BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam tak lepas dari para tokoh agamanya yang menyebarkan maupun
mengembangkan pendidikan islam di dunia ini, dan di Negara kita sendiri terdapat
beberapa tokoh penddikan islam yang jasanya sangat besar dalam perkembangan
pendidikan islam
Sekian banyak tokoh pendidikan islam yang ada, baik yang dikenal maupun yang
tidak tentunya banyak pelajaran dan hikmah yang dapat kita ambil. Seiring berjalannya
waktu, para tokoh yang telah berjasa banyak yang terlupakan, bahkan mereka ajaran dan
peran sertanya banyak yang diabaikan. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa tak
sepatutnya melupakan jasa-jasa mereka. Bahkan kita harus lebih giat lagi dalam
meneruskan visi dan misi mereka. Dalam makalah kali ini akan mencoba untuk sedikit
memaparkan biografi dan peran serta mereka dalam merentaskan kebodohan .
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari pendidikan Islam
2. Siapakah tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia
3. Siapakah tokoh-tokoh pendidikan Islam di luar Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.
5 ibid, hlm.13
keseimbangan, moderat, harmoni, utama, atau posisi tengah di antara dua
ekstrem. Akan tetapi Ibn Miskawaih lebih menitik beratkan pada posisi tengah
antara ekstrem kelebihan dan ekstrem kekurangan masing-masing jiwa manusia.
Dari keterangan di atas dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa ibn Miskawaih
lebih memberi tekanan pada pribadi.
Menurut Ibn Miskawaih, jiwa manusia dibagi menjadi menjadi tiga,
yakni:
1) al-bahimiyyah, yaitu menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat
2) al-ghadabiyah, yaitu kebernian yang diperhitungkan dengan masak untung
ruginya.
3) an-nathiqah. Yaitu kebijaksanaan.
Ibn Miskawaih menegaskan bahwa setiap keutamaan memiliki dua sisi yang
ekstreem. Yang tengah bersifat terpuji dan yang ekstrem bersifat tercela.
2. Al-Qabisi
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Muhammad Khalaf al-ma’rifi
al-Qabisi. Ia lahir di Kairawan, Tunisia, pada bulan Rajab, tahun 224 H. Bertepatan
dengan 13 Mei tahun 936M. Ia pernah merantau ke beberapa negara timur tengah pada
tahun 553 H/963 M. Selama 5 tahun, kemudian kembali ke negeri asalnya dan
meninggal dunia pada tanggal 3 rabi’ul awal 403 H. Selain ahli dalam bidang hadits
dan fikih, Al-Qabisi juga di kenal ahli dalam pendidikan.
3. Al-Mawardi
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali Ibn Muhammd Ibn Habib Al-
Basyri. Ia dilahirkan di Basyrah pada tahun 364 H. Bertepatan dengan tahun 974 M.
Beliau wafat di Baghdad pada tahun 450 H / 1058 M.
Pemikiran Al-Mawardi dalam bidang pendidikan sebagian besar
terkonsentrasikan pada masalah etika hubungan antara guru dan murid dalam proses
belajar mengajar. Dalam pandangan Al-Mawardi, seorang guru yang memiliki sikap
tawadu (rendah hati) serta menjauhi sikap ujud (besar kepala).
Selanjutnya, selain sikap tawadlu juga harus bersikap ikhlas serta mencintai
tugas-tugasnya sebagai seorang guru. Al-Mawardi juga melarang seorang mengajar
dan mendidik atas dasar motif ekonomi. Dalam pandangannya, mengajar dan
mendidik merupakan aktivitas keilmuan dan tidak dapat disejajarkan dengan materi.
4. Ibnu Sina
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husayn Ibn Abdullah. Beliau lahir
pada tahun 370 H / 980 M di Afshana, suatu daerah yang terletak di dekat Bukhara,
di kawasan Asia tengah. Ayahnya bernama Abdullah dari Balkh, Suatu kota
termasyhur dikalangan orang-orang Yunani.
Menurut ibn Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan
seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna,
yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu, pendidikan harus
mampu untuk mempersiapkan seseorang untuk dapat hidup bermasyarakat secara
bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai
dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
Khusus mengenai pendidikan yang bersifat jasmani, hendaknya pendidikan
tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti
olahraga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan.
Tampaknya, sekilas tentang tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh ibn
Sina didasarkan pada pandangan tentang insan kamil (manusia sempurna). Yaitu
manusia yang terbina seluruh potensi dirinya secara seimbang dan menyeluruh.
5. Al-Ghozali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Ia
dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H / 1058 M.
Konsep pendidikan yang di tawarkan oleh Al-Ghozali meliputi tujuan pendidikan,
kurikulum, metode, etika guru dan murid.
6. Burhanuddin Az-Zarnuji
Nama lengkapnya adalah Burhanuddin Al-Islam Azzarnuji. Dikalangan
ulama’ belum ada kepastian mengenai tanggal kelahirannya. Adapun mengenai
wafatnya ada dua pendapat yang dapat dikemukakan. Pertama, Burhanuddin
Azzarnuji wafat pada tahun 591H / 1195 M. Kedua, ia wafat pada tahun 840 H / 1243
M.
Konsep yang dikemukakan Azzarnuji secara monumental dituangkan dalam
karyanya Ta’lil Al-Muta’allim Thuruq Al-Ta’allum. Dari kitab tersebut dapat
diketahui tentang konsep pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Az-Zarnuji.
7. Ibnu Jama’ah
Konsep pendidikan yang di kemukakan oleh Ibn Jama’ah secara keseluruhan
dituangkan dalam karyanya Tadzkirat as-Sami’ Wa Al-mutakallimin fi adab al-Alim
wa al-Muta’allimin. Di dalam buku tersebut ibn Jama’ah mengemukakah tentang
keutamaan ilmu pengetahuan dan orang-orang yang mencarinya serta etika orang
yang berilmu termasuk para pendidik ; kewajiban guru terhadap peserta didik, mata
pelajaran, etika peserta didik, etika dalam menggunakan literatur serta etika tempat
tinggal bagi para guru dan murid.
8. Ibnu Taimiyah
Nama lengkapnya adalah Taqiyuddin Ahmad bin Abd al-Halim bin
Taimiyyah. Beliau lahir di kota Harran, wilayah Syiria, pada hari senin 10 rabi’ul awal
661 H/22 Januari 1263. Dan wafat di Damaskus pada malam senin, 20 Zulkaidah, 728
Hijriah/26 September 1328M. Ayahnya bernama Syihab ad-Din ‘Abd al-Halim Ibn
as-Salam (627-672H). adalah seorang ulama besar yang mempunyai kedudukan tinggi
di Masjid Agung Damaskus.
Pemikiran Ibn Taimiyah dalam bidang pendidikan dapat dibagi ke dalam
pemikirannya dalam bidang falsafah pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum dan
hubungan pendidikan dengan kebudayaan. Tentunya, pemikiran tersebut di bangun
berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits.6[6]
C. Tokoh-tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia
Adapun tokoh-tokoh pendidikan Islam di Indonesia antara lain:
1. Kyai Haji Ahmad Dahlan (1869-1923)
Beliau adalah seorang yang alim luas ilmu pengetahuanya dan tiada
jemu-jemunya beliau menambah ilmu dan pengalamanya. Dimana saja ada
kesempatan sambil menambah atau mencocokan ilmu yang telah diperolehnya.
Observation lembaga pernah beliau datangi untuk mencocokan tentang ilmu hisab.
Beliau ada keahlian dalam ilmu itu. Perantauanya kelauar pulau jawa pernah sampai
Cita-cita K.H Ahmad Dahlan sebagai seorang ulama adalah tegas, beliau
hendak memperbaiki masyarakat Indonesia berlandaskan cita-cita agama Islam.
Usaha-usahanya ditujukan hidup beragama, keyakinan beliau ialah bahwa untuk
membangun masyarakat bangsa harus terlebih dahulu dibangun semangat bangsa.
