Anda di halaman 1dari 2

Dari tabel 4, terlihat bahwa jumlah jenis kelamin laki-laki pada pasien

gagal ginjal kronik sebanyak 28 orang (53,18%) dan jenis kelamin


perempuan sebanyak 24 orang (46,15%). Berdasarkan data di atas jumlah
pasien gagal ginjal kronik laki-laki lebih banyak dibandingkan yang
berjenis kelamin perempuan.
Selanjutnya, subjek penelitian terbanyak ada pada umur 35-43 tahun,
yakni sebanyak 13 orang (25%). Berdasarkan Riskesdas Nasional 2018,
prevalensi GGK pada tiap kelompok umur kian meningkat. Peningkatan
tersebut cukup signifikan saat memasuki umur > 34 tahun. Hal ini bisa
dipengaruhi oleh faktor risiko utama penyebab GGK seperti Diabetes
Melitus dan Hipertensi, yang akan meningkat seiring bertambahnya umur
seseorang (CDC, 2019).
Lama menderita penyakit pada kurun waktu <22 bulan memperoleh
presentasi terbesar yaitu sebanyak 35 orang (67,31%). Hal tersebut
menunjukkan, terjadi peningkatan angka kasus GGK dalam beberapa tahun
belakangan. Pada 2018-2020, GGK selalu menduduki daftar 5 penyakit
terbanyak pasien rawat inap untuk semua golongan umur, dengan jumlah
pasien di kisaran 400-500 orang (Profil Bahteramas, 2020).

Lama masa terapi hemodialisa memperoleh presentase terbesar pada


kurun waktu < 14 bulan, yakni 38 orang (73,08%). Mayoritas pasien GGK
baru menjalani terapi hemodialisa dalam kurun waktu < 1 tahun. Hal
tersebut menunjukkan mayoritas pasien GGK memiliki kepercayaan tinggi
terhadap efektifitas terapi hemodialisa. Kepercayaan itu muncul
dikarenakan adanya harapan memperoleh kualitas hidup yang lebih baik ke
depannya. Sehingga, mereka memutuskan untuik menjalani terapi tersebut
lebih awal.

Sesuai dengan penelitian Anggraini (2016), di mana mayoritas kualitas


hidup pasien GGK dalam kategori baik setelah menjalankan hemodialisis
>1 tahun. Meski begitu, penelitian Fitriani, Dkk. (2020) menjelaskan bahwa
tidak terdapat hubungan antara lamanya hemodialisa dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Dikarenakan
kualitas hidup merupakan suatu perasaan subjektif yang dimiliki oleh
masing-masing individu dan hal ini tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal.

Pada tabel 5, terlihat bahwa mayoritas pasien GGK yang menjalani


hemodialisa memiliki indeks eritrosit yang normal. Nilai MCV normal
dimiliki 45 orang, nilai MCH normal dimiliki 31 orang, dan nilai MCHC
normal dimiliki 40 orang.

Data tabel 6, terlihat bahwa jenis anemia berdasarkan ukuran eritrosit


paling banyak diderita oleh pasien GGK yang menjalani hemodialisa ialah
anemia normositik. Untuk jenis anemia berdasarkan warna eritrosit, pasien
GGK yang menjalani hemodialisa paling banyak menderita anemia
normokrom.

Indeks eritrosit pada pasien gagal ginjal kronis umumnya


normositik normokrom karena pada pasien gagal ginjal kronis terjadi
defisiensi eritropoeitin yang mana berfungsi untuk menstimulasi produksi
eritropoesis yang adekuat tetapi dalam penelitian ini didapat hasil
normositik normokrom, dikarnakan hal ini telah di tanggulangi dengan
pemberian terapi eritropoeitin dan konsumsi tablet besi (Fe) serta vitamin
lainnya seperti B12 sehingga pasien tidak mengalami defisiensi Fe dan
vitamin B12 sehingga hasil penelitian ini diperoleh hasil normositik
normokrom.

Anda mungkin juga menyukai