Kelompok :1
Kelas / Semester : B/4
Nama Mahasiswa :
1. Nada Shofi Nurfazri (2110631110041)
2. Nurfita Sari (2110631110045)
3. Aang Suryana (2110631110066)
2. Pelaku Pendidikan
a. Pendidik
Sebagaimana diketahui bahwa tujuan akhir pendidikan Islam ialah
terciptanya insan kamil. Menurut Muhaimin, insan kamil adalah manusia yang
mempunyai wajah Qurani, terciptanya insane yang memilki dimensi religious,
budaya dan ilmiah. Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut dalam
pendidikan Islam, pendidik bertanggung jawab mengantarkan manusia kea
rah tujuan tersebut. Justru itu, keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan
sangat krusial, sebab kewajibannya tidak hanya mentransformasikan
pengetahuan (knowledge), tetapi juga dituntut menginternalisasikan nilai-
nilai (volluelqimah) pada peserta didik. Bentuk nilai yang diintemalisasikan
paling tidak meliputi : nilai etika (akhlak), estetika, sosial,
ekonomis, politik, pengetahuan, pragmatis, dan nilai ilahiyah.
Secara factual, palaksanaan internalisasi nilai dan transformasi
pengetahuan pada peserta didik secara integral merupakan tugas yang cukup
berat di tengah kehidupan masyarakat yang kompleks apalagi pada era
globalisasi dan modernisasi. Tugas yang berat tersebut ditambah lagi dengan
pandangan sebagian masyarakat yang melecehkan keberadaan pendidik di
sekolah, diluar sekolah maupun dalam kehidupan sosial masyarakat. Hal ini
disebabkan karena profesi pendidik dari segi materil kurang menguntungkan
karena sebagian masyarakat dalam era globalisasi ini dipengaruhi paham
materialisme yang menyebabkan mereka bersifat materialistik.
Berbeda dengan gambaran tentang pendidik pada umumnya pendidik
Islam, adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didik dalam mengembangkan potensinya, dan dalam pencapaian tujuan
pendidik baik dalam
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap orang dewasa yang karena
kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang
lain. Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat pendidikan
adalah agama, sementara yang menerima tanggung dan amanat adalah setiap
orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang lekat pada
setiap orang karena tanggung jawabnya atas pendidikan.
Dalam konteks pendidikan Islam, pendidik disebut dengan murabbi,
muallim dan muaddib. Ketiga poin itu, mempunyai makna yang berbeda,
sesuai dengan konteks kalimat, walaupun dalam situasi tertentu mempunyai
kesamaan makna.
Dalam konsep pendidikan Islam, Allah SWT. Ditempatkan sebagai
pendidik yang Maha Agung, yang kemudian mendidik Rasul Allah SWT
dengan sistem pendidikan yang terbaik, sehingga menempatkan diri
Rasulullah SAW pada kedudukan sebagai tokoh pendidik pertama. Tugas dan
wewenang itu dilimpahkan kepada kedua orang
tua dengan memberinya muatan nilai-nilai keagamaan. Tugas dan wewenang
itu kemudian dilimpahkan lagi kepada tenaga professional, yaitu para
pendidik. Untuk itu menurut Abd al-Rahman al-Nahlawi dalam Jalaluddin.13,
mengatakan syarat seorang pendidik meliputi sifat dan perilaku seperti : (1)
harus memiliki sifat Rabbani, (2) menyempurnakan sifat Rabbani dengan
keikhlasan, (3) memilki rasa sabar, (4) memilki kejujuran dengan
menerangkan apa yang diajarkan dalam kehidupan pribadi, (5) meningkatkan
wawasan dan kajian, (6) menguasai variasi serta metode mengajar, (6)
mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya
(proposisi) sehingga ia akan mampu mengendalikan diri dan muridnya, (8)
memahami dan menguasai psikologi anak dan memperlakukan mereka sesuai
dengan kemampuan intelektual dan kesiapan psikoogisnya, (9) mampu
mengetahui fenomena kehidupan sehinggamemahami berbagai
kecenderungan dunia beserta dampak yang akan ditimbulkan bagi peserta
didik, dan
(10) dituntut untuk memilki sifat adil (objektif) terhadap peserta didik.
b.Peserta didik
Peserta didik salah satu komponen dalam sistem pendidikan Islam.
Peserta didik merupakan “raw material (bahan mentah) di dalam proses
transformasi yang disebut pendidikan. Berbeda dengan kompenen-komponen
lain dalam sistem pendidikan karena menerima “materil” ini sudah setengah
jadi, sedangkan komponen-komponen lain dapat dirumuskan dan disusun
sesuai dengan keadaan fasilitas dan kebutuhan yang ada.
Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis,
pertumbuhan dan
perkembangan merupakan ciri dari seorang pendidik. Pertumbuhan
menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis Menurut pasal 1 ayat 4
UU R.I No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
C. Simpulan
1. Sosiologi Pendidikan Islam adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-
cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu
agar lebih baik sesuai dengan ajaran agama Islam, mengatur bagaimana seorang
individu berhubungan dengan individu yang lain sesuai dengan kaidah-kaidah Islam
yang akan mempengaruhi individu tersebut dalam mendapatkan serta
mengorganisasikan pengalamannya.
2. Anak dalam perkembangannya dipengaruhi oleh orang tua (pendidikan informal),
guru-guru/sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal).
Dari ketiga aspek tersebut, pengaruh lingkunganlah yang paling menentukan.
Pendidikan sendiri dapat dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi
sosial. Maka sudah sewajarnya bila seorang guru/pendidik harus berusaha
menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusia baik
dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat (dengan sistem sosialnya).
D. Daftar Pustaka
Dr. H. Nur Efendi M.Ag. 2017, Islamic Educational Sociology. Perpustakaan Nasional
RI
Noor Hasanah, M.A dan Huriyah M.Pd., 2022, Sosiologi Pendidikan Islam (Metode
Memahamkan Masalah Sosial Keagamaan Responsif SDGs).