Anda di halaman 1dari 13

DASAR-DASAR SOSIOLOGIS DAN ANTROPOLOGIS PENDIDIKAN

Lisde Anti Siregar, Lukmanul Hakim, Nur Wanti


lisdeanti@gmail.com, lukmanhsb6@gmail.com, nurwantinasution@gmail.com

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Mandailing Natal

Abstrak

Pendidikan adalah sebuah proses sosial dan budaya yang dipengaruhi oleh
berbagai aspek. Pendekatan sosiologis membantu kita memahami bagaimana
sistem pendidikan memengaruhi masyarakat, termasuk isu-isu seperti
ketidaksetaraan pendidikan dan peran budaya. Sementara itu, pendekatan
antropologis fokus pada pengaruh budaya, tradisi, dan norma dalam
pendidikan.Kedua pendekatan ini saling melengkapi dan membantu kita
memahami kompleksitas sistem pendidikan serta bagaimana perbedaan budaya
memengaruhi pembelajaran. Ini relevan dalam konteks globalisasi dan mendorong
desain pendidikan yang lebih inklusif dan relevan. Dengan penggabungan
pendekatan sosiologis dan antropologis, kita dapat melihat bagaimana interaksi
sosial dan budaya memainkan peran penting dalam membentuk pendidikan. Hal
ini membantu kita memahami dampaknya pada individu, kelompok, dan
masyarakat secara lebih baik. Dalam dunia yang semakin terhubung dan beragam,
pemahaman ini esensial untuk menciptakan pendidikan yang memadukan nilai-
nilai budaya dan mempromosikan kesetaraan dalam akses serta kesuksesan
pendidikan.
Kata Kunci : Dasar-Dasar Sosiologis, Antropologis Pendidikan

PENDAHULUAN
Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian
untuk manusia menjadi lebih baik. Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya
mementingkan intelektual semata tanpa membangun karakter peseta didiknya.
Hasilnya adalah kerusakan moral dan pelanggaran nilai-nilai pada akhirnya, hasil
pendidikan ini hanya akan menjadikan manusia seperti robot, berakal tapi tidak
berkepribadian (jiwa kosong).
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia,
maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Di lain
pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang
berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang
disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan
manusia agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya.
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan
terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era
globalisasi. Tak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam
dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah
cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun akan membahas secara lengkap
tentang dasar sosiologi dan antropologi dalam pendidikan. Tujuannya agar dunia
pendidikan dapat merespon hal-hal secara baik dan bijak yang berdasarkan
sosiologi dan pendidikan di Indonesia tetap memahami keanekaragaman budaya
setempat dan tidak menghilangkan nilai luhur, norma, serta etika dalam mencapai
tujuan pendidikan nasional.

METODE PENELITIAN
Dalam studi sosiologis dan antropologis pendidikan, pemilihan metode
penelitian sangat penting. Wawancara adalah alat yang kuat untuk mendapatkan
wawasan mendalam tentang pengalaman individu dalam konteks pendidikan,
sementara observasi lapangan, terutama dalam konteks antropologis,
memungkinkan peneliti untuk memahami praktik dan norma dalam lingkungan
pendidikan. Studi kasus berguna untuk menyelidiki situasi atau isu yang kompleks
secara mendalam, sedangkan analisis dokumen membantu dalam pemahaman
sejarah dan perkembangan sistem pendidikan. Survei berguna untuk mengukur
persepsi dan karakteristik umum dalam populasi yang lebih besar, sementara
analisis konten memungkinkan peneliti untuk menggali pesan dan pola dalam teks
tertulis atau visual dalam pendidikan. Pilihan metode penelitian harus disesuaikan
dengan pertanyaan penelitian, sumber daya yang tersedia, dan jenis data yang
ingin dikumpulkan. Kombinasi metode juga sering digunakan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih komprehensif dalam studi ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pendidikan Sebagai Enkulturasi dan Sosialisasi