K.H Ahmad Dahlan pulang ke Rahmatullah pada Tahun 1923 M Tanggal 23 Pebruari
dalam usia 55 Tahun dengan meninggalkan sebuah organisasi Islam yang cukup besar
dan di segani karena ketegaranya.
Sewaktu beliau belajar di Siwalayan Panji (Sidoarjo) pada tahun 1891, K.H
Ya’kub yang mengajarnya tertarik pada tingkahlakunya yang baik dan sopan santunya
yang harus, sehingga ingin mengambilnya sebagai menantu, dan akhirnyabeliau
dinikahkan dengan putri kiyainya itu yang bernama Khadijah (Tahun 1892). Tidak
lama kemudian beliau pergi ke Makkah bersama istrinya untuk menunaikan ibadah
haji dan bermukim selama setahun, sedang istrinya meninggal di sana.
Jasa K.H Hasim Asya’ari selain dari pada mengembangkan ilmu di pesantren
Tebuireng ialah keikutsertaanya mendirikan organisasi Nahdatul Ulama, bahkan
beliau sebagai Syekul Akbar dalam perkumpulan ulama terbesar di Indonesia.
Sebagai ulama beliau hidup dengan tidak mengharapkan sedekah dan belas
kasihan orang. Tetapi beliu mempunyai sandaran hidup sendiri yaitu beberapa bidang
sawah, hasil peninggalanya. Beliau seorang salih sungguh beribadah, taat dan rendah
K.H Abdul Halim lahir di Ciberelang Majalengka pada tahun 1887. beliau
adlah pelopor gerakan pembeharuan di daerah Majalengka Jawa Barat yang kemudian
berkembang menjadi Perserikatan Ulama, dimulai pada tahun 1911. yang kemudian
berubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) pada tanggal 5 April 1952 M. Kedua
orang tuanya berasal dari keluarga yang taat beragama (ayahnya adalah seorang
penghulu di Jatiwangi), sedangkan famili-familinya tetap mempunyai hubungan yang
erat secara keluarga dengan orang-orang dari kalangan pemerintah.9[9]
9 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)
hlm. 204
Pada tanggal 7 Mei 1962 K.H Abdul Halim pulang kerahmatullah di
Majalengka Nawa Barat dalam usia 75 Tahun dan dalam keadaan tetap teguh
berpegang pada majhab Safi’i.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesungguhnya pendidika yang kita laksanakan sekarang ini tidaklah terlepas dari
usaha-usaha para tokoh pendidikan yang dahulu telah merintisnya dengan perjuanga yang
sanggat berat dan tidak mengenal lelah. Oleh karena itu bila kita berbicara tentang
pendidikan yang kini berlangsung tidaklah arif bila tidak membicarakan sosok dan tokoh
pendidikan tersebut, dengan hanya menerima jerih payah dan karya mereka.
Dari semua uraian di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa, pendidikan itu
sangatlah penting terutama yang namanya pendidikan Islam. Yang di mana pendidikan
Islam ini sangatlah dianjurkan bahkan diwajibkan bagi tiap-tiap muslim.
Dalam perkembangannya di seluruh dunia banyaklah terdapat tokoh-tokoh yang
terkemuka dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam ini. Semua mempunyai
pemikiran-pemikiran tersendiri, namun semuanya itu tetaplah mengarah dan mengacu
kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Selain itu juga ternyata pendidikan Islam ini, tidak hanya mencakup masalah ke
agamawan saja tetapi semua ilmu pengetahuan terdapat di dalamnya.
B. Saran-saran
Dalam makalah ini, kami menyarankan agar pendidikan islam ini hendaknya
ditanamkan secara mendasar dan kokoh kepada diri kita masing-masing, agar sebagai umat
Islam kita menjadi umat yang kokoh dan menyatu serta dapat senantiasa menjawab
perkembangan zaman yang semakin pesat ini.
DAFTAR PUSTAKA