Anda di halaman 1dari 25

1

MENGENAL LEBIH JAUH TENTANG SOSIOLOGI


PENDIDIKAN DAN MENGGALI AKAR SEJARAH
SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Adistya Suryadi Aisyah1, Hikmah Alfiyah2, Hilda Nafisatur Rohmah3,


Lia Izzatul Maula4
1234
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
E-mail: adistyasuryadi1111@gmail.com, oppo3s1822@gmail.com,
hildanafisaturrohmah@gmail.com, izzatullia198@gmail.com

Abstract: The aim of this research is to find out the history of educational
sociology. Sociology is a science that studies the relationships between humans
in groups and their social structures. Education is the learning of knowledge,
skills, and habits of a group of people that is passed from one generation to the
next through teaching, training, or research. From these two definitions it can
be concluded that educational sociology is a science that examines and studies
all existing components in education, both structural aspects, educational
problems, educational dynamics and other aspects in depth through sociological
approaches and analysis, which occurs social interaction with education in it.
Sociology of education views all education from the social structure of society.
The task of education according to sociology is to maintain life and encourage
the progress of society. In general, these educators view the ultimate goal of
education as more sociolisticthan individualistic. In the relationship between
sociology and education, it can be seen how society influences education and
vice versa, how education itself influences society.

Keywords: Sociology, Education, History

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah mengenai


sosiologi pendidikan. Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Pendidikan
adalah pembelajaran pengetahuan, ketrampilan dan kebiasaan sekelompok
orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
pengajaran, pelatihan atau penelitian. Dari dua pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa sosiologi pendidikan merupakan ilmu yang mengkaji dan
mempelajari seluruh komponen yang ada dalam pendidikan baik aspek
struktur, masalah-masalah pendidikan, dinamika pendidikan maupu aspek-
aspek lain secara mendalam melalu pendekatan dan analisis sosiologis, yang
mana terjadi interaksi sosial dengan pendidikan didalamnya. Sosiologi
pendidikan memandang segala pendidikan kehidupan dan mendorong
kemajuan masyarakat. Tugas pendidikan menurut sosiologi adalah memelihara
kehidupan dan mendorong kemajuan masyarakat. Pada umumnya kaum
pendidik ini memandang tujuan akhir pendidikan lebih bersifat sosiolitis
daripada individualistis. Dalam hubungan antara sosiologi dan pendidikan ini
dapat dilihat bagaimana masyarakat mempengaruhi pendidikam dan
sebaaliknya bagaimana pendidikan itu sendiri yang mempengaruhi masyarakat.

Kata kunci: Sosiologi, Pendidikan, History


2

PENDAHULUAN

Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menulusuri


asal usulpertumbuhannya, serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok
terhadap anggotanya. Masyarakat, komunitas, keluarga, perubahan gaya
hidup, struktur, mobilitas sosial, perubahan sosial, perlawanan sosial,
konflik, intergrasi sosial, dan sebagainya adalah sejumlah contoh kajian
ruang sosiologi.1 Sosiologi, ras dan hubungan etnis adalah bidang disiplin
ilmu yang mempelajari hubungan sosial, politik, dan ekonomi antara ras
dan etnisitas pada semua tingkatan masyarakat. Bidang ini mencakup studi
tentang rasisme, pemisah permukiman, dan proses sosial rumit lainnya
antara kelompok ras dan etnis yang berbeda. Ditinjau dari perspektif sebab
lahirnya sosiologi pendidikan adalah dikarenakan adanya perkembangan
masyarakat yang cepat dan berakibat pada merosotnya peran pendidik, dan
perubahan interaksi antarmanusia. Dikarenakan manusia tumbuh dan
berkembang bukan di sekolah melainkan di Masyarakat
Sosiologi merupakan salah satu bagian ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari interaksi sosial, struktur sosial, dan dinamika
masyarakat.2 Pendidikanmerupakan bidang kehidupan yang menyangkut
kepentingan semua orang, diperlukan bagi anak-anak balita, remaja,
pemuda dan orang dewasa/tua dari semua lapisan sosial. Pendidikan
berlangsung sepanjang masa; usia pendidikan telah sama tua denga usia
umat manusia sendiri.3 Pendidikan disekolah bukan hanya ditentukan oleh
usaha murid secaara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam
proses belajar mengajar, melainkan juga oleh interaksi murid dengaan
lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya

1
Hartono and Hunt, 1987, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 41.
2
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan,(Yogyakarta: Media Akademi, 2016), hal. 3-5.
3
Sudarja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan: Analisis Sosiologi Tentang Praksis Pendidikan
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2016), hal. 3-4.
3

didalam maupun diluar sekolah. Pendidikan sendiri dapat dipandang


sebagai sosialisasi, yang terjadi dalam interaksi sosial. Oleh karena itu
sudah sewajarnya seorang pendidik harus berusaha menganalisis lapangan
pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusiawi
dalam keluarga, di sekolah, di luar sekolah, dalam masyarakat dan system
sosialnya.

