Anda di halaman 1dari 209

Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia

(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Bahasa Indonesia
Versi Mahasiswa
Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan pada Penulisan Karya Ilmiah)

Dr. Martius, M. Hum i


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Sanksi Pelanggaran Pasal 72:


Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor:
12 tahun 1997 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau


memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana
dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, mengedarkan, atau menjual


kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Bahasa Indonesia
Versi Mahasiswa
Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan pada Penulisan Karya Ilmiah)

Dr. Martius, M. Hum iii


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Bahasa Indonesia
Versi Mahasiswa
Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan pada Penulisan Karya Ilmiah)

Penulis : Dr. Martius, M. Hum.

Tata Letak : Andik April dan Dewi

ISBN: 978-602-6302-38-0

Cetakan 1, 2017
Cetakan 2, 2018

Penerbit : Asa Riau


Jl. Kapas No 16 Rejosari,
Kode Pos 28281 Pekanbaru - Riau
e-mail: asa.riau@yahoo.com

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang dan dilarang


memperbanyak buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

iv Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

PRAKATA

Puji Syukur penulis sampaikan kehadhirat Allah


Swt. karena atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan buku ini tampa menghadapi
kendala yang berarti.

Buku ini merupakan buku materi bahasa


Indonesia yang lebih mengarah pada tuntunan untuk
penulisan karya ilmiah. Selain berisi materi mengenai
bahasa Inonesia untuk mahasiswa non-Jurusan Bahasa
Indonesia, buku ini secara sederhana juga memuat materi
tentang penulisan karya ilmiah. Dengan demikian, buku
ini juga dapat dipakai oleh siapa pun yang sedang
menulis karya ilmiah, baik karya ilmiah akademik, seperti
makalah, skripsi, dan disertasi, maupun karya ilmiah
pengembangan, seperti laporan penelitian.

Secara keseluruhan, buku ini tidak lain


merupakan refleksi dari beberapa buku yang ditulis oleh
penulis-penulis terdahulu. Oleh sebab itu, beberapa
bagian dalam buku ini berisikan karya Finoza, Dwiloka
dan Rati Riana, Wardani dkk., Moliong, Keraf, Yunus,
Wijayanti dkk, dan para penulis lain yang tidak dapat
disebutkan satu per satu dalam tulisan ini.

Dr. Martius, M. Hum v


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Buku ini tidak akan tercipta jika tidak ada


dorongan dari berbagai pihak. Pihak yang paling banyak
memberikan dorongon untuk penyelesaian buku ini
adalah istri tercinta Ernitati, S.E., M.M. dan Kedua Putra
Kami Deo Mursyid Marent dan Rayhan Beyhaqi
Marent, beserta Ibunda tercinta kami Hj. Halimah
Yunus.

Penulis Menyadari bahwa buku ini belum


sepenuhnya dapat mengakomodir apa yang diharapkan
pembaca karena masih terdapat berbagai kelemahan di
luar jangkauan kemampuan penulis. Untuk itu, kiritik
dan saran dari berbagai pihak, demi kesempurnaan
penulisan buku ini, penulis terima dengan senang hati.
Namun, dibalik ketidaksempurnaan tersebut, penulis
berharap buku ini tetap bermanfaat bagi para pembaca
yang membutuhkannya.

Pekanbaru, Juni 2017

Dr. Martius, M. Hum.

vi Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

DAFTAR ISI

PRAKATA .......................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................... vii

BAGIAN 1 HAKIKAT BAHASA (PENGERTIAN


FUNGSI, LARAS DAN RAGAM BAHASA) ............. 1
1.1 Pengertian Bahasa ...................................................... 1
1.2 Fungsi Bahasa ............................................................. 2
1.3 Ragam Bahasa dan Laras Bahasa............................. 11

BAGIAN 2 EAJAAN YANG DISEMPURNAKAN .... 15


2.1 Pendahuluan............................................................... 15
2.2 Ruang Lingkup Kajian Ejaan Yang
Disempurnakan .......................................................... 17
2.2.1 Pemakaian Huruf .......................................... 20
A. Huruf Kapital ......................................... 20
B. Huruf Miring.......................................... 32
C. Huruf Tebal ............................................ 34
2.2.2 Penulisan Kata ............................................... 36
A. Kata Dasar .............................................. 36
B. Kata Turunan ......................................... 36
C. Bentuk Ulang ......................................... 40
D. Gabungan Kata ...................................... 42
E. Kata Depan di, ke, dan dari ................. 43
F. Singkatan dan Akronim ....................... 44
2.2.3 Pemakaian Tanda Baca................................. 48

Dr. Martius, M. Hum vii


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

A. Tanda Titik (.) ......................................... 48


B. Tanda Koma (,) ...................................... 54
C. Tanda Titik Koma (;) ............................. 61
D. Tanda Titik Dua (:) ................................ 62
E. Tanda Hubung (-) .................................. 64

BAGIAN 3 DIKSI (PILIHAN KATA) ........................... 67


3.1 Konsep Pilihan Kata .................................................. 67
3.2 Panduan Memilih Kata ............................................. 72