Tumpuan, dasar atau alas merupakan arti dari landasan secara leksikal,
sehingga dapat diartikan bahwa landasan merupakan tempat untuk bertumpu
atau merupakan dasar pijakan. Landasan pendidikan merupakan asas yang
menjadi di dasar pijakan dalam kegiatan pendidikan atau studi pendidikan.
Salah satu landasan yang digunakan untuk memahami pendidikan adalah
landasan sosiologi antropologi. Sosiologi dan antropologi adalah dua disiplin
ilmu yang berbeda tetatpi sama-sama mempelajari proses dan struktur sosial
serta kebudayaan manusia. Sosiologi merupakan satu bidang ilmu yang
memiliki atau mempelajari masyarakat sedangkan antropologi adalah suatu
bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai bagian atau objek dalam
masyarakat.
Sosiologi mengidentikkan pendidikan sebagai proses sosialisasi yaitu
suatu proses bagi seseorang untu menyesuaikan diri dengan norma-norma
yang berlaku. Antropologi memaknai pendidikan sebagai proses enkulturasi
yaitu proses bagi seseorang baik secara sadar atau tidak sadar untuk
mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat. Sosialisasi sebagai suatu proses
dimana anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi di dalam masyarakat
yang dipelajari individu. Dalam proses sosialisasi itu adalah peranan-peranan
yang harus dijalankannya srta peran yang harus dijalankan oleh orang lain.
Sedangkan enkulturasi adalah suatu proses dimana seseorang yang belajar
bagaimana cara berpikir bertindak dan merasa ayng kemudian menjadi
cerminan dari kebudayaan masyarakat yang masyarakatnya. Sosialisasi adalah
sebuah yang ditempuh individu agar bisa terintegrasi dalam kelompok
sosialnya. Sedangkan enkulturasi adalah proses berkompetensi budaya untuk
hidup sebagai anggota kelompoknya.
Menurut Eka Apriyanti (2022) Enkulturasi merupakan sebuah proses bagi
manusia sebagai individu secara sadar maupun tidak sadar mempelajari
seluruh kebudayaan yang terdapat di dalam masyarakat. Enkulturasi bersifat
kompleks dan prosesnya berlangsung sepanjang hidup manusia, proses yang
terjadi berbeda antara satu manusia dengan manusia yang lain sangat
bergantung pada lingkaran kehidupan manusia itu. Dalam pelaksanaannya
enkulturasi bersifat dipaksakan pada saat manusia berapda pada fase anak-
anak akan tetapi seiring bertumbuh, bertambah dewasanya maka mereka akan
belajar secara sadar untuk menerima ataupun menolak nilai atau anjuran
dalam masyarakatnya .
B. Pendidikan, Masyarakat Dan Kebudayaan
1. Pendidikan
Menurut Tilar, H.A.R (2002) Pendidikan dimaknai sebagai tindakan
atau sebuah proses mengajar, pendidikan adalah sebuah pengetahuan dan
pendidikan sebagai bidang kajian yang berhubungan dengan metode belajar
yang dilakukan di sekolah. Pendidikan adalah sebuah proses memanusiakan
manusia. Ada berbagai macam landasan yang digunakan untuk memahami
pendidikan seperti landasan psikologi, landasan ekonomi, landasan filsafat,
landasan historis, landasan yuridis, dan landasan sosiologi antropologi.
Menurut S.W. Septiarti, dkk, (2017) Pendidikan selalu berkaitan
dengan manusia dan aktivitas pendidikan adalah sebuah proses interaksi antar
individu. Landasan sosiologi antropologi merupakan pilar utama untuk
memahami perkembangan manusia dalam kegiatan pendidikan agar menjadi
manusia seutuhnya. Sebagaimana dipahami bahwa dalam menjalankan
aktivitas pendidikan terdapat proses interaksi antara manusia satu dengan
yang lainnya. Dengan menjadikan landasan sosiologi antropologi akan
mengantarkan manusia untuk memahami karakteristik individu yang peduli
masyarakat serta pelestraian budaya manusia.
2. Masyarakat
Menurut Arifin, Tajul (2008) Masyarakat (sebagai terjemahan istilah
society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semu
tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada di dalam kelompok tersebut.
Masyarakat setempat (community) adalah suatu wilayah kehidupan
sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-
dasar dari masyarakat setempat adalah lokalitas dan perasaan semasyarakat
setempat. Istilah komunitas atau “community” lebih jarang dipergunakan oleh
manusia dibandingkan dengan istilah masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto
(2007) Komunitas adalah bagian kelompok dari masyarakat (society) dalam
lingkup yang lebih kecil, serta mereka lebih terikat oleh tempat (teritorial).
Soerjono memaknai istilah community sebagai “masyarakat setempat”, istilah