Kajian-kajian sosiologis dalam dunia pendidikan akan berguna


bagi para pendidik, peserta didik, dan tenaga kependidikan bahkan para
pengamat bidang pendidikan di Indonesia. Misalnya, kegunaannya bagi
masyarakat Indonesia yang dinilai oleh para peneliti sebagai masyarakat
dunia yang paling heterogen (majemuk). Indonesia dikenal sebagai
masyarakat heterogen yang multietnis. Di mana masyarakat Indonesia
memiliki penduduk lebih dari 250.000.000 jiwa.4
Dalam jumlah tersebut masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan
suku bangsa yang tersebar di sejumlah wilayah kepulauan, baik yang
menduduki di beberapa pulau besar maupun di ribuan pulau kecil yang
membentang luas dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam hingga
Papua. Setiap suku pada masyarakat Indonesia memiliki daerah teritorial
dan budaya masing-masing yang khas.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan oleh penulis adalah
metode penelitian kualitatif dengan jenis library research atau kajian
pustaka. Library research atau kajian pustaka adalah serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.5 Sumber data
yang ada dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang relevan

4
Zakiyyudin Baidhawy, 2003, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, (Surakarta: Universitas
Muhammadiyah), hal. 142.
5
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2017),hal. 3.
4

dengan topik utama pembahasan, yakni referensi yang digunakan yaitu


melalui buku, jurnal dan website. Teknik analisis data pada penelitian ini
adalah mempelajari data hasil penelitian sebelumnya terkait kontribusi
sosiologi pada dunia pendidikan dan perkembangannya di Indonesia.
Kedua, data primer yang didapat dari jurnal maupun website
dikumpulkan. Ketiga, mengolah data. Keempat, melakukan analisis data
dengan analisis deskriptif. Adapun kajian ini dilakukan pada bulan
Agustus s/d Desember 2023.
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian Sosiologi Pendidikan

Secara etimologis, sosiologi pendidikan berasal dari bahasa Latin


socius dan logos. Socius yang artinya teman, kawan, sahabat dan logos
artinya ilmu pengetahuan. Sosiologi adalah suatu kajian atau studi tentang
hubungan antara manusia dengan manusia. Hubungan antar manusia
tersebut lebih bersifat human relationship.6 Sosiologi merupakan suatu
ilmu pengetahuan yang secara khusus mempelajari masyarakat sebagai
kesatuan dari keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan
manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kepompok, baik
formal maupun material, baik statis maupun dinamis. 7

Secara terminologis beberapa ahli mendefinisikan sosiolofi


seacara agak berbeda. Marx Weber memandang sosiologi sebagai studi
tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Sebagai ilmu yang
berusaha untuk mentafsirkan dan memahami (interprelative
understanding) tinfakan sosial serta hubungan sosial untuk sampai pada
penjelasan kausal.8 PitirimA.Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah
suatu ilmu yang memperlajari: (a) Hubungan dan pengaruh timbal balik
antara aneka ragam gejala-gejala sosial (misal: antara gejala ekonomi
dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; dan
gerakan masyarakat dengan politik); (b) Hubungan dan pengaruh timbal
balik antara gelaja-gejala sosial dengan gelaja-gejala non sosial (misal:
gejala geografis dan biologis).9

6
Ibid., h.2.
7
Nurdinah Hanifah, Sosiologi Pendidikan, (Sumedang: UPI Sumedang, 2016), hal. 5.
8
George Rirzer, Sosiologi : Ilmu Pengertahuan Berparadigma Ganda, Terj. Alimandan, (Jakarta:
RajaGrafindo, 2003), hal.38.
9
Piritim A. Sorokin, Contemporary Sociological Theories (New York: Harper and Row, 1928),
hal. 769-762.
6

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat


disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu masyarakat atau cabang ilmu
sosial mempelajari secara sistematik kehidupan bersama manusia yang
ditinjau dan diamati dengan menggunakan metode empiris yang di
dalamnya terkandung studi tentang kelompok-kelompok manusia, tatanan
sosial, perubahan sosial, sebab-sebaab sosial, dan segala fenomena sosial
yang memengaruhi perilaku manusia.10

Sosiologi dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana


manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan
bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta
kaitan satu dengan yang lain.

Sementara istilah pendidikan, secaara etimologis mempunyai


padanan kata education dalam bahasa Inggris, dan al-tarbiyah, al ta’lim, al
ta’dib, dan al-riyadah dalam bahasa Arab. Walau setiap terma tersebut
mempunyai makna yang berbeda, karena perbedaan teks dan konteks
kalimatnya, namun dalam beberapa hal, terma-terma tersebut mempunyai
kesamaan makna. Pengertian ‘pendidikan’ , secara sederhana adalah proses
pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. 11

Secara terminologis, menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyu,


mendefinisikan pendidikan (tarbiyah) sebagai upaya mempersiapkan
individu untuk kehidupan yang lebih sempurna, kebahagiaan hidup, cinta
tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan etika, sistematik dalam berpikir
tajam, berrperasaan, giat dalam berkreasi, toleransi pada yang lain,
berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa tulis dan bahasa lisan dan
terampil beraktifitas11. Sementara Azyumardi Azra menganggap pendidikan

10
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada, 2011), hal. 8.
11
Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Ruh al-tarbiyah wa Ta’lim (Saudi Arabiah: Diar Al-Ahya)
hal. 7.
7

sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan


kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih egektif dan efisien. 12

Dari penjelasan asal-usul sosiologi dan pendidikan diatas, dan kini


akan membahas tentang apa sosiologi pendidikan itu? Secara singkat,
sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang digunakan unuk memecahkan
masalah yang dihadapi oleh pendidikan.

Terdapat beberapa definisi sosiologi pendidikan menurut beberaapa


ahli diantaranya: Pertama, menurut Abdullah Syamsudin, Sosiologi
pendidikan adalah cabang dari ilmu pengetahuan yang membahas interaksi
sosial anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa serta dengan
kondisi-kondisi sosial cultural yang terdapat dalam lingkungannya atau
masyarakat dimana ia tinggal atau dibesarkan.13 Sosiologi juga merupakan
ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan secara individual
maupun secara berkelompok.

