Bahasa Indonesia
Versi Mahasiswa
Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan pada Penulisan Karya Ilmiah)
Bahasa Indonesia
Versi Mahasiswa
Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan pada Penulisan Karya Ilmiah)
Bahasa Indonesia
Versi Mahasiswa
Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan pada Penulisan Karya Ilmiah)
ISBN: 978-602-6302-38-0
Cetakan 1, 2017
Cetakan 2, 2018
PRAKATA
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................... vii
BAGIAN 1
HAKIKAT BAHASA
(PENGERTIAN, FUNGSI, RAGAM DAN LARAS
BAHASA)
Bagan 1
Bagan Ragam Bahasa
(1) Ragam lisan
Berdasarkan
media pengantar/
(2) Ragam tulis
cara berkomunika-
sinya
Ragam bahasa
BAGIAN 2
2.1 Pendahuluan
Ejaan merupakan seperangkat aturan tentang tata
cara penulisan lambang bunyi ujaran, penulisan kata, dan
penggunaan tanda baca. Batasan tersebut menunjukkan,
bahwa kata ejaan berbeda maknanya dengan mengeja.
Dalam kamus KBBI (2014) disebutkan, bahwa mengeja
merupakan proses pelafalan huruf atau suku kata satu
demi satu, sedangkan ejaan adalah seperangkat aturan
yang jauh lebih komplit dari sekadar masalah pelapalan
bunyi ujaran.
Lahirnya ejaan yang berlaku di Indonesia
sekarang ini, yang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan
(EYD), berawal dari beberapa jenis ejaan aksara latin yang
pernah ada di Indonesia sebelumnya. Ejaan yang
dimaksud adalah:
a. Ejaan van Ophuysen, yang disusun oleh Ch. A. van
Ophuysen. Ejaan ini merupakan ejaan Latin resmi
Tabel 1
Perubahan Pemakaian Huruf dalam Tiga Ejaan Bahasa
Indonesia
6. huruf kapital
7. huruf miring
8. huruf tebal
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama seperti de, van, dan der (dalam nama
Belanda), von (dalam nama Jerman), dan da
(dalam nama Portugal)
Misalnya:
J.J. de Holander
van Ophuysen
H. van der Giessen
Otto von Bismarek
Vasco da Gama
bulan Desember
hari Jumat
hari Lebaran
Misalnya:
nangka belanda kunci inggris
kacang bogor pisang ambon
Catatan:
Jika yang dimaksud adalah nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatane-
garaan, badan, dan nama dokumen resmi dari
negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf
awal kata tersebut ditulis dengan huruf
kapital.
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui
Pemerintah.
Tahun ini Kementerian akan membahas
masalah tersebut
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Berita itu dapat di baca dalam koran Riau Pos.
Dia sedang membaca buku Asas-Asas Hukum
Perdata.
Misalnya:
Adik bertanya, “Itu apa Bu?”
Besok Paman akan datang.
Surat Saudara sudah saya terima.
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
“Silakan duduk Dik!” kata orang itu.
B. Huruf Miring
Dalam tulisan resmi, seperti karya ilmiah, surat,
laporan, dan sebagainya, ada beberapa hal yang ditulis
dengan menggunakan huruf miring, yaitu:
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku
Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat
Bahasa.
Berita itu dimuat dalam surat kabar Riau Pos.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum
diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis
dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda
petik.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf
kapital.
Buatlah kalimat dengan menggunakan
ungkapan berlepas tangan.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual,
huruf atau kata yang akan dicetak miring
cukup digarisbawahi.
C. Huruf Tebal
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
Misalnya:
Preposisi ke ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya.
Saya tidak mengambil bukumu.
Kata kerja sama harus ditulis terpisah.
Bagian tersebut ditulis dengan huruf miring:
Pereposisi ke ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya.
Saya tidak mengambil bukumu.
Kata kerja sama harus ditulis terpisah.
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu
kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan kebehasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
B. Kata Turunan
Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall
Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf
awalnya huruf kapital, diantara kedua unsur
tersebut digunakan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-lndonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
C. Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda
hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak
berjalan jalan
biri-biri
buku-buku
hati-hati
kuda-kuda
kupu-kupu
lauk-pauk
Cataan:
a. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan
mengulang unsur pertama saja.
Misalnya:
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan
bentuk ulang untuk keperluan khusus,
seperti dalam pembuatan catatan rapat atau
kuliah.
Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan
undang2 baru.
Kami mengundang orang2 yang berminat saja.
Mereka me-lihat2 pameran.
Bajunya ke-merah2-an.
D. Gabungan Kata
Misalnya:
anak-istri Ali anak istri-Ali
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke sekolah.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam
kalimat seperti di bawah ini di tulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari buku itu Dik.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting
itu.
tgl. tanggal
hlm. halaman
yg. yang
dl. dalam
No. Nomor
Catatan:
Singkatan tersebut dapat digunakan untuk
keperluan khusus, seperti dalam pembuatan
catatan rapat dan kuliah.
Misalnya:
Ayahku tinggal di solo
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat
yang unsur akhirnya sudah bertanda titik.
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, “Kaki saya sakit.”
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. IlI. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2. ...
b.1. Patokan Umum
1.1 lsi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 ...
2.2 ....
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka
atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.
Misalnya:
pukul 00.45
pukul 07.30
pukul 11.00
pukul 17.00
pukul 22.00
Catatan:
a. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Pekanbaru.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya
Nomor gironya 5645678.
Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakara
21 April 2008
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak guru.
“Masuk ke kelas sekarang!” perintah Bu Nani
kepada muridnya.
Catatan:
Bandingkan antara,
Siti Khadijah, S.H. (sarjana hukum) denagan
Siti Khadijah S.H. (Sidik Harun)
Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang
pemakaiannya tidak diapit dengan tanda
koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat
ijazah.
Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian
atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
4. Tanda hubung dipakai untuk menyambung
bagian-bagian tanggal, bulan, dan tahun pada
penanggalan serta untuk huruf yang dieja satu-
satu.
Misalnya:
8-4-2017
p-a-n-i-t-i-a
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua puluh-ribuan (1 x 20.000)
BAGIAN 3
BAGIAN 4
KALIMAT EFEKTIF
86 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
88 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
90 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
Tabel 2
Perbedaan dan Persamaan Objek dan Pelengkap
Objek Pelengkap
1. berwujud frasa 1. berwujud frasa
nominal atau klausa nominal, frasa verbal,
nominal; frasa ajektival, frasa
preposisional, atau
klausa;
2. berada langsung di 2. berada langsung di
belakang predikat; belakang predikat jika
tidak ada objek dan
berada dibelakang
objek jika unsur
tersebut hadir;
3. menjadi subjek akibat 3. tidak dapat menjadi
pemasifan kalimat; subjek akibat
pemasifan;
4. dapat diganti dengan 4. tidak dapat diganti
92 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
94 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
96 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
2. Koherensi (Kepaduan)
Kepaduan kalimat akan terbangun apibila terjalin
hubungan yang padu di antara unsur-unsur yang
98 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
3. Paralel (Kesejajaran)
Sebuah kalimat dikatakan paralel apabila terdapat
unsur-unsur yang sama bentuk dan jenisnya di dalam
kalimat. Maksudnya, jika unsur pertama menggunakan
jenis verba, unsur kedua, ketiga, dan seterusnya juga
harus verba. Selanjutnya, jika unsur pertama
menggunakan jenis kata nomina, unsur kedua, ketiga,
dan seterusnya juga harus nomina.
Keparalelan sebuah kalimat juga bergantung
kepada konsistensi imbuhan yang digunakan. Artinya,
jika suatu fungsi kalimat (S,P,O,Pel, dan K) menggunakan
suprafiks me-kan, fungsi yang sama pada unsur
berikutnya juga harus menggunakan suprafiks me-kan.
Kemudian, jika suatu fungsi kalimat menggunakan
prefiks di-, fungsi yang sama pada unsur berikutnya juga
harus menggunakan prefiks di-.
Contoh:
(7) a. Hal yang mesti kita perhatikan dalam
penanganan sampah adalah mengenai sistem
pembuangan, memilah, dan pengolahannya. (tidak
paralel)
b. Rasa ingin memiliki dan perasaan ingin berkuasa
harus dihilangkan dari pemikiran kita.
c. Dalam bulan Ramadhan tahun ini, panitia
Ramadhan akan menyelenggarakan berbagai
bentuk kegiatan, yaitu peringatan Nuzul Quran,
menyantuni anak yatim, dan memberi sedekah
kepada orang miskin.
BAGIAN 5
PARAGRAF
5.1 Pengertian
Paragraf (alinea) adalah kumpulan beberapa kalimat
yang saling berkaitan dan memiliki satu ide pokok. Suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, terutama dalam
surat kabar, sering ditemukan sebuah alinea hanya terdiri
atas satu kalimat. Namun, dalam sebuah buku sering
pula ditemukan sebuah alinea yang sangat panjang,
bahkan hampir satu halaman. Bagai mana dengan kedua
bentuk pengembangan alinea tersebut? Bolehkah kedua
bentuk tersebut diterapkan dalam penulisan karya ilmiah.
Berkenaan dengan jumlah kalimat dalam sebuah
alinea, memang tidak diatur secara konvensional karena
alinea pada dasarnya merupakan suatu kesatuan gagasan
yang jumlah kalimatnya bergantung kepada kebutuhan
atau ketuntasan. Jika sebuah gagasan sudah tuntas
dijelaskan, sebaiknya alinea tersebut diakhiri saja.
106 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
108 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
110 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
112 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
114 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
116 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
118 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
120 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
122 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
124 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
Bagan 2
Jenis-jenis Paragraf
126 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
Contoh:
Hana merupakan seorang artis yang multi talenta.
Selain menjadi aktor dalam film, Hana juga sering
muncul di sinetron salah satu stasiun televisi swasta.
Bakat keartisannya kini mulai merambah dunia tarik
suara. Selain menyanyi solo, Hana juga berbakat
dalam menyanyi duet dan menjadi vokalis di salah
satu grup band ternama. Kini Hana mulai pula untuk
mencoba mengembangkan sayapnya dalam dunia
model.
5.5.1.2 Paragraf induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat
utamanya berada di akhir paragraf. Penyajian paragraf
jenis ini diawalali dengan mengemukakan beberapa
kalimat penjelas terlebihdahulu, kemudian dari kalimat-
kalimat penjelas tersebut dibuat sebuah generalisasi atau
konklusi (simpulannya). Konklusi inilah yang disebut
dengan kalimat utama dalam paragraf.
Contoh:
Jika kita ingin ke kota Padang, lebih kurang 20
km dari Kota Padang Panjang terlebih dahulu kita
akan menikmati keindahan daerah wisata Air Terjun
Lembah Anai. Banyaknya pohon di hutan tropis
tersebut sangat memanjakan mata, ditambah pula
dengan hawa sejuknya yang memberi kenyamanan
luar biasa. Curahan air terjun yang deras membentuk
aliran sungai yang jernih di bawahnya. Sungguh
indah wisata Air Terjun Lembah Anai yang asri.
128 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
130 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
132 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
Contoh:
Contoh :
134 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
136 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
138 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
140 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
BAGIAN 6
KARYA TULIS ILMIAH
Jenis Karya Tulis
Karya tulis
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
karangan
143
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)
2) nama penulis
3) abstrak dan kata kunci
b. Bagian inti, terdiri atas:
1) pendahuluan
2) metode
3) hasil
4) pembahasan
5) Simpulan dan saran
c. Bagian akhir, yang berisi daftar rujukan
2. Nama Penulis
Nama penulis artikel tidak disertai gelar akademik
atau gelar apa pun. Jika ada dua nama penulis, hanya
nama penulis yang pertama yang dicantumkan di bawah
judul, sedangkan nama yang lain ditulis pada catatan
kaki (Dwiloka dan Rati Riana, 2005).
4. Pendahuluan
Bagian pendahuluan dalam karya ilmiah
merupakan bagian yang mengungkapkan posisi suatu
masalah dan perlu dilakukannya kajian tersebut.
Kongkritnya, sebuah pendahuluan dalam artikel ilmiah
memuat kepustakaan yang relevan untuk mengarahkan
perhatian pembaca secara teoretis. Jumlah rujukan pada
bagian ini harus proporsional (tidak terlalu banyak dan
tidak terlalu sedikit).
Unsur lain yang biasanya dimuat dalam
pendahuluan adalah gambaran kondisi empiris yang
terjadi di lapangan. Bagian ini menggambarkan
ketimpangan-ketimbangan antara ketentuan dengan
kenyataan, sehingga terjadi kesenjangan. Hal inilah yang
disebut dengan masalah yang perlu dicari pemecahannya
melalui sebuah penelitian. Masalah tersebut terkadang
dikongkritkan dalam bentuk sebuah rumusan kalimat
tanya.
Paparan ketimpangan tersebut, biasanya diikuti
oleh uraian-uraian yang mengemukakan mengapa
masalah tersebut penting untuk dikaji atau diteliti, baik
yang berimplikasi terhadap perkembangan ilmu
5. Metode
Uraian yang dimuat pada bagian ini pada dasarnya
merupakan hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana
penelitian itu di lakukan. Uraian dapat disajikan dalam
beberapa paragraf tanpa dipilah-pilah menjadi beberapa
subbagian. Dengan kata lain, subbagian tersebut disajikan
langsung dalam bentuk alinea.
Apabila artikel tersebut merupakan hasil penelitian
lapangan yang bebentuk kualitatif, materi pokok yang
disajikan pada bagian metode ini adalah dimana penelitian
tersebut dilakukan, bagaimana data dikumpulkan, apa atau
6. Hasil
Bagian ini merupakan bagian utama dari sebuah
tulisan ilmiah, termasuk juga artikel. Bagian ini
mengemukakan data yang sudah diperoleh melalui
penelitian. Penyajian data juga dapat dilengkapi dengan
gambaran tabel-tabel agar uraian tampak lebih jelas dan
mudah dipahami. Bagian ini secara jelas juga menyatakan
temuan penelitian yang diperoleh. Penulis tidak boleh
melakukan interpretasi terhadap data pada bagian ini.
Jika tidak begitu panjang, bagian ini dapat saja
digabungkan dengan bagian pembahasan.
7. Pembahasan
Bagian pembahasan merupakan bagian terpenting
dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Menurut Dwiloka dan
Rati Riana (2005), tujuan pembahasan adalah (1)
menjawab masalah penelitian atau melihat apakah tujuan
penelitian sudah tercapai, (2) menafsirkan temuan-
temuan. Dalam menafsirkan temuan-temuan tersebut
harus berdasarkan logika dan teori-teori yang relevan.
Umpamanya ditemukan adanya korelasi antara
kematangan berpikir dan lingkungan anak. Hal ini dapat
9. Daftar Rujukan
Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan
rujukan yang dipakai dalam batang tubuh tulisan.
Artinya, buku-buku yang tidak dirujuk dalam batang
tubuh tulisan tidak boleh dikemukakan dalam daftar
rujukan. Sebaliknya, buku-buku yang dirujuk dan
disajikan dalam penulisan batang tubuh tulisan, tidak
boleh ada yang tertinggal pada penulisa daftar rujukan.
c. Prakata
d. Daftar isi
2. Bagian Inti
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
Bab II KAJIAN LITERATUR/ KAJIAN TEORI
Bab III METODE DAN PEMBAHASAN
3.1 Metode dan Prosedur Kajian
3.2 Pembahasan
Bab IV SIMPULAN DAN SARAN
3. Bagian Akhir
a. Daftar Pustaka
b. Lampiran (jika perlu)
Lihat (Dwiloka dan Rati Riana, 2005), (Kusmana, 2012),
dan (Wijayanti, dkk., 2014).
5.2 Saran
Daftar Isi
Daftar Tabel (jika ada)
Daftar Gambar (jika ada)
Daftar Lampiran
BAB VI PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
c. Bagian akhir, terdiri atas:
Daftar Rujukan
Lampiran
BAGIAN 7
TEKNIS PENULISAN KARYA ILMIAH
7.1 Margin
Margin adalah batas pinggir pengetikan, baik batas
pinggir kiri, kanan, atas, maupun batas pinggir
bawah. Batas pinggir kiri dan pinggir atas adalah 4
cm, sedangkan batas pinggir kanan dan pinggir
bawah adalah 3 cm.
7.4 Kutipan
74.1 Tujuan Membuat Kutipan
Dalam penulisan sebuah karya ilmiah, baik
penulisan artikel maupun tulisan ilmiah lainnya, seperti
makalah dan skripsi, penulis selalu menggunakan
a. Singkatan Ibid.
Singkatan ini berasal dari bahasa Latin, yaitu
ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan
ini dipergunakan apabila kutipan tersebut kembali
dikutip dari referensi yang telah dikutip sebelumnya.
Bila halaman kutipannya sama, maka pengtip cukup
menulis ibid, dan bila halamannya berbeda
tambahkan nomor halaman sesudah singkatan ibid
yang diantarai dengan tanda koma.
b. Singkatan Op.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa Latin, yaitu
opere citato, yang berarti pada karya yang telah dikutip.
Singkatan ini dipergunakan apabila kutipan tersebut
kembali dikutip dari referensi yang telah dikutip
sebelumnya, tetapi sudah diselingi oleh kutipan dari
sumber yang lain. Op.cit. ini ditulis setelah penulisan
nama pengarang dari referensi yang dikutip.
Lazimnya yang dicantumkan adalah nama keluarga
atau nama akhir dari urutan kata pada nama tersebut
(Nasution, op.cit., hlm. 21)
c. Singkatan Loc.Cit.
Singkatan ini juga berasal dari bahasa Latin,
yaitu loco citato, yang berati pada tempat yang telah
dikutip. Singkatan ini dipergunakan apabila kutipan
tersebut kembali dikutip dari referensi yang telah
dikutip sebelumnya, tetapi telah diselingi oleh
kutipan dari sumber yang lain. Loc.cit. ini biasanya
digunakan untuk kutipan-kutipan yang bersumber
dari majalah, koran, atau ensiklopedi. Referensi
tersebut tidaklah dapat disebut sebagai sebuah karya
atau opus. Oleh sebab itu, hanya boleh digunakan kata
locus yang berarti tempat.
Meskipun demikian, kadang-kadang loc.cit.
dipakai juga sebagai pengganti singkatan op.cit.
Dalam hal ini singkatan loc.cit. tidak boleh diikuti oleh
nomor halaman karena penunjukan itu tidak kepada
7Bayhaqi, loc.cit.
DAFTAR PUSTAKA