Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

MENGENAI LANDASAN SOSIOLOGI DAN ANTROLOGI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV:

IMAN ANUGRAH 220 502 010


LUMINTU NINGTYAS 220 502 012
DESRIYANTI SAFITRI NINGSIH 220 502 016
MADE ARIYANTI 220 502 011
STEVANIA PUTRI A.R. 220 502 014

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAKIDENDE

UNAAHA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT., serta tak lupa kita

haturkan sholawat dan salam kepada Nabiyullah Muhammad SAW. Berkat kuasa

Allah dan Rasul-Nya lah, penyusun makalah yang kami beri judul “Makalah

Filsafat Pendidikan Mengenai Landasan Sosiologi dan Antropologi Pendidikan”

dapat terselesaikan.

Makalah ini membahas keterkaitan landasan sosiologi dan antropologi

terhadap pendidikan. Selain itu, makalah ini membahas kaitan individu,

masyarakat dan kebudayaan, pengaruh lingkungan terhadap prestasi pelajar, serta

pendidikan sebagai pranata sosial. Makalah ini ditujukan sebagai pemenuhan

tugas kelompok pada mata kuliah filsafat pendidikan di jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2020, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lakidende.

Tentunya, kami membuka adanya krtik dan saran dari para pembaca, agar

terjadi peningkatan di waktu yang akan datang bagi kami dalam menyusun suatu

makalah selanjutnya. Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat memberi

manfaat kepada pembaca sekalian.

Unaaha,13 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan Sosiologis......................................................................................3

B. Pengertian Antropologi.................................................................................5

C. Individu, Masyarakat, dan Kebudayaan........................................................6

D. Pengaruh Lingkungan Terhadap Prestasi Belajar.........................................7

E. Pendidikan Sebagai Pranata Sosial...............................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................10

B. Saran...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh
Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya.
Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal
mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk
memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai
manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan
membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki
manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup
sejak dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan
akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan
pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk
membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia agar
bermanfaat bagi kepentingan hidupnya.
Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari
generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan
identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian
hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan
hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya.

Oleh karena itu, Dalam makalah ini kami akan membahas tentang
landasan pendidikan sosiologis dan antropologis.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, makalah ini dapat kmi
rumuskan sebagai berikut:

1
1. Apakah yang dimaksud dengan landasan sosiologis dan
antropologis pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan individu, masyarakat dan kebudayaan?
3. Bagaimanakah pengarung lingkungan terhadap perkembangan individu?
4. Apakah yang dimaksud dengan pendidikan sebagai pranata social?

C. Tujuan
Makalah ini ditujukan untuk menambah wawasan para pembaca
mengenai filsafat kependidikan, terutama kaitan landasan antropologi dan
sosiologi dalam pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Sosiologis
Sosiologi lahir pada abad ke-19 di Eropa, karena pergeseran
pandangan tentang masyarakat. Sosiologi sebagai ilmu otonom dapat lahir
karena terlepas dari pengaruh filsafat. Nama sosiologi untuk pertama kali
digunakan oleh August Comte (1798 – 1857). Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok – kelompok dan
struktur sosialnya.
Sosiologi mempunyai ciri – ciri :
1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia
bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Teoritis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah
satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat
diwariskan kepada generasi muda.
3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus – menerus sebagai
konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat
teori – teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih
baik.
5. Nonetis, karena teori ini menceritakan apa adanya tentang
6. masyarakat beserta individu – individu di dalamnya, tidak menilai apakah
hal itu baik atau buruk. Landasan sosiologi mengandung norma dasar
pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang
dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan bermasyarakat
suatu bangsa, kita harus memusatkan perhatian pada pola hubungan antar
pribadi dan antar kelompok dalam masyrakat tersebut. Untuk terciptanya
kehidupan masyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai
sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma social yang
mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-
masing anggota masyarakat.

3
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma
yang dianut oleh pengikutnya, yaitu: (1) paham individualisme, (2)
paham kolektivisme, (3) paham integralistik. Paham individualisme
dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka.
Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya, asalkan
tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme
menimbulkan cara pandang yang lebih mengutamakan kepentingan
individu di atas kepentingan masyarakat.
Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai
pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain
saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat. Paham
kolektivisme memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat
dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai
alat bagi masyarakatnya. Sedangkan paham integralistik dilandasi
pemahaman bahwa masing-masing anggota masyarakat saling
berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Masyarakat integralistik menempatkan manusia tidak secara
individualis melainkan dalam konteks strukturnya manusia adalah
pribadi dan juga merupakan relasi. Kepentingan masyarakat secara
keseluruhan diutamakan tanpa merugikan kepentingan pribadi.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham
integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat:
1. Kekeluargaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk
mufakat,
2. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat,
3. Negara melindungi warga negaranya,
4. Selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu
pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia
secara orang per orang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.

4
B. Pengertian Antropologi
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi
lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di
Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang
sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik
beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia",
dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai
makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Para ahli mendefinisikan
antropologi sebagai berikut:
William A. Haviland, Antropologi adalah studi tentang umat
manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia
dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
David Hunter, Antropologi adalah ilmu yang lahir dari
keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat
manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik
masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana
antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-
tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu
dengan yang lainnya berbeda-beda.

5
C. Individu, Masyarakat, dan Kebudayaan
Individu adalah manusia perseorangan sebagai kesatuan yang tak
dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat
unik, serta bebas mengambil keputusan atau tindakan lainnya sehingga
bersifat unik, serta bebas mengambil keputusan atau tindakan atas pilihan dan
tanggung jawabnya (otonom).
Adapun masyarakat didefinisikan oleh Ralp Linton sebagai
berikut “setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama
cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menggangap
diri mereka sebagai satu kesatuan social dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas”.
Dari dua definisi tersebut, dapat diidentifikasi adanya empat unsur di
dalam masyarakat yaitu
1. Manusia (individu-individu) yang hidup bersama
2. Melakukan mempunyai social dalam waktu yang cukup lama
3. Mereka mempunyai kesadaran sebagai satu kesatuan
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan, sehingga setiap individu di dalamnya merasa terikat satu
dengan yang lainnya. Selo Sumardjan mendefinisikan
masyarakat sebagai orang-orang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan. Manusia hidup bermasyarakat dan menghasilkan kebudayaan
yaitu keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar.
Antara individu, masyarakat, dan kebudayaanya tak dapat
dipisahkan. Hal ini sebagaimana dimaklumi bahwa setiap individu hidup
bermasyarakat dan berbudaya, adapun masyarakat itu sendiri terbentuk dari
individu-individu. Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi individu,
sebaliknya masyarakat dan kebudayaan di pengaruhi pula oleh individu-
individu yang membangunnya.

6
Di dalam masyarakat terdapat struktur sosial, status dan peranan.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan-tujuannya,
setiap individu maupun kelompok melakukan ada pun dalam interaksi sosial
tersebut mereka melakukan berbagai tindakan sosial, tindakan sosial yang
dilakukan individu hendaknya sesuai dengan status dan peranannya dan
diharapkan sesuai pula dengan kebudayan masyarakatnya. Masyarakat
menuntut hal tersebut tiada lain agar tercipta korformitas. Tindakan sosial
yang tidak sesuai dengan norma dan nilai dan norma dan kebudayaan
masyarakat dipandang melakukan penyimpangan tingkah laku atau
penyimpangan sosial terhadap pelaku penyimpangan sosial masyarakat akan
mengucilkannya bahkan melakukan pengendalian sosial.

D. Pengaruh Lingkungan Terhadap Prestasi Belajar


1. Pengertian Lingkungn
Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah, segala
sesuatu yang terdapat disekitar, baik makhluk hidup maupun benda
mati. Yang dimaksud dengan lingkungan dalam pembahasan ini
menitik beratkan pada lingkungan dimana terjadi proses interaksi, baik
lingkungan inforaml (keluarga), atau non formal (Masyarakat), atau
lingkungan formal sekolah itu sendiri.
Jadi tegasnya yang dimaksud dengan lingkungan ialah :
“Kawasan wilayah dan segala sesuatu yang terdapat didalamnya,
golongan, kalangan”
2. Pengaruh
Pengaruh ialah : “Daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu
(orang, benda, dsb) yang berkuasa atau yang berkekuatan (ghaib dsb)”
3. Lingkungan dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar
Sebagaimana telah disebutkan diatas, istilah lingkungan itu
menjadi jelas dan terarah pada sasaran yang dituju.
Lingkungan adalah merupakan salah satu faktor dalam pendidikan
yang tidak kalah pentingnya dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan

7
pendidikan yang digolongkan salah satu faktor disamping faktor-faktor
lainnya. Kendati demikian, sebagian para ahli ada juga yang menolak
keterlibatan faktor lingkungan tersebut. Mengenai pengertian linkungan,
disamping yang telah dikemukakan diatas,

penulis kutigpkan kembali pengertian lingkungan menurut para ahli,


antara lain : Drs. H.M. Hafiz Anshari Lingkungan ialah : “segala
sesuatu yang ada disekitar anak baik berupa benda-benda, peristiwa-
peristiwa yang terjadi maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat
memberikan pengaruh kuat kepada anak yaitu lingkungan dimana
proses pendidikan berlangsung dan lingkungan mana anak bergaul
sehari-hari”. Drs. Amir Daein Lingkungan ialah : “ segala sesuatu
yang berada diluar diri anak yang memberikan pengaruh terhadap
perkembangan anak”.
Ali Saifullah, MA Lingkungan ialah : “segala sesuatu yang
terdapat disekitar anak yang bersifat kebendaan dan karena itu bukan
pribadi atau pergaulan yang bersifat pribadi”.
Dari beberapa pendapat para ahli yang penulis sebutkan diatas,
dapatlah kita simpukan, bahwa pada prinsipnya pendapat para sarjana
tersebut sama dalam mengambil pengertian tentang lingkungan, yaitu
segala sesuatu yang ada disekitaranak dan dapat memberikan pengaruh
terhadap anak dalam perkembangannya, sehingga tidak bisa dipungkiri
akan berpengaruh pula terhadap prestasi belajar pada anak.

E. Pendidikan Sebagai Pranata Sosial


Theodorson G.A mendefinisikan pranata social sebagai ‘an
interrelated system of social roles and norms organized about the satisfaction
of an important social need or function” (Sudardja Adiwikarta, 1998).
Pranata social adalah suatu sistem peran dan norma social yang saling
berhubungan dan terorganisasi disekitar pemenuhan kebutuhan atau fungsi
social yang penting.

8
Jenis-jenis pranata sosial :
1. Pranata ekonomi
Seperangkat aturan yang mengatur tentang kegiatan produksi,
distribusi, dan konsumsi barang dan jasa sehingga terwujud kesejahtraan
dan keteriban masyarakat. Terlahir pada saat orang melakukn tukar
menukar barang (barter) secara rutin membagi-bagi tugas dan mengakui
adanya tuntutan terhadap orang lain. Antara lain brtujuan untuk
mningkatkan kesejahteraan masyarakat. Fungsinya mengatur hubungan
antar pelaku ekonomi dan meningkatkan produktifitas ekonomi
semaksimal mungkin.
2. Pranata agama
Agama adalah ajaran atau system yang mengatur tentng keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
mencakup pula tentang kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar
manusia dengan lingkungannnya. Fungsinya ajaran atau aturan adalah
memberikan tujuan atau orientasi sehingga timbul rasa saling hormat
antar sesama manusia; hukum memberikan aturan yang jelas terhadap
tingkah lku manusia akan hal-hal yang di anggap benar dan hal-hl yang di
anggap salah; social yaitu sebagai dasar aturan kesusilaan dalam
masyarakat, misalnya ekonomi, pendidikan, kesehatan, perkawinan,
kesenian, dan lain-lain; fungsi ritual; transformative.
3. Pranata pendidikan
Pranata pendidikan merupakan salah satu pendidikan sosial
dalam rangka proses sosialisasi dan atau enkulturasi untuk
mengantarkan individu ke dalam kehidupan berasyarakat dan
berbudaya serta untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan
kebudayaannya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Landasan sosial pendidikan secara sederhana dapat dipahami dari
pemahaman bahwa anak didik dapat bergaul karena anak didik
maupun pendidik merupakan makhluk sosial. sedangkan Landasan
antropologi pendidikan tidak jauh dari definisi antropologi itu sendiri
yaitu, ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik
serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi- tradisi, nilai-nilai) yang
dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda.
2. Individu, masyarakat, dan kebudayaanya tak dapat dipisahkan.
Hal ini sebagaimana dimaklumi bahwa setiap individu hidup
bermasyarakat dan berbudaya, adapun masyarakat itu sendiri terbentuk
dari individu-individu. Masyarakat dan kebudayaan mempengaruhi
individu, sebaliknya masyarakat dan kebudayaan di pengaruhi pula
oleh individu-individu yang membangunnya.
3. Segala sesuatu yang ada disekitar anak dan dapat memberikan
pengaruh terhadap anak dalam perkembangannya, sehingga tidak bisa
dipungkiri akan berpengaruh pula terhadap prestasi belajar pada anak.
4. Pranata pendidikan merupakan salah satu pendidikan sosial dalam
rangka proses sosialisasi dn/atau enkulturasi untuk mengantarkan individu
ke dalam kehidupan berasyarakat dan berbudaya serta untuk menjaga
kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya.

B. Saran
Pendidikan sendiri masih memiliki banyak landasan, yang kiranya
dapat dikupas keterkaitannya. Sehingga, pembaca diharapkan dapat
mempelajari hal-hal yang belum dibahas di makalah ini, agar diperoleh
pemahaman yang utuh mengenai filsafat pendidikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, Wayan. 1986. Dasar-dasar Kependidikan. Malang: FIP IKIP.

Made, Pidarta. 2000. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan


Bercorak. Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Ruswandi, Uus. Hermawan Heris, A. Nurhamzah. 2008. Landasan


Pendidikan. Bandung: CV. Insan Mandiri.

Sutikno Sobry, M. 2008. Landasan Pendidikan. Bandung: Prospect

Tim Sosiologi. 2003. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat.


Jakarta: Yudhistira.

http://musbir.blogspot.com/2012/09/landasan-antropologi-pendidikan.html

11

Anda mungkin juga menyukai