Secara terminologi sosiologi berasal dari bahasa yunani, kata sosial yang artinya “kawan” atau “teman”, dan logo yang artinya “kata”, ”berbicara”, atau “ilmu”. Sosiologi berarti berbicara atau ilmu tentang kawan. Dengan demikian secara istilah sosiologis dapat diartikan ilmu tentang masyarakat (Supardan, 2008:69). Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa sosiologis atau ilmu masyarakat sudah ada ilmu yang belajar struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Roucek dan Warren mendefinisikan sosiologis sebagai ilmu yang belajar hubungan antar manusia dalam kelompok. David Popenoe berpendapat sosiologis adalah ilmu tentang interaksi manusia dalam masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar mengatakan sosiologi adalah ilmu sosial yang murni, abstrak, rasional dan empiris, bersifat umum serta berusaha mencari pengertian umum.
Hakekat Antropologi Pendidikan
Antropologi berasal dari kata yunani yaitu antropos yang artinya “manusia” atau “orang”, dan logos yang artinya “wacana” dalam pengertian “bernalar”, “berakal”. Antropologi belajar tentang manusia sebagai makhluk biologi sekaligus makhluk sosial. Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang belajar tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi berawal dari ketertarikan orang-orang eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di eropa. Antropolog fisik belajar tentang manusia sebagai organisme biligi yang pelacakan perkembangan manusia menurut evolusinya dan di variasi biloginya dalam berbagai jenis (spesies). (Koentjaningrat, 2008:163). Antropologi budaya juga, merupakan ilmu yang belajar tentang praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresi, dan penggunaan bahasa, dimana dibuat dan diuji sebelum digunakan oleh masyarakat. (Menutup perkara dalam Supardan, 2008:165). Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran, pemberian pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui pikiran, karakter serta kapasitas fisik dengan menggunakan pranata-pranata agar tujuan yang ingin dicapai dapat dipenuhi. Pendidikan dapat diperoleh melalui lembaga formal dan informal.
Hubungan antara antropologi dengan sosiologis, dalam satu sisi
memperlihatkan bahwa sebagian para ahli tidak lagi membedakan kedua ilmu tersebut secara ketat. Artinya beberapa fokus kajiannya dianggap sama bahkan beberapa paradigma digunakan untuk melihat suatu fenomena sosial permainan kata-kata dianggap tidak memiliki perbedaan. Kedua ilu tersebut bisa saling menukar atau saling melengkapi baik tentang paradigma atau metode yang digunakan dalam mengungkapkan suatu fenomena sosial.