BAGIAN 4 KALIMAT EFEKTIF.................................... 85


4.1 Unsur Kalimat ........................................................... 85
4.1.1 Fungsi Subjek ................................................. 86
4.1.2 Fungsi Predikat ............................................. 87
4.1.3 Fungsi Objek .................................................. 89
4.1.4 Fungsi Pelengkap .......................................... 90
4.1.5 Fungsi Keterangan ........................................ 92
4.2 Kalimat Efektif............................................................ 94
4.2.1 Pengertian ...................................................... 94
4.2.2 Syarat-Syarat Kalimat Efektif ...................... 95

BAGIAN 5 PARAGRAF .................................................. 105


5.1 Pengertian ................................................................... 105
5.2 Fungsi Paragraf .......................................................... 106
5.3 Unsur-Unsur Pembangun Paragraf ........................ 107
5.3.1 Kalimat Topik ................................................ 108
5.3.2 Kalimat Penjelas ............................................ 109
5.4 Syarat-Syarat Membangun Paragraf ....................... 113

viii Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

5.4.1 Kesatuan (Kohesi) ......................................... 113


5.4.2 Kepaduan (Koherensi).................................. 114
5.5 Jenis Paragraf .............................................................. 126
5.5.1 Jenis Paragraf Berdasarkan Posisi Kalimat
Utama.............................................................. 127
5.5.2 Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat Isinya ..... 130
5.5.3 Jenis Paragraf Berdasarkan Fungsinya
dalam Tulisan ................................................ 136

BAGIAN 6 KARYA TULIS ILMIAH ........................... 141


6.1 Posisi Karya Ilmiah Dilihat dari Karya Tulis
Lainnya ....................................................................... 141
6.2 Pengertian Karya Tulis Ilmiah ................................ 144
6.3 Ciri-Ciri Karya Tulis Ilmiah .................................... 147
6.4 Jenis-Jenis Karya Ilmiah ........................................... 147
6.5 Sistematiaka Artikel, Makalah, dan
Skripsi/Laporan Penelitian ...................................... 153
6.5.1 Sistematika Artikel ....................................... 154
6.5.1.1 Sistematika Artikel Hasil
Penelitian ........................................... 154
6.5.1.2 Sistematika Artikel Nonhasil
Penelitian .......................................... 165
6.5.2 Sistematika Makalah ..................................... 167
6.5.3 Sistematika Skripsi/Laporan Penelitian ..... 168
6.5.3.1 Penelitian Kuantitatif ....................... 169
6.5.3.2 Penelitian Kualitatif ......................... 171

Dr. Martius, M. Hum ix


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

BAGIAN 7 TEKNIKS PENULISAN KARYA


ILMIAH .............................................................................. 175
7.1 Margin ......................................................................... 175
7.2 Penomoran Halaman................................................. 175
7.3 Spasi Pengetikan ........................................................ 176
7.4 Kutipan ........................................................................ 176
7.4.1 Tujuan Membuat Kutipan ........................... 176
7.4.2 Jenis Kutipan.................................................. 177
7.4.3 Cara Penulisan Kutipan ............................... 178
7.5 Catatan Kaki (Foot notes) ........................................... 180
7.5.1 Jenis Catatan Kaki ......................................... 181
7.5.2 Cara Membuat Catatan Kaki ....................... 182
7.5.3 Teknis Penulisan Catatan Kaki ................... 183
7.5.4 Beberapa Contoh Bentuk Catatan Kaki ..... 184
7.5.5 Singkatan-Singkatan dalam Catatan Kaki . 188
7.5.6 Penerapan Catatan Kaki dan Singkatan-
singkatannya .................................................. 190
7.6 Daftar Pustaka ............................................................ 191
7.6.1 Pengertian Daftar Pustaka ........................... 191
7.6.2 Unsur-Unsur Dalam Menyusun Daftar
Pustaka ........................................................... 191
7.6.3 Cara Membuat Daftar Pustaka .................... 192
7.6.4 Beberapa Contoh Bentuk Daftar Pustaka .. 194

DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 196

x Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

BAGIAN 1

HAKIKAT BAHASA
(PENGERTIAN, FUNGSI, RAGAM DAN LARAS
BAHASA)

1.1 Pengertian Bahasa


Bila merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia,
akan ditemukan, bahwa kata bahasa memiliki pemahaman
sebagai, “Sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri” (Pusat
Bahasa, 2014: 116). Namun, kata bahasa tersebut dalam
bahasa Indonesia memiliki banyak arti atau pemahaman.
Untuk melihat makna kata bahasa tersebut, dapat
dicermati melalui beberapa kalimat berikut:
(1) Reyhan belajar bahasa Arab, sedangkan Deo belajar
bahasa Indonesia.
(2) “Kamu jangan berkawan dengan anak yang tidak
tahu bahasa itu!” kata ibu kepada Iwan.
(3) Manusia mempunyai bahasa, sedangkan binatang
tidak.

Dr. Martius, M. Hum. 1


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

(4) Dalam menangani kasus tersebut, polisi dan satpol


PP tidak memiliki bahasa yang sama.
(5) Pertikaian itu tidak bisa diselesaikan dengan bahasa
militer.
(6) Ketika berpidato, bahasa Pak Saleh selalu mengguna-
kan kata ya toh.
Kata bahasa pada kalimat (1) jelas merujuk atau
menunjukkan bahasa tertentu. Saussure dalam (Chaer,
2012) menyebutnya dengan istilah langue; pada kalimat
(2) kata bahasa berarti sopan-santun; kata bahasa pada
kalimat (3) berarti bahasa pada umumnya, yang disebut
dengan istilah langage ; Pada kalimat (4) kata bahasa
berarti kebijakan dalam bertindak; pada kalimat (5) kata
bahasa berarti ‘dengan cara’; dan pada kalimat (6) kata
bahasa berarti ujarannya, yang disebut dengan istilah
parole (Saussure dalam Chaer, 2012). Dari penjelasan di
atas, jelaslah bahwa kata bahasa pada kalimat (1), (3), dan
(6) merupakan kata yang digunakan secara harfiah,
sedangkan pada kalimat lain digunakan secara kias
(Chaer, 2012: 30-31).

1.2 Fungsi Bahasa


Dalam beberapa literatur bahasa, para ahli
merumuskan, ada empat fungsi bahasa secara umum,
yaitu:
1. sebagai alat mengekspresikan diri;
2. sebagai alat komunikasi;

2 Hakikat Bahasa (Pengertian Fungsi, Ragam, dan Laras Bahasa)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

3. sebagai alat berinteraksi dan adaptasi social;


4. sebagai alat kontrol sosial (Keraf, 1989: 3).

Bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri dapat


dilihat pada seorang anak. Ketika seorang anak merasa
lapar atau sakit mungkin dia akan menangis atau
mengeluarkan kata atit; ketika dia kenyang, mungkin dia
akan tertawa. Ini merupakan ungkapan bahasa nonverbal
yang bertujuan untuk mengekspresikan dirinya agar apa
yang dirasakannya dapat diketahui oleh orang
sekitarnya. Bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan
diri, juga dapat kita lihat pada orang dewasa. Ketika
seseorang menulis puisi, pada dasarnya karya puisi
tersebut merupakan ungkapan ekspresi diri. Pada saat
menulis puisinya, penulis tidak memikirkan siapa yang
akan membaca puisi tersebut. Apakah puisinya dapat
dipahami orang atau tidak, yang penting dia berkarya
dan mengekspresikan dirinya.
Selain sebagai alat mengekpresikan diri, bahasa
juga berfungsi sebagai alat komunikasi. Ketika sudah
beranjak besar, anak tidak lagi menggunakan bahasa
hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan
juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di
sekitarnya. Dengan kata lain, komunikasi merupakan
akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi
tidak akan berjalan sempurna apabila ekspresi diri kita
tidak dipahami oleh orang lain, misalnya ketika kita
menyampaikan penderitaan kita kepada orang lain

Dr. Martius, M. Hum. 3


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

sambil tertawa atau ekspresi senang. Orang akan bingung


memahami apa yang kita sampaikan.
Ketika kita menggunakan bahasa sebagai alat
kumunikasi, kita sudah tahu siapa lawan komuniksi kita,
baik komunikasi lisan maupun komunikasi tertulis. Oleh
sebab itu, kita dapat memilih kata-kata yang sesuai
dengan tingkat pengetahuan lawan komunikasi kita. Hal
ini bertujuan agar komunikasi kita berjalan lancar dan
komunikatif.
Dalam berkomunikasi, kita juga memiliki tujuan
tertentu. Kita ingin apa yang kita komunikasikan dapat
dipahami oleh orang lain sehingga tujuan kita
berkomunikasi dapat tercapai. Kita ingin menyampaikan
gagasan kepada orang lain agar orang tersebut dapat
menerima gagasan kita dengan mudah. Kita ingin
membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita.
Dengan bahasa, kita juga dapat mempengaruhi orang lain
dengan mudah. Semua itu mencerminkan fungsi bahasa
dalam ranah sebagai alat komunikasi.
Bahasa dalam fungsi ekspresi diri dan alat
komunikasi sudah dapat dipahami sepenuhnya. Selain
itu, bahasa juga dapat berfungsi sebagai alat integrasi dan
adaptasi sosial. Sebagai alat integrasi, dapat dilihat pada
fungsi bahasa sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia.
Melalui bahasa, anggota-anggota suatu masyarakat dapat
dipersatukan secara efisien. Melalui bahasa sebagai alat
komunikasi, akan memberi efek yang lebih jauh yang
akan memungkin setiap orang untuk merasa dirinya

4 Hakikat Bahasa (Pengertian Fungsi, Ragam, dan Laras Bahasa)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya.


Dengan demikian, integritas sesama pemakai bahasa
yang sama akan lebih kuat.
Ketika kita beradaptasi dengan kelompok
masyarakat atau lingkungan sosial tertentu, kita akan
menggunakan ragam bahasa yang sesuai dengan bahasa
masyarakat tersebut. Kita akan menggunakan bahasa
baku untuk tulisan ilmiah. Kita akan menggunakan
bahasa formal untuk situasi yang bersifat formal. Bahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi dengan teman
sebaya akan berbeda dengan berkomunikasi dengan
orang yang lebih tua. Hal itu bertujuan agar proses
adaptasi dengan kelompok sosial tersebut berlangsung
dengan baik.
Selain tiga fungsi yang telah dijelaskan terdahulu,
bahasa juga berfungsi sebagai alat kontrol sosial. Funngsi
ini antara lain dapat kita lihat pada penggunaan bahasa
pada orasi ilmiah, pidato politik, dan ceramah agama.
Buku-buku pelajaran, buku-buku instruksi, dan buku-
buku agama juga merupakan bentuk penggunaan bahasa
sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan
berbahasa yang akan menunjang perkembangan cara
berpikir kita, sikap hidup, dan pandangan hidup kita.
Di samping empat fungsi terdahulu, (Finoza, 2013:
2–3) menambahkan satu fungsi lagi, yaitu sebagai alat
berpikir. Fungsi bahasa sebagai alat bepikir, selama ini
kurang disadari oleh masyarakat. Seperti yang kita
ketahui, ilmu tentang cara berpikir adalah logika. Dalam

Dr. Martius, M. Hum. 5


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

proses berpikir bahasa selalu hadir bersama logika untuk


merumuskan konsep, proposisi, dan simpulan. Segala
kegiatan yang menyangkut penghitungan atau kalkulasi,
pembahasan atau analisis, bahkan berangan-angan atau
berkhayal, dimungkinkan berlangsung hanya dengan
menggunakan bahasa.
Sejalan dengan uraian terdahulu dapat
diformulasikan, makin tinggi kemampuan berbahasa
seseorang, makin tinggi pula kemampuan berpikirnya;
makin teratur bahasa seseorang, makin teratur pula cara
berpikirnya. Dengan demikian, seseorang tidak mungkin
menjadi intelektual tanpa menguasai bahasa. Seorang
itelektual pasti berpikir, dan proses berpikir pasti
memerlukan bahasa.
Apa yang disampaikan oleh Finoza tersebut tidak
dipungkiri karena hal tersebut memang merupakan
realita dalam kehidupan manusia. Namun, lebih jauh lagi
penulis berpendapat, bahwa antara bahasa dan berpikir
merupakan dua hal bersifat mutualisme. Artinya, ketika
manusia berpikir, manusia memerlukan bahasa;
sebaliknya, ketika manusia berbahasa manusia perlu
berpikir.
Selain fungsi bahasa secara umum yang sudah
dipaparkan sebelumnya, terdapat pula fungsi bahasa
Indonesia yang dilihat secara khusus. Dalam melihat
fungsi bahasa Indonesia ini, Chaer (2011: 2), dalam
pemaparannya tidak membedakan dan tidak memilah
antara fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

6 Hakikat Bahasa (Pengertian Fungsi, Ragam, dan Laras Bahasa)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

dan fungasi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.


Dalam penjelasannya, Chaer menetapkan fungsi tersebut
sebagai berikut:
1. Alat untuk menjalankan andmistrasi negara. Ini berarti,
segala kegiatan administrasi kenegaraan, seperti
surat-menyurat dinas, rapat-rapat dinas, pendidikan,
dan sebagainya, harus diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Indonesia;
2. Alat pemersatu pelbagai suku bangsa di Indonesia.
Aktivitas komunikasi yang berlansung di antara
anggota masyarakat yang berasal dari berbagai suku
bangsa, relatif tidak mungkin berlangsung dengan
baik dengan menggunakan salah satu bahasa daerah
komunikan. Oleh sebab itu, menggunakan bahasa
Indonesia akan lebih efektif dalam situasi tersebut
karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasinal
yang berfungsi sebagai alat perhubungan
antarbudaya dan antardaerah;
3. Untuk menampung kebudayaan nasional. Kebuyaan
daerah dapat ditampung dengan media bahasa
daerah, tetapi kebudayaan nasional Indononesia
dapat dan harus ditampung dengan media bahasa
Indonesia.

Berbeda dengan paparan dalam buku Chaer,


Finoza (2013: 3-5) mengemukakan, selain fungsi umum
tersebut, ada dua fungsi khusus bahasa Indonesia yang

Dr. Martius, M. Hum. 7


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

perlu kita ketahui, yaitu (1) sebagai bahasa nasional dan


(2) sebagai bahasa negara.
Dalam Keputusan Seminar Politik Bahasa
Nasional, ditegaskan, sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:
1. lambang kebanggaan nasional;
2. lambang identitas nasional;
3. alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda
latar belakang sosial budayanya;
4. alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah
(Halim, 1979 dalam Finoza, 2013: 3).
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa
Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai sosial budaya
yang mendasari rasa kebanggaan kita. Atas rasa
kebanggaan ini, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita
kembangkan, dan rasa kebanggaan memakainya
senentiasa kita pupuk.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia
kita junjung tinggi, di samping menjunjung tinggi
bendera dan lambang negara kita. Dalam melaksanakan
fungsi ini, bahasa Indonesia tentu harus memiliki
identitas. Bahasa Indonesia akan memiliki identitas
apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih
dari unsur-unsur bahasa lain, terutama bahasa Inggris,
yang sebisa mungkin tidak digunakan jika tidak benar-
benar diperlukan.

8 Hakikat Bahasa (Pengertian Fungsi, Ragam, dan Laras Bahasa)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Selanjutnya, sebagai alat pemersatu antara berbagai


suku bangsa yang berbeda latar belakang sosial budaya
dan bahasa, bahasa indonesia akan membawa bangsa
Indonesia ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat.
Dalam hubungan ini, bahasa Indonesia mendukung
berbagai suku bangsa untuk mencapai keserasian hidup
sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan pada
nilai-nilai sosial, budaya, dan bahasa daerah masing-
masing.
Fungsi bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional,
yang keempat adalah sebagai alat penghubung
antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa. Berkat
adanya bahasa nasional, kita bisa berkomunikasi dan
berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya
sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai
akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa
dapat dihindari.
Fungsi bahasa Indonesia secara khusus yang kedua
adalah sebagai bahasa negara. Hal ini tercermin dalam
salah satu ikrar Sumpah Pemuda tahun 1928 yang
berbunyi, “Kami poetra dan poetri Indonesia
menjoenjoenng bahasa persatuan, bahasa Indonesia” dan
UUD 1945, pasal 36 yang di dalamnya dinyatakan, “
Bahasa negara adalah bahasa Indonesia.” Dalam
kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai:

Dr. Martius, M. Hum. 9


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

1. bahasa resmi kenegaraan;


2. bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga
Pendidikan;
3. bahasa resmi dalam perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan;
4. bahasa resmi dalam pembangunan kebudayaan dan
pemanfaatan pengembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi.
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia
dipakai dalam segala upacara dan kegiatan kenegaraan,
baik dalam bentuk lisan maupun tertulis. Termasuk di
dalamnya adalah penulisan dokumen-dokumen
kenegaraan, keputusan-keputusan, pidato-pidato
kenegaraan, dan surat-surat yang dikeluarkan oleh
instansi pemerintah.
Dalam fungsi kedua, yakni sebagai bahasa
pengantar pada lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari
taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi di
seluruh Indonesia, termasuk sekolah-sekolah Indonesia di
luar negeri.
Fungsi ketiga, sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia merupakan alat perhubungan pada tingkat
nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk
kepentingan pelaksanaan pemerintahan. Dalam
hubungan ini, bahahasa Indonesia bukan hanya sebagai
alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan

10 Hakikat Bahasa (Pengertian Fungsi, Ragam, dan Laras Bahasa)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

masyarakat luas, bukan saja sebagai alat perhubungan


antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat
perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar
belakang sosial dan budayannya.
Selanjutnya, fungsi keempat, dalam hal ini sebagai
alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu
pengetahuan, dan teknologi, bahasa Indonesia dapat
menjadi alat untuk pembina dan mengembangkan
kebudayaan nasional, termasuk sebagai alat untuk
menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional kita.

1.3 Ragam Bahasa dan Laras Bahasa


Sebagian ahli bahasa, seperti Sugono (2009),
menyamakan antara istilah ragam bahasa dan laras bahasa.
Namun, ada juga yang membedakan antara kedua hal
tersebut, salah satu di antaranya adalan Finoza. Menurut
Finoza (2013: 5 – 6) ragam bahasa adalah variasi bahasa
yang terjadi karena pemakaian bahasa, sedangkan laras
bahasa adalah kesesuaian antara bahasa yang dipakai dan
fungsi pemakaiannya.
Ragam bahasa dapat dilihat berdasarkan media
pengantar atau cara berkomunikasinya dan situasi
pemakainya. Berdasarkan media pengantar atau cara
berkomunikasinya, ragam bahasa dapat diklasifikasikan
atas dua macam, yaitu (1) ragam lisan dan (2) ragam tulis,
sedangkan berdasarkan situasi pemakainya, ragam
bahasa dapat diklasifikasikan atas tiga macam, yaitu (1)

Dr. Martius, M. Hum. 11


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

ragam formal, (2) ragam semiformal, dan (3) ragam


nonformal. Lihat bagan berikut ini.

Bagan 1
Bagan Ragam Bahasa
(1) Ragam lisan
Berdasarkan
media pengantar/
(2) Ragam tulis
cara berkomunika-
sinya

Ragam bahasa

(1) Ragam formal


Berdasarkan
situasi (2) Ragam semiformal
pemakaiannya
(3) Ragam nonformal

Sumber : Utorodewo dkk. dalam Finoza (2013: 6)

Pada bagan tersebut dapat dipahami bahwa jumlah


ragam bahasa hanya ada lima, yaitu (1) ragam lisan, (2)
ragam tulis, (3) ragam formal, (4) ragam semiformal, dan
(5) ragam nonformal. Jika ada istilah lain yang
berhubungan dengan variasi penggunaan bahasa,
sebaiknya tidak disebut sebagai ragam bahasa, tetapi
disebut sebagai laras bahasa. Dengan demikian, tidak ada
sebutan bahasa ragam sastra, ragam jurnalistik, ragam
ilmiah, ragam hukum, dan sebagainya. Untuk
penyebutan hal tersebut sebainnya digunakan dengan

12 Hakikat Bahasa (Pengertian Fungsi, Ragam, dan Laras Bahasa)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

sebutan laras sastra, laras jurnalistik, laras ilmiah, dan laras


hukum.
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa
yang dipakai dengan fungsi pemakaian bahasa tersebut
(Finoza, 2013: 6). Bahasa yang dipakai dalam bidang
sastra disebut laras sastra, bahasa yang dipakai dalam
bidang hukum disebut laras hukum, bahasa yang dipakai
dalam jurnalisti disebut ragam jurnalistik, dan bahasa
yang dipakai dalam penulisan karya ilmiah disebut laras
ilmiah.
Berkenaan dengan ragam lisan dan ragam tulis
yang disebutkan terdahulu, terdapat beberapa perbedaan
antara kedua ragam tersebut. Perbedaannya adalah
sebagai berikut:
1) Ragam lisan menghendaki adanya lawan tutur
yang secara langsung dalam satu waktu siap
untuk mendengar apa yang dituturkan oleh
penutur, sedangkan ragam tulis tidak selalu
memerlukan lawan komunikasi secara
langsung dalam satu waktu;
2) Pada ragam lisan, unsur fungsi gramatikal
seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan,
tidak selalu diucapkan dengan kata. Unsur-
unsur tersebut, sering dinyatakan dengan gerak
tubuh dan mimik wajah. Pada ragam tulis,
unsur-unsur fungsi kalimat tersebut harus
dinyatakan secara eksplisit. Hal ini dilakukan

Dr. Martius, M. Hum. 13


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

agar pembaca dapat memahami tulisannya


secara jelas, lengkap, dan pasti;
3) Ragam lisan terikat pada situasi, kondisi,
ruang, dan waktu, sedangkan ragam tulis tidak
terikat kepada keempat hal tersebut;
4) Pada ragam lisan, isi atau makna dipengaruhi
oleh nada pengucapan, seperti tinggi, rendah,
panjang, dan pendek pengucapan, sedangkan
pada ragam tulis, makna sangat ditentukan
oleh pemakaian tanda baca.

14 Hakikat Bahasa (Pengertian Fungsi, Ragam, dan Laras Bahasa)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

BAGIAN 2

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

2.1 Pendahuluan
Ejaan merupakan seperangkat aturan tentang tata
cara penulisan lambang bunyi ujaran, penulisan kata, dan
penggunaan tanda baca. Batasan tersebut menunjukkan,
bahwa kata ejaan berbeda maknanya dengan mengeja.
Dalam kamus KBBI (2014) disebutkan, bahwa mengeja
merupakan proses pelafalan huruf atau suku kata satu
demi satu, sedangkan ejaan adalah seperangkat aturan
yang jauh lebih komplit dari sekadar masalah pelapalan
bunyi ujaran.
Lahirnya ejaan yang berlaku di Indonesia
sekarang ini, yang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan
(EYD), berawal dari beberapa jenis ejaan aksara latin yang
pernah ada di Indonesia sebelumnya. Ejaan yang
dimaksud adalah:
a. Ejaan van Ophuysen, yang disusun oleh Ch. A. van
Ophuysen. Ejaan ini merupakan ejaan Latin resmi

Dr. Martius, M. Hum. 15


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

pertama di Indonesia untuk bahasa Melayu yang


dimuat dalam Kitab Loghat Melayoe. Ejaan van
Ophuysen dibelakukan mulai tahun 1901 s.d.1947.
b. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik, yang merupakan
penyempurnaan dari ejaan van Ophuysen. Nama ejaan
Soewandi berasal dari nama Menteri Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan yang menandatangani
surat keputusan penggunaan ejaan Republik tersebut.
Ejaan ini diberlakukan sejak surat keputusan tersebut
ditandatangani, yaitu tanggal 19 Maret 1947.
c. Ejaan Pembaharuan, merupakan ejaan yang dirancang
oleh sebuah panitia yang diketuai oleh Prijono dan E.
Katoppo pada tahun 1957. Ejaan ini merupakan hasil
keputusan Konggres Bahasa Indonesia II di Medan.
Sistem ejaan ini tidak pernah diberlakukan.
d. Ejaan Malindo (Melayu Indonesia), yang merupakan
hasil usaha penyatuan sistem ejaan huruf Latin di
Indonesia dan sistem ejaan huruf latin di Persekutuan
Tanah Melayu pada tahu 1959. Sitem ejaan ini tidak
pernah di berlakukan.
Jadi, dari lima bentuk ejaan yang pernah ada, hanya tiga
ejaan yang pernah diberlakukan, yaitu Ejaan van
Ophuysen, Ejaan Soewandi, dan Ejaan yang Disempur-
nakan.
Sekedar untuk mendapatkan gambaran peruba-
han ejaan van Ophuysen ke ejaan Soewandi dan ejaan
Soewandi ke Ejaan Yang Disempurnakan dapat dilihat
pada kutipan kata pada tabel berikut.

16 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Tabel 1
Perubahan Pemakaian Huruf dalam Tiga Ejaan Bahasa
Indonesia

Ejaan van Ejaan Ejaan yang


Ophuysen Soewandi Disempurnakan
(1901- 1947) (1947 - 1972 (EYD)
(mulai 16 Agustus
1972
choesoes chusus khusus
Djoem’at Djum’at Jumat
ja’ni jakni yakni
pajoeng pajung payung
tjoetjoe tjutju cucu
soenji sunji sunji
(Finoza, 2013:20)

2.2 Ruang Lingkup Kajian Ejaan Yang Disempur-


nakan
Merujuk pada buku EYD yang diterbitkan oleh
Dwimedia Press, ruang lingkup EYD mencakup:
A. Pemakaian huruf, yang meliputi:
1. huruf abjad
2. huruf vokal
3. huruf konsonan
4. huruf diftong
5. gabungan huruf konsonan

Dr. Martius, M. Hum. 17


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

6. huruf kapital
7. huruf miring
8. huruf tebal

B. Penulisan kata, yang meliputi:


1. kata dasar
2. kata turunan
3. bentuk ulang
4. gabungan kata
5. suku kata
6. kata depan di, ke, dan dari
7. partikel
8. singkatan dan akronim
9. angka dan bilangan
10. kata ganti kau, ku, mu, dan nya
11. kata si dan sang

C. Pemakaian tanda baca, yang meliputi:


1. tanda titik (.)
2. tanda koma (,)
3. tanda titik koma (;)
4. tanda titik dua (:)
5. tanda hubung (-)
6. tanda pisah (--)
7. tanda tanya (?)
8. tanda seru (!)
9. tanda elipsis (...)
10. tanda petik (“ “)
11. tanda kurung (( ))

18 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

12. tanda kurung siku ([ ])


13. tanda garis miring ( / )
15. tanda penyingkat atau apostrof ( ‘ )

D. Penulisan unsur serapan, terutama unsur serapan dari


bahasa asing;
E. Pedoman umum pembentukan istilah;
F. Pedoman pemenggalan kata;
G. Imbuhan bahasa Indonesia; dan
H. Bentuk terikat bahasa asing.

Dari sejumlah lingkup kajian tersebut, tidak semua


kajian di uraikan dalam buku ini. Pembahasan lebih
berorientasi kepada hal-hal yang frekuensi pemakaiannya
tinggi sehingga dapat memberikan tuntunan kepada
penulis, terutama bagi mahasiswa yang sedang menulis
karya ilmiah. Dengan demikian, pembahasan tentang
EYD dalam buku ini mencakup hal-hal berikut:

A. Pemakaian huruf, yang meliputi:


1. huruf kapital
2. huruf miring
3. huruf tebal

B. Penulisan kata, yang meliputi:


1. kata dasar
2. kata turunan
3. bentuk ulang
4. gabungan kata

Dr. Martius, M. Hum. 19


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

5. kata depan di, ke, dan dari


6. singkatan dan akronim
C. Pemakaian tanda baca, yang meliputi:
1. tanda titik (.)
2. tanda koma (,)
3. tanda titik koma (;)
4. tanda titik dua (:)
5. tanda hubung (-)

2.2.1 Pemakaian Huruf


A. Huruf Kapital
Ada beberapa hal yang harus ditulis dengan huruf
kapital, terutama untuk penulisan hal-hal yang bersifat
formal, seperti surat dinas, karya ilmiah, dan laporan.
Kegunaan tersebut meliputi:
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat.
Misalnya:
Adi sangat suka makan rendang.
Apa kabar Anda hari ini?
Gubernur Riau akan meresmikan jembatan Siak empat

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada


petikan langsung.
Misalnya:
Ibu bertanya kepada Reyhan, “Kapan kamu akan
ujian semester?”

20 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Menurut Finoza (2013:185), “Kalimat efektif paling


tidak harus memenuhi enam syarat, yaitu adanya
(1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) keparalelan, (4)
ketepatan, (5) kehematan, da (6) kelogisan.”
“Kemarin engkau juga terlambat,” kata Pak Johan
kepada Andri.
“Tahun depan,” kata Pak Somad , “dia akan
menunaikan ibadah haji.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam


kata dan ungkapan yang berhubungan dengan nama
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti
untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam Quran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan selalu melindungi hamba-Nya yang
beriman.

4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti oleh nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Datuk Kasim Marajo

Dr. Martius, M. Hum. 21


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Sultan Syarif Qasim


Haji Agus Salim
Imam Hanafi
Nabi Muhammad

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama


nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang tidak diikuti oleh nama orang.
Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia akan berangkat
menunaikan ibadah haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya
sudah seperti kiai.

5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur


nama jabatan dan pangkat yang diikuti oleh nama
orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Yusuf Kala
Rektor UIN Suska Riau
Gubernur Jawa Barat
Jenderal Sudirman

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


jabatan atau nama instansi yang merujuk pada
bentuk lengkapnya.
Misalnya:

22 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

- Sidang itu dipimpin oleh Prediden


Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin oleh Presiden.
- Kegiatan itu sudah direncanakan oleh
Kementerian Agama.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh
Kementerian.

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama


nama jabatan dan nama pangkat yang tidak
merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau
nama tempat tertentu.
Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir pada rapat
itu?
Devisi ini dipimpin oleh seorang mayor
jenderal.
Di setiap kementrian terdapat seorang
inpektur jenderal.

6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-


unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdana Kesuma

Dr. Martius, M. Hum. 23


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf
pertama seperti de, van, dan der (dalam nama
Belanda), von (dalam nama Jerman), dan da
(dalam nama Portugal)
Misalnya:
J.J. de Holander
van Ophuysen
H. van der Giessen
Otto von Bismarek
Vasco da Gama

(2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf


pertama pada unsur seperti bin atau binti yang
terdapat pada nama orang.
Misalnya:
Ali bin Abi Tolib
Abdul Rahman bin Zaini
Fatimah binti Muhammad
Maimunah binti Ibrahim

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama


singkatan nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
pascal second Pas
newton N
amper A

24 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama


nama orang yang digunakan sebagai nama jenis
atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 volt
5 ampere

7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Eskimo
suku Melayu
bahasa Indonesia

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama


bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai
bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
pengindonesiaan kata-kata asing
keinggris-ingrisan
kejawa-jawaan

8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah
tahun Gajah

Dr. Martius, M. Hum. 25


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

bulan Desember
hari Jumat
hari Lebaran

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-


unsur nama peristiwa bersejarah:
Misalnya:
Perang Candu
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Perang Dunia I

c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama


peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai
nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memroklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko
pecahnya perang dunia

9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-


unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuangi Asia Tenggara
Pekanbaru Amerika Serikat
Eropa Sumatera Barat

26 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-


unsur nama giografi yang diikuti oleh nama diri
giografi.
Misalnya:
Sungai Kampar Pulau Sumatera
Laut Merah Gunung Singgalang
Danau Toba Jalan Diponegoro
Jazirah Arab Ngarai Sianok
Terusan Suez Selat Malaka

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


diri atau nama diri geografi jika kata yang
mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:
ukiran Jepara pempek Palembang
tari Melayu tenunan Siak
sate Madura rendang Padang

d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama


unsur nama giografi yang tidak diikuti oleh nama
diri giografi.
Misalnya:
mendaki gunung mandi di sungai
menyeberangi selat tenggelam di laut

e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama


diri giografi yang digunakan sebagai nama jenis
(buah, makana, atau benda lainnya).

Dr. Martius, M. Hum. 27


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Misalnya:
nangka belanda kunci inggris
kacang bogor pisang ambon

10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama


semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi,
lembaga ketatanegaraan, badan, dan nam
dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan,
oleh, untuk, dan atau.
Misalnya:
Republik Indonesia
Kementerian Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Piagam Jakarta
Badan Kesehatan Ibu dan Anak

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama


kata yang bukan nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama
dokumen resmi karena tidak diikuti oleh nama
diri.
Misalnya:
beberapa badan hukum
kebijakan pemerintah
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku

28 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Catatan:
Jika yang dimaksud adalah nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatane-
garaan, badan, dan nama dokumen resmi dari
negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf
awal kata tersebut ditulis dengan huruf
kapital.
Misalnya:
Pemberian gaji bulan ke-13 sudah disetujui
Pemerintah.
Tahun ini Kementerian akan membahas
masalah tersebut

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap


unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dokumen resmi,dan judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undan-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua


kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna)
dalam judul buku, majalah, surat kabar, karya ilmiah,
dan cerita, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan
untuk yang tidak terletak di posisi awal.

Dr. Martius, M. Hum. 29


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Berita itu dapat di baca dalam koran Riau Pos.
Dia sedang membaca buku Asas-Asas Hukum
Perdata.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur


singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang
digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr doktor
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S sarjana sastra
S.Kp. sarjana keperawatan
M.Hum. magister humaniora
Prof. profesor
K.H. kiai haji
Tn. Tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara

14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata


penunjuk hubungan kekerabatan, seperti Bapak,
Ibu, Adik, Kakak, Saudara, Paman yang
digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.

30 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Misalnya:
Adik bertanya, “Itu apa Bu?”
Besok Paman akan datang.
Surat Saudara sudah saya terima.
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
“Silakan duduk Dik!” kata orang itu.

b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama


kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah
berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di
Pekanbaru.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata


ganti Anda.
Misalnya:
Apakah Anda sudah sholat?
Siapa nama Anda?
Surat Anda sudah kami terima.
Besok saya akan menemui Anda.

16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada


kata, seperti keterangan, catatan, contohnya, dan
misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap

Dr. Martius, M. Hum. 31


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

yang diikuti oleh pernyataan yang berkaitan dengan


pernyataan lengkap tersebut (lihat contoh pada
setiap mengemukakan pernyataan pemakaian huruf
kapital nomor 1 s.d. 15 ada kata Misalnya:)

B. Huruf Miring
Dalam tulisan resmi, seperti karya ilmiah, surat,
laporan, dan sebagainya, ada beberapa hal yang ditulis
dengan menggunakan huruf miring, yaitu:
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku
Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat
Bahasa.
Berita itu dimuat dalam surat kabar Riau Pos.

Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum
diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis
dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda
petik.

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk


menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.

32 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf
kapital.
Buatlah kalimat dengan menggunakan
ungkapan berlepas tangan.

3 a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk


menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa
Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis adalah carcinia
mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani
terhadap anak.
Politik devide et impera pernah merajalela di
negeri ini.

b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa


Indonesia penulisannya disesuikan dengan ejaan
bahasa Indonesia.
Misalnya:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan
khusus.

Dr. Martius, M. Hum. 33


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual,
huruf atau kata yang akan dicetak miring
cukup digarisbawahi.

C. Huruf Tebal

1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan


judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel,
daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan
lampiran.
Misalnya:
Judul : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN

2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk


menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata; untuