Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Konsep Pendidikan Dalam Perspektif Sosiologi Antropologi


Dosen: Dr. Jajat S Ardiwinata, M.Pd.
Dosen Pengampu: Dr. Dadang Yunus L, M.Pd.

Disusun oleh:

Elsya Nurul F (2206076)


Hanifah Fadillah S (2202689)
Luthfi Mufthi A (22010295)
Mochamad Salman M (2203796)

Program Studi Pendidikan Masyarakat


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
Rahmat dan kasih sayang Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan tepat waktu.
Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan berupa “Konsep Pendidikan dalam
Perspektif Sosiologi Antropologi” semoga dapat menambahkan pengetahuan untuk kita
semua. Mohon maaf bila banyak kesahalan dan kekurangan dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki
dalam penulisan dan penyusunan makalahnya. Terimakasih juga kami ucapkan kepada Bapak
dosen, atas perhatiannya kami terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Sosiologi Antropologi
B. Pergeseran Pandangan Pendidikan
C. Pendidikan Sepanjang Hayat
D. Pendidikan Multikultur
E. Pendidikan Ras dan Gender
BAB III PENUTUPAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sosiologi antropologi pendidikan di Indonesia diawali hanya sebagai
ilmu pembantu belaka, namun seiring timbulnya perguruan tinggi dana kesadaran bahwa
sosiologi antropologi pendidikan sangat penting dalam menelaah masyarakat Indonesia yang
sedang berkembang maka sosiologi antropologi pendidikan menempati tempat yang penting
dalam daftar kuliah di beberapa perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu mengetahui dan memahami seluk beluk sosiologi antropolgi pendidikan
sangat dianjurkan guna mendapatkan pengetahuan yang menunjang perkembangan ilmu itu
sendiri dan aplikasinya dalm kehidupan baik sebagai mahluk individu maupun sebagai
mahluk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sosiologi Antropologi?
2. Bagaimana Pergeseran Pandangan Pendidikan?
3. Apa itu Pendidikan Sepanjang Hayat?
4. Apa itu Pendidikan Multikultur?
5. Apa itu Pendidikan Ras dan Gender?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Sosiologi Antrapologi
2. Untuk mengetahui bagaimana Pergeseran Pandangan Pendidikan
3. Untuk mengetahui apa itu Pendidikan Sepanjang Hayat
4. Untuk mengetahui apa itu Pendidikan Multikultural
5. Untuk mengetahui apa itu Pendidikan Ras dan Gender
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sosiologi Antropologi
Sosiologi antropologi adalah sebuah bidang ilmu yang dapat dipahami dari berbagai sisi
keilmuan untuk mengembangkan Pendidikan. Perbedaan Sosiologi dan Antropologi yaitu
Objek kajian sosiologi adalah masyarakat. Masyarakat selalu berkebudayaan. Masyarakat dan
kebudayaan tidak sama, tetapi berhubungan sangat erat. Masyarakat menjadi kajian pokok
sosiologi dan kebudayaan menjadi kajian pokok antropologi.
Jika diibaratkan sosiologi merupakan tanah untuk tumbuhnya kebudayaan. Kebudayaan
selalu bercorak sesuai dengan masyarakat. Masyarakat berhubungan dengan susunan serta
proses hubungan antara manusia dan golongan. Adapun kebudayaan berhubungan dengan
isi/corak dari hubungan antara manusia dan golongan. Oleh karena itu baik masyarakat atau
kebudayaan sangat penting bagi sosiologi dan antropologi. Hanya saja, penekanan keduanya
berbeda.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana berinteraksi dengan sesama
manusia Antropologi adalah ilmu yang terfokus pada sejarah perkembangan, khususnya
perkembangan budaya dan masyarakat yang berada di dalamnya. Menurut ilmu antropologi,
kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan,dan hasil karya manusia dalam
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Antropologi melihat masyarakat pedesaan. Sebaliknya, sosiologi melihat masyarakat
perkotaan sebagai objek ilmunya. Antropologi dan sosiologi memiliki tujuan yang sama,
yaitu untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat dan kebudayaan
manusia pada umumnya. Sosiologi menggabungkan data dari berbagai ilmu pengetahuan
sebagai dasar penelitiannya. Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan
manusia, sepanjang kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi
pengalaman yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya.
Selama kelompok itu ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara,
standar, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor tersebut dapat
memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap analisis sosiologi.
sedangkan dengan geografi kaitannya yaitu geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang
gejala alam yang ada di sekitar manusia oleh karena itu dengan adanya ilmu geografi
membantu manusia untuk mengetahui tentang letak geografis bumi,keadaan alam sekitar.
Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-
wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari
berbagai periode.

2. Pergeseran Pandangan Pendidikan


Konsep pendidikan yang "konvensional" menggambarkan bahwa pendidikan itu sebagai
bantuan pendidik untuk membuat subjek didik dewasa. Konsep ini kemudian diterjemahkan
bahwa pendidikan itu disamakan dengan persekolahan, dan terlebih-lebih lagi, ia diartikan
dengan cara memberi bekat pengetahuan kepada anak didik, agar ia dapat menggunakannya
untuk menghadapi sisa hidupnya. Konsep ini telah mendorong pendidik demikian bernafsu
untuk memberi "bekal hidup " kepada anak didik. Implikasi dari konsep ini telah melahirkan
pandangan dikalangan sementara pendidik, sehingga mereka mengartikan pendidikan itu
sebagai kegiatan yang berpusat pada pendidik.
Konsep ini memandang bahwa pendidikan itu harus merupakan usaha secara sungguh-
sungguh untuk mempermudah perkembangan pribadi yang menuju ke arah apa yang disebut
oleh seorang pakar andragogi, Knowles (1993 : 25) ''maturing person", Pribadi seperti ini
merupakan manifestasi dari potensi insani, yang hanya akan tercapai melalui proses
pendidikan sepanjang hayat.
3. Pendidikan Sepanjang Hayat
Realitas pendidikan itu sendiri sesungguhnya berlangsung sepanjang hayat (life long
ducation), dan masyarakat sebenarnya dalam batas dan sesuai kemampuan dan sedang
melakukan aktivitas pendidikan, baik posisinya sebagai pendidik maupun sebagai pihak yang
melakukan kegiatan pendidikan (terdidik). Pendidikan itu harus dipandang sebagai pemberian
pelayanan terhadap perkembangan pribadi individu sepanjang hayatnya. Pendidikan sebagai
kegiatan berjalan terus sebagai suatu proses yang berkesinambungan (Lengrand, 1995 : 3 1;
Shane, 1994 : 3;Croplay, 1995 : 71), sebab perkembangan manusia itu tidak pernah berhenti
sepanjang hidup manusia itu sendiri. Karena itu Carl Rogers memandang bahwa pendidikan
itu bukan "a process of being shaped" melainkan "a process of becoming" (Knowles.
1993,42).
Pandangan ini bermakna bahwa seseorang itu tidak dapat begitu saja dibentuk dan diubah
oleh orang lain dengan semau-maunya, baik melalui pengawasan,pengendalian,pengontrolan,
manipulasi, maupun hukuman. Belajar akan merupakan aktivitas manusia, karena manusia
itu, sebagaimana dikemukakan oleh Gehlen, adalah 'learning creature" (Sodiq A. Kuntoro
dalam Muhammad Rusli Karim, 1994 : 202). Dengan demikian soal pendidikan itu tidak
boleh lagi dipandang sebagai suatu proses yang hanya terikat pada waktu dan ruang tertentu
saja. Pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses yang berkelanjutan, mulai dari usia
anak kecil sampai pada usia dewasa. Konsep ini akan melahirkan implikasi bahwa
pendidikan itu hendaknya diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
4. Pendidikan Multikultur
Pendidikan mulikoultur dimaksudkan untuk memberikan akses kepada kelompok etnik
dan minoritas terutama untuk individu, kcluarga dan anak-anak dengan pendekatan
multietnik, multirasial. Dengan mulrikutur dimaksudkan interaksi antara individu dari
kelompok minoritas dan etnik dengan keiompok dominan. Pendekatan multikultur terdini
dari: (a) pengetahuan tentang budaya keturunan yang dimiliki seseorang dan pemahaman
tentang budaya yang ada disckitar (b) pemahaman mengenai budaya yang dimiliki pihak lain.

Budaya dalam hal ini yaitu sistem keyakinan dan orientasi nilai yang mempengaruhi
kebiasaan, norma, tindakan dan lembaga sosial termnasuk faktor psikologis yaitu babasa.
sistem perawatan dan organisasi (media dan sistem pendidikan). Ras, merupakan dasar
pembagian atas dasar biologis yang dalam beberapa hal menjadi materi perdebatan
khususnya dari pandangan psikologis, yang dalam kenyataannya kategori berdasarkan ras
lebih banyak bersifat perbedaan dalam kelompok dibandingkan dengan perbedaan antar
kelompok. Jadi perbedaan berdasarkan ras lebih merupakan knstruksi secara sosial dibanding
dengan pembatasan biologis.
Keragaman dan perbedaan budaya Keragaman budaya, merupakan perasaan yang
mutlak, yang dikenal secara umum dari pandangan ras, etnis, bahasa, orientasi sek, gender,
usia, ketidakmampuan, kelompok kelas, pendidikan, agama dan orientasi spiritual dan
dimensi budaya lainnya. Sensitif dalam pengertian merupakan jsu yang unik. Dalam
Pendidikan agen perubahan sosial hendaknya memiliki sensitivitas akan keragaman budaya
ada dalam diri sescorang atau dalam hubungan antara satu dengan orang lainnya. Culture-
centered, yaitu batasan untuk melihat diri sendiri atau pihak lain yang tidak terlepas dari
keragaman antara lain faktor sejarah, ekologi, sosial-politik.
Prinsip yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik yaitu:
A. Penyelenggaraan yang etis dari pendidikan multikultur didasarkan pada pengetahuan
dari keragaman keyakinan dan pelaksanaannya yang berkembang dari sosialisasi
mengenai afiliasi dan kcanggotaan ras dan kelompok serta faktor-faktor yang akan
mempengaruhi pada proses pendidikan, pelatiban dan pelaksanaan termasuk dalam
pelayanan psikologis dan penelitian
B. Memahami dan mengenali pengalaman mengenai sosialisasi individu yang berdasar
pada etnis, ras dan keturunan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan,
pelatihan dan pelaksanaan termasuk dalam pelayanan psikologis dan penelitian.
C. Memahami dimana perpaduan antara ras dan keanggotaan etini dan dimensi
pengelompokkan lainnya seperti halnya gender, usia, orientasi sek, ketidakmampuan
dan spiritual, latar belakang pendidikan dan pengalaman serta status sosial.
5. Pendidikan Ras dan Gender
Ras dan gender memiliki tempat khusus dalam kajian antropologi pendidikan. Ras
yang menjadi perhatian khusus yaitu pendidikan untuk kelompok terasing, sehubungan
dengan stereotipe mengenai pendidikan dan dalam beberapa hal masih terabaikan.
Dalam kenyataannya perhatian pada kelompok minoritas dan gender belum mencapai
sasaran seperti yang diharapkan. Suku atau ras adalah bentuk fisik dan ciri biologis yang
secara alarni berbeda dibandingkan dengan kelompok lainnya. Etnik yaitu penggolongan atas
dasar ciri budaya yang dimiliki oleh satu kelompok. Perbedaan dilihat dari agama, bahasa dan
nasionalitas. Perbedaan ras dapat dilihat dengan mudah dengan melihat penampilan fisiknya
akan tetapi untuk menganalisis etnik dibutuhkan analisis yang lebih seksama dengan
mempertimbangkan ciri budayanya. Kelompok minoritas adalah pemilahan yang
membedakan dari populasi yang lebih besar dimana kelompok ini hanya memiliki bagian
yang relatif kecil

Antara kelompok minoritas dan mayoritas sering terjadi antagonis. Perasaan


mayoritas memberikan peluang dalam ekonomi dan pemerintahan. Perasaan ini sering
mencuat untuk saling memperkuat satu dengan lainnya terutama dalam hal memperoleh
pekerjaan dan peluang sosial lainnya. Rasisme sering mendapat pengakuan dari kelompok
dominan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembang pandangan bahwa kelompok
minoritas memiliki mental yang rendah dan tidak mampu untuk mengembangkan diri dalam
bermasyarakat. Kelompok dominan selanjutnya selalu berusaha untuk memperlakukan
kelompok minoritas berada dalam pengaruhnya dengan harapan dapat meningkatkan diri atau
berada penuh dalam pengawasan kelompok mayoritas.
Prejudice yaitu sikap atau perasaan yang ditujukan kepada anggota minoritas.
Prejudice artinya menduga, vaitu semacam praduga yang ditujukan kepada anggota
kelompok minoritas sebelum mengenal benar kenyataan yang ada pada orang yang
bersangkutan.
Dalam beberapa kelompok tertentu kelompok minoritas diberikan keleluasaan untuk
bergabung dengan mayoritas. Beberapa kosa kata yang berhubungan dengan keleluasaan dari
kempok minoritas antara lain asimilasi, amalgamasi, kergaman budaya dan integrasi.
Asimilasi yaitu penggabungan antara du budaya yang berbeda kadang diikuti perkawinan
antar suku atau etnis menjadi satu budaya yang diakui bersama oleh keduanya. Melalui
proses ini, budaya conderung mnelebur dan mengilangkan bagian yang memisahkan dua
budaya. Amalgamasi, yaitu perkawinan dua etnik atau ras yang berbeda. Hasil dari proses ini
yaitu lahirnya karakter baru yang berbeda dengan aslinya.
Integrasi, yaitu pengembangan aturan sosial yang mengatur baik kelompok mayoritas
maupun minoritas dapat hidup secara harmonis. Kelompok mayoritas dalam masyarkat dapat
melakukan berbagai upaya untuk membatasi kelompok minoritas untuk berpartisipasi dan
dalam masyarakat secara bebas dan menggunakan hak yang sama. Beberapa konsep yang
berhubungan dengan pembatasan in yaitu anihilasi, ekspulsi dan segregasi Anihilasi y ailu
pembunuh pada kelompok minoritas
Ekspulsi yaitu pengusiran pada kelompok minoritas, sehingga mereka hidup dalam
lingkungan yang tidak memadai. Segregasi, yaitu kekuasaan yang memisahkan kelompok
yang kurang kuat untuk tinggal pada wilayah dengan fasilitas berbeda, termasuk sekolah,
rumah sakit dan hotel. Akulturasi, melalui proses ini kelompok minoritas menerima budaya
dan gaya hidup dari kelompok dominan.
Self segregation, yaitu kelompok minoritas dengan inisiatifnya memisahkan diri dari
kelompok mayoritas, sehingga mereka memperoleh fasilitas yang diharapkannya. Orang
Indian banyak memilih di wilayah perlindungan dari pada hidup dalam masyarakat Amerika,
dan dengan demikian mereka bisa memelihara budaya, agama, kebiasaan dan keyakinannya.
Separatisme, yaitu pembentukan masyarakat baru oleh kelompok minoritas dengan
membangun batas tersendiri. Di Kanada etnis prancis pindah ke Wilayah Quebeq, sedangkan
Inggris Kanada tetap tersebar pada wilayah lainnya. Dalam perkembangannya, wilayah
Quebeq meminta untuk memisahkan diri dan berdiri sebagai bangsa yang merdeka.
Penciptaan lembaga, merupakan alat bagi kelompok minoritas untuk mengembangkan
organisasi yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok minoritas. Organisasi ini didirikan
dalam upaya mencapai tujuan minoritas dan berusaha untuk memperoleh dukungan untuk
memecahkan permasalahan dan kesulitan dalam pekerjaan melalui dukungan perundangan..
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai