13 mei 2010
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Secara harfiah atau etimologi (definisi nominal), Sosiologi berasal dari bahasa Latin:
Socius = teman, kawan, sahabat, dan logos = ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut
terminologi, definisi Sosiologi berdasarkan para pakar adalah sebagai berikut[1]:
a. sosiologi adalah studi tentang hubungan antara manusia (human relationship).
(Alvin Bertrand)
b. sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai
keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis
maupun dinamis. (Mayor Polak)
d. sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. (Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi).
Jadi kami selaku pemakalah dapat menyimpulkan bahwa sosiologi itu adalah suatu
ilmu yang mempelajari suatu interaksi seseorang dengan orang lain dan lingkungan
masyarakat. Sekarang bagaimana dengan pengertian sosiologi pendidikan itu sendiri?
1. Menurut Prof. Dr. S. Nasution, MA. Mengatakan bahwa memberikan definisi
sosiologi pendidikan tidak mudah. Para ahli pendidikan dan ahli sosiologi telah
berusaha untuk memberikan definisi sosiologi pendidikan, namun definisi-definisi itu
kebanyakan tidak terpakai oleh orang lapangan. Kesukaran untuk memperoleh
definisi yang mantap tentang sosiologi pendidikan antara lain disebabkan[2]:
(a) sukarnya membatasi bidang studi di antara bidang pendidikan dan bidang
sosiologi.
(a) Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang
tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung
pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan
hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni
proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan
kesemuanya dengan proses pendidikan.
(d) Menurut F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang
membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi
individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan
mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
(e) Menurut E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif
tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
(f) Menurut Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan
yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau
pendekatan sosiologis.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,
masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam
melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
B. Ruang Lingkup
Berbicara mengenai ruang lingkup sosiologi pendidikan, hal ini tidak terlepas dari
masyarakat. Oleh karena itu sosiologi disebut juga sebagai Ilmu Masyarakat atau Ilmu
yang membicarakan masyarakat. Berikut kami akan tampilkan secara sistematis
mengenai ruang lingkup pembahasan sosiologi sebagai berikut[4]:
b. hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem
kekuasaan
c. fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha
mempertahankan status quo.
Lapangan kedua ini menganalisis struktur sosial di dalam sekolah, pola kebudayaan di
dalam sistem sekolah menunjukkan perbedaan dengan apa yang terdapat di dalam
masyarakat di luar sekolah. Di dalam bidang ini dapat dipelajari:
a. hakikat kebudayaan sekolah sejauh ada perbedaannya dengan kebudayaan di luar
sekolah.
b. pola interaksi sosial atau struktur masyarakat sekolah, yang antara lain meliputi
berbagai hubungan antara berbagai unsur di sekolah, kepemimpinan dan hubungan
kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola interaksi informal sebagai terdapat dalam
clique serta kelompok-kelompok murid lainnya.
3. Pengaruh sekolah terhadap kelakuan dan kepribadian semua pihak di sekolah
Dalam bidang ini diutamakan aspek proses pendidikan itu sendiri. Di sini kita analisis
kepribadian dan kelakuan guru, murid dan lain-lain atas pengaruh partisipasi dalam
keseluruhan sistem pendidikan.
b. analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistem-sistem sosial dalam
masyarakat luar sekolah
d. faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat bertalian dengan organisasi
sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta
integrasinya di dalam keseluruhan kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Drs. Ary H. Gunawan mengatakan bahwa ruang lingkup kajian
sosiologi adalah sebagai berikut[5]:
b. unsur-unsur sosial, yang pokok adalah norma/kaidah sosial, lembaga sosial,
kelompok sosial, dan lapisan sosial.
c. proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan
bersama.
d. perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
sosial dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, seperti nilai, sikap, dan
sebagainya.
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan
antarmanusia tersebut didalam masyarakat.
Jadi pada dasarnya sosiologi mempelajari masyarakat dan perilaku sosial
manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya.
Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-usul
pertumbuhannya serta menganalisis pengaruh kegiatan kelompok terhadap
anggotannya.
Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, secara sadar maupun tidak, sesungguhnya ia
telah belajar dan berkenalan dengan hubungan-hubungan social yaitu hubungan antara
manusia dalam masyarakat. Hubungan sosial out dimulai dari hubungan antara anak
dengan orang tua kemudian meluas hingga ketetangga[6].
Dalam hubungan sosial tersebut terjadilah proses pengenalan dan proses pengenalan
tersebut mencakup berbagai budaya, nilai, norma dan tanggung jawab manusia,
sehingga dapat tercipta corak kehidupan masyarakat yang berbeda-beda dengan
masalah yang berbeda pula.
Sosiologi ini dicetuskan oleh Aguste Comte maka dari itu dia dikenal sebagai bapak
sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia merupakan seorang penulis
kebanyakan konsep, prinsip dan metode yang sekarang dipakai dalam sosiologi
berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi atas statika social dan dinamika
social dan sosiologi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Bersifat empiris yaitu didsarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak
bersifat spekulatif.
2. Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil observasi.
3. Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang ada
kemudian diperbaiki, diperluas dan diperhalus
4. Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta tertentu tetapi
untuk menjelaskan fakta tersebut.
Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan manusia mesti melalui
tiga tahapan perkembangan teori secara berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan,
metafisika atau abstrak dan saintifik atau positif[7].
Setelah selesai perang dunia II, perkembangan masyarakat berubah secara drastis
dimana masyarakat dunia mengingnkan adanya perubahan dalam menyahuti
perkembangan dan kebutuhan baru terhadap penyesuaian perilaku lembaga
pendidikan. Oleh karena itu disiplin sosiologi pendidikan yang sempat tenggelam
dimunculkan kembali sebagai bagian dari ilmu-ilmu penting dilembaga
pendidikan[8].
Menurut pendapat Drs. Ary H. Gunawan, bahwa sejarah sosiologi pendidikan terdiri
dari 4 fase, yaitu[9]:
a. fase pertama, dimana sosiologi sebagai bagian dari pandangan tentang kehidupan
bersama filsafat umum. Pada fase ini sosiologi merupakan cabang filsafat, maka
namanya adalah filsafat sosial.
b. Dalam fase kedua ini, timbul keinginan-keinginan untuk membangun susunan
ilmu berdasarkan pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa nyata (empiris).
Jadi pada fase ini mulai adanya keinginan memisahkan diri antara filsafat dengan
sosial.
c. sosiologi pada fase ketiga ini, merupakan fase awal dari sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri. Orang mengatakan bahwa Comte adalah “bapak
sosiologi”, karena ialah yang pertama kali mempergunakan istilah sosiologi dalam
pembahasan tentang masyarakat.
Dengan ilmu tersebut Saint Simon dan juga Comte mengambil rumusan dari Turgot
(1726-1781) sebagai orang yang berjasa terhadap sosiologi, sehingga sosiologi
menjadi tumbuh sendiri.
d. pada fase yang terakhir ini, ciri utamanya adalah keinginan untuk bersama-sama
memberikan batas yang tegas tentang obyek sosiologi, sekaligus memberikan
pengertian-pengertian dan metode-metode sosiologi yang khusus. Pelopor sosiologi
yang otonom dalam metodenya ini berada pada akhir abad 18 dan awal 19 antara lain
adalah Fiche, Novalis, Adam Muller, Hegel, dan lain-lain.
Jika dilihat zaman peradaban yunani pada masa Plato (427-327 BC), pendidikannya
lebih mengutamakan penciptaan manusia sebagai pemikir, kemudian sebagai ksatria
dan penguasa. Pada zaman Romawi, seperti masa kehidupan Cicero (106-43 BC),
pendidikan mengutamakan penciptaan manusia yang hmanistis. Pada abad
pertengahan, pendidikan mengutamakan menjadikan manusia sebagai pengabdi
Khalik (baik versi Islam maupun versi Kristiani). Pada abad pertengahan (1600-an-
1800-an), melahirkan teori Nativisme (Rousseau, 1712-1778), Empirisme oleh Locke
(1632-1704) dan konvergensi oleh Stern (1871-1939). Semuanya cendrung kepada
nilai individu anak sebagai manusia yang memiliki karakteristik yang unik.
Menurut Nasution ada beberapa konsep tentang tujuan Sosiologi Pendidikan, antara
lain sebagai berikut[11]: (1) analisis proses sosiologi (2) analisis kedudukan
pendidikan dalam masyarakat, (3) analisis intraksi social di sekolah dan antara
sekolah dengan masyarakat, (4) alat kemajuan dan perkembangan social, (5) dasar
untuk menentukan tujuan pendidikan, (6) sosiologi terapan, dan (7) latihan bagi
petugas pendidikan.
E. Kesimpulan
Untuk memudahkan para audiens dalam memahami makalah kami ini, berikut kami
akan merangkum sejumlah isi makalah kami secara ringkas dan padat, yaitu:
3. Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan
tidak akan keluar darim uapaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan
tercapai menurut pendidikan itu sendiri.