KAJIAN PUSTAKA
6
7
dan masalah social. Dalam kerangka kerja pengkajian Studi Sosial menggunakan bidang-
bidang keilmuan yang termasuk bidang-bidang Ilmu Sosial.
Tentang Studi Sosial ini, Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut :
Studi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan
pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar, dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai
pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat
interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau masalah-masalah tertentu
berdasarkan sesuatu rangka referensi, dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil
mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya. Sesuatu acara
ditinjau dari beberapa sudut sekomprehensif mungkin.
Kerangka kerja Studi Sosial tidak menekankan pada bidang teoretis, namun lebih
kepada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah sosial yang
terdapat di lingkungan masyarakat. Studi Sosial tidak terlalu akademis-teoretis, namun
merupakan satu pengetahuan praktis dan dapat diajarkan pada tingkat persekolahan, yaitu
mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.
Pendekatan yang digunakan Studi Sosial sangat berbeda dengan pendekatan yang
biasa digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau
bersifat multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat disipliner dari
bidang ilmunya masing-masing. Demikian pula pada tingkat dan taraf yang lebih rendah
pendekatan Studi Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau
masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan.
Studi Sosial sebagai bahan pembelajaran karena sifatnya lebih mendasar dapat
disajikan kepada tingkat yang lebih rendah, sesuai dengan yang dikemukakan oleh
jaromelik (1977:3-4) sebagai berikut:
Social studies has as its particular mission the task of helping young people develop
comptencies that enable them to deal with, and to some extent manage, the
physical and social forces of the world in which they live. Such competencies make
to possible for pupils to shape their lives in harmony with those forces. Social
studies education should also provide young people with a feeling of hope in the
future and comfidence in their ability to solve social problems.
8
Kelima tujuan di atas harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum IPS di berbagai
lembaga pendidikan dengan keluasan, kedalaman dan bobot yang sesuai dengan jenis
dan jenjang pendidikan yang dilaksanakan. Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
1) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari
keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia
dengan berbagai permasalahannya.
2) Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi.
3) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi
yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
4) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai
dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan
kejadian-kejadian yang besar.
5) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,
permainan, keluarga.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas
yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang
dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif adalah
“Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek
koqnitif, afektif dan psikomotor”.
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain,
mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang
diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
3. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009: 3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom (Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah
kognitif, sebagai berikut:
a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi
masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
12
Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional
seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk
menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan
kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari
materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses
berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas
pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi
untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe
ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa
dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural : Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya
yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social : Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan
sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan
sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
15
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan
dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
e) Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok
dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di
kelas.
f) Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang disajikan.
PEMBELAJARAN IPS
1. Membentuk Kelompok
2. Diskusi Kelompok
3. Pemanggilan Nomor Anggota
4. Membuat Kesimpulan
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas maka
dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
a. Penerapan model pembelajaran NHT dalam proses pembelajaran dilakukan dalam
kondisi belajar yang menyenangkan sehingga aktivitas guru-siswa meningkat secara
signifikan sebesar minimal 10%.
b. Peningkatan proses pembelajaran melalui model pembelajaran NHT dapat
meningkatkan hasil belajar IPS secara signifikan dengan kriteria 80% siswa atau
minimal 24 siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).