Anda di halaman 1dari 11

Konsep Dasar Sosiologi Pendidikan Islam dan Perkembangannya

Kelompok :1
Kelas / Semester : B/4
Nama Mahasiswa :
1. Nada Shofi Nurfazri (2110631110041)
2. Nurfita Sari (2110631110045)
3. Aang Suryana (2110631110066)

A. Materi pokok perkuliahan


1. Konsep Dasar Sosiologi Pendidikan Islam dan perkembangannya

B. Analisis pemahaman masing-masing mahasiswa terhadap bahan materi pokok


perkuliahan

a. Pengertian Sejarah Konsep Dasar Sosiologi Pendidikan Islam


Secara umum, sosiologi adalah ilmu yang mencakup semua peristiwa
kehidupan manusia. Seperti yang dikatakan Astrid S. Susanto, sosiologi adalah
ilmu yang bahan penelitiannya adalah semua peristiwa yang dialami manusia
dalam kehidupannya. Seperti yang dikatakan Abuddin Nata, sosiologi adalah
ilmu yang membahas tentang segala sesuatu yang nyata (nyata), tampak dan
bergejala dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, sifat masyarakat, gaya
hidupnya, pola komunikasi dan interaksi, stratifikasi sosial (pembedaan atau
pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal), budaya,
peradaban, dan lain sebagainya. Pada saat yang sama, sosiologi pendidikan
hanyalah studi komprehensif tentang semua aspek pendidikan dari sudut
pandang sosiologi terapan. Oleh karena itu ruang lingkup penelitian ini
adalah visi, misi, tujuan, kurikulum, alat atau bahan ajar, alumni, dosen dan
dosen berdasarkan analisis atau pendekatan sosiologis.
Pada awal mulanya sosiologi berkembang sesuai dengan maksud dan
tujuannya, seperti halnya pendidikan. Dengan pesatnya perkembangan
masyarakat, semua lapisan masyarakat membutuhkan informasi sesuai
dengan kebutuhannya masing-masing. Sosiologi tidak dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat dan tidak hanya pendidikan. Perkembangan
masyarakat yang sangat kompleks juga membutuhkan informasi yang
kompleks. Salah satunya adalah sosiologi pendidikan Islam. Ilmu-ilmu lain
selalu dibutuhkan dalam dunia pendidikan Islam yang dapat menunjang
perkembangan pendidikan Islam termasuk sosiologi. Sesuai dengan subjek
dan objek pendidikan Islam, yaitu kodrat manusia, pendidikan berhubungan
langsung dengan perilaku manusia untuk menjadikan mereka manusia yang
baik, makhluk sosial dan individu. Sebagai individu, pendidikan
membutuhkan psikologi, tetapi sebagai makhluk sosial, pendidikan
membutuhkan ilmu-ilmu sosial.
Pada dasarnya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan
manusia di tengah-tengah masyarakat yang hidup. Elemen(pokok) utama
sosiologi adalah interaksi, masyarakat, proses dan kehidupan. Umumnya, dua
orang atau lebih berinteraksi untuk menyelesaikan tugas hidup. Misi hidup
adalah proses panjang yang harus diselesaikan manusia berdasarkan tujuan
dan kebutuhannya. Pada kenyataannya, terjadinya interaksi sosial menguasai
kebutuhan hidup seseorang. Sejauh mana orang berkomunikasi tergantung
pada besarnya kebutuhan hidup manusia.
Istilah pendidikan berasal dari kata Yunani pedagogy, yang berarti
pengajaran yang diberikan kepada anak-anak. Dalam bahasa Inggris, yaitu
‘education’ yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab,
pendidikan diterjemahkan dari kata tarbiyah. Pendidikan adalah sesuatu yang
ditanamkan secara bertahap pada manusia. “Proses pendidikan” mengacu
pada metode dan sistem yang digunakan untuk instruksi langkah demi
langkah.
Dalam pandangan Sosiologi Pendidikan, kemampuan pendidik dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didiknya sangat
memengaruhi suasana belajar. Menjadi penting bagi pendidik untuk membuat
nyaman para peserta didiknya.
Pengertian pendidikan didiskusikan oleh para tokoh pendidikan dengan
tekanan yang berbeda-beda. Diantara beberapa pengertian pendidikan
tersebut terdapat titik temu menurut tujuan pendidikan. Sederhananya,
pendidikan mengacu pada bimbingan atau arahan yang sengaja diberikan
oleh guru kepada siswa.
Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari masalah pendidikan
dan mencoba mencari solusinya melalui pendekatan sosiologis. Pengertian
sosiologi pendidikan ilmu mendefinisikan tentang mempelajari masalah-
masalah pendidikan di lembaga pendidikan Islam atau lembaga pendidikan
yang beranggotakan mayoritas beragama Islam. Pendekatan sosiologis
dipadukan dengan pendekatan wahyu ulama terdahulu, budaya dan qaul
ulama terdahulu.
Sosiologi ialah ilmu yang mempelajari tentang kajian masyarakat,
mempelajari pola hubungan dan bentuk interaksi sosial dan peradaban. Oleh
karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Masyarakat sebagai suatu struktur hubungan sosial yang selalu mengalami
perubahan. Maka sangat tidak relevan (berguna), jika pemikiran kita tidak
berubah mengiringi perkembangan tren pada lingkungan masyarakat.
2. Masyarakat sebagai kumpulan manusia yang terikat oleh suatu sistem
adat tertentu. Maka kembali kita merenungkan falsafah lama “Di mana
bumi dipijak, di situ langit dijunjung”.
3. Masyarakat sebagai kumpulan orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan. Maka setiap kelompok masyarakat tentu
memiliki budaya tersendiri yang harus kita hargai.
b. Tujuan sosiologi Pendidikan Islam

Tujuan sosiologi pendidikan di Indonesia sendiri ialah :


1. Berusaha memahami peranan sosisologi daripada kegiatan sekolah
terhadap masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan
intelektual.

2. Untuk memahami seberapa jaukah guru dapat membina kegiatan sosial


anak didiknya untuk mengembangkan kepribadian anak.

3. Untuk mengetahui pembinaan Pancasila dan Kebudayaan nasional


Indonesia di lingkungan pendidikan dan pengajaran.

4. Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan masyrakat


sekitarnya agar pendidikan mempunyai kegunaan praktis di dalam
masyarakat, dan negara seluruhnya.

5. Untuk menyelidiki faktor-faktor kekuatan masyarakat, yang bisa


menstimulir pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.

6. Memberi sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu


pendidikan.

7. Memberi pegangan terhadap penggunaan prinsip-prinsip sosiologi untuk


mengadakan sosiologi sikap dan kepribadian anak didik.

Sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang


interaksi di antara individu-individu dan kelompok-kelompok dengan
kelompok, atau dengan perkataan lain secara khusus sosiologi pendidikan itu
membicarakan, melukiskan, dan menerangkan instuisi-instuisi, kelompok-
kelompok, sosial, dan proses sosial, hubungan atau relasi sosial di mana di
dalam dan dengannya manusia memperoleh dan mengorganisir pengalaman-
pengalamannya. Jadi sosiologi pendidikan tidak hanya terbatas pada studi di
sekolah saja,tetapi lebih luas lagi ialah mencangku intuisi-intuisi sosial
dengan batasan sepanjang pengaruh daripada totalitas miliektural terhadap
perkembangan kepribadian anak. Sosiologi pendidikan mempunyai approach
sosiologi pendidikan.

Dalam referensi lain disebutkan, bahwa tujuan sosiologi pendidikan


terdiri dari beberapa konsep berikut:

1. Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi. Yaitu


mengutamakan proses bagaimana kelompok kelompok sosial mempengaruhi
kelakuan seorang individu. Francis Brown mengemukakan bahwa "sosiologi
pendidikan memperhatikan pengaruh keseluruhan lingkungan budaya
sebagai tempat dan cara individu memperoleh dan mengorganisasi
pengalamannya".

2. Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam


mmasyarakat L. A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam
masyarakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dengan
berbagai aspek masyarakat, seperti menyelidiki hubungan antara masyarakat
pedesaan dengan sekolah rendah atau menengah. Juga meneliti fungsi
sekolah sehubungan dengan struktur status sosial dalam lingkungan
masyarakat tertentu.

3. Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara


sekolah dengan masyarakat. Menganalisis pola-pola interaksi sosial dan
peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang di
dalam sekolah dengan kelompok-kelompok di luar sekolah. Juga menyelidiki
hubungan dan partisipasi guru dalam kegiatan masyarakat. Peranan tenaga
pengajar di sekolah yang dapat menambah wawasan tentang kelompok-
kelompok sosial dalam sekolah.

4. Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial. Para


ahli menganggap bahwa pendidikan sosial merupakan bidang studi yang
memberi dasar bagi kemajuan sosial dan pemecahan masalah-masalah sosial.
Pendidikan dianggap sebagai badan yang mampu memperbaiki masyarakat,
alat untuk mencapai kesejahteraan atau kemajuan sosial. Sedangkan sekolah
dapat dijadikan sebagai alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke
puncak yang setinggi- tingginya.

5. Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan.


Beberapa ahli memandang bahwa sosiologi pendidikan sebagai alat untuk
menganalisis tujuan pendidikan secara objektif. Mereka mencoba mencapai
suatu filsafat pendidikan berdasarkan analisis masyarakat dan kebutuhan
manusia.

6. Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan. Sosiologi pendidikan


merupakan aplikasi sosiologi terhadap masalah-masalah pendidikan,
misalnya kurikulum. Sosiologi bukan ilmu murni, akan tetapi merupakan ilmu
terapan yang diterapkan untuk mengendalikan pendidikan. Para ahli sosiologi
pendidikan menggunakan segala sesuatu yang diketahui dalam bidang
sosiologi dan pendidikan yang kemudian dipadukan dalam suatu ilmu baru
dengan menerapkan prinsip-prinsip sosiologi kepada seluruh proses
pendidikan.
7. Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas. pendidikan. Menurut F.G.
Robbins dan Brown, sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang
membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang
mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan
pengalamannya. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta
prinsip-prinsip untuk mengontrolnya. Sedangkan menurut E.G. Payne tujuan
utama dari sosiologi pendidikan adalah memberikan latihan yang serasi dan
efektif kepada guru-guru, para peneliti dan orang-orang lain yang menaruh
perhatian kepada pendidikan sehingga dapat memberikan sumbangannya
kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.

Berdasarkan uraian tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas dapat


dikemukakan bahwa tujuan sosiologi pendidikan Islam dapat dirumuskan
sebagai berikut:

1. Menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun


masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan
kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak yang
diarahkan menuju tujuan insan kamil.

2. Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar yang


beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi
kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah atau gelar yang
semakin tinggi, maka akan mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula
yang juga akan menghasilkan penghasilan yang lebih banyak sehingga
kesejahteraan sosial pun tercapai. Di samping itu, banyaknya pengetahuan
dan keterampilan dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas sosial.

3. Menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu


lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan
daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Sebagai contoh, perguruan
tinggi didirikan di tingkat propinsi atau kabupaten yang cukup animo
mahasiswanya serta tersedia dosen yang bonafid.

4. Menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/ berpendidikan dalam


kegiatan sosial. Peranan warga yang berpendidikan sering menjadi ukuran
tentang maju dan berkembangnya kehidupan masyarakat. Sehingga
sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan-segan berpartisipasi aktif
dalam kegiatan sosial, terutama dalam memajukan kepentingan masyarakat.
Mereka harus mampu menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup
sosial.

5. Membantu menentukan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional


harus sesuai dengan falsafah hidup bangsa (Indonesia; Pancasila). Dinamika
tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitannya dengan GBHN yang
tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam sidang umum MPR, dan
disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan manusia.

6. Memberikan latihan-latihan yang efektif kepada guru-guru dalam bidang


sosiologi.

7. Memahami hubungan antar manusia di sekolah serta struktur masyarakat.

c. Ruang lingkup Sosiologi Pendidikan Islam


Kalau dipaahami serta dihayati tentang pengertian, sesungguhnya telah
tersirat adanya ruang lingkup Pendidikan Islam. Namun untuk lebih jelasnya,
ruang lingkup pendidikan Islam tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.

Pertama, teori-teori dan konsep-konsep yang diperlukan bagi perumusan


desain pendidikan dengan berbagai aspeknya : visi, misi, tujuan, kurikulum,
proses belajar mengajar, dan sebagainya. Teori-teori dan konsep-konsep
tersebut dibangun dari hasil kajian yang ilmiah dan mendalam terhadap
sumber ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an ad as-Sunnah, serta dari
berbagai disiplin ilmuyang relevan: sejarah, filsafat, psikologi, sosiologi,
budaya, politik, hukum, etika, manajemen, teknologi canggih, dan sebagainya.
Kedua, teori dan konsep yang diperlukan untuk kepentingan praktik
pendidikan, yaitu memengaruhi peserta didik agar mengalami perubahan,
peningkatan, dan kemajuan, baik dari segi wawasan, keterampilan, mental
spiritual, sikap, pola pikir, dan kepribadiannya. Berbagai komponen
keterampilan terapan yang diperlukan dalam praktik pendidikan,berupa
praktik padagogis, didaktik, dan metodik, didasarkan pada teori-teori dan
konsep-konsep yang terdapat dalam ilmu pendidikan Islam.
Selain itu, menurut Nur Uhbiyati, ruang lingkup pendidikan Islam sangat
luas,
yang didalamnya banyak segi atau pihak yang ikut terlibat baik langsung
maupun
tidak langsung.

1. Perbuatan Mendidik itu Sendiri


Yang dimaksud dengan perbuatan pendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan
atau
perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidik sewaktu menhadapi/
mengasuh
peserta didik. Atau dengan istilah lain yaitu sikap atau tindakan yang
menuntun,
membimbing, memberi pertolongan dari seseorang pendidik kepada peserta
didik
menuju kepada tujuan pendidikan Islam. Dalam perbuatan mendidik sering
disebut
dengan istilah tahzib.

2. Pelaku Pendidikan
a. Pendidik
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan akhir pendidikan Islam ialah
terciptanya insan kamil. Menurut Muhaimin, insan kamil adalah manusia yang
mempunyai wajah Qurani, terciptanya insane yang memilki dimensi religious,
budaya dan ilmiah. Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam
pendidikan Islam, pendidik bertanggung jawab mengantarkan manusia kea
rah tujuan tersebut. Justru itu, keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan
sangat krusial, sebab kewajibannya tidak hanya mentransformasikan
pengetahuan (knowledge), tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-
nilai (volluelqimah) pada peserta didik. Bentuk nilai yang diintemalisasikan
paling tidak meliputi : nilai etika (akhlak), estetika, sosial,
ekonomis, politik, pengetahuan, pragmatis, dan nilai ilahiyah.
Secara factual, palaksanaan internalisasi nilai dan transformasi
pengetahuan pada peserta didik secara integral merupakan tugas yang cukup
berat di tengah kehidupan masyarakat yang kompleks apalagi pada era
globalisasi dan modernisasi. Tugas yang berat tersebut ditambah lagi dengan
pandangan sebagian masyarakat yang melecehkan keberadaan pendidik di
sekolah, diluar sekolah maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Hal ini
disebabkan karena profesi pendidik dari segi materil kurang menguntungkan
karena sebagian masyarakat dalam era globalisasi ini dipengaruhi paham
materialisme yang menyebabkan mereka bersifat materialistik.
Berbeda dengan gambaran tentang pendidik pada umumnya pendidik
Islam, adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didik dalam mengembangkan potensinya, dan dalam pencapaian tujuan
pendidik baik dalam
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap orang dewasa yang karena
kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang
lain. Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan
adalah agama, sementara yang menerima tanggung dan amanat adalah setiap
orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang lekat pada
setiap orang karena tanggung jawabnya atas pendidikan.
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut dengan murabbi,
muallim dan muaddib. Ketiga poin itu, mempunyai makna yang berbeda,
sesuai dengan konteks kalimat, walaupun dalam situasi tertentu mempunyai
kesamaan makna.
Dalam konsep pendidikan Islam, Allah SWT. Ditempatkan sebagai
pendidik yang Maha Agung, yang kemudian mendidik Rasul Allah SWT
dengan sistem pendidikan yang terbaik, sehingga menempatkan diri
Rasulullah SAW pada kedudukan sebagai tokoh pendidik pertama. Tugas dan
wewenang itu dilimpahkan kepada kedua orang
tua dengan memberinya muatan nilai-nilai keagamaan. Tugas dan wewenang
itu kemudian dilimpahkan lagi kepada tenaga professional, yaitu para
pendidik. Untuk itu menurut Abd al-Rahman al-Nahlawi dalam Jalaluddin.13,
mengatakan syarat seorang pendidik meliputi sifat dan perilaku seperti : (1)
harus memiliki sifat Rabbani, (2) menyempurnakan sifat Rabbani dengan
keikhlasan, (3) memilki rasa sabar, (4) memilki kejujuran dengan
menerangkan apa yang diajarkan dalam kehidupan pribadi, (5) meningkatkan
wawasan dan kajian, (6) menguasai variasi serta metode mengajar, (6)
mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya
(proposisi) sehingga ia akan mampu mengendalikan diri dan muridnya, (8)
memahami dan menguasai psikologi anak dan memperlakukan mereka sesuai
dengan kemampuan intelektual dan kesiapan psikoogisnya, (9) mampu
mengetahui fenomena kehidupan sehinggamemahami berbagai
kecenderungan dunia beserta dampak yang akan ditimbulkan bagi peserta
didik, dan
(10) dituntut untuk memilki sifat adil (objektif) terhadap peserta didik.

b.Peserta didik
Peserta didik salah satu komponen dalam sistem pendidikan Islam.
Peserta didik merupakan “raw material (bahan mentah) di dalam proses
transformasi yang disebut pendidikan. Berbeda dengan kompenen-komponen
lain dalam sistem pendidikan karena menerima “materil” ini sudah setengah
jadi, sedangkan komponen-komponen lain dapat dirumuskan dan disusun
sesuai dengan keadaan fasilitas dan kebutuhan yang ada.
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis,
pertumbuhan dan
perkembangan merupakan ciri dari seorang pendidik. Pertumbuhan
menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis Menurut pasal 1 ayat 4
UU R.I No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Syamsul Nizar, dalam H. Ramayulis mendeskripsikan enam kriteria peserta


didik:
1. Peserta didik bukanlah miniature orang dewasa, tetapi memilki dunianya
sendiri.
2. Peserta didik memilki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
3. Peserta didik merupakan makhluk Allah yang memilki perbedaan individu
baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan di mana ia berada.
4. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur
jasmani memilki daya fisik dan unsur rohani memilki daya akal hati nurani
dan nafsu.
5. Peserta didik adalah manusia yang memilki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

d. Pendekatan Sosiologi Pendidikan Islam


Dalam mempelajari sosiologi pendidikan Islam, kami menggunakan beberapa
pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Individu
Pendekatan yang mempertimbangkan faktor individu secara keseluruhan,
termasuk karakter, kecerdasan dan psikologi, dan keterampilan
psikomotorik. Untuk memahami organisasi kehidupan masyarakat
(kelompok), maka perlu dibahas tentang organisasi kehidupan individu-
individu yang membentuk masyarakat, jika kita dapat memahami perilaku
individu satu per satu, bagaimana berpikir, merasakan, keterampilan,
tindakan. Sikap dan sebagainya atau secara tegas sifat individu, bagaimana
memfasilitasi individu dan lain sebagainya. Dengan demikian, akhirnya dapat
dipahami bagaimana, dilihat dari suatu kelompok (masyarakat), dari tingkah
laku seluruh masyarakat menjadi tingkah laku negara (misalnya kepribadian
negara).
Individu sebagai titik tolak ditentukan atau dipengaruhi oleh dua jenis
faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi faktor biologis dan
psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Dengan demikian, pendekatan individual menitikberatkan
pada faktor biologis dan psikologis yang menentukan perilaku manusia.
Kedua faktor ini bersifat primer sedangkan faktor lingkungan fisik dan sosial
sekitarnya bersifat sekunder.
2. Pendekatan Sosial
Yaitu pendekatan yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan
seperti lingkungan tempat tinggal seorang individu dalam perkembangannya.
Titik tolak pendekatan sosial adalah masyarakat dengan institusi yang
berbeda, kelompok dengan fungsi yang berbeda. Secara khusus, pendekatan
sosial ini berkaitan dengan aspek atau komponen budaya manusia, seperti
keluarga, tradisi, adat istiadat, tata krama, norma sosial, dan lain sebagainya.
Perilaku individu dapat dipahami dengan memahami perilaku masyarakat.
Misalnya, pada saat kelahiran, dilakukan upacara untuk bayi dengan bantuan
bidan atau dukun, ketika anak sudah mulai berbicara tentang keluarga dan
adat istiadat masyarakat yang diajarkan. Misalnya cara makan dan minum,
cara berpakaian. Semua orang memahami bahwa generasi muda harus
berperilaku sesuai dengan perilaku yang diinginkan masyarakat, atau dengan
kata lain, model perilaku bersyarat dari budaya masyarakat.
Secara umum, karena Indonesia telah mengembangkan falsafah hidup
Pancasila, maka setiap warga negara harus memahami Pancasila. Jika
pemerintah menganut demokrasi pancasila, maka seluruh warga negara
harus memahami dan mengamalkan demokrasi pancasila. Jika ada warga
negara yang tidak mau mengamalkan Pancasila, negara menindaknya, karena
dianggap menyimpang dari perilaku yang seharusnya dikembangkan
masyarakat. Approach Sosial (pendekatan dalam masyarakat) tentu
mempunyai kelemahan, sebab homogennya suatu masyarakat, betapa
kuatnya tata cara yang didapatkan oleh individualitas sebagai anggota
masyarakat, yang artinya masih terlihat ciri-ciri perilaku individual
seseorang. Mengapa karena setiap individu memiliki karakter dan
kepribadiannya masing-masing, individualitas manusia tetap ada, tidak
jarang perilaku masyarakat yang kuat terlihat sesuai dengan individu yang
memaksa, mereka merasa kurang bebas, ingin pergi.
Dengan demikian pendekatan sosial ini berfokus pada masyarakat dan
pengaruh geografis, sehingga perilaku manusia ditentukan oleh faktor fisik
dan budaya. Dengan demikian, titik tolaknya adalah interaksi individu yang
berbeda, dan dengan interaksi sosial itu menunjukkan Dari sisi sosial
manusia tentunya dalam hal ini manusia selalu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
3. Pendekatan Interaksi
Merupakan pendekatan yang memperhatikan hubungan antar individu
dalam lingkungannya. Dalam pendekatan interaktif, kami memperhatikan
faktor individu dan sosial. Dimana individu dan masyarakat saling
mempengaruhi, dimana interaksi dalam hubungan memiliki kekuatan untuk
membentuk dan mempengaruhi satu sama lain untuk saling melengkapi.
Dalam kontak dengan individu lain, kontak antar komunitas, interaksi antara
satu negara dengan negara lain. Kajian sosiologi menekankan .bahwa setiap
individu dilahirkan dan dibesarkan oleh suatu masyarakat, dan individu
tersebut dalam kehidupannya selalu mengidentifikasi dengan pola perilaku
dan budaya masyarakat tersebut. Dan keadaan interaksi adalah keadaan
hubungan sosial. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa manusia
mensosialisasikan dirinya sendiri, atau dengan kata lain membudayakan
dirinya sendiri, dan akulturasi-sosialisasi ini tidak akan berakhir sampai
akhir zaman.

C. Simpulan

1. Sosiologi Pendidikan Islam adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-
cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu
agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur bagaimana seorang
individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam
yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta
mengorganisasikan pengalamannya.
2. Anak dalam perkembangannya dipengaruhi oleh orang tua (pendidikan informal),
guru-guru/sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal).
Dari ketiga aspek tersebut, pengaruh lingkunganlah yang paling menentukan.
Pendidikan sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi
sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru/pendidik harus berusaha
menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusia baik
dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat (dengan sistem sosialnya).

3. Masalah-masalah yang diselidiki sosiologi pendidikan atau bidang kajian sosiologi


pendidikan meliputi pokok-pokok antara lain :
a. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat, yang
meliputi:
b. Hubungan antar manusia di dalam sekolah, dalam hal ini yang menjadi kajian yaitu
menganalisis struktur sosial di dalam sekolah. Pola kebudayaan di dalam sistem
sekolah berbeda dengan apa yang terdapat di dalam masyarakat di luar sekolah.
c. Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah, jadi
yang diutamakan adalah aspek proses pendidikan itu sendiri, bagaimana pengaruh
sekolah terhadap murid. Seperti peranan sosial guru, hakikat kepribadian guru,
pengaruh kepribadian guru terhadap kelakuan anak, dan fungsi sekolah dalam
sosialisasi murid
d. Sekolah dalam masyarakat, yaitu menganalisis pola interaksi sekolah dengan
kelompok sosial dalam masyarakat di sekitarnya.
4. Tujuan sosiologi pendidikan terdiri dari beberapa konsep berikut:
a. Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi
b. Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
c. Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah
dengan masyarakat
d. Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial
e. Sosiologi pendidikan sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
f. Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan
g. Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan

D. Daftar Pustaka

Dr. H. Nur Efendi M.Ag. 2017, Islamic Educational Sociology. Perpustakaan Nasional
RI

journal.iain-manado.ac.id karya mastang ambo baba

Noor Hasanah, M.A dan Huriyah M.Pd., 2022, Sosiologi Pendidikan Islam (Metode
Memahamkan Masalah Sosial Keagamaan Responsif SDGs).

Anda mungkin juga menyukai