Kedua, menurut Abdul Syani, Sosiologi merupakan ilmu yang


berkenaan dengan masyarakat sosial, hubungan yang terjadi di dalamnya
dan pengaruhnya kepada struktur masyarakat tersebut. 14 Secara ilmiah
sosiologi pendidikan membahas tentang interaksi sosial serta hasil-hasilnya.
Dari adanya interaksi sosial akan memiliki hasil berupa organisasi sosial.

Ketiga, Stephen K. Sanderson, sosiologi adalah kajian ilmiah


tentnag kehidupan sosial manusia. Sosiolog berusaha mencari tahu tentang
hakekat dan sebab-sebab dari berbagai polapikiran dan tindakan manusia
yang teratur dan dapat berulang Berbeda dengan psikologi, yang
memusatkan perhatianya kepada karakteristik pikiran dan tindakan orang
perorangan, sosiologi hanya tertarik kepada pikiran dan tindakan yang
dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu kelompok atau masyarakat.15

12
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: tradisi dan modernisasi menuju milenum baru, (Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2000), hal. 3.
13
Abdullah Syamsudin, Agama dan Masyarakat (Jakarta: Wacana Ilmu, 1997), hal.3.
14
Abdul Syani, Sosiologi dan Pendidikan Masyarakat (Lampung: Pustaka Jaya, 1995), hal. 10.
15
Stephen K. Sanderson, Makro Sosiologi, Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial (Jakarta:
8

Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang berbagai


struktur dan proses kemasya- rakatan yang bersifat stabil.

Keempat, menurut Frank J. Mifflen dan Sydney C. Mifflen,


Sosiologi Pendidikan adalah pada pokoknya merupakan studi ilmiah dari
interaksi sosial yang menyinggung lembaga pendi- dikan atau lembaga
persekolahan. Di dalam studi itu, pendi- dikan, yang berlangsung di dalam
lingkungan kelembagaan, dapat saja merupakan suatu variabel yang bebas
dan tidak bebas. Sifat lembaga, proses belajar, topik-topik dianggap wajar
dalam kurikulum merupakan kedua-duanya penyebab dan akibat dari
masalah-masalah sosial yang lebih luas dan dari lingkungan- lingkungan
sosial. 16 Ilmu yang berusaha dan berupaya memahami akan perilaku sosial
atau tindakan-tindakan perilaku sosial di masyarakat.

Kelima, menurut Abudin Nata, Sosiologi adalah suatu ilmu yang


mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan-
perubahan sosial. Adapun objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat
dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang timbul dari hubungan
manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuanya adalah meningkatkan daya
atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya. 17 kemasyarakatan yang secara khusus berupaya untuk
mempelajari struktur sosial dan berbagai proses sosial termasuk perubahan
sosial.

Keenam, menurut S. Nasution, Sosiologi adalah suatu ilmu


pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yakni
antar hubungan di antara manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formil maupun materiil, baik
statis maupun dinamis. Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah atas

PT Raja Grafindo Persada), hal.2.


16
Frank J. Millen and Sydney C. Mifflen, The Sosiology Of Education, terj. Joost Kullit (Bandung:
PT. Tarsito, 1986), hal.59.
17
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2001), hal.20.
9

proses sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan. 18 Sosiologi


mempunyai perhatian yang khusus terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kemasyarakatan baik yang bersifat umum dan berusaha pula memperolah
pola-pola umum dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Sosiologi pendidikan juga dapat didefinisikan dengan dua cara.


Pertama, sosiologi pendidikan didefinisikan sebagai suatu kajian yang
mempelajari hubungan antara masyarakat , yang di dalamnya terjadi
interaaksi sosial, dengan pendidikan. Dalam hubungan ini, dapat dilihat
bagaimana masyarakat memengaruhi pendidikan. Juga sebaliknya,
bagaimana pendidikan memengaruhi masyarakat. Dengan pemahaman
konsep masyarakat sepertu di atas, maka sosiologi pendidikan mengkaji
masyarakat, yang di dalamnya terdapat proses dan pola interaksi sosial,
dalam hubungannya dengan pendidikan. Hubungan dilihat dalam sisi saling
memengaruhi. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan
menuntun individu dalam melakukan kegiatan pendidikan seperti apa saja
dari pendidikan, bagaimana mendidiknya, siapa yang mendidik dan dididik
dan dimana pendidikan dilakukan.

Selanjutnya, bagaimana pendidikan memengaruhi masyarakat, yang


di dalamnya ada proses interaksi sosial? Banyak aspek dari kehidupan
(anggota) masyarakat dipengaruhi oleh pendidikan. Pilihan seseorang
terhadap suatu pekerjaaan dipengaruhi salah satunya oleh pendidikannya.
Demikian pula dengan pola konsumsi dan pola pengasuhan anak
dipengaruhi oleh pendidikan.

Masyarakat

Pendidikan

Interaksi sosial
proses dan pola
18
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal.5.
10

Catatan : - - - - - Hubungan inklusif Hubungan timbal balik

Dari gambar diatas diperoleh pemahaman bahwa masyarakat


merupakan suatu realitas yang di dalamnya terjadi proses interaksi sosial
dan terdapat pola interaksi sosial. Hubungan antara pendidikan dan
masyarakat, termasuk di dalamnya ada proses dan pola interaksi, bersifat
saling memengaruhi atau pengaruh timbal balik.

Masih banyak lagi definisi yang dibuat oleh para ahli tentang
sosiologi pendidikan. Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang membahas
dan diterapkan dalam memecahkan segala problematika yang ada dalam
pendidikan, terutama dalam interaksi sosial antara pesertadidik dengan
lingkungan, guru, dan sesamanya, begitu juga dalam melihat gejala-gejala
sosial yang berkembang dalam sistem pendidi kan, sehingga aspek-aspek
sosiologi yang ada dapat dijadikan pijakan dalam merumuskan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pen- didikan, guna tercapainya kemajuan
dalam bidang pendidikan.

Kajian sosiologi pendidikan menekankan implikasi dan akibat


sosial dari pendidikan dan memandang masalah-masalah pendidi kan dari
sudut totalitas lingkup sosial kebudayaan, politik dan eko- nomisnya bagi
masyarakat. Apabila psikologi pendidikan meman- dang gejala
pendidikan dari konteks perilaku dan perkembangan pribadi, maka
sosiologi pendidikan memandang gejala pendidikan sebagai bagian dari
struktur sosial masyarakat.
11

Sejarah Sosiologi Pendidikan

Sosiologi pendidikan memang merupakan suatu disiplin ilmu


yang relatif baru. Sosiologi pendidikan baru berkembang di awal abad ke-
20 dan kemudian mengalami hambatan dalam perkembanganya, karena
dianggap dapat dipelajari atau merupakan salah satu sub dalam
pembahasan sosiologi. Sebelum berakhirnya perang Dunia II, sosiologi
pendidikan sebagai disiplin ilmu, sempat hilang dari peredaran dan tidak
dianggap sebagai suatu ilmu yang penting untuk diajarkan di lembaga
pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) di Amerika Serikat. Asumsi ini
berkembang dan disebabkan karena dianggap dapat dipelajari dalam
kajian sosiologi, atau secara khusus dimensi pendidikan merupakan
bagian dari pembahasan sosiologi. Sampai tahun 1920 disiplin ilmu yang
membahas dasar- dasar pendidikan sesungguhnya merupakan ilmu yang
terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang terpisah mulai dari Filsafat
Pendidikan, Sejarah Pendidikan, Psikologi pendidikan dan sosiologi
pendidikan. 19

Nama sosiologi dipakai untuk pertama kali oleh August Comte


seorang filsuf dan sosiolog dari Prancis. Dalam bukunya yang berjudul
Sistem Filsafat Positif, Comte panggilan pendeknya menyusun suatu daftar
yang secara berurutan menyebut semua ilmu pengetahuan mulai dari
matematika hingga sosiologi. Matematika merupakan ilmu pengetahuan
pertama dan tertua. Sedangkan sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
paling akhir. Menurut Comte matematika dapat muncul dengan segera,
karena obyeknya paling mudah dan paling pasti dikenal. Berbeda halnya
dengan perilaku manusia yang paling sulit untuk dimengerti dan
diramalkan.

19
Ibid., h.2.
12

Menurut Comte munculnya sosiologi telah menunggu adanya ilmu-


ilmu lain yang kemudian berusaha untuk menyatukannya ke dalam satu
keseluruhan.20 Dari beberapa pendapattersebut dapatdikatakan bahwa
sosiologi lahir pada abad ke-19 sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri
sendiri, kemudian pada abad ke-20 sosiologi mendapatkan pengakuan
secara legal sebagai fakultas di universitas, Institut dan Sekolah Tinggi di
samping fakultas-fakultas lain yang lahir pada waktu itu. Sejak awal
perkembangannya, pada awal abad ke-19, hingga dewasa ini, ilmu
sosiologi telah mengalami perubahan yang terus-menerus ilmu yang oleh
Auguste Comte disebut dengan "social physics" yang kemudian dikenal
dengan sosiologi (sociology). Sosiologi terus berkembang seiring dengan
perubahan yang timbul di masyarakat. Pada awalnya ahli pendidikan sosial
memandang pendidikan sosial sebagai bidang studi yang memberikan dasar
bagi kemajuan sosial dan pemecahan masalah sosial. Pendidikan dianggap
sebagai badan yang sanggup memperbaiki masyarakat. Pendidikan
dijadikan alat kontrol sosial yang membawa kebudayaan ke puncak yang
lebih tinggi. 21

Perkembangan sosiologi umum tersebut seiring pula dengan


perkembangan sosiologi pendidikan yang sudah merupakan kajian khusus
dalam ilmu pendidikan. Sosiologi pendidikan selanjutnya sudah tidak bisa
dipisahkan dari sejumlah jenis ilmu yang terkait dengan pendidikan,
karena sosiologi pendidikan merupakan awal perkembangan ilmu
pendidikan. Meskipun wilayah sosiologi pendidikan baru terbatas sekali
segi-seginya yang telah dianalisis, dan baru sedikit yang dapat menopang
generalisasi tersedia, namun telah meningkat secara pesat jumlah
kontribusi terhadap suatu analisis ilmiah yang mengenai sistem sosial
pendidikan. Sudah banyak tersedia hasil analisis ilmiah tentang sistem
sosial pendidikan, tentunya bisa banyak bermanfaat bagi upaya