mana menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu
bangsa.
Kata “masyarakat” sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, yaitu
musyarak. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling
ketergantungan satu sama lain). Menurut Ihat Hatimah (2015) Umumnya,
istilah masyarakat digunakan untuk mengacu pada sekelompok orang yang
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Berikut ini pengertian
masyarakat menurut beberapa ahli:
a. Koentjaraningrat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
b. Selo Soemardjan
Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang
menghasilkan kebudayaan.
c. Paul B. Horton dan C. Hunt
Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri,
hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan
sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia
tersebut.
d. L. Gillin dan J. P. Gillin
Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
e. Emile Durkheim
Masyarakat adalah suatu sistem yang dibentuk dari hubungan
antar anggota sehingga menampilkan suatu realitas tertentu yang
mempunyai ciri-cirinya sendiri.
f. Karl Marx
Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan
antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
adalah golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia, yang
hidup dalam waktu cukup lama, dan dengan atau karena sendirinya bertalian
secara golongan dan saling mempengaruhi satu sama lain hingga memliki
kebiasaan, tradisi, sikap dan rasa persatuan.
3. Kebudayaan
Menurut Soerjono Soekanto (2013) Kata “kebudayaan” berasal dari
( bahasa sangsekerta ) buddhayah yang merupakan jamak kata “buddhi” yang
berarti budi atau akal. kebudayaan diartikan sebagai “ hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal”.
Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang
sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin colore, artinya
mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal arti
tersebut, yaitu celore kemudian colture, diartikan sebagai daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Kebudayaan adalah kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut C.A. Van Peursen (1989) Kebudayaan adalah endapan dari
kegiatan dan karya manusia yang meliputi segala manifestasi dari kehidupan
manusia yang berbudi luhur dan yang bersifat rohani, seperti agama,
kesenian, filsafat, ilmu pengetahuan, dan tata negara. Kebudayaan juga dapat
diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan cara belajar. Menurut Nunus Supardi (2007) Hasil Kongres
Kebudayaan Indonesia tahun 1948 menyatakan bahwa kebudayaan meliputi
segenap kehidupan manusia dalam bermasyarakat, baik berbentuk lahir
maupun batin. Dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil karya dan
pemikiran manusia yang tidak pernah berhenti diproduksi manusia dari
zaman ke zaman, dengan kata lain kebudayaan adalah bagian penting dalam
kehidupan bermasyarakat.
Dengan kata lain kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan
atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri
dari segala suatu yang dipelajari dari pola-polaprilaku yang normative.
Artinya mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir. Selo Soemardjan
dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil
karya, rasa dan cipta masyarakat. Menurut Ihromi, T.O (2006) Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan benda atau kebudayaan
jasmani (material culture) yang diperlukan oleh manusiauntuk menguasai
alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnyadapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah
dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah yang
masyarakat dalam arti yang luas. Di dalamnya termasuk misalnyasaj agama,
idiologi, kebatinan, kesenian, dan semua unsure yang merupakan hasil
ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. selanjutnya,
cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan yang hidup bermasyarakat,
dan yang antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan. cipta
merupakan, baik yang berwujud teori murni, maupun yang telah disusun
untuk dinamakan pula kebudayaan rohaniah (spiritual atau imimaterial
culture). Semua karya, rasa, dan cipta dikuasai oleh orang-orang yang
menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagaian besar
atau dengan seluruh masyarakat.
Pendapat tersebut diatas dapat saja dipergunakan sebagian pegangan.
Namun demikian, apabila dianalisi lebih lanjut, manusia sebenarnya
mempunyai segi material dan segi spiritual didalam kehidupannya. Segi
material mengandung karya, yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan
benda-benda meupun lain-lainya yang berbentuk benda. Segi spiritual
manusia mengandung cipta yang menghasilkan ilmu pengetahuan, karsa yang
menghasilkan kepercayaan, kesusilaan.kesopanan, dan hukum, seta rasa yang
menghasilkan keindahan. Menurut Selo Soermardjan dan Soelaeman
Soemardi (1999) Manusia berusaha menghasilkan ilmu engetahuan melalui
logika, menyerasikan perilaku terhadap kaidah-kaidah melalui etika, dan
mendapatkan keindahan melalui estetika. hal itu merupakan kebudayaan yang
juga dapat dipergunakan sebagai patokan analisis.
C. Lingkungan Pendidikan
1. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Kegiatan pendidikan selalu berlangsung di dalam suatu lingkungan.
Dalam konteks pendidikan, lingkungan dapat diartikan, sebagai segala
sesuatu yang berada di luar diri anak. Lingkungan dapat berupa hal-hal nyata,
seperti tumbuhan, orang, keadaan, politik, sosial-ekonomi, binatang,
kebudayaan, kepercayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia
termasuk di dalamnya pendidikan.
Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia, baik berupa benda mati, makhluk hidup, ataupun peristiwa-peristiwa
yang terjadi termasuk kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan
pengaruh kuat kepada individu. Seperti lingkungan tempat pendidikan
berlangsung dan lingkungan tempat anak bergaul. Lingkungan ini kemudian
secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dengan jenis dan
tanggungjawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga
tersebut.
Menurut Kiswan (2012) Dalam memberikan pengaruh terhadap
perkembangan anak, lingkungan ada yang sengaja diadakan (usaha sadar) ada
yang tidak usha sadar dari orang dewasa yang normatif disebut pendidikan,
sedang ynag lain disebut pengaruh. Lingkunga yang dengan sengaja
diciptakan untuk mempengaruhi anak ada tiga, yaitu: lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan ini
disebut lembaga pendidikan atau satuan pendidikan.
Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang
Karena satu dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya
pendidikan. Badan pendidikan itu bertugas memberi pendidikan kepada si
terdidik. Secara umum fungsi lembaga pendidikan adalah menciptakan situasi
yang memungkinkan proses pendidikan dapat berlangsung. Menurut
Hasbullah (2003) lingkungan pendidikan mencakup:
a. Tempat (lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
b. Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu seperti
bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, dan
pandangan keagamaan.
c. Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga,
kelompok bermain, desa, perkumpulan dan lainnya.
Lingkungan serta lembaga pendidikan bersifat positif apabila
memberikan pengaruh sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan. Lingkungan
bersifat negatif apabila berpengaruh secara kontradiktif dengan arah dan
tujuan pendidikan. Maka intensitas pengaruh lingkungan terhadap peserta
didik tergantung sejauh mana anak dapat menyerap rangsangan yang
diberikan lingkungannya dan sejauh mana lingkungan mampu memahami dan
memberikan fasilitas terhadap kebutuhan pendidikan peserta didik.
2. Fungsi Lingkungan Pendidikan
Diantara fungsi lingkungan pendidikan adalah sebagai berikut.
a. Lingkungan pendidikan dapat menjamin kehidupan emosional peserta
didik untuk tumbuh dan berkembang. Kehidupan emosional ini sangat
penting dalam pembentukan pribadi anak.
b. Lingkungan pendidikan membantu peserta didik dalam berinteraksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya baik lingkungan fisik, sosial,
maupun budaya, terutama berbagai sumberdaya pendidikan yang tersedia
agar dapat dicapai tujuan pendidikan secara optimal.
c. Lingkungan pendidikan berfungsi sebagai wahana yang amat besar bagi
perkembangan individu dan masyarakat dalam memperluas dan
mempercepat usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.
d. Mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi serta
mempersiapkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat.
e. Di dalam lingkungan pendidikan dapat mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik baik dalam bentuk karier,
akademik, kehidupan beragama, kehidupan sosial budaya, maupun
keterampilan lainnya.
D. Pola Kegiatan Sosial Pendidikan
Khafidah, W. M (2020) Ada tiga jenis kegiatan sosial dalam pendidikan:
1. Pola Nomotheis
Pola interaksi sosial yang dikenal dengan pola nomotetik menekankan
pada aspek perilaku nomotetik dan normatif. , peran yang ditetapkan, dan
harapan atau cita-cita sosial di atas persyaratan, kepribadian, dan kebutuhan
individu. Pendidikan dipandang sebagai proses sosialisasi individu
(sosialisasi kepribadian) yang saling membutuhkan dalam kelompok dan
sebagai upaya untuk meneruskan kepemilikan sosial kepada generasi muda
dimana masyarakat berkembang dalam pola ini. Pola nomotetik ini sangat
relevan dengan implementasi kurikulum 2013 yang didalamnya terdapat
penilaian sikap spiritual, jika kita kaji kaitannya dengan kurikulum
pendidikan. kurikulum pendidikan karena mencakup aspek penilaian sosial,
seperti kemampuan siswa dalam hal tanggung jawab, jujur, peduli, sikap,
kerjasama, santun pergaulan, percaya diri, dan disiplin, disamping sikap
spiritual.
2. Pola Dengan Idiom/Idiografis
Pola idiografi interaksi sosial menekankan individualitas, kepribadian,
dan kebutuhan individu dalam diri manusia. Perilaku. Pelatihan dipandang
sebagai pekerjaan untuk membantu individu secara eksklusif, sehingga orang
dapat menumbuhkan karakter mereka seideal mungkin untuk menjadi
individu yang terampil, sehat dan adaptif yang cakap, sehat dan fleksibel
dalam menjawab perkembangan zaman. Personalisasi dari Diskriminasi yang
adil dalam pemenuhan hak pendidikannya dan pemberian layanan yang
ramah bagi setiap peserta didik mencerminkan pola pelaksanaannya.
3. Pola Transaksi
Pola transaksi adalah contoh kerjasama sosial yang terlihat
memantapkan nomotetik dengan idiografis. Hal ini menunjukkan bahwa pola
ini berusaha mendamaikan tuntutan, kebutuhan, dan dalam individu dengan
harapan, ekspektasi, dan peran sosial. Pendidikan dipandang dengan pola
transaksional sebagai suatu sistem sosial dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Setiap orang dalam lingkungan pendidikan mampu menerima dan
mengenal adanya sistem aturan dan tujuan yang luas, menjadikan tujuan
ini sebagai bagian darinya;
b. Setiap orang dalam lingkungan pendidikan percaya bahwa harapan sosial
yang diberikan kepadanya adalah wajar dan dapat dipenuhi; dan
c. Setiap orang dalam lingkungan pendidikan percaya bahwa dia adalah
anggota kelompok yang memiliki iklim emosional yang sama.
KESIMPULAN
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan
karakteristik masyarakat. Pendidikan sosiologis merupakan analisa ilmiah tentang
proses sosial didalam sistem pendidikan. Dasar sosiologis mengandung norma
dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut
oleh suatu bangsa. Antropologis adalah studi tentang umat manusia, yang berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan
untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia
kebudayaan adalah totalitas kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan
yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Tajul. 2008. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Gunung Djati Press.
C.A. Van Peursen. 1989. Strategi Kebudayaan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Eka Apriyanti. 2002. Landasan Pendidikan. Bandung: CV. Media Sains
Indonesia.
Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ihat Hatimah. 2015. Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan. Buku Materi
Pokok tutorial PGSD. Cetakan ke 18. Jakarta Universitas Terbuka.
Ihromi, T.O. 2006. Pokok-pokok antropologi budaya. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Khafidah, W. M.2020. Aspek Sosial Dalam Pendidikan. Jakarta: Serambi Tarbawi.
Kiswan. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Ciamis: Darussalam.
Kuntjaraningrat. 1990. Manusia dan Kebudayaan. Jakarta: Djambatan.
Nunus Supardi. 2007. Kongres Kebudayaan: 1918-2003 Edisi Revisi,.
Yogyakarta: Ombak.
Selo Soermardjan dan Soelaeman Soemardi, Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:
Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1999.
Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soerjono Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
S.W. Septiarti, dkk. 2017. Sosiologi dan Antropologi Pendidikan. Yogyakarta:
UNY Press.
Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia. Bandung. Penerbit PT Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai