Anda di halaman 1dari 16

RESUME MATERI DAN PEMBELAJARAN IPS SD PDGK4405

Modul 1 . PARADIGMA PENDIDIKAN IPS

1. KONSEP DAN RASIONAL “SOSIAL STUDIES” SECARA UMUM

Dalam wacana kurikulum sistem Pendidikan di Indonesia terdapat tiga jenis program pendidikan sosial,
yakni : Program (pendidikan) ilmu-ilmu sosial (IIS) yang dibina pada fakultas-fakultas sosial murni;
disiplin ilmu pengetahuan sosial (PDPIS) yang dibina pada fakultas-fakultas pendidikan ilmu sosial; dan
pendidikan ilmu pengetahuan sosial (PIPS) yang diberikan terutama di dalam pendidikan persekolahan

Perkembangan PIPS dan PDIPS secara konseptual terkait erat pada konsep “sosial studies” secara
umum, dan secara kurikuler terkait erat pada perkembangan PIPS dalam dunia persekolahan. Oleh
karena itu untuk melihat bagaimana karakteristik dan perkembangan PDIPS perlu dikaitkan dengan
konsep, dan perkembangan “sosial studies” dan konsep serta perkembangan PIPS dalam dunia
persekolahan.

Konsep “sosial studies” secara umum berkembang secara evolusioner di Amerika Serikat sejak tahun
1800-an, yang kemudian mengkristal menjadi domain pengkajian akademik pada tahun 1900-an, antara
lain berdirinya National Council for the Sosial Studies (NCSS) pada tahun 1935. Pilar akademik pertama
muncul dalam pertemuan pertama NCSS tahun 1935, berupa kesepakatan untuk menempatkan “sosial
studies” sebagai “core curriculum”, dan pada tahun 1937 berupa kesepakatan mengenai pengertian
“sosial studies” yang berawal dari pandangan Edgar Bruce Wesley, yakni “The sosial studies are the
sosial. Science simplified for pedagogical purposes”.

Dari penelusuran histories epistemologis, tercatat bahwa dalam kurun waktu 40 tahunan sejak tahun
1935 bidang studi “sosial studies” mengalami perkembangan yang ditandai dengan ketakmenentuan,
ketakberkeputusan, ketakbersatua, dan ketakmajuan. Antara tahun 1940-1950 “sosial studies”
mendapat serangan dari berbagai sudut; tahun 1960-1970-an timbul tarik menarik antara pendukung
gerakan the new sosial studies yang dimotori oleh para sejarawan dan ahli-ahli ilmu sosial dengan
gerakan “sosial studies” yang menekankan pada “citizenship educatin”. Para pendukung gerakan “the
new sosial studies” kemudian mendirikan Sosial Science Education Consortium (SSEC). Sedangkan NCSS
terus mengembangkan gerakan “sosial studies” yang terpisah pada “citizenship education:

Pada era 1980-1990-an NCSS kelompok berhasil, menyepakati “scope and sequence of sosial studies”
yakni tahun 1963; kemudian pada pada tahun 1989 berhasil disepakati konsep “sosial studies” untuk
abad ke-21 yang dituangkan dalam “Charting A Course: Sosial Studies for the 21st Century”, dan terakhir
pada tahun 1994 disepakati “Curriculum Standards for Sosial Studies”. Dalam perkembangan terakhir itu
NCSS masih tetap menempatkan “citizenship education” sebagai inti dari tujuan “sosial studies”.
Sementara itu pada kelompok SSEC, kelompok bidang studi ekonomi mengembangkan secara tersediri
“economics education”.

2. PARADIGMA PENDIDIKAN IPS INDONESIA


Pemikiran mengenai konsep pendidikan IPS di Indonesia banyak dipengaruhi oleh pemikiran “sosial
studies” di Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang memiliki pengalaman panjang dan reputasi
akademis yang signifikan dalam bidang itu. Reputasi tersebut tampak dalam perkembangan pemikiran
mengenai bidang itu seperti dapat disimak dari berbagai karya akademis yang antara lain dipublikasikan
oleh National Council for the Sosial Studies (NCSS).

Konsep IPS untuk pertama kalinya masuk ke dalam dunia persekolahan terjadi pada tahun 1972-1973,
yakni dalam kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) IKIP Bandung. Dalam kurikulum SD
8 tahun PPSP digunakan istilah “Pendidikan Kewargaan Negara/Studi Sosial” sebagai mata pelajaran
sosial terpadu. Dalam kurikulum tewrsebut digunakan istilah Pendidikan Kewargaan Negara yang di
dalamnya tercakup Sejarah Indonesia, Ilmu Bumi Indonesia, dan Civics yang diartikan sebagai
Pengetahuan Kewargaan Negara.

Dalam kurikulum 1975 pendidikan IPS menampilkan empat profil yakni: (1) Pendidikan Moral Pancasila
menggantikan Pendidikan Kewargaan Negara sebagai suatu bentuk pendidikan IPS khusus yang
mewadahi tradisi “citizenship transmission”; (2) pendidikan IPS terpadu untuk Sekolah Dasar; (3)
Pendidikan IPS menaungi mata pelajaran geografi, sejarah, dan ekonomi koperasi; dan (4) pendidikan
IPS terpisah-pisah yang mencakup mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi untk SMA, atau sejarah
dan geografi untuk SPG.

Bila disimak dari perkembangan pemikiran pendidikan IPS yang terwujudkan dalam kurikulum sampai
dengan dasawarsa 1990-an ini pendidikan IPS di Indonesa mempunyai dua konsep pendidikan IPS, yakni:
pertama, Pendidikan LPS yang diajarkan dalam tradisi “citizenship transmission” dalam bentuk mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan Sejarah Nasional; kedua, pendidikan IPS yang
diajarkan dalam tradisi “sosial science” dalam bentuk pendidikan IPS terpisah dari SMU, yang
terkonfederasi di SLTP, dan yang terintergrasi di SD.

Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampai saat ini pendidikan IPS
terpilah dalam dua arah, yakni: Pertama, PIPS untuk dunia persekolahan yang pada dasarnya merupakan
penyederhanaaan dari ilmu-ilmu sosial, dan humaniora, yang diorganisasikan secara psiko-pedagogis
untuk tujuan pendidikan persekolahan; dan kedua,PDIPS untuk perguruan tinggi pendidikan guru IPS
yang pada dasarnya merupakan penyeleksian dan pengorganisasian secara ilmiah dan meta psiko-
pedagogis dari ilmu-ilmu sosial, humaniora, dan disiplin lain yang relevan, untuk tujuan pendidikan.
Professional guru IPS. PIPS merupakan salah satu konten dalam PDIPS.

MODUL 2. PERUBAHAN DAN KONFLIK SOSIAL

1. PERILAKU SOSIAL

Perilaku erat kaitannya dengan kepribadian, yang terbentuk melalui sosialisasi semenjak masa kanak-
kanak sampai usia tua, sehingga menjadi ajang pembinaan kepribadian (personality building) bagi
seseorang. Sosialisasi dan kepribadian akan membentuk sistem perilaku (behavior sistem), dimana
perilaku tersebut harus menyesuaikan dengan kaidah yang berlaku (conformity), tetapi sering terjadi
perilaku yang menyimpang (deviation) yang memicu terjadinya perubahan sosial.
Tindakan sosial adalah tindakan individu yang diarahkan pada orang lain dan memiliki arti, baik bagi diri
si pelaku maupun bagi orang lain. Dalam tindakan sosial mengandung tiga konsep, yaitu tindakan, tujuan
dan pemahaman. Cirri-ciri sari tindakan sosial adalah: tindakan memiliki makna subjektif, tindakan nyata
yang bersifat membantin dan bersifat subjektif, tindakan berpengaruh positif, tindakan diarahkan pada
orang lain dan tindakan merupakan respons terhadap tindakan orang lain. Berdasarkan tingkat
pemahamannya, terdapat rasionalitas instrument, rasionalitas berorientasi nilai dan tindakan afektif
serta tindakan tradisional.

Interaksi sosial merupakan prasayarat terbentuknya masyarakat, karena melalui interaksi tersebut akan
terjalin hubungan antarindividu dan individu dengan kelompok serta hubungan antar kelompok, yang
ditandai dengan adanya hubungan timbale balik antara pihak yang berinteraksi. Terjadinya interaksi
sosial diperlukan kontak sosial dan komunikasi. Imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati, merupakan
faktor yang dapat melangsungkan interaksi sosial. Dalam kehidupan sehari-hari ditemui dua bentuk
interaksi sosial, yaitu yang bersifat asosiatif dan disosiatif. Bentuk interaksi sosial yang bersifat asosiatif
adalah kerjasama (cooperative) dan akomodasi (accommodation) , sedangkan yang termasuk ke dalam
bentuk disosiatif yaitu persaingan (competition), kontraversi (contravention) dan pertentangan
(conflict).

2. PERUBAHAN SOSIAL

Dinamika masyarakat dicirikan dengan adanya perubahan sosial, oleh karena itu tidak ada satu
masyarakat pun yang statis. Terjadinya perubahan pada salah satu aspek kehidupan dapat menimbulkan
perubahan pada aspek yang lainnya, baik yang menyangkut material maupun nonmaterial, sehingga
sering menimbulkan disintegrasi yang diikuti dengan adanya reorganisasi untuk mencapai keseimbangan
dalam kehidupan sosial.

Perubahan sosial dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal
yaitu yang berasal dari masyarakat itu sendiri, seperti : perubahan komposisi penduduk, konflik dan
penemuan baru. Sedangkan faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar masyarakat, seperti : bencana
alam, peperangan, intervensi dan budaya asing. Selain itu, terdapat pula faktor penghambat dan
pendorong perubahan. Faktor penghambat yaitu : perkembangan ilmu pengetahuan yang berjalan
lambat, sikap tradisional, solidaritas kelompok tinggi, kepentingan, prasangka buruk pada pihak luar san
takut akibat dari perubahan. Faktor pendorong perubahan adalah pendidikan yang maju, sikap
menghargai karya orang lain, toleransi dan sistem masyarakat terbuka.

Berlangsungnya perubahan dapat terjadi secara lambat atau cepat, meliputi skala kecil dan besar,
direncanakan dan tidak direncanakan. Perubahan sosial yang cepat dan tidak direncanakan sering
menimbulkan disintegrasi dalam berbagai bentuk konflik sosial.

3. KONFLIK SOSIAL

Konflik sosial adalah pertentang antar anggota atau antar kelompok dalam masyarakat yang sifatnya
menyeluruh, yang disebabkan oleh adanya beberapa perbedaan, yaitu perbedaan individu, perbedaan
pola budaya, perbedaan status sosial, perbedaan kepentingan dan terjadinya perubahan sosial.
Bagi masyarakat, terjadinya konflik memiliki beberapa fungsi yaitu : mendorong upaya akomodasi,
menjadi media untuk meningkatkan solidaritas, memungkinkan terjalinnya kerjasama, meningkatkan
peran individu dan mendorong terjadinya komunikasi. Terdapat enam bentuk konflik sosial yaitu: konflik
pribadi, konflik kelompok, konflik antar kelas, konflik rasial, konflik politik dan konflik budaya.

Berdasarkan tingkatannya, konflik sosial dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu : konflik tingkat rendah,
konflik tingkat menengah dan konflik tingkat tinggi. Agar supaya konflik tersebut tidak menimbulkan
disintegrasi dalam masyarakat, maka diperlukan upaya-upaya untuk mengatasinya. Cara yang biasa
ditempuh untuk mengatasi konflik tersebut adalah melalui, konsiliasi, mediasi, arbitrasi, paksaan dan
détente.

Modul 3. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

1. SALING KETERGANTUNGAN ANTARA MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Sejak masa prasejarah nenek moyang kita sudah mempunyai kemampuan merefleksikan bagaimana
dunia sekelilingnya mempengaruhi dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi diharapkan mampu menjelaskan suatu pandangan yang lebih bijak tentang
hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alam.

Beberapa ahli ilmu pengetahuan alam menyatakan bahwa teknik-teknik baru yang digunakan oleh
manusia akan mampu mengontrol alam serta meningkatkan kesejahteraan umat manusia di masa
mendatang. Sebaliknya ahli-ahli lain berpendapat bahwa kita masih sangat terikat dari “campur tangan
alam.”

Secara hakikat pemikiran kondisi geografik, menolak gagasan yang mengatakan lingkungan hidup
mengontrol tindakan-tindakan manusia. Menurut pemikiran geografi malah terjadi sebalinya, yakni
bahwa manusia secara aktif merupakan agen dominan yang mampu memanipulasi dan memodifikasi
habitatnya (lingkungan sekitarnya). Walaupun demikian kita tidak bisa lepas dari pengaruh alam.

Seacara sederhana dapat dikatakan bahwa suatu kebudayaan adalah keseluruhan pandangan hidup
suatu penduduk yang penekanannya pada standar yang idealis, didesain oleh penduduk bagi
kepentingannya.

Carl Ritter seorang tokoh yang sangat memperhatikan tentang sejarah perkembangan kebudayaan umat
manusia yang beranekaragam dipelbagai belahan dunia. Menurut pendapatnya masyarakat manusia
akan mengalami perkembangan dari bangsa barbarisme, yang sangat kejam sampai menjadi bangsa
yang beragama dan beradab.
Alexander Van Humblodt berdasarkan hasil studinya yang dilakukan tentang bentang lahan, iklim,
mencoba membahas adanya perbedaan kebudayaan antara satu masyarakat dengan masyarakat
lainnya.

Hipocrates, Aristoteles dan Jean Bodin menggambarkan adanya pengaruh setiap habitat terhadap
penduduknya. Sebagai contoh karena iklim di Eropa terdiri dari beberapa musim hingga fisik orang-
orang Eropa lebih besar daripada orang-orang Asia. Demikian juga dalam hal perjuangan, organisasi
maupun politik.

Dalam geografi adanya suatu pendekatan yang dikenal dengan inveronmentalisme. Paham ini
melaetakan pondasi yang terpenting dalam pandangannya bahwa aktivitas manusia kondisinya
sedemikian kuat atau dipengaruhi oleh lingkungan hidup.

Sedangkan Federik Ratzel seorang ahli geografi dan etnologi, merupakan orang pertama yang
menyanggah keyakinan kaum inveronmentalis, dalam argumentasi di salahsatu essainya ia menegaskan
posisi yang paling penting adalah faktor kebudayaan.

2. DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA

Bagi ahli geografi dampak manusia terhadap lingkungan alam sesungguhnya lebih banyak diperhatikan
bila dibandingkan dengan kaitannya isu-isu sosial.

Untuk memahami bagaiman asal mula perubahan energi dari satu makhluk ke makhluk lain di bumi
maka dapat digambarkan sebagai berikut: Kehidupan di bumi berasal dari energi matahari. Melalui
fotosintesa diubahlah energi ini ke dalam bentuk energi kimia di dalam tumbuh-tumbuhan. Sebagai
respon bagi kita untuk bertahan hidup, serta semua makhluk hidup lainnya, maka kita makan tumbuh-
tumbuhan tersebut dalam proses ini energi kimia yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan
ditaransformasi menjadi energi gerak. Beberapa makhluk hidup memang tidak langsung makan tumbuh-
tumbuhan. Tetapi energi mereka didapatkan dengan cara memakan binatang serangga dan ikan, bila
ditelusuri kebelakang akhirnya sampai pada tanaman.

Semakin tinggi teknologi suatu masyarakat semakin bertambah besar tingkat ketergantungannya pasa
konsumsi energi dan semakin besar hilangnya panas. Maka akan menciptakan lembaga pengrusakan
pada biosfir atau oktosfir.

Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin pesat dorongan pertumbuhan ekonomi berbagai
negara mengakibatkan berbagai pemborosan sumber daya alam yang berakibat kemorosotan kualitas
lingkungan.

Pada saat ini terjadinya kemorosaotan kualitas lingkungan sudah menjangkau ke berbagai segi
kehidupan. Sebagai contohnya antara lain terjadinya ; mutasi gen antar manusia terselubung, hujan
asam, dampak rumah kaca, lobang lapisan ozon.

3. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Kemampuan lingkungan hidup sangat terbatas secara kuantitas atau jumlahnya.

Peraturan pengelolaan lingkungan hidup:Udang-undang No. 23 tahun 1997.

Pengertian lingkungan hidup (UU No 4 tahun 1982 atau No. 23 tahun 1997) sebagai suatu kesatuan
ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Komponen lingkungan hidup:

fisik,

biotis,

sosial,

ekonomi,

budaya dan

kesehatan masyarakat.

Azas Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup: pengelolaan lingkungan hidup untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan (berkelanjutan).

Setiap orang mempunyai kewajiban untuk dapat memelihara lingkungan hidup di muka bumi.

Perangkat pengelolaan lingkungan: AMDAL, UKL, UPL.

Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan dengan memanfaatkan perangkat sukarela dianggap sebagai


gambaran kepedulian yang tinggi dalam upaya pengelolaan lingkungan.

Permasalahan lingkungan telah mendapat perhatian yang luas di berbagai negara sejak dasawarsa 1970-
an hingga sekarang ini.

Konferensi lingkungan hidup sedunia di Stockholm tahun 1972 maka sampai sekarang telah banyak
dikeluarkan penanganan masalah lingkungan baik oleh masing-masing negara maupun antar negara.

Isu-isu lingkungan telah menjadi isu seluruh dunia seperti rusaknya lapisan ozon, masalah perubahan
iklim global dan lain sebagainya. Ini semua menunjukkan bahwa dalam melakukan pembangunan perlu
dilakukan melalui pendekatan ekologis.

Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan, baik yang direncanakan maupun di luar
rencana, dapat menurunkan atau menghapus kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan kita
pada tingkat kualitas hidup yang lebih tinggi.

Modul 4. INDIVIDU, KELOMPOK DAN KELEMBAGAAN

1. INDIVIDU DAN KELOMPOK SOSIAL


Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain.
Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah
kelompok-kelompok sosial (sosial group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.

Namun bukan berarti semua semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk
dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu.

Macam-macam kelompok sosial meliputi :

1. klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial;

2. kelompok sosial dipandang dari sudut individu;

3. in group dan out group

4. primary group dan secondary group;

5. gemeinschalf dan geselfchaft

Primary group adalah kelompok-kelompok yang ditandai dengan ciri-ciri kenal mengenal antara
anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Sedangkan yang dimaksud pengertian
secondary group adalah kebalikan dari primary graoup. Secondary group sebagai kelompok-kelompok
yang besar, yang terdiri banyak orang antara siapa hubungannya tak perlu berdasarkan kenal mengenal
secara pribadi dan sifatnya tidak begitu langgeng.

Tonnies dam Loomis menyatakan bahwa gemeinschalf adalah bentuk kehidupan bersama di mana
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang bersifat alamiah dan dasar dari hubungan tersebut adalah
rasa cinta dan kesatuan batin yang telah dikodratkan. Contoh bentukgemeinschalf dijumpai dalam
keluarga, kelompok kekerabatan dan rukun tetangga. Sedangkangesefchaft adalah kebalikannya, yaitu
berupa ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat imajiner dan
strukturnya bersifat mekanis sebagaimana terdapat dalam mesin. Contoh bentuk geselfchaft ini
terdapat bentuk utama hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik. Seperti ikatan antara
pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, industri dan lain-lain.

Di samping ada kelompok sosial juga terdapat sistem sosial dalam bentuk piramida sebagai berikut :

lapisan sosial atas (upper)

lapisan sosial menengah (midle)

lapisan sosial rendah (lower)

2. KELEMBAGAAN (SOSIAL INSTITUTION)

Beberapa pendapat para ahli sosiologi tentang pengertian kelembagaan (Sosial Institution). Menurut
Soerjono Soekanto (1982;191) mendefenisikan bahwa lembaga kemasyarkatan adalah “sesuatu bentuk
dan sekaligus mengandung pengertian-pengertian yang abstrak perihal norma-norma dan peraturan-
peraturan tertentu yang menjadi ciri-ciri dari lembaga kemasyarakatan. Sedangkan menurut
Koentjaraningrat (1984:165) adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku masyarakat. Pranata sosial
diberi arti sebagai sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk
memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.

Lembaga kemasyarakatan terbentuk melalui proses disebut sebagai lembaga institusional, atau
kelembagaan nilai-nilai yang dibentuk untuk membantu hubungan antar manusia di dalam masyarakat.
Nilai-nilai yang mengatur tersebut dikenal dengan istilah norma yang mempunyai kekuatan mengikat
dengan kekuatan yang berbeda-beda. Norma-norma tersebut dapat dibedakan seperti berikut : cara
(ussage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom).

Lembaga kemasyarakatan disamping seperti yang dijelaskan tersebut di atas, lembaga kemasyarakatan
juga memiliki ciri-ciri dan tipe-tipe berdasarkan: pelembagaannya, sistem nilai, penyebarannya dan
bagaimana penerimaan di masyarakat.

Dalam lembaga kemasyarakatan juga terdapat social control (sistem pengendalian sosial) yang dilakukan
bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam
masyarakat, baik yang bersifat preventif maupun represif.

Modul 5. KONSEP WAKTU, PERUBAHAN, DAN KEBUDAYAAN

1. PEMBELAJARAN KONSEP WAKTU

Tugas Sejarah:

membuka kegelapan masa lampau manusia, memaparkan kehidupan manusia, dalam berbagai aspek
kehidupan dan mengikuti perkembangannya dari masa yang paling tua hingga kini dan untuk dijadikan
pedoman di masa kini dan masa yang akan datang.

Konsep waktu dalam sejarah mempunyai arti kelangsungan (continuity) dan satuan atau jangka
berlangsungan perjalanan waktu (duration). Kelangsungan waktu atas kesadaran manusia, terhadap
waktu dibagi menjadi tiga dimensi yaitu : waktu yang lalu, waktu sekarang, dan waktu yang akan datang
di dalam satu kontinuitas.

Dimensi waktu dalam sejarah adalah penting sekali karena peristiwa yang menyangkut masyarakat
manusia terjadi atau berlangsung dalam dimensi ruang dan waktu. Akan tetapi karena tak dapat
ditentukan kapan waktu berawal dan kapan waktu berakhir, maka terbatasnya konsep tentang
kelangsungan waktu itu lalu dibatasi dengan awal dan akhir atas dasar kesadaran manusia yang disebut
periode atau kurun waktu atau babakan waktu. Babakan waktu juga dinamai penzaman, serialisasi,
periodesasi dan masa.

Sejarah lokal merupakan sejarah yang terjadi di satu tempat saja. Pengaajaran sejarah lokal sangat
penting guna menumbuhkan rasa kecintaan terhadap daerahnya sendiri.
2. PEMBELAJARAN KONSEP PERUBAHAN

Perubahan merupakan gejala yang umum terjadi pada masyarakat manusia, tidak ada satu masyarakat
pun yang benar-benar statis, cepat atau lambat semua masyarakat akan mengalami perubahan.

Ada dua macam perubahan, yaitu perubahan sosial dan kebudayaan.

Perubahan sosial adalah perubahan lembaga-lembaga, kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat,


yang sistem sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat.

Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.

Perubahan kebudayaan mencakup: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan sejenisnya
bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk dan aliran-aliran organisasi sosial.

Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai aspek yang sama, yaitu kedua-duanya bersangkut paut
dengan penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dari cara-cara masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perubahan itu ada yang berjalan lambat, ada juga yang berjalan cepat.

Disamping itu ada perubahan yang kecil pengaruhnya dan ada yang besar, serta ada perubahan yang
dikehendaki dan ada pula perubahan yang tidak dikehendaki dan tidak direncanakan.

Sebab-sebab terjadinya perubahan ada yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri dan ada yang
berasal dari luar masyarakat. Disamping itu ada juga sejumlah faktor yang mendorong jalannya
perubahan dan ada juga sejumlah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan.

3. PEMBELAJARAN KONSEP KEBUDAYAAN

Kebudayaan disebut superorganis karena walaupun kebudayaan adalah hasil ciptaan manusia tetapi
budaya menguasai manusia.

Kebudayaan hanya dinilai oleh masyarakat manusia yang tidak diturunkan secara biologis tetapi melallui
proses belajar, yang didukung, diteruskan melalui masyarakat. Kebudayaan juga merupakan pernyataan
atau perwujudan kehendak, perasaan dan pikiran manusia.

Kebudayaan memiliki unsur-unsur yang universal, yang artinya unsur-unsur kebudayaan ini dimiliki oleh
semua budaya-budaya manusia yang ada di muka bumi ini, dari masyarakat sederhana sampai
masyarakat modern.

Unsur-unsur kebudayaan universal meliputi: sistem bahasa, sistem peralatan dan perlengkapan hidup
manusia atau sistem teknologi, sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi, sistem
kemasyarakatan atau organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem religi dan sistem kesenian.

Unsur kebudayaan universal itu mempunyai tiga wujud yang menurut Koentjaraningrat wujud
kebudayaan itu dapat berupa sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik.
Kebudayaan dari waktu ke waktu selalu berubah karena adanya faktor-faktor dari dalam masyarakat
yang meliputi discovery , invention, inovasi, dan enkulturasi serta faktor-faktor yang berasal dari luar
masyarakat yang meliputi difusi, akulturasi dan asimilasi.

Modul 6. PRODUKSI, KONSUMSI, DISTRIBUSI DAN EKONOMI KERAKYATAN

1. PRODUKSI

Produksi dalam arti yang luas diidentifikasikan sebagai setiap tindakan yang ditujukan untuk
menciptakan dan menambah manfaat atau nilai guna barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia.

1 Tindakan yang dimaksud meliputi: mengubah bentuk barang, memindahkan suatu barang dari suatu
tempat ke tempat lain, mengatur waktu penggunaan suatu barang dan menciptakan suatu jasa.

2 Proses produksi hanya bisa berlangsung jika terpenuhinya factor-faktor produksi yang diperlukan.

3 Faktor produksi yang dimaksud terdiri dari sumber daya alami (land), modal (capital), tenaga kerja
(labour), dan kewirausahaan (entrepreneurship).

Fungsi produksi merupakan hubungan antara input yang berupa sumber daya perusahaan dengan
output yang berupa barang dan jasa. Fungsi produksi terikat pada hukum yang disebut “law of
diminishing returns”. Hukum tersebut menjelaskan pertautan antara tingkat produksi dan tenaga kerja
yang digunakan.

2. DISTRIBUSI DAN KONSUMSI

Distribusi adalah setiap upaya yang dilakukan baik oleh orang maupun lembaga yang ditujukan untuk
menyalurkan barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen.

Saluran distribusi merujuk pada proses pemilihan atau rute yang akan ditempuh oleh suatu produk
ketika produk tersebut mengalir dari produsen ke konsumen.

Kegiatan distribusi, secara ekonomis merupakan suatu kegiatan ekonomi yang berupaya menambah
manfaat atau nilai guna suatu barang melalui proses pemindahan tempat dan pengaturan waktu.

Melalui kegiatan ini suatu produk akan disalurkan pada tempat dan waktu yang tepat.

Berdasarkan intensitasnya saluran distribusi dapat dibedakan atas tiga bentuk yaitu saluran intensif,
selektif dan eksklusif.

Lembaga-lembaga distribusi yang paling umum antara lain grosir, agen dan pedagang eceran.

Konsumsi adalah tindakan menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang dan jasa.

Kegiatan konsumsi merupakan tindakan pemuasan atas berbagai jenis tuntutan kebutuhan manusia.
Pola konsumsi seseorang akan berubah-ubah sesuai dengan naik turunnya pendapatan.

Variasi pola konsumsi seorang konsumen selalu ditujukan untuk memperoleh kepuasan yang
maksimum. Kepuasan itu sendiri dalam pengertian yang sebenarnya sukar untuk diukur. Atas dasar
itulah dalam teori keseimbangan konsumsi dimulai dengan beberapa dugaan.

Perilaku konsumen akan sejalan dengan hukum permintaan, dan hal ini hanya berlaku apabila syarat-
syarat terpenuhi (cateris paribus).

Dalam mempelajari perilaku konsumen tersebut dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu
indifference curve approach dan marginal utiliyapproach.

3. EKONOMI KERAKYATAN

Gagasan ekonomi keralyatan dikembangkan sebagai upaya alternatif dari para ahli ekonomi Indonesia
untuk menjawab kegagalan yang dialami oleh Negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam
menerapkan teori pertumbuhan.

Penerapan teori pertumbuhan telah membawa kesuksesan di negara-negara kawasan Eropa ternyata
telah menimbulkan kenyataan lain di sejumlah bangsa yang berbeda. Salah satu harapan agar hasil dari
pertumbuhan tersebut bisa dinikmati sampai pada lapisan masyarakat paling bawah, ternyata banyak
rakyat di lapisan bawah tidak selalu dapat menikmati cucuran hasil pembangunan yang diharapkan itu.
Bahkan di kebanyakan Negara-negara yang sedang berkembang, kesenjangan sosial-ekonomi semakin
melebar.

Dari pengalaman ini, akhirnya dikembangkan berbagai alternatif terhadap konsep pembangunan yang
bertumpu pada pertumbuhan. Pertumbunhan ekonomi tetap merupakan pertimbangan prioritas, tetapi
pelaksanaannya harus serasi dengan pembangunan nasional yang berintikan pada manusia pelakunya.

Pembangunan perlu berorientasi kerakyatan dan berbagai kebijaksanaan yang berpihak pada
kepentingan rakyat. Dari pernyataan tersebut jelas sekali bahwa konsep, ekonomi kerakyatan
dikembangkan sebagai upaya untuk lebih mengedepankan masyarakat. Dengan kata lain konsep
ekonomi kerakyatan dilakukan sebagai sebuah strategi untuk membangun kesejahteraan dengan lebih
mengedepankan masyarakat. Dengan kata lain konsep ekonomi kerakyatan dilakuka sebagai sebuah
strategi untuk membangun kesejahteraan dengan lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu strategi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
merupakan paradigma baru yang bersifat people-centered, participatory, empowering,and sustainable.
Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan ekonomi dimaksudkan untuk (1) menciptakan suasana
atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, (2) memperkuat potensi atau daya
yang dimiliki oleh masyarakat, (3) melindungi yang lemah dalam menghadapi yang kuat.

Ada tiga dasar yang melandasi konsep pembangunan yang berpusat pada rakyat, yaitu :
1. memusatkan pemikiran dan tindakan kebijaksanaan pemerintah pada penciptaan keadaan-keadaan
yang mendorong dan mendukung usaha-usaha rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka
sendiri dan untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri pada tingkat individual, keluarga dan
komunitas.

2. mengembangkan struktur-struktur dan proses-proses organisasi yang berfungsi menurut kaidah-


kaidah sistem yang swa-organisasi.

3. mengembangkan sistem-sistem produksi-konsumsi yang diorganisasi secara territorial yang


berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan pengendalian lokal.

Modul 7. KEKUASAAN NEGARA, PEMERINTAH DAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN

1. KONSEP KEKUASAAN NEGARA

· Konsep kekuasaan Negara berawal dari teori kedaulatan Tuhan, kedaulatan Negara, kedaulatan hukum
dan kedaulatan rakyat.

· Kemerosotan teori kedaulatan Tuhan berasal dari pertentangan yang timbul dari konsepsi bahwa raja
bertindak atas nama Tuhan dengan kekuasaan yang tidak terkontrol, maka melahirkan diktatorisme.
Kondisi ini antara lain menjadi factor munculnya dan berkembangnya teori kedaulatan Negara.

· Teori kedaulatan Negara menyatakan bahwa kekuasaan hanya ada pad Negara baik bersifat absolute
maupun terbatas. Disamping factor-faktor kemasyarakatan juga ada factor ideal yaitu hokum, kesadaran
hokum dan rasa keadilan.

· Teori kedaulatan Hukum menyatakan bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu Negara
adalah hokum, kedaulatan itu berada ditangan hokum bahkan yang merupakan kekuasaan tertinggi di
dalam suatu Negara itu adalah hokum itu sendiri.

· Teori kedaulatan Rakyat menyatakan bahwa yang memiliki kedaulatan itu adalah rakyat, hal ini
mlahirkan teori demokrasi yang berkembang mempengaruhi terhadap perkembangan sistem
pemerintahan yang modern.

· Tuntutan reformasi sebagai alat control penyimpangan penggunaan kekuasaan, namun dalam
kenyataannya cenderung dijadikan perebutan kekuasaan oleh para elit politik sehingga belum
menunjukkan arah yang sebenarnya.

· Perkembangan teori kedaulatan yang berhubungan tersebut bahkan berkembang atas dasar kritik
kelemahan dari suatu teori kedaulatan, bahkan lahirnya suatu teori kedaulatan merupakan koreksi dari
penyempurnaan dari teori kedaulatan yang lain.

2. PEMBELAJARAN KONSEP KEKUASAAN DAN PEMERINTAHAN NEGARA

Untuk mewujudkan tujuan Negara sangat terkait dengan kekuasaan dan penyelenggaraan
pemerintahan Negara;
Negara sebagai organisasi kekuasaan yang tertinggi dalam masyarakat, kekuasaaan tersebut dijalankan
oleh suatu sistem pemerintahan. Selanjutnya pemerintah memiliki kekuasaan yang diberikan oleh
Negara untuk mencapai tujuan Negara harus melalui mekanisme sistem politik;

Kekuasaan Negara dalam perwujudannya harus melalui sistem yang dilengkapi dengan alat control yang
kuat dan efektif, maka diperhatikan alat control yang efektif pula. Pada umumnya pemegang kekuasaan
cenderung tidak dapat menjalankan sesuai dengan prinsip dasar pemegang kekuasaan;

Kajian tentang kekuasaan dalam suatu Negara maka hal ini harus dibedakan dengan kekuasaan dan
sistem pemerintahan, dan yang dimiliki oleh lembaga kenegaraan lainnya, karena derajat dan
kekuatannya serta legitimasinya, kekuasaan Negara lebih tinggi daripada kekuasaan pemerintah;

Pembagian kekuasaan salah satu upaya untuk membatasi atau melemahkan kekuasaan penguasa,
supaya kekuasan itu tidak disalahgunakan, sangat efektif untuk mencegah praktik penyalahgunaan
kekuasaan atau bertindak otoriter;

Hubungan internasional dan lembaga internasional, seperti lembaga hak azasi manusia dapat
memberikan control terhadap praktik penyalahgunaan kukuasaan, untuk itu dapat salah satu upaya
membatasi kekuasaan terhadap sistem pemerintahan.

3. HUBUNGAN OTONOMI DAERAH, DESENTRALISASI PENDIDIKAN SERTA PENINGKATAN PERAN DAN


FUNGSI GURU IPS SD

Otonomi daerah sebagai realisasi perwujudan dari azas desentralisasi akan membawa konsekuensi
terhadap dampak penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam hal penetuan kebijakan bagi daerah
yang bersangkutan termasuk terhadap penyelenggaraan kebijakan pendidikan. Konsep otonomi daerah
merupakan bagian esensial pemerintahan desentralisasi, sedangkan otonomi daerah adalah esensi
pemerintahan desentralisasi. Pemerintahan desentralisasi tidak dapat dibayangkan tanpa esensi
otonomi daerah. Sedangkan hakikat otonomi daerah itu adalah :

hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom. Hak tersebut bersumber dari wewenang
pangkal dan urusan-urusan pemerintahan pusat yang diserahkan kepada daerah. Yang dimaksud sendiri
di sini adalah penetapan kebijakan sendiri, pelaksanaan sendiri serta pembiayaan
danpertanggungjawaban sendiri,. Inilah yang menjadi inti otonomi;

dalam kebebasan menjalankan hak mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri, daerah tidak dapat
menjalankan dan wewenang otonominya itu di luar batas-batas wilayah daerahnya;

daerah tidak boleh mencampuri hak mengatur dan mngurus rumah tangga daerah lain sesuai wewenang
pangkal dan urusan yang diserahkan padanya;

otonomi tidak membawahi otonomi daerah lain, hak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri
tidak merupakan subordinasi hak mengatur dan mengurus rumah tangga daerah lain.

Sedangkan tujuan pemberian otonomi kepada daerah meliputi, 4 aspek, yaitu :


a) dari segi politik adalah untuk mengikutsertakan dan menyalurkan inspirasi dan aspirasi masyarakat,
baik untuk kepentingan daerah sendiri maupun untuk mendukungpolitik dan kebijaksanaan nasional
dalam rangka pembangunan dan proses demokratisasi di lapisan bawah;

b) dari segi manajemen pemerintahan adalah untuk meningkatkan day guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan
memperluas jenis-jenis pelayanan dalam berbagai bidang kebutuhan masyarakat.

c) Dari segi kemasyarakatan, untuk meningkatkan partisipasi serta menumbuhkan kemandirian


masyarkat dengan melakukan usaha pemberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat makin mandiri,
tidak terllalu banyak bergantung pada pemberian pemerintayh serta memiliki daya saing yang kuat
dalam proses penumbuhannya;

d) Dari segi ekonomi pembangunan adalah untuk melancarkan pelaksanaan program pembangunan
guna tercapainya kesejahteraan rakyat yang makin meningkat.

Tujuan desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah untuk meningkatkan pemerataan kesempatan,


efisien, mutu dan relevansi pendidikan. Perubahan kelembagaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pernecanaan dan pelaksanaan pada unit-unit kerja di daerah,
sehingga unsur demokrasi di daerah berkembang. Sehubungan dengan itu dibentuk Dinas baru yang
menangani pendidikan dan kebudayaan. Dinas tersebut merupakan penggabungan/peleburan dan
bukan perluasan dari Dinas P & K. aparat “Dinas” tersebut dipilih atas dasar kemampuan professional
dan berasal dari unsure-unsur Dinas P & K, Kandep Dikbud dan Kandepag serta lembaga-lembaga lain
yang relevan. Dengan kondisi seperti ini akan menuntut peran dan fungsi guru IPS dalam meningkatkan
professionalismenya.

Modul 8. KONSEP ILMU, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT DALAM PENGAJARAN IPS

1. PENDEKATAN KONSEP ILMU, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

Kebudayaan konsep ilmu, teknologi dan kemasyarakatan semakin penting dalam era masyarakat
modern yang banyak menimbulkan masalah-masalah kompleks. Kenyataan ini akan semakin dirasakan
apabila dalam penjelasannya memberi informasi lebih jauh bahwa pemecahan masalah-masalah
tersebut mengkehendaki adanya kedudukan dari berbagai disiplin ilmu.

IPS sebagai mata pelajaran di lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis. Hal ini
terbukti dengan banyak ide atau pemikiran dari para ahli seperti Robert E. Yager yang memasukan ilmu,
teknologi dan masyarakat (ITM) baik sebgai bidang penerapan dan hubungan, kreativitas dan sikap
maupun konsep dan proses. Remy (1990) mengemukakan konsep ITM memberikan kontribusi secara
langsung terhadap misi pokok IPS, khususnya dalam mempersiapkan warga negara yang : (1) memahami
ilmu pengetahuan di masyarakat, (2) pengambilan keputusan warga negara, (3) membuat hubungan
antar pengetahuan, (4) mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa beradab.

Melalui studi “Project Synthesis”, Noris Harms mengembangkan tujuan IPS untuk pendidikan sebagai
berikut : (1) IPS umtuk memenuhi kebutuhan pibadi individu, (2) IPS untuk memecahkan persoalan-
persoalan kemasyarakatan masa kini; (3) IPS untuk membantu dalam memilih karir, (4) IPS untuk
mempersiapkan studi lanjutan.

Ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) merupakan istilah yang diterapkan sebagai upaya untuk
memberikan wawasan kepada siswa secara nyata dalam mengkaji ilmu pengetahuan: konsep ITM
mencakup keseluruhan spektrum tentang peristiwa-peristiwa kritis dalam konsep pendidikan, meliputi
tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapan serta penampilan guru. Ciri dasar
keeberadaan ITM adalah lahirnya warga negara yang berpengetahuan yang mampu memecahkan
masalah-maslah krusial dan mengambil tindakan secara efisien dan efektif.

2. PENDEKATAN DAN STRATEGI KONSEP ILMU, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT DALAM PENGAJARAN IPS
SD

Pendekatan yang digunakan dalam pengajaran IPS untuk proses pembelajaran ITM adalah interdisipliner
atau multidisipliner. Artinya dalam proses belajar mengajar di kelas IPS, para siswa seyogyanya diajak,
dibina dan didorong agar dalam mengkaji atau memecahkan masalah atau topik, dipandang dari
berbagai disiplin ilmu. Ada dalam pengajaran IPS, yakni: (1) infusi ITM ke dalam mata pelajaran yang
ada, (2) perluasan melalui topik kajian dalam mata pelajaran, dan atau (3) penciptaan/pembuatan mata
pelajaran yang baru. Sedangkan karakteristik dari program internal ITM dalam IPS terdiri atas empat
kategori sebagai berikut : (1) hasilnya dinyatakan secara jelas, (2) strategi organisasi, (3) sistem
dukungan, (4) strategi instruksional.

Modul 9. MODEL INTERAKTIF DAN SUMBER PEMBELAJARAN IPS

1. MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

Pengembangan model pembelajaran interaktif dalam IPS dapat dilakukan oleh guru pada semua pokok
bahasan, dengan syarat harus memperhatikan sembilan hal, yaitu : motivasi, pemusatan perhatian, latar
belakang siswa dan konteksitas materi pelajaran, perbedaan individual siswa, belajar sambil bermain,
belajar sambil bekerja, belajar menemukan dan memecahkan permasalahan serta hubungan sosial.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar yang interaktif, guru berperan sebagai pengajar, motivator,
fasilitator, mediator, evaluator, pembimbing dan agen pembaharu. Dengan demikian, kedudukan siswa
dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas memiliki peran aktif, dimana aktivitasnya dapat diukur dari
kegiatan memperhatikan, mencatat, bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan mengerjakan
tugas, baik tugas kelompok maupun tugas individual. Dalam situasi belajar yang demikian, siswa akan
mendapatkan pengalaman yang berkesan, menyenangkan dan tidak membosankan.

Guru dalam proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangjan teknik bertanya efektif atau
melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Sifat pertanyaan dapat
mengukapkan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri, sehingga melalui pertanyaan yang diajukan, siswa
dikembangkan kemampuannya ke arah berfikir kreatifdalam menghadapi sesuatu. Beberapa komponen
yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan pertanyaan yaitu : pertanyaan harus mudah
dimengerti oleh siswa, memberi acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran,
pemberian waktu berfikir kepada siswa serta pemberian tuntunan. Sedangkan jenis pertanyaan
mengembangkan modeldialog kreatif ada enam jenis yaitu : pertanyaan mengingat, mendeskrisikan,
menjelaskan, sintesa, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk meningkatkan interaksi dalam proses
belajar mengajar, guru hendaknya mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa
untuk mendiskusikan jawabannya dan menjadi dinding pemantul atas jawaban siswa.

2. SUMBER PEMBELAJARAN DALAM PIPS

Belajar mengajar merupakan dua konsep yang saling terkait dalam proses belajar mengajar dan
efektivitasnya dapat tercapai dengan memanfaatkan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran IPS
dapat menggunakan buku sumber (buku teks, majalah atau koran dan media massa lainnya), media dan
alat pengajaran, situasi dan kondisi kelas serta lingkungan.

Bagi guru IPS buku sumber bukan satu-satunya sumber pembelajaran yang dapat digunakan, karena
buku sumber pada umumnya memuat informasi yang sudah lama. Media dan alat peraga dalam
pengajaran merupakan sumber pembelajaran yang dapat membantu guru dalam melaksanakan
perannya sebagai demonstrator. Manfaat media atau alat pembelajaran adalah : mengurangi
verbalisme, memusatkan perhatian siswa, mudah diingat, membantu pemahaman siswa serta
mendorong untuk melakukan diskusi. Media pembelajaran yang digolongkan atas 3 kelompok yaitu :
media dengar (visual aids), media pandang (auditive aids) dan media raba atau gerak (motor aid). Tetapi
dalam pelaksanaannya terdapat multi media yang mencakup ketiga jenis media tersebut.

Kelas dapat dijadikan sumber pembelajaran sangat bergantung kepada guru dalam melaksanakan
perannya sebagai pengelola kelas. Kelas tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlangsungnya PBM,
tetapi berfungsi pula sebagai pameran hasil kerja siswa atau pajangan kelas. Hasil kerja siswa yang
dipajangkan adalah yang memuat pesan secara jelas, menunjang kegiatan belajar mengajar,
menimbulkan minat dan perhatian siswa dan adanya peraturan untuk menggunakannya.

Lingkungan sebagai sumber pembelajaran menuntut kreativitas guru untuk memanfaatkannya dan
mengeliminasi kebiasaan mengajar yang rutinitas dan menoton. Terdapat empat jenis sumber
pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan, yaitu: masyarakat, lingkungan fisik, bahan sisa
atau limbah dan peristiwa alam dan sosial. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran
mendorong siswa untuk berfikir logis, sistematis dan logis, karena dari lingkungan muncul berbagai
fenomena yang menarik dan menantang bagi siswa, oleh karena itu guru dituntut memiliki keterampilan
membawa lingkungan ke dalam kelas dan atau membawa siswa ke luar kelas.

Anda mungkin juga menyukai