20
Veeger.K. J. Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial Atas Hubungan Individu Masyarakat dalam
Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: Gramedia, 1990
21
Abdullah Idi, Bahan Kuliah Sosiologi Pendidikan S1 & S2, hal. 11.
13

pengelolaan organisasi-organisasi dan administrasi sistem pendidikan. Hal


ini merupakan tantangan bagi para ahli sosiologi yang benar-benar tertarik
untuk mengalih kesanggupan dan perhatiannya kepada hubungan-
hubungan sosial yang berlangsung dalam proses pendidikan.
Ibnu Khaldun (1332-1406), seorang sejarawan dan filsuf sosial Islam
terkemuka asal Tusinia sudah merumuskan suatu model tentang suku bangsa
nomaden yang keras dan masyarakat masyarakat halus bertipe menetap dalam
suatu hubungan yang kontras. Karya Khaldun tersebut dituangkan dalam bukunya
yang berjudul Al-Muqaddimah, tentang sejarah dunia dan sosial-budanya yang
dipandang sebagai karya besar di bidang tersebut. Teori sosial Khaldun terkenal
dengan “siklus peradaban”. Menurut Khaldun, setiap peradaban berkembang
melalui empat fase, yaitu: fase primitif atau nomaden, fase urbanisasi, fase
kemewahan, dan fase kemunduran yang mengantarkan kehancuran. Kemudian
keempat perkembangan ini oleh Khaldun sering disebut dengan fase; perintis,
pembangun, penikmat, dan penghancur.22

Pada mulanya, sosiologi masih menjadi bagian tak terpisahkan dari


filsafat. Pada waktu itu, filsafat mencakup segala usaha-usaha pemikiran
mengenai masyarakat. Filsafat bahkan mendaoat juluan sebagai “induk dari ulmu
pengetahuan” atau ”Mater Scientiarum” atau menurut Francis Bacon sebagai “the
great mother of the sciences”. Lama kelamaan, dengan perkembangan zaman dan
tumbuhnya peradaban manusia, seabagi ilmu pengetahuan, yang semula
tergabung dalam filsafat memisahkan diri dan berkembang mengejar tujuan
masing-masing. Sosiologi termasuk cabang ilmu yang memisahkan dari filsafat.

Istilah sosiologi menjadi lebih popiler setengah abad kemudian berkat


jasa Herbert Spencer (1820-1830), ilmuwan inggris yang menulis buku berjudul
Principles Of sociology (1876). Ia mengemukakan bahwa kunci memahami gejala
sosial atau gejala alamiah itu adalah hukum evolusi universal. Gejala fisik,
biologis, dan sosial, semuanya tunduk pada hukum dasar tersebut. Kemudian
prinsip-prinsip evolusi tersebut juga diperluas dari tingkat biologis ke sosial
sehingga semboyan survival of the fittest dalam Darwinisme Sosial itupun
sebenarnya dari Spencer. Spencer menrapkan teori evolusi organik pada

22
Ibnu Khaldun, Al-Muqaddimah, (Kairo: al-Maktabah al-Tijariyyah al-Kubra,1284 H), hal.168.
14

masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang evolusi sosial yang
diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.

Revolusi industri dan Revolusi Perancis mendorong perubahan sosial


yang sangat cepat. Perubahan sosial yang cepat menimbulkan cultural lag
(kesenjangan kultural). Cultural lag menjadi penyebab munculnya masalah-
masalah sosial yang dialami dunia pendidikan. Para ahli sosiologi
menyumbangkan pemikiraannya untuk memecahkan maslah itu, hingga lahirlah
sosiologi pendidikan. Perubahan sosial yang cepat meliputi berbagai bidang
kehidupan dan merupakan masalah social institute seperti: industri, agama,
perekonomian, pemerintahan, keluarga, perkumpulan, dan pendidikan. 23

Mempelajari sosiologi pendidikan tidak hanya mengetahui akan


arti, makna, dan konsep akan sosiologi saja, akan tetapi juga harus
mengetahui akan tokoh-tokoh yang melatar belakangi munculnya sosiologi
pendidikan. Berikut adalah tokoh-tokoh sosiologi pendidikan:

Pertama, Auguste Comte (1798-1857) lahir pada tanggal 19


Januari 1798 di kota Montpellier di bagian selatan Prancis. Tahun 1816 ia
belajar di Sekolah Politeknik di kota Paris. Dalam tahun 1817 ia diangkat
menjadi sekretaris Saint Simon. Auguste Comte merupakan Bapak
sosiologi. Ia berpendapat bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok,
yaitu socialstatistics dan social dynamics. Sebagai social statistics sosiologi
merupakan sebuah ilmu yang mengkaji dan mempelajari hubungan timbal
balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Social dynamics meneropong bagaimana lembaga- lembaga tersebut
tumbuh dan berkembang serta mengalami perkembangan sepanjang masa.
Ada tiga tahap perkembangan pikiran manusia:
1. Tahap Agama. Mula-mula pada awal perkembanganya akal manusia
memakai gagasan-gagasan keagamaan untuk mene rangkan semua
gejala dan kejadian. Karena ia belum mengenal diri sebagai makhluk
yang berkuasa atas makhluk-makhluk lain ia menghayati
keberadaannya di dunia sebagai bagian dari suatu keseluruhan yang

23
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan.,hal.6-7.
15

mengagumkan dan menakutkan sekaligus. 24


2. Tahap Metafisika, dalam tahap ini semua gejala dan kejadian tidak lagi
dilihat sebagai langsung disebabkan roh, dewa atau yang mahakuasa.
Sekarang akal budi mencari pengertian dan penerangan dengan
membuat abstraksi-abstraksi dan konsep-konsep metafisik. 25
3. Tahap Positivisme, pada tahap ini gejala alam diterangkan oleh akal-
budi berdasarkan hukum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji, dan
dibuktikan atas cara empiris. Penerangan ini menghasilkan
pengetahuan yang instrumental. Manusia dimampukan untuk
menerapkan dan memanfaatkan nya demi suatu penguasaan atas
lingkungan alam dan peren canaan masa depan yang lebih baik. Dalam
tahap positif in agama menimbang-terimakan dan menyerahkan
hegemoninya atas ordre intellectuelle (wilayah akal budi) kepada ilmu
pengetahuan empiris. Dalam tahap ini manusia telah sanggup untuk
berpikir secara rasional dan ilmiah. Pada tahap inilah mulai
berkembang ilmu pengetahuan.

Kedua, Emile Durkheim (1858-1917) lahir pada tanggal 15 April


1858 di desa. Patokan-Patokan metode Sosiologi Emile Durkheim;
kekacauan dan ketidakberesan masyarakatnya yang disebabkan oleh
individualisme zamanya, membuat Durkheim cenderung kepada suatu
filsafat sosial, di mana keseluruhan berkuasa atas bagian-bagiannya dan
masyarakat atas anggota individual. Kendati demikian ia bukan penganut
Organisme. 26 Durkheim dalam mengembangkan sosiologi memakai 2
prinsip yaitu:
1. Sosiologi harus bersifat Ilmiah artinya bahwa Positivisme diberikan
kepada kata itu. Fenomin-fenomin sosial harus dipelajari secara

24
Muhammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan, (Jakarta: Pembangunan, 1970),
hal. 70.
25
Ibid., hal.6.
26
Anthonny Giddens, The Class Structural Of Advanced Societies, (New York: Harper & Row,
1975), hal. 36.
16

obyektif atau dari sebelah luar, dan diterangkan secara kausal.


2. Keterangan yang diharapkan dari Sosiologi harus bersifat Khas
Sosiologis. Kalau tidak Sosiologi tidak berhak atas tempat tersendiri
di dunia ilmu-ilmu Seandainya keteranganya sama dengan keterangan
psikologi atau ilmu alam, kita tidak membutuhkannya. 27

Ketiga, Max Weber (1864-1920) berpendapat bahwa studi


kehidupan sosial yang mengkaji tentang struktur sosial dan pranata sosial
itu hanya dari segi luar saja, seakan-akan tidak ada inside-story, dan karena
itu mengesampingkan pengarahan diri oleh individu, tidak menjangkau
unsur utama dan pokok dari kehidupan sosial itu. Semua konsep dasar
sosiologi dari Weber membuktikan pendirian pinsip. Melalui konsep-
konsep yang disebut dengan Teori Ideal Typus, yaitu suatu konstruksi
dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk
menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat.28
Ajaran Weber memberi sumbangan yang sangat terhadap ilmu
sosiologi, contohnya analisisnya tentang organisasi-organisasi ekonomi,
sosiologi, agama, wewenang, birokrasi, ekonomi dan sebagainya. Dengan
memakai prinsip yang sama maka Weber membikin perilaku sosial dengan
klasifikasi menjadi empat tipe yaitu:
1. Kelakuan yang diarahkan secara rasional kepada tercapainya tujuan.
Baik tujuan itu sendiri maupun segala tindak yang diambil dalam
rangka tujuan itu, dan akibat-akibat sampingan yang akan timbul,
dipertimbangkan dengan otak dingin.
2. Type kedua adalah kelakuan yang berorentasi kepada suatu nilai.
3. Tipe ketiga adalah kelakuan yang menerima orientasinya dari
perasaan atau emosi seseorang, dan karena itu disebut "kelakuan
efektif atau emosional".

27
Ibid., h. 9.
28
Ibid.
17

Keempat, Ferdinand Tonnies (1855-1936) Teori Ferdinand Tonnies


mengenai gemeinschaft dan gesellschaft. Gemeinschaft dan gesellschaft
adalah sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-
kelompok sosial. Gemeinschaft (paguyuban) sama dengan organisme, dan
tipe masyarakat adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan an tidak mengh
bersifat alamiah serta bersifat kekal. Gesellschaft (patembayan) merupakan
bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat
pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek.

Kelima. Charles Horton Cooley (1864-1929) mengembangkan


konsepsi mengenai hubungan timbalbalik dan hubungan yang tidak
terpisahkan antara indi- vidu dengan masyarakat, Cooley dalam teorinya
mengidamkan kehidupan bersama, rukun dan damai sebagaimana dijumpai
pada masyarakat yang masih bersahaja.
Cooley juga menegaskan bahwa masyarakat dan individu bukan dua
realitas yang berdiri sendiri dan saling terpisah, tetapi merupakan dua sisi
yang satu dengan yang lain saling terkait dan tidak mungkin dipisahkan.
Kalau diumpamakan bagaikan kedua sisi keping uang, yang tidak mungkin
terpisahkan. Realitas tunggal itu adalah hidup manusia. Hidup itu
dipandang dari segi individualitasnya, atau dari segi sosialitasnya, dari segi
keunikannya sejauh pada tiap-tiap orang ada hal-hal yang tidak ada pada
orang lain, atau dari segi kesamaanya dengan orang lain.
Cooley menekankan kesatuan dan menjauhkan diri dari pandangan
sosial, yang kemudian dikenal dalam sosiologi dengan sebutan Solidarisme
Klasik.29 Menurutnya bahwa masyarakat bagaikan sebuah looking glass
(kaca cermin) yang digukan untuk belajar siapa dia. Sama sebagaimana

29
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan... hal. 41-42
18

tanpa kaca min maka seseorang tidak akan melihat siapa dirinya, apakah ia
hitam, putih kuning coklat, pendek ataupun tinggi dan bahkan tidak dapat
melihat raut mukanya, demikian juga masyarakat ia tidak dapat melihat
identitasnya.

Keenam, George Simmel (1858-1918) George Simmel mengatakan


bahwa sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya
sosiologi merupakan pakan satu-satunya ilmu pengetahuan analitis yang
abstrak di antara semua ilmu pengetahuan kemasyarakatan lainnya. Obyek
kajian sosiologi adalah bentuk-bentuk hubungan antar manusia. Simmel
juga mengatakan bahwa masyarakat sebagai proses individu, dalam
merumuskan hakikat masyarakat atau kelompok sosial keduanya tidak
dibedakan olehnya dengan tegas-Simmel menjauhkan diri dari
organisisme, yang memberi status ontologis kepada realitas sosial dan
beranggapan bahwa realitas sosial berdiri di luar individu. Ia mengatakan
bahwa hanya menurut penampakanya dan kesan kita masya- rakat
mempunyai "ada" dalam diri sendiri dan dikuasai oleh hukumnya sendiri. 30

Ketujuh, Vilfredo Pareto (1848-1923), berkebangsaan Italia, belajar


pada sekolah Politeknik di kota Turino, di mana pada tahun 1869 ia
mempertahankan tesisnya tentang dasar ekuilibrium yang berlaku bagi
badan-badan padat. Pareto berpendapat bahwa sosiologi didasarkan pada
observasi terhadap tindakan-tindakan, hasil eksperimen terhadap fakta
fakta dan rumus-rumus matematis. Masyarakat merupakan sistem kekuatan
yang seimbang dan keseimbangan tersebut tergantung pada ciri-ciri tingkah
laku dan tindakan tindakan manusia. Tindakan-tindakan manusia ini
tergantung dari adanya keinginan-keinginan serta dorongan-dorongan
dalam dirinya. Menurutnya pula bahwa sosiologi di zamanya belum
bermutu seperti boleh diharapkan. Walaupun August Comte telah digelari

30
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan... hal. 44-45
19

sebagai "Bapak Positivisme", Pareto tidak membenarkan gelar itu.31

Pareto menekankan bahwa hidup bermasyarakat terdiri dari apa yang


dilakukan oleh anggota-anggota individual Mereka merupakan the material
points or molecules dari sistem yang disebut masyarakat.Mari kita lihat
bahwa Pareto di sini tidak memakai "badan" tetapi "sistem". Karena suatu
sistem dibentuk dari bagian-bagian yang tergantung satu dari yang lain
karena dikontruksi demikian.

Kedelapan, Herbert Spencer (1820-1903), Spencer mengatakan


bahwa: masyarakat adalah organisme, yang berdiri sendiri dan berevolusi
sendiri lepas dari kematian dan bertanggung jawab anggotanya, dan di
bawah kuasa hukum.

Kesembilan, Thorstein Veblen (1857-1929), Thorsteen Vablen lahir


di bagian Wiscounsin di Amerika Serikat, sebagai keturunan emigran
Norwegia. Veblen mempunyai otak tajam dan menggunakan kecerdasanya
untuk mengupas nilai-nilai dan gaya hidup kelas borjuis di Amerika
Serikat. Karangan yang terkenal berjudul The theory of the Leisure Class
(1899). Buku lain berjudul The Institu of Workmanship (1914).32
Veblen membedakan empat naluri yang berpengaruh atas kelakuan orang
yaitu:
1. Kecenderungan untuk tahu (Idle Curiosity)
2. Kecenderungan untuk menjadi produktif, yaitu menghasil- kan
sesuatu (naluri kerja, Instinct Of Wormanship)
3. Kecenderungan untuk membajak (Predatory Instinct, yang
mendorong orang untuk menikmati barang tanpa bekerja), dan
4. Kecenderungan untuk bersikap baik terhadap kaum

31
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hal.166.
32
Idianto Muin, Sosiologi (Jakarta: Erlangga, 2004), hal.140.
20

kerabat dan sesama.33

Kesepuluh, Talcott Parson (1902), la lahir pada tahun 1902 di


Colorado Springs, Amerika Serikat. Parsons adalah sosiolog modern yang
paling disebut sebut namanya dalam sejarah sosiologi. Parsons
menyebutkan perpaduan masyarakat disebabkan oleh:
1. Adanya nilai-nilai budaya yang dibagi bersama.
2. Yang dilambangakan menjadi norma-norma sosial.
3. Dibatinkan oleh individu-individu menjadi motivasi- motivasi. 34
Dari rumusan Parsons tersebut menunjukkan bahwa Max Weber dan
Emile Durkheim mempunyai pengaruh terhadap pemikiran parsons. Tiap-
tiap sistem sosial mulai dari negara besar sampai keluarga menghadapi
empat masalah yang harus ditanggulang agar tidak lenyap. Sesuai dengan
teori umum, proses jalanya tiap- tiap sistem sosial tergantung empat
imperatif atau masalah yang harus ditanggulangi secara memadai supaya
keseimbang an dan atau keberadaan sistem itu terjamin. Keempat prasyarat
atau masalah itu adalah:
1. Adaptasi
2. Kemungkinan mencapai tujuanya
3. Integrasi anggota-anggotanya, dan
4. Kemampuan mempertahankan identitasnya terhadap kegoncangan
dan ketegangan yang timbul dari dalam. 35
Adanya adaptasi tersebut diharapkan supaya para anggota masyarakat
menghasilkan dan mempunyai sarana maupun prasarana yang dibutuhkan
mereka supaya hidup dan dapat ber gerak secara leluasa.

Kesebelas, William Graham Sumner (1840-1910), William

33
Ibid.,hal.15.
34
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan... hal. 49-50
35
K.J. Veeger, Realitas Sosial, hal.120.
21

Graham Summer merupakan tokoh sosiologi budaya, hal ini dapat


dibuktikan bahwa: pertama, norma-norma sosial atau folkways merupakan
tradisi yang mendahului individu. Kedua, kesatuan antara masyarakat dan
individu yang oleh Cooley disebut twin-born (berkembar), dirumuskan
oleh Sumner dengan konsep Antagonistic Cooperation. Ketiga, masih ada
keyakinan lain yang muncul di hampir tiap-tiap halaman bukunya.
Keyakinan itu memaksa kita untuk untuk menggolongkan Sumner di
bawah Sosiologi Budaya. 36
Dalam bidang yang lain seperti mengkais rizki, pemerin- tahan,
prokeasi dan sebagainya. Kebebasan manusia mendasari dan menjadi
penyebab adanya keanekabudayaan di dunia.

Kedua belas, Karl Mannheim, merupakan pelopor sosiologi peng


tahuan, menelaah hubungan masyarakat dengan pengetahuan Akar dari
segenap pertentangan yang menimbulkan krisis terletak dalam ketegangan-
ketegangan yang timbul disemua lapangan kehidupan. Planning For
Freedom yaitu semacam perencanaan yang diawasi secara demokratis dan
menjamin kemerdekaan aktivitas-aktivitas individu maupun kelompok
manusia.37

Ketiga belas, Pierre Guillaurne Frederic Le Play, mengenalkan


metode tertentu di dalam meneliti dan menganalisis gejala-gejala sosial
Gejala-gejala sosial dapat diatasi yaitu dengan jalan mengadakan observasi
terhadap fakta-fakta sosial dan analisis indukul Kemudian dia juga
menggunakan metode studi kasus (Case Study) dalam penelitian-penelitian
sosial. Hasil penelitiannya, bahwa lingkungan geografis menentukan jenis
pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga serta
lembaga-lembaga lainnya.38

36
K.J. Veeger, Realitas Sosial, hal.127.
37
Binti Maunah, Sosiologi Pendidikan...hal.52
38
Ibid.,hal.17.
22

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa:


1. Sosiologi Pendidikan adalah bidang studi yang mempelajari hubungan
antara pendidikan dan masyarakat. Bidang ini mencakup topik seperti peran
pendidikan dalam mempengaruhi sosial dan ekonomi, bagaimana
pendidikan dapat menentukan status sosial seseorang, dan bagaimana
pendidikan dapat digunakan untuk mencapai tujuan sosial dan politik.
Dalam hal ini, sosiologi pendidikan dapat membantu kita memahami
kompleksitas hubungan antara pendidikan dan masyarakat.
2. Sosiologi pendidikan adalah bidang studi yang fokus pada hubungan antara
pendidikan dan masyarakat. Bidang ini muncul pada akhir abad ke-19
sebagai respons terhadap perubahan sosial yang dibawa oleh industrialisasi
dan munculnya pendidikan massal. Sosiolog pendidikan awal, seperti
Emile Durkheim dan Max Weber, mempelajari peran pendidikan dalam
mereproduksi ketidaksetaraan sosial dan menjaga ketertiban sosial. Pada
abad ke-20, bidang ini berkembang untuk mencakup topik seperti dampak
pendidikan pada mobilitas sosial, hubungan antara pendidikan dan
pembangunan ekonomi, dan peran pendidikan dalam mempromosikan
perubahan sosial. Saat ini, sosiologi pendidikan tetap menjadi bidang studi
yang penting dan membantu kita memahami hubungan yang kompleks
antara pendidikan dan masyarakat.
Sejarah sosiologi pendidikan mencakup beberapa periode penting,
mulai dari masa awal sampai saat ini. Pada awalnya, sosiologi pendidikan
lebih fokus pada studi tentang fungsi sosial dari pendidikan dan bagaimana
pendidikan dapat membantu menjaga ketertiban sosial. Namun, seiring
berjalannya waktu, bidang ini semakin berkembang dan mencakup topik-
topik seperti peran pendidikan dalam memperkuat identitas nasional,
23

bagaimana pendidikan dapat digunakan untuk merubah sistem sosial yang


tidak adil, dan bagaimana pendidikan dapat mempengaruhi pembentukan
kepribadian seseorang. Saat ini, sosiologi pendidikan adalah bidang studi
yang vital dan penting dalam memahami kompleksitas hubungan antara
pendidikan dan masyarakat.
24

DAFTAR RUJUKAN

Adiwikarta, Sudarja. 2016. Sosiologi Pendidikan: Analisis Sosiologi Tentang


Praktis Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

And Hunt, Hartono. 1987. Pengantar Sosiologi, Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernesasi menuju


Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu .

Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernesasi menuju


Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu .

Baidhawy, Zakiyyudin. 2003. Agama dan Pluralitas Budaya Lokal,


Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Prenada.

Hanifah, Nurdinah. 2016. Sosiologi Pendidikan, Sumedang: UPI Sumedang.

Hatta, Muhammad. 1970. Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan,


Jakarta: Pembangunan.

Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta.

Maunah, Binti. 2016. Sosiologi Pendidikan, Yogyakarta: Media Akademi.

Muin, Idianto. 2004. Sosiologi Jakarta: Erlangga.

Nata, Abudin. 2001. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Grafindo Persada.

Rirzer, George. 2003. Sosiologi : Ilmu Pengertahuan Berparadigma Ganda,


25

Terj. Alimandan, Jakarta: RajaGrafindo.

Syamsudin, Abdullah Syamsudin. 1997. Agama dan Masyarakat Jakarta:


Wacana Ilmu.

Syani, Abdul. 1995. Sosiologi dan Pendidikan Masyarakat, Lampung:


Pustaka Jaya.

Zed, Mestika. 2017.Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan


Pustaka Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai