertumpu kepada fakta akan sangat terbatas sebab :
1. Kemampuan kita untuk mengingatkan sangat terbatas
2. Fakta itu bias berubah sesuai waktu misalnya tentang perubahan iklim suatu
kota,dsb.
3. Fakta hanya berkenaan dengan situasi khusus.
C. KONSEP
Konsep adalah suatu istilah pengungkapan abstrak yang digunakan untuk tujuan
mengklasifikasikan atau mengkatagorikan suatu kelompok dari suatu benda, gagasan
atau peristiwa. Konseptualisasi adalah proses meningkatkan, mengiklasifikasi durian
memberi nama pada sekelompok objek.
D. GENERALISASI
Schuneke (1988 : 16) mengemukankan bahwa generalisasi merupakan abstraksi dan
sangat terikat konsep. Cara mempermudah memahami generalisasi dalam hubungannya
dengan konsep adalah dengan cara menelusuri proses terbentuknya
generalisai. Dua konsep bisa dari disiplin ilmu sosial atau disiplin dari ilmu-ilmu sosial
yang berbeda.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa generalisasi menunjukn adanya hubungn
antara konsep dan berisi pernyataan bersifat umu, tidak terkait pda situasi khusus.
Ruang lingkup pelajaran IPS adalah sebagai berikut : Ruang lingkup pelajaran IPS adalah
sebagai berikut : Pengajaran ilmu Ilmu Pengetahuan Sosial TPS yang tercakup dalam
kurikulum mengikuti konsep : kekspanding Communities of man (Hana dalam
Banks,1985:11). Kepada siswa diajarkan lingkungan kehidupan dari yang terdekat
dengan dirinya yaitu keluarga, rumah,
kemudian berkembangan kelingkungan kehidupan yang lebih luas, sekolah RT/RW, desa,
kota dan propinsi sendiri melalui aspek sosiologi, geografis, ekonomi dan sejarah.
E. ASPEK LAINNYA DARI IPS MISALNYA SEJARAH
Sejarah memiliki konsep dasar waktu, Rochiati (2006:3) menganjurkan cara pendekatan
melalui pendekatan keluarga. Dijelaskan bahwa jika anak sudah mengenal bilangan maka
guru dapat menanyakan tanggal tahun kelahirannya. Kemudian menanyakan apakah
siswa mempunyai kakak atau adik serta tahun kelahirannya masing-masing.
Cara untuk lebih mudah memberi pengertian tentang konsep diajarkan juga dengan
visualisasi baik terhadap konsep yng konkret maupun konsep yang abstrak. Konsep-
konsep dasar dari bidang keilmuan IPS untuk memudahkan pemahaman yang
dikemukakan penjelasan Brank (1985: 249-404)
1. Sosiologi, konsep-konsep dasarnya :
a. Sosialisasi, proses yang ditempuh individu untuk menjadi anggota
kelompoknya dengan cara belajar kebudayaannya dan peranannya.
b. Peranan, peran yang dilakukan seseorang sebagai individu
c. Norma dan sanksi, Norma adalah ukuran/tata cara yang membimbing perilaku,
sedangkan sanksi adalah ganjaran/hukuman
d. Nilai aspek-aspek dari kehidupan masyarakat dan budaya yang dianggap berharga.
e. Gerakan nasional, Gerakan yang dilakukan sejumlah besar orang untuk
memperbaiki atau melawan perubahan dimasyarakat.
f. Masyarakat unit yang merdeka dan integrase dimana interaksi dan komunikasi.
2. Ekonomi, konsep-konsep dasarnya :
a. Kelangkaan keinginan manusia terbatas
b. Produksi hasil proses pembuatan barang
c. Saling ketergantungan ada situasi saling memerlukan
d. Pembagian kerja berkenaan dengan pembagian garapan.
3. Geografi, konsep-konsep dasarnya :
a. Lokasi indentifikasi ruang dan tempat
b. Interksi spasi hubungan antara suatu tempat dengan lainnya
c. Pola special kota kedudukan kota sebagai pusat layanan
d. Difusi kebudayaan berkaitan dengan penyebab pengaruh kebudayaan, Bahasa,
pendidikan, etnik, agama, teknologi dll
4. Sejarah, konsep-konsep dasarnya :
a. Kontinuitas dan prubahan kejadian secara kronologis
b. Waktu lampau peristiwa sejarah terjadi di masa lalu
c. Kerjasama dan konflik proses proses timbulnya kerjasama manusia dalam usaha
mencapai tujuan
d. Nasionalisme wujud kepedulian masyarakat suatu Negara akan perlunya
mengembangkan semangat kebangsaan.

Kriteria memilih konsep


Taba dalam banks (1985: 43) menyebutkan kriteria pemilihan konsep sebagai berikut :
1. Validity konsep yang mewakili secara tepat disiplin ilmu
2. Significance konsep yang bermakna
3. Appropriateness konsep yang memiliki kelayakan/ kepantasan
4. Durability tahan lama
5. Balance memberikan keseimbangan dalam skop/kedalamannya.

KEGIATAN BELAJAR 2
NILAI, SIKAP DAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL (KEMAMPUAN ANALISIS, PERSONAL
DAN SOSIAL KTSP IPS KELAS RENDAH

A. NILAI DAN SIKAP DALAM KTSP IPS SD IPS SD DALAM KELAS RENDAH
Nilai berbeda dengan sikap. Nilai bersifat umum, utuh dan abstrak Dan mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap obje dan terhadap orang lain sedangkan sikap berkenaan
dengan hak-hak yang khusus. Nilai merupakan ukuran bagi seseorang dan cita-citanya,
tujuan hidupnya, aspirasi yang dinyatakan, sikapnya yang tampak, perasaannya yang
diutarakan serta perbuatan yang dilakukannya. Dlam pendidikan nilai menyangkut ranah
afektif, ini perlu diajarkan kepada siswa agar siswa mampu menerima nilai dengan sadar,
mantap dan dengan nalar yang sehat. Harapannya, para siswa dalam mengembangkan
kepribadiannya menuju jenjang kedewasaan memiliki kemampuan untuk memilih
(dengan bebas) dan menentukan nilai yang menjadi anutnnya. Pengajaran nilai
mmerlukan ―skill‖ dengan memperhatikan kesesuaian bahan pengajarn dengan
kehidupan sehari-hari. Bahan acuan bukan hnya kepada kurikulum yang tertera dalam
rencana forma tetapi juga kepada ―hidden curriculum‖ dengan mempertimbangkan pula
potensi kemampuan anak.
1. Arti sikap
Sikap memilii rumusan dan pengertian yang berbeda-beda karena sifatnya yang telah
kompleks. Menurut Thursone sikap adalah eseluruhan dari kecendrungan dan perasaan,
pemahaman, gagasan, rasa tkut, perasaan terancam dan keyakinan-keyakinan tentang
sesuatu hal. Menurut rochman Natawijaya (1984 :20) sikap adalah kesiapan seseorang
untuk memperlakukan sesuatu objek, di dalam kesiapan itu ada aspek kognitif, afektif
dan kecenrungan bertindak. Kesiapan merupakan penilaian positif dan negative dengan
intensitas berbeda dan bias berubah ubah.
2. Kaitan Nilai dengan dengan Sikap
Sikap seseorang sangat ditentukan oleh nilai yang dianutnya. Sikap juga timbul karena
banyak nilai (values). Kaitan nilai dengan sikap terkait dengan aspek-aspek yang
terkandung di dalamnya.
Dari kajian para ahli dapat itegaskan sebagai berikut :
a. Ada hubungan timbale balik antara nilai dengan kognitif
b. Ada hubungan timbale balik antara afektif dengan kognitif
c. Nilai mempengaruhi kesiapn seseorang untuk terwujudnya perilaku yang sesuai
dengan tingkat pemahamannya dan penghayatan terhadap “belief” (kepercayaan).

B. KETERAMPILAN INTELEKTUAL (KEMAMPUAN ANALISIS) PERSONAL DAN SOSIAL


DALAM KTSP IPS SD KELAS RENDAH
Melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tepat yang dikelola guru dengan terencana
dan terprogram diharapkan hasil belajar siswa juga menghasilkan keterampilan-
keterampilan sebagai berikut :
1. Keterampilan intelektual atau kemampuan analisis
Keterampilan intelektual dan kemampuan analisis dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Keterampilan dan kemampuan/kecakapan ini meliputi :
a. Keterampilan memperoleh pengetahuan dsan informasi
b. Keterampilan berfikir, menafsirkan menganalisis dan mengoranisasikan informasi
yang dipilih dari berbagai sumber
c. Kemampuan mengkritik informasi dan membedakan fakta dan opini
d. Kemampuan membuat keputusan
e. Keterampilan memecahkan masalah
f. Keterampilan menggunakan media
2. Keterampilan Keterampilan Personal Personal Keterampilan ini tidak dapat
dipisahkan dari keterampilan intelektual hanya pemahamannya ditekankan kepada
keterampilan yang sifatnya mandiri. Sifat-sifat tersebut antara lain :
a. Bersifat praktis atau keterampilan psikomotor
b. Keterampilan studi dan kebiasaan kerja
c. Keterampilan bekerja dalam kelompok
d. Keterampilan akademik atau keterampilan belajar (continuing learning skills)
e. Keterampilan lainnya, antara lain :
1) keterampilan fisik,
2) keterampilan politik,
3) keterampilan pengembangan emosional (motional growth)
3. Keterampilan Sosial
Keterampilan ini meliputi kehidupan dan kerjasama, belajar member dan menerima
tanggung jawab, menghormati hak-hak orang lain, membina kesadaran sosial. Dengan
ni siswa diharapkan mampu berkomnikasi dengan sesame manusia, lingkungannya di
masyarakat secara baik, hal ini merupakan realisasi dari penerapan IPS dalam kehidupan
bermasyarakat. Latihan dan pembinaan yang tampak dalam proses pembelajaran antara
lain, mampu melaksanakan dengan baik:
a. Berdiskusi dengan teman
b. Bertanya kepada siapa pun
c. Menjawab pertanyaan orang laun
d. Menjelaskan kepada orang lain
e. Membuat laporan
f. Memerankan sesuatu
g. Dst. (Belen dan kawan-kawan, 1990:348)

KEGIATAN BELAJAR 3
CONTOH KETERKAITAN ANTARA PERISTIWA, FAKTA, KONSEP, GENERALISASI, NILAI,
SIKAP DAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL, PERSONAL, SOSIAL DALAM KONTEKS
PENDIDIKAN IPS SD KELAS RENDAH

Keterkaitan antara peristiwa, fakta, konsp dan generalisasi digunakan


untuk mengorganisasikan komponen-komponen isi bahan pengajaran yang disampaikan
guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Hubungan antara peristiwa, fakta,
konsep, generalisasi dan bahan pengajaran tersebut bersifat timbale balik. Hal yang
memberikan makna kepada peristiwa, fakta, konsep dan generalsasi yaitu guru d dalam
bahan pengajaran mempersiapkan isi materi yang bersifat terperinci, contoh-contoh,
gambaran-gambaran yang member dukungan, serta aneka ragam pengalaman. Isi bahan
pengajaran pun akan lbih mudah dipahami dan lama diingat jika materi berfokus kepada
gagasan-gagasan kunci, seperti konsep dan generalisasi. IPS memiliki kekuatan sebagai
bidang studi jika didukung oleh peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang meaningfui
dapat dipertanggungjawabkan etika, logika, ada gunanya (pragmatically) dan disusun/
diorganisasikan secara baik, terintegrasi dan values based (berlandaskan nilai-nilai)
penyajiannyapun harus mengandung unsure yang ―menantang‖ dan membangkitkan
minat dan sikap positif serta aktivitas siswa, selain itu IPS harus berkontribusi bagi
pengembangan kemampuan dan keterampilan siswa dalam segala aspek kehidupan, baik
ketrampilan intelektual, personal maupun sosial. Penyelenggaraan IPS harus didukung
oleh fakta-fakta yang actual dan disajikan berdasarkan konsep dan dilandasi oleh nilai-
nilai yang berguna bagi kehidupan masyarakat manusia, berkontribusi bagi pembentukan
sikap dan keterampilan yang mendukng pembangunan masyarakat dan bangsanya. Guru
bertanggung jawab sebagai pengembang kurikulum untuk mengolah materi IPS. Guru
pun harus mampu menyusun bahan pengajarannya dan menyampaikannya kepada siswa
melalui kegiatan belajar mengajar yang tepat. Dalam perkembangannya, pengajartan IPS
terletak di dalam kemampuannya untuk mengungkapkan sesuatu meaningful, vales
based, terintegrasi, menantang (challenging) dan aktiva. Artinya, materi IPS harus
berlandaskan nila, mengungkapkan fakta dan materi secara keseluruhan yang esensial,
terpadu.

MODUL 3
ESENSI KURIKULUM IPS SD BERDASARKAN KTSP 2006 KELAS TINGGI
Kegiatan Belajar 1
Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Kurikulum SD (KTSP) tahun
2006 Kelas Tinggi

Peristiwa dan fakta harus diletakkan dalam hubungannya dengan konsep dan
generalisasi. Peristiwa dan fakta memberikan bahan baku utama bagi pembentukkan
konsep dan generalisasi. Konsep dan generalisasi membantu kita untuk memperoleh
pemahaman yang komprehensif tentang kerangka berfikir IPS, agar kita memiliki cara
yang teratur untuk menerjemahkan apa yang terjadi didunia kita ini, didalam kehidupan
manusia ini.
HUBUNGAN ANTARA FAKTA, KONSEP DAN GENERALISASI
Dari gambaran diatas jelas bahwa suatu peristiwa merupakan dasar dari kegiatan belajar
mengajar IPS dimulai. Guru dan siswa harus aktif menjemput peristiwa ini dan
mengolahnya menjadi content, isi bahan pengajaran. Dalam proses pengolahan menjadi
bahan pengajaran itulah berfungsinya fakta, konsep, dan generalisasi sehingga guru
dapat mengorganisasikan bahan pengajaran IPS. Jadi skkenario dari alur pengembangan
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi sehingga guru dapat mengorganisasikan bahan
pengajaran IPS. Jadi scenario dari alur pengembangan fakta, konsep, dan generalisasi,
sesungguhnya sudah ditangan guru, dan dijadikan sebahai bahan dalam perencanaan
kegiatan belajar mengajar dikelas. Contohnya sebagai berikut: Topik: Zaman
Pendudukan Jepang PERISTIWA yang dapat kita ungkapkan adalah Peringatan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. FAKTA nya melalui gambar Soekarno-Hatta, foto
bersejarah dll. KONSEP nya Imperialisme, Penindasan, Ampera GENERALISASI nya
penjajahan selalu menimbulkan penderitaan bagi rakyat, tidak ada bangsa yang senang
dijajah dll.

KEGIATAN BELAJAR 2
NILAI DAN SIKAP, KETERAMPILAN INTELEKTUAL/KEMAMPUAN ANALISIS, PERSONAL,
DAN SOSIAL DALAM KURIKULUM IPS SD 2006 KELAS TINGGI
A. NILAI DAN SIKAP DALAM KURIKULUM IPS SD 2006 DI KELAS TINGGI
1. Nilai
Nilai mempengaruhi perilaku seseorang terhadap jumlah objek dan terhadap orang, tidak
berkenaan dengan sesuatu yang khusus. Inilah yang membedakan nilai dan sikap. Suatu
nilai merupakan ukuran untuk menentukan apakah itu baik atau buruk, nilai juga menilik
kelakuan seseorang. Orang mendapatkan nilai dan orang lain dalam lingkungannya.
a. Nilai yang dianut seseorang tercermin dari sikapnya. Nilai bersifat utuh,
merupakan sistem dimana semua jenis nilai terpadu saling mempengaruhi. Dengan kuat
sebagai satu kesatuan yang utuh.
b. Nilai juga bersifat abstrak. Oleh karena itu, yang dapat dikaji hanya
indikatorindikatornya saja yang meliputi cita-cita, tujuan yang dianut seseorang, aspirasi
yang dinyatakan, sikap yang ditampilkan atau tampak, perasaan yang diutarakan,
perubahan yang dilakukan serta kekuatiran yang dikemukakan (Kosasih Djahiri, 1985:
18)
1) Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia
2) Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan
kegiatan.
3) Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
2. Sikap
Sikap memiliki pengertian yang rumit karena itu tedapat berbagai rumusan tentang sikap
yang dikemukakan para ahli, disebabkan adanya latar belakang pemikiran dan konsep
yang berbeda. Menurut Thursone adalah keseluruhan dari kecenderungan perasaan,
pemahaman, gagasan, dan rasa takut, perasaan terancam, dan keyakinan-keyakinan
tentang sesuatu hal. Menurut Rochman Natawijaya (1984: 20) sikap adalah kesiapan
seseorang untuk memperlakukan sesuatu objek, didalam kesiapan itu ada aspek kognitif,
afektif, dan kecenderungan bertindak. Kesiapan sendiri merupakan penilaian positif dan
negatif dengan intensitas yang berbeda-beda untuk waktu tertentu, kesiapan itu sendiri
bias berubah-ubah. Nilai itu merupakan konsep tentang kelayakan yang dimiliki
seseorang atau kelompok memiliki cara, tujuan, dan perbuatan yang dikehendakinya
sesuai dengan anggapannya bahwa pilihannya adalah yang terbaik. Nilai yang dimiliki
seseorang dapat mengekspresikan mana yang lebih disukai mana yang tidak. Dapat
disimpulkan bahwa nilai menyebabkan sikap. Yang selalu terjadi adalah satu sikap
disebabkan oleh banyak nilai (values).
Didalam sikap telah terkandung aspek-aspek kognitif, afektif, dan kecenderungan
bertindak. Dapat disimpulkan terdapat kaitan antara nilai dengan aspek-aspek kognitif,
aspek afektif, dan kecenderungan bertindak. Dari kajian para ahli dapat ditegaskan
sebagai berikut :
1. Adanya hubungan timbal-balik antara nilai dan kognitif
2. Adanya hubungan timbal-balik antara afektif dengan kognitif
Nilai mempengaruhi kesiapan seseorang yang pada akhirnya akan menuju kepada
terwujudnya perilaku yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan penghayatan terhadap
belief (keyakinan).
Nilai dan sikap yang terdapat pada mata pelajaran IPS berdasarkan kurikulum 2006
Berikut ini kita ambil beberapa contohnya:
Kelas 5 Kelas 5 Topik 1 Keragaman penampakan alam dan buatan serta pembagian
wilayah waktu di Indonesia.
Nilai yang kita dapat kita petik dari bahan pegajaran ini atara lain :
1. Nilai Nilai Material Material Siswa merasa telah dapat menikmati hasil-hasil
pembangunan yang sedang dan terus digalakan, antara lain karena dukungan sumber
daya alam tanah air kita yang melimpah.
2. Nilai Nilai Vital Vital Siswa diharapkan memiliki sifat-sifat seperti berikut ini :
a. Cermat (dalam meneliti informasi tentang yang diterimanya)
b. Tekun (dalam mempelajarinya)
c. Aktif (dalam mengumpulkan informasi dan dalam kegiatan belajar pada umumnya)
d. Dan seterusnya.
3. Nilai Nilai Kerohanian Kerohanian
Siswa memiliki rasa seperti berikut :
a. Syukur kepada tuhan YME atas rahmat dan karunianya yang telah memberikan
kepada kita tanah air yang subur dan indah.
b. Menjunjung kebenaran sebagai syarat utama informasi disampaikan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Menikmati keindahan alam yang diberikan tanah air kita.
d. Rasa tanggung jawab atas kelestarian ala mini (tanggapan terhadap kelestarian
alam)
e. Dst.
Sikap yang dapat diungkapkan, misalnya berikut ini :
a. Sikap yang bersyukur kepada tuhan YME disertai kecenderung perilaku yang positif
terhadap anugerah yang dilimpahkannya kepada kita.
b. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Kritis dalam menanggapi gejala-gejala alam.
d. Bertangggung jawab dalam melaksanakan tugas e. Mencintai bangsa Indonesia
e. Dan seterusnya.

B. KETERAMPILAN INTELEKTUAL/KEMAMPUAN ANALISIS, ANALISIS, PERSONAL DAN


SOSIAL DALAM KURIKULUM IPS SD TAHUN 2006 KELAS TINGGI
Dalam KTSP IPS SD tahun 2006, dalam keterampilan intelektuan ditekankan pula tentang
kemampuan analisis dari siswa didik. Keterampilan intelektual dan kemampuan analisis
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kemampuan analisis merupakan bagian dari
keterampilan intelektual, dimana kemampuan analisis merupakan
kemampuan/kecakapan seseorang/siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu
peristiwa dengan tujuan untuk mengetahui keadaan sebenarnya.
Keterampilan itu ada tiga bagian :
1. Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis, Keterampilan berfikir
2. Keterampilan Personal
Keterampilan personal sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari keterampilan intelektual.
Namun, dalam pemahamannya, ditekankan kepada keterampilan yang sifatnya mandiri.
Keterampilan ini ada yang bersifat praktis disebut juga keterampilan psikomotor, seperti
keterampilan berbuat. Berlatih serta mengkoordinasi indera dan anggota badan.
Keterampilan praktis ini tampak dalam hal kemampuan siswa menggambar, membuat
peta, membuat model dan sebagainya. Keterampilan studi dan kebiasaan kerja.
3. Keterampilan Sosial
Keterampilan Sosial Keteraampilan itu meliputi kehidupan dan kerja sama, belajar
memberi dan menerima tanggung jawab, menghormati hak-hak orang lain, membina
kesadaran sosial. Siswa mampu berkomunikasi dengan sesama manusia, lingkungan
dimasyarakat secara baik, hal ini merupakan realisasi dari penerapan IPS dalam
kehidupan bermasyarakat.
Disamping dilatih kemampuannya dalam berbagai kemampuan tersebut, yang perlu
dipertimbangkan guru adalah bagaimana guru mendorong siswa untuk lebih gemar
membaca, mencari dan mengolah informasi sesuai dengan kemampuan siswa agar
memiliki kebiasaan untuk memahami struktur bahan pengajaran, mengerti istilah-istilah
yang sulit/baru, mengikuti perkembangan jaman, dan sebagainya.
Diharapkan akan tumbuh kesadaran dari mereka, tujuan mereka membaca/mempelajari
materi kajian. Bersikap kritis terhadap bahan kajian. Bersikap kritis terhadap apa yang
sudah dipelajarinya, sehimggaia merasa memiliki kemampuan untuk memberikan
kesimpulan dan keputusan.

KEGIATAN BELAJAR 3
CONTOH KETERKAITAN ANTARA PERISTIWA, FAKTA, KONSEP, GENERALISASI, NILAI,
SIKAP DAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL/KEMAMPUAN ANALISIS, PERSONAL, SOSIAL
DALAM KONTEKS PENDIDIKAN IPS SD KELAS TINGGI

Peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi itu ada keterkaitan hubungan yang tidak
mungkin dipisahkan. Kesempatannya terpadu didalam struiktur IPS. Melalui proses
belajar mengajar IPS yang demilkian itu, juga dikembangkan
kemampuan siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (keterampilan) dalam
KBM secara jelas kemampuan guru sebagai pengembangan kurikulum di lapangan
direalisasikan dan dapat diamati seara faktual.
Contoh KBM yang dapat mmenunjukan adanya keterkaitan antara peristiwa, fakta,
konsep, generalisasi, nilai, dan keterampilan siswa.
Topik 1 : perjuangan para pejuang pada masa penjajahan Belanda dan jepang.
KD : mendeskripsikan perjuang penjajahan Belanda dan Jepang.
Indikator : siswa mengenal arti pergerakan nasional dan arti Sumpah Pemuda bagi
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Ranah kognitif,
setelah mempelajari topiK ini siswa diharapkan dapat:
1. Menceritakan latar belakang timbulnya penrgerakan national, serta tokoh-
tokohnya.
2. Menerangkan peristiwa sumpah pemuda.
3. Menceritakan tokoh-tokoh yang berperan dalam sumpah pemuda.
4. Menunjukan arti pergerakkan nasional dan sumpah pemuda bagi persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
Ranah afektif
1. Menghayati jasa para pelopor pergerakkan nasional.
2. Mengapresiasi jiwa sumpah pemuda.
Ranah psikomotor
1. Mencoba melakukan wawancara untuk memahami makna zaman pergerakkan
nasional dan tokoh-tokoh tertentu
2. Memahami makna sumpah pemuda melalui proses diskusi kelas.
Peristiwa sebagai bahan kajian: Peristiwa hari kebangkitan nasional dan sumpah pemuda

Fakta-fakta sebagai bahan kajian: Fakta-fakta sebagai bahan kajian:


1. Gambar-gambardari tokoh-tokoh bersejarah
2. Naskah sumpah pemuda
3. Gambar gedung-gedung bersejarah bagi pergerakkan nasional
4. Gambaran suasana kota Jakarta pada zaman penjajahan.
Konsep: Konsep:
1. Nasionalisme, imperialism, dan konolialisme
2. Kaum pergerakan, persatuan bangsa, kemerdekaan, dominasi asing, patriotism,
organisasi politik, HAM, dan seterusnya.

Generalisasi:
1. Setiap masyarakat manusia pasti mengalami perubahan
2. Penjajahan selalu menimbulkan konflik dan kesengsaraan.

Nilai:
Nilai material :
Peserta didik merasa telah menikmati hasil kemerdekaan.

Nilai Vital:
1. Cermat dalam meneliti ulasan sejarah
2. Objektif dalam menilai informasi
3. Kreatif dalam memprediksi

Nilai Kerohanian
1. Bersyukur kepada Tuhan YME atas rahmat-Nya dan seterusnya
2. Rasional dalam berargumentasi.
3. Memiliki empati terhadap pengorbanan para pahlawan
4. Rasa tanggung jawab atas nikmat kemerdekaan dan seterusnya.

Sikap:
1. Bersyukur kepada Tuhan YME disertai rasa tanggung jawab
2. Tanggap terhadap perkembangan zaman 3. Bersikap terbuka dan toleransi
terhadap pendapat orang lain
3. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan mencintai bangsa dan tanah airnya dan
seterusnya

Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis:


1. Melukiskan, menyimpulkan, menganalisis informasi, konseptualisasi, generalisasi
dan membuat keputusan.
2. Memperoleh informasi, membentuk konsep, generalisasi, mengorganisasikan
informasi, mengkritik informasi, mengambil keputusan, menafsirkan fakta, menyusun
laporan.

Keterampilan personal: Keterampilan personal:


1. Membaca peta, membuat denah, membuat peta, mengenal waktu, dan kronologis,
menterjemahkan konsep waktu, bekerja dalam kelompok
2. Keterampilan praktis (membuat peta dan lain-lain), belajar mandiri, memimpin
dalam diskusi, mengendalikan emosi dan lain-lain

Keterampilan sosial:
Berkontribusi memberikan gagasan, menjadi pendengar yang baik, mampu menjelaskan,
mampu mengadakan wawancara, mampu berperan dengan baik, mampu bertanya
dengan baik, dll.

MODUL 4
ISU DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM PENGAJARAN IPS

KEGIATAN BELAJAR 1
TREN GLOBALISASI DAN KERAGAMAN BUDAYA

A. GLOBALISASI
Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalah-masalah
yang ada menyangkut berbagai bangsa dan Negara atau bahkan seluruh dunia.
Pendidikan global mengangkat persamaan daripada perbedaan-perbedaan yang dimiliki
oleh berbagai bangsa. Memberikan penekanan berpikir tentang kesetiaan kepada bumi
tempat kita semua hidup. Masalah-masalah dan isu-isu yang sifatnya global, seperti
berikut:
1. Krisis energy: kandungan minyak bumi yang tersisa, masalah harga sumber energy
pengganti.
2. Jarang antara Negara kaya dan miskin, yang melatarbelakangi lahirnya beberapa
organisasi kerja sama bilateral dan regional.
3. Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta kemiskinan
4. Populasi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan dan pencemaran.
5. Perang nuklir
6. Perdagangan internasional, siap dengan persaingan harga dan kualitas
7. Komunikasi. Perkembangan media komunikasi menghilangkan batas-batas Negara.
Penggunaan internet bisa memperoleh informasi tanpa ada batasan
8. Perdagangan obat terlarang.

Hidup bersama haruslah disadari oleh kesadaran di samping ada kesamaan, ada pula
perbedaan. Pendidikan global menonjolkan persamaan daripada perbedaan yang menuju
suatu konflik ataupun ketidakharmonisan di muka bumi.

B. KERAGAMAN BUDAYA
Keanekaragaman budaya sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat
memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya (Koentjaraningrat,
1980: 193). Menurut Koentjaraningrat pembauran adalah proses sosial yang timbul
apabila ada hal-hal berikut ini:
1. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda.
2. Saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama
3. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah sifatnya
yang khas dan unsur-unsurnya berubah wujud menjadi unsur-unsur kebudayaan
campuran.

Faktor-faktor yang menghambat proses pembauran:


1. Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi
2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas
3. Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah
terhadap kebudayaan lain atau perasaan superioritas

C. GLOBALISASI DAN KERAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA


Derasnya arus informasi ke Indonesia memberikan keuntungan-keuntungan,
misalnya penyerapan Ilmu pengetahuan lebih cepat. Peristiwa penting diseluruh dunia
bisa diketahui dengan cepat. Trend globalisasi terakhir yang melanda Indonesia adalah
penggunaan jaringan Internet dalam telekomunikasi. Media global memberikan manfaat
bagi Indonesia sekaligus dampak negatifnya terutama dikalangan generasi muda.
Dampak negative yang bisa dilihat, diantaranya meningkatnya penggunaan obat
terlarang dikalangan muda.

D. PEMBELAJARAN IPS DALAM GLOBALISASI DAN KERAGAMAN BUDAYA


Pelajaran IPS dalam proses pembelajarannya harus mampu mengembangkan
sikap hormat dan menghargai akan tanggung jawab sebagai warga Negara sekaligus
menerima keanekaragaman budaya di dalamnya. Pengajaran keanekaragaman dalam
IPS mengandung tujuan sebagai berikut:
1. Mentranformasikan bahwa sekolah memberikan pengalaman dna kesempatan
yang sama kepada semua siswa
2. Membimbing siswa mengembangkan sikap positif dalam nedekati masalah
perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok agama
3. Mendorong siswa untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan dengan cara
memberikan keterampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan sikap-sikap
social
4. Membimbing siswa mengembangkan kemampuan memahami keterhubungan dan
ketergantungan budaya

Pengajaran globalisasi dalam IPS mengandung tujuan:


1. Menanamkan pengertian bahwa mereka berbeda tetapi memiliki kesamaan-
kesamaan.
2. Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman bahwa bumi
dihuni oleh manusia yang memiliki saling ketergantungan
3. Membantu siswa memahami kenyataan bahwa ada masalah-masalah yang
dihadapi bersama
4. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap masalah-
masalah dunia

Kegiatan Belajar 2
Masalah – masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan
Lingkungan hidup (environment) menurut UU RI no 4 tahun 1982 tentang ketentuan-
ketentuan pokok lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan
prilaku yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya.
Aspek-aspek yang termasuk ke dalam konsep lingkungan hidup, meliputi 5 hal yaitu:
1. Lingkungan abiotic, yaitu segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup yang
bukan berupa organisme hidup. Misalnya tanah, mineral, udara dan gas, air dll
2. Lingkungan biotik yaitu: segala sesuatu yang ada disekitar makhluk hidup yang
berupa organisme hidup. Misalnya mikroorganisme, binatang, tumbuhan, manusia dll.
3. Lingkungan alam, yaitu: kondisi alamiah baik secara biotik amupun abiotic yang
belum banyak dipengaruhi oleh tangan tangan manusia.
4. Lingkungan social, yaitu: manusia baik secara individu maupun kelompok yang ada
diluar dirinya
5. Lingkungan budaya, yaitu: segala sesuatu baik secara materi maupun non materi
yang dihasilkan oleh manunsia melalui proses penciptaan rasa, karsa dan karyanya.
Menurut Nursid Sumaatmaja (1989:46-65), seorang ilmuwan yang geografi dari FPIPS
Bandung, setidaknya ada empat masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup
manusia, yaitu:
1. Perkembangan populasi manusia yang cepat
2. Daya dukung lingkungannya yang tidak memadai
3. Keterbatasan daya dukung lingkungan hidup dan kemampuan manusia
4. Ketimpangan hidup itu sendiri
Langkah-langkah menangani masalah tersebut dapat berupa pikiran yang konsepsional
dan tindakan praktis yang professional sehingga kelestarian dan keselarasan lingkungan
dalam hubungannya dengan lingkungan hidup manusia dapat terjaga.
Pendidikan Ekologi yaitu pendidikan yang mengkaji dan memfokuskan dirinya pada
masalah lingkungan hidup. Dengan pendidikan ekologi diharapkan tumbuh kesadaran,
pengetahuan, pemahaman, sikap, perilaku yang lebih mencintai, mewarisi, memelihara
dan memanfaatkan lingkungan hidup manusia secara professional dan wajar. Tujuan
Pendidikan Ekologi yaitu untuk mengembangkan disiplin ilmu itu sendiri, dan aktualisasi
yaitu lingkungan untuk kepentingan bersama dalam hubungannya dengan lingkungan
alam sekitar.
Kegiatan Belajar 3 :
Masalah – masalah Hukum Ketertiban dan Kesadaran Hukum

Masalah Hukum yaitu masalah yang timbul akibat terganggunya kepentingan atau hak
salah satu individu atau kelompok lain sehingga diperlukan jalur keluar (solusi) yang
bersifat mengikat kedua belah pihak.
Ketertiban yaitu suatu keadaan yang menunjukan adanya patokan, aturan atau pedoman
maupun petunjuk yang berlaku dan ditaati oleh setiap individu didalam pergaulan antara
pribadi atau golongan (masyarakat).
Kesadaran Hukum yaitu suatu sikap individu untuk menerima dengan rela dan
bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari peristiwa hokum yang
terjadi. Peristiwa hokum disini yaitu peristiwa yang dapat menimbulkan akibat hukum.
Hubungan masalah hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum dengan pendidikan IPS
yaitu sangat berhubungan karena diantaranya memberikan kontribusi yang besar
terhadap pembentukan warga Negara yang baik karena pada hakikatnya IPS bertujuan
membentuk warga Negara yang baik, melalui pemahaman terhadap pengetahuan dan
kemampuannya didalam berinteraksi secara positif dan akti dengan lingkungannya.
Didalam interaksi dengan lingkungan itulah aspek-aspek tentang hokum, ketertiban dan
kesadaran hokum penting dimiliki oleh siswa sebagai anggota masyarakat.

Kegiatan Belajar 4 :
Masalah-masalah Kesadaran Hukum dan Pendidikan Kesadaran Hukum Warga Negara

Manusia meripakan makhluk social artinya makhluk yang senantiasa berhubungan


dengan yang lainnya. Kedudukan manusia sebagai makhluk social berimplikasi bahwa
manusia tidak dapat hidup menyendiri. Dalam interaksi dengan sesama, manusia akan
terbentuk menjadi sebuah kelompok yaitu masyarakat.
Dalam berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun social, manusia senantiasa ada
aturan tersebut. Hukum ini perlu diterapkan agar tercapai kehidupan yang tertib, aman,
adil, serasi, seimbang dll.
Penanaman kesadaran hukum Negara dapat dilakukan melalui proses pendidikan. Dalam
proses pendidikan dilakukan dengan mengintegrasi atara pengetahuan nilai dan skill pada
diri siswa.
Apabila dikaitakan dengan pendidikan IPS, penanaman kesadaran hokum dapat
dilakukan dengan pendekatan multidisipliner. Kurikulum yang diterapkan yaitu dengan
pendekatan integrase dan korilasiterhadap permasalahan-permasalahan sehari-hari yang
dianggap oleh siswa. Dengan demikian guru IPS harus memiliki pengetahuan yang luas.

MODUL 5
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR

Kegiatan Belajar 1
Pendekatan Kognitif dalam Pembelajaran IPS SD

Karakteristik pembelajaran di SD secara umum merupakan pendidikan kognitif sebagai


dasar persitifasi social. Artinya, pusat perhatian utama pembelajaran IPS adalah
pengembangan murid sebagai aktor sosial yang cerdas. Menurut Kurikulum Pendidikan
Dasar 1994, esensi tujuan pengajaran IPS di SD adalah kemampuan dan sikap rasional
yang bermuara pada pembentukkan individu sebagai aktor sosial yang cerdas. Aktor
sosial yang cerdas tidak lain dari anggota masyarakat yang matang secara rasional dan
secara emosional atau cerdas tidak lain secara rasional dan emosional. Pendekatannya
yaitu berorientasi pada proses penelitian dan proses konseptualisasi. Pendekatan yang
berorientasi pada proses penelitian dikenal sebagaipendekatan inquiri. Pendekatan yang
berorientasi pada proses pemahaman dan penggunaan factor, konsep, generalisasi dan
teori. Proses konseptualisasi ini erat kaitannya dengan proses asimilasi, akomodasi dan
ekuilibrasi dalam pikiran kita. Oleh karena itu seseorang akan dapat meningkatkan isi dan
dinamika schemata dalam pikirannya. Proses penelitian dan proses konseptualisasi
merupakandua pendekatan kognitif,dimana satu laman lain mengisi. Proses
konseptualisasi di perlukan dalam proses penelitian pada saat melakukan deduksi dan
mendefinisikan istilah serta pada saat penarikan kesimpulan. Sebaliknya proses
konseptualisasi terutama pada saat penerusan generallisasi dan teori.
Menurut kurikulum Pendidikan Dasar 1994, esensi tujuan pengajaran IPS di SD adalah
pengembangan kemampuan dan sikap rasional yang bermuara pada pembentukan
individu sebagai aktor sosial yang cerdas. Aktor sosial yang cerdas tidak lain dari anggota
masyarakat yang matang secara rasional dan secara emosional atau cerdas secara
rasional dan emosional.
Pendekatan yang cocok untuk mengembangkan kecerdasan rasional adalah pendekatan
yang berorientasi pada proses penelitian dan proses konseptualisasi.
Pendekatan yang berorientasi pada proses penelitian dikenal sebagai pendekatan inkuiri
atau inquiry approach. Berikut prosedur baku pendekatan tersebut.

Masalah> Hipotesis > Data> Kesimpulan

Pendekatan yang berorientasi pada proses konseptualisasi memusatkan perhatian proses


pemahaman dan penggunaan faktor, konsep, generalisasi, dan teori. Proses
konseptualisasi ini erat kaitannya dengan proses asimilasi akomodasi dan ekuilibrasi
dalam pikiran kita. Oleh karena itu, dengan proses konseptualisasi ini seseorang akan
dapat meningkatkan isi dan dinamika skemata dalam pikirannya.
Proses penelitian dan proses konseptualisasi merupakan dua pendekatan kognitif, di
mana satu sama lain saling mengisi. Proses konseptualisasi diperlukan dalam proses
penelitian pada saat melakukan deduksi dan mendefinisikan istilah serta pada saat
penarikan kesimpulan. Sebaliknya proses penelitian diperlukan dalam proses
konseptualisasi terutama pada saat perumusan generalisasi dan teori.

Kegiatan Belajar 2 :
Pendekatan Sosial, Personal dan Perilaku dalam Pembelajaran Pembelajaran IPS di SD
1. Emosi, nilai dan sikap, dan perilaku sosial merupakan dimensi sosial dan personal
yang perlu dikembangkan dalam pengajaran IPS. Emosi pada dasarnya bersifat peka dan
saling melengkapi dengan rasio yang cenderung bersifat teliti dan tanggap. Nilai
merupakan sesuatu yang berharga dan dipandang berharga sedang sikap merupakan
kecenderungan berbuat.
2. Emosi, nilai dan sikap, dan perilaku sosial dapat dikembangkan dalam suasana
pembelajaran formal dan informal.
3. Dalam pembelajaran formal terdapat model-model pendekatan transmisi nilai
secara bebas terarah penanaman nilai, suri teladan, klarifikasi nilai, dan klarifikasi nilai
terintegrasi struktur.
4. Berikut pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS SD.
a. Pendekatan ekspositori Berorientasi nilai.
b. pendekatan analitik keteladanan.
c. pendekatan kajian nilai.
d. pendekatan Integratif konsep dan nilai.
Semua pendekatan sosial personal memiliki saling keterkaitan dengan pendekatan
kognitif.

MODUL 6
METODE, MEDIA DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR IPS KELAS III DAN IV
Kegiatan Belajar 1
Merancang dan Menerapkan Metode Pembelajaran IPS di SD Kelas 3 dan 4 dengan
Pendekatan Kognitif
1. Dalam merancang metode, media, dan sumber belajar IPS di SD, Anda perlu
menyusun Analisis Materi Pelajaran (AMP), seperti telah diuraikan di muka. Materi yang
dianalisis adalah materi pelajaran untuk SD Kelas 3 dan 4.
2. Metode mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
a. Tujuan pembelajaran.
b. Kemampuan guru terhadap materi pelajaran dan metode yang dipilih.
c. Kemampuan siswa yang belajar.
d. Jumlah siswa yang belajar.
e. Situasi atau kondisi saat belajar.
f. Fasilitas yang tersedia.
g. Evaluasi yang akan dipilih
Kegiatan Belajar 2
Merancang dan Menerapkan Metode Pembelajaran IPS yang Berlandaskan Pendekatan
Sosial
Pendekatan sosial perlu dikembangkan mengingat proses-proses sosial akan dialami oleh
anak didik sehingga kegiatan belajar mengajar harus membantu anak didik untuk
mengembangkan kemampuan hubungan dengan masyarakat dan hubungan
antarpribadi.
Metode inkuiri sosial memungkinkan siswa berpikir dan mencari fakta-fakta, informasi,
atau data yang mendukung pembuktian hipotesis dalam situasi bebas dan terarah.
Langkah-langkah penggunaan metode inkuiri sosial
1. Tahap orientasi.
2. Tahap penyusunan hipotesis.
3. Tahap definisi.
4. Tahap eksplorasi.
5. Tahap pembuktian hipotesis.
6. Tahap generalisasi.
Kegiatan Belajar 3
Merancang dan Menerapkan Metode Pembelajaran IPS di SD Kelas 3 dan 4 dengan
Pendekatan Personal
1. Model-model yang serumpun dengan pendekatan personal adalah berikut ini.
a. Model pengajaran nondirektif
b. Model latihan kesadaran
c. Model sinektik
d. Model sistem konsepsional
e. model pertemuan
MODUL 7
KEGIATAN BELAJAR 1
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG
BERLANDASKAN PENDEKATAN KOGNITIF

A. PENGERTIAN PENDEKATAN KOGNITIF


Aspek-aspek yang termasuk kognitif adalah pengetahuan, pemahaman,
penerapan,analisis, sintesis, dan evaluasi. Pendekatan kognitif ini menekankan pada
bagaimana cara individu memberi respons yang datang dari lingkungan dengan cara
mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep, dan rencana
pemecahan masalah dengan simbol-simbol verbal dan nonverbal atau pendekatan
kognitif adalah suatu pendekatan yang menekankan pada kecakapan intelektual.
B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD
YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN KOGNITIF
Salah satu metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan kognitif adalah
latihan
inkuiri (Inquiry Training). Tahap-tahap penerapan metode latihan inkuiri adalah sbb
:
1. Menyajikan masalah
2. Mengumpulkan data dan verifikasi data
3. Mengumpulkan unsur baru
4. Merumuskan penjelasan
5. Menganalisis terhadap proses inkuiri
©C. MENE
C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG
BERLANDASKAN PENDEKATAN KOGNITIF
Sebagai contoh, kita ambil kurikulum SD kelas 6 semester II sbb :
Kompetensi dasar :
Kemampuan memahami gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.
Materi pokok :
Gejala alam dan sosial negara Indonesia dan negara tetangga.
Hasil belajar :
a. Membandingkan gejala alam negara Indonesia dan negara tetangga.
b. Mendeskripsikan gejala sosial Indonesia dan negara tetangga.
Indikator :
a. Menunjukkan pada peta letak dan nama negara-negara tetangga Indonesia.
b. Membandingkan ciri-ciri gejala alam Indonesia dengan negara-negara
tetangga.
c. Membandingkan ciri-ciri gejala sosial Indonesia dengan negara-negara
tetangga.
d. Memberi contoh sikap waspada terhadap gejala sosial di Indonesia.
Setelah kita pahami hal-hal diatas maka langkah selanjutnya adalah sbb :
1. Menyajikan masalah
2. Mengumpulkan data dan verifikasi data
3. Mengumpulkan unsur baru
4. Merumuskan penjelasan
5. Menganalis proses inkuiri

KEGIATAN BELAJAR 2
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG
BERLANDASKAN PENDEKATAN SOSIAL
A. Pengertian Pendekatan Sosial

Pendekatan sosial mengutamakan hubungan individu dengan masyarakat dan


memusatkan perhatiannya kepada proses sosial yang merupakan negosiasi sosial.
Terdapat tiga ciri pokok metode inkuiri sosial sbb :
1. Adanya aspek –aspek sosial dalam kelas yang dapat menumbuhkan terciptanya
suasana diskusi
2. Adanya penetapan hipotesis sebagai arah dalam pemecahan masalah
3. Adanya fakta-fakta sebagai bahan pembuktian hipotesis

Tahap-tahap metode inkuiri sosial adalah sbb :


1. Tahap orientasi, siswa dengan bantuan guru mengambil dan menetapkan masalah
sosial yang dijadikan pokok pembahasan.
2. Tahap hipotesis, siswa menyusun hipotesis sebagai acuan dalam usaha pemecahan
masalah.
3. Tahap definisi, siswa mengdakan pembahasan mengenai pengertian istilah yang
terdapat pada hipotesis.
4. Tahap eksplorasi, siswa mengadakan pengujian hipotesis dengan logika deduksi dan
mengembangkan hipotesis dengan implikasi dan asumsi-asumsinya.
5. Tahap pembuktian hipotesis, siswa melakukan pembuktian dengan jalan melakukan
pengumpulan data melalui metode-metode pengumpulan data yang sesuai dengan
masalah yang dibahas.
6. Tahap generalisasi , siswa dengan bantuan guru menyusun pernyataan yang benar-
benar terbaik untuk pemecahan masalah. B
ER
MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS DI SD YANG
BERLANDASKAN PENDEKATAN SOSIAL

Sebagai contoh, kita ambil kurikulum SD kelas 5 semester I, sbb :


1. Kompetensi dasar :
Kemampuan memahami keadaan penduduk dan pemerintahan di Indonesia.
2. Pokok bahasan :
Penduduk dan sistem pemerintahan di Indonesia.
3. Hasil belajar :
a. Mengidentifikasi keadaan penduduk di Indonesia.
b. Mendeskripsikan peran dan tanggung jawab pemerintah.
4. Indikator :
a. Menjelaskan perkembangan jumlah penduduk, penggolongan, persebaran
dan kepadatan penduduk di Indonesia.
b. Menginterprestasi berbagai grafik penduduk.
c. Menjelaskan permasalahan penduduk di Indonesia.

Setelah kita memahami hal-hal diatas, maka langkah selanjutnya adalah sbb :
1. Tahap orientasi : Siswa dengan bantuan guru mengambil dan menetapkan masalah
yang berkaitan dengan jumlah penduduk.
2. Tahap hipotesis : Siswa menyusun hipotesis yaitu :
a. Kondisi fisis suatu daerah yaitu lahan pertanian yang sempit, mempunyai
hubungan dengan terjadinya kemiskinan.
b. Kualitas sumber daya manusia yaitu tingkat pendidikan yang rendah,
mempunyai hubungan dengan terjadinya kemiskinan.

3 Tahap Definisi
Siswa membahas pengertian dari istilah-istilah yang ada dalam hipotesis :
a. Kondisi fisis : adalah keadaan lingkungan alam yang mempunyai pengaruh
terhadap peri kehidupan manusia, misalnya SDA pada suatu daerah.
b. Kualitas SDM : adalah derajat kemampuan manusia untuk mengolah SDA
yang ada dengan teknologi yang dimiliki.
c. Kemiskinan ada dua yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan struktural/
buatan.

4. Tahap Eksplorasi : Siswa mengadakan pengujian hipotesis dengan logika


deduksi dan mengembangkan hipotesis dengan implikasinya serta asumsi-
asumsi yang mendasarinya.
5. Tahap Pembuktian : Siswa melakukan pembuktian dengan jalan melakukan
pengumpulan data melalui metode-metode pengumpulan data yang sesuai
dengan masalah yang dibahas.
6. Tahap Generalisasi : Siswa menyusun pernyataan terbaik sebagai jawaban
atas masalah yang dibahas.
LANDASKAN PENDE
KEGIATAN BELAJAR 3
MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG
BERLANDASKAN PENDEKATAN PERSONAL.
PENGERTIAN PENDEKATAN PERSONAL
Pendekatan personal ini lebih menekankan pada proses yang membantu
individu dalam membentuk dan mengorganisasikan kenyataan-kenyataan yang
kompleks. Melalui pendekatan personal siswa diharapkan dapat melihat diri pribadi dan
sebagai yang berada di tengah-tengah kelompok.

B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN YANG BERLANDASKAN


PENDEKATAN PERSONAL

Salah satu metode pembelajaran yang berlandaskan pendekatan personal


yang akan dipilih sebagai contoh adalah metode pertemuan kelas. Metode pertemuan
kelas, dilihat dari fokus pembicaraan dalam diskusi menurut Glasser dibedakan menjadi
3 tipe sbb :
1. Tipe pertemuan pemecahan masalah sosial
Siswa berusaha mengembangkan tanggung jawab untuk belajar dan berperilaku
dengan jalan memecahkan masalahnya di dalam kelas.
2. Tipe pertemuan terbuka
Guru memulai pertemuan dengan pertanyaan “apa yang menarik perhatian
kalian?”. Siswa diberi kebebasan dalam memikirkan dan menjawab pertanyaan
dari guru.
3. Tipe pertemuan terarah dan terbuka
Pada dasarnya sama dengan tipe kedua, tetapi permasalahannya diarahkan
kepada hal-hal yang dipelajari siswa.

Langkah-langkah penerapan metode pertemuan kelas adalah sbb :


1. Menciptakan iklim yang mengundang keterlibatan
Guru berupaya untuk menciptakan iklim yang mengundang keterlibatan siswa.
Tugas guru adalah sbb :
v Mendorong setiap siswa untuk berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar.
v Menyeleksi pendapat siswa tanpa disertai dengan celaan dan penilaian.
2. Menyajikan masalah untuk diskusi
Tugas siswa dibantu guru adalah sbb :
v Mengajukan masalah
v Mengemukakan masalah
v Mendeskripsikan masalah
v Mengidentifikasi konsekuensi
v Mengidentifikasi norma sosial

3. Mengembangkan pertimbangan nilai pribadi


Siswa dapat membuat pertimbangan pribadi terhadap perilakunya sendiri. Untuk itu
siswa harus :
v Mengidentifikasi nilai dari masalah perilaku dan norma sosial
v Membuat pertimbangan pribadi terhadap norma-norma sosial yang dapat mengarah
pada permilihan perilaku dan nilai-nilai perilaku yang ditemukan.
4. Mengidentifikasi alternatif tindakan
Siswa mengidentifikasikan alternatif perilaku khusus dan siswa sepakat untuk
mentaatinya.
5. Merumuskan kesepakatan
Siswa secara bersama merumuskan kesepakatan. Apa yang sudah ditentukan dan
dirumuskan bersama harus dipenuhi dan ditaatinya.
6. Perilaku tindak lanjut
Mengukur efektifitas kesepakatan dan perilaku baru.

C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG


BERLANDASKAN PENDEKATAN MODIFIKASI PERSONAL

Sebagai contoh, kita ambil kurikulum SD kelas 5 semester 2, sbb :


1. Kompetensi dasar :
Kemampuan memahami perjuangan para tokoh dalam melawan penjajah dan tokoh
tokoh Pergerakan Nasional.
2. Pokok bahasan ( Materi pokok ) :
Perjuangan melawan penjajah dan Pergerakan Nasional Indonesia.
3. Hasil belajar :
a. Mengidentifikasi tokoh-tokoh penting Pergerakan Nasional dan tokoh-tokoh
pejuang
setempat.
b. Mengidentifikasi peranan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dalam
mempersatukan Indonesia.
4. Indikator :
a. Membuat ringkasan riwayat hidup tokoh-tokoh penting Pergerakan Nasional
Indonesia.
b. Membuat laporan tentang tokoh pejuang yang ada di provinsinya.
c. Menceritakan peristiwa Sumpah pemuda. d. Dll.

KEGIATAN BELAJAR 4

MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG


BERLANDASKAN PENDEKATAN MODIFIKASI PERILAKU
A. PENGERTIAN PENDEKATAN MODIFIKASI PERILAKU

Salah satu ciri pendekatan ini adalah adanya kecenderungan memecah tugas
belajar
menjadi sejumlah perilaku yang kecil ( langkah-langkah kecil) dan berurutan.
Rumpun pendekatan perilaku
Rumpun ini dapat dibedakan menjadi enam sbb :
a. Pendekatan pengelolaan kontingensi menurut Skinner.
Lebih menekankan kepada penguasaan fakta, konsep dan skill yang dijadikan
dasar pengubahan tingkah laku.
b. Pendekatan mawas diri menurut Skinner.
Menekankan pada bentuk tingkah laku sosial dan keterampilan mawas diri.
c. Pendekatan relaksasi menurut David C. Rimm dan John C. Masters.
Menekankan pada pembentukan pribadi yang dapat menanggulangi stress dan
kecemasan.
d. Pendekatan reduksi stress menurut David C. Rimm dan John C. Masters.
Lebih menekankan pada cara menghadapi kecemasan dalam situasi sosial.
e. Pendekatan assertive training menurut J.Welpe, Arnold A. Lazarus dan A.
Salter.
Pendekatan ini mempunyai tujuan yang bersifat langsung, spontasnitas ekspresif
dalam
merasakan perubahan sosial.
f. Pendekatan direct training menurut Robert Gagne, Karl.U. Smith dan Margaret
Foltz
Smith.
Pendekatan ini lebih menekankan kepada pembentukan pola-pola tingkah
laku dan
keterampilan.

B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS DI SD


YANG BERLANDASKAN PENDEKATAN MODIFIKASI PERILAKU
Salah satu pendekatan modifikasi perilaku adalah pendekatan mawas diri atau
model mengajar pengendalian diri. Pembelajaran dengan pendekatan mawas diri melalui
5 tahap sbb :
1. Tahap pengenalan prinsip tingkah laku
Pada tahap ini guru memperkenalkan program dan prinsip-prinsip pengendalian diri.
Tahap ini bertujuan agar siswa memahami kesulitan yang dihadapi dalam pengendalian
diri, terutama yang terletak pada fungsi lingkungan yang tidak permanen.

2. Tahap menetapkan data dasar


Data dasar dimaksudkan untuk mengetahui dengan pasti perangsang yang
terkendali, perilakuyang terbentuk dan respons yang sesuai atau tidak sesuai.

3. Tahap menyiapkan program yang realitis


Guru harus membantu siswa dalam menyusun program secara realistis dan
seimbang . Program ini disusun harus mempunyai tujuan jangka pendek dan jangka
panjang secara jelas.

4. Tahap pelaksanaan program


Siswa melaksanakan program yang telah direncanakan. Selama dalam jangka
waktu pelaksanaan program, siswa mengadakan pertemuan secara berkala dengan guru
untuk menelaah kemajuan dan mengubah program apabila diperlukan.

5. Tahap evaluasi dan tindak lanjut


Pada tahap ini guru mengadakan penilaian tingkah laku siswa, apa sudah sesuai
yang diprogramkan dan menentukan tingkah laku sebagai tindak lanjut.

C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG BERLANDASKAN


PENDEKATAN MODIFIKASI PERILAKU

Untuk menerapkan penggunaan metode ini diambil contoh materi dari GBPP
IPS SD kelas 5 semester II.
1. Kompetensi dasar
Kemampuan memahami perjuangan para tokoh dalam melmodulawan penjajah
dan
tokoh-tokoh Pergerakan Nasional.
2. Materi Pokok ( Pokok Bahasan )
Pendudukan Jepang di Indonesia.
3. Hasil belajar
Mendeskripsikan penduduk Jepang di Indonesia
4. Indikator ( Uraian Materi )
a. Menceritakan penduduk anJepang di Indonesia.
b. Menceritakan sebab dan akibat pergerakan tenaga romusa oleh Jepang
terhadap penduduk Indonesia.

5. Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah mempelajari kompetensi dasar, materi pokok,hasil belajar dan indikator,
guru dapat menjelaskan materi tersebut dengan carayang mudah diterima.
Pada saat menjelaskan materi tersebut guru dapat memberikan penilaian
terhadap penjajah Jepang.

KEGIATAN BELAJAR 5

MERANCANG DAN MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG


BERLANDASKAN PENDEKATAN EKSPOSITORI

A. PENGERTIAN PENDEKATAN EKSPOSITORI


Pendekatan ekspositori adalah pendekatan yang menekankan pada
pengolahan materi pelajaran yang telah jadi atau siap disampaikan kepada siswa. Dalam
hal ini, guru memberi pesan (materi) yang telah siap sehingga siswa tidak perlu mencari,
menemukan dan memecahkan sendiri.
B. CARA MERANCANG PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG
BERLANDASKAN PENDEKATAN EKSPOSITORI
Dalam merancang penggunaan metode ceramah (sebagai contoh
pendekatan ekspositori) perlu terlebih dahulu diketahui sifat-sifatnya yang kurang baik,
yaitu berikut ini :
1. Kurang memberikan kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi memecahkan
masalah sehingga daya serap siswa kurang tajam.
2. Kadang-kadang pernyataan atau penjelasan lisan sukar ditangkap. Apalagi jika
menggunakan kata-kata asing.
3. Kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kecakapannya untuk mengeluarkan pendapat.
4. Kurang cocok untuk anak yang tingkat abstraksinya masih kurang.
5. Dapat menimbulkan kebosanan siswa dan verbalisme.

Metode ceramah dapat digunakan apabila terdapat hal-hal berikut ini :


1. Bahan ceramah yang akan diberikan jumlahnya/volumenya sangat banyak.
2. Banyak atau materi yang akan diberikan merupakan bahan baru.
3. Para siswa dapat memahami informasi melalui kata-kata.

Langkah-langkah dalam melaksanakan metode ceramah adalah sbb :


1. Melakukan kegiatan pendahuluan
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran
b. Mengemukakan pokok-pokok materi yang akan disajikan
c. Memancing pengalaman siswa yang relevan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan

2. Menyajikan bahan pelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor berikut ini :


a. Perhatian siswa
b. Menjelaskan materi pelajaran
c. Kegiatan pembelajaran sedapat mungkin bervariasi
d. Umpan balik dari siswa untuk guru
e. Motivasi perlu selalu ditimbulkan

3. Menutup pelajaran dengan kegiatan sbb :


a. Menarik kesimpulan dari bahan pelajaran yang disampaikan
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanggapi kembali bahan pelajaran
yang telah dipelajari dengan menghubungkan mata pelajaran lain
c. Melaksanakan penilaian akhir untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan
pelajaran
d. Tindak lanjut

C. MENERAPKAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN IPS SD YANG


BERLANDASKAN PENDEKATAN EKSPOSITORI
Sebagai contoh untuk menerapkan pendidikan ekspositori (metode ceramah), diambil
kurikulum SD kelas 6 semester II.
1. Kompetensi dasar
Kemampuan memahami gejala alam dan sosial Negara Indonesia dan negara
tetangga.
2. Materi Pokok
Gejala alam dan sosial Indonesia dan negara tetangga.

3. Hasil belajar
a. Membandingkan gejala alam negara Indonesia dengan negara-negara tetangga.
b. Mendeskripsikan gejala sosial negara Indonesia dengan negara-negara tetangga.
4. Indikator
a. Menunjukkan pada peta letak dan nama negara-negara tetangga Indonesia.
b. Membandingkan ciri-ciri gejala alam negara Indonesia dengan negara-negara
tetangga.
c. Membandingkan ciri-ciri gejala sosial negara Indonesia dengan negara-negara
tetangga.
d. Memberi contoh sikap waspada terhadap gejala sosial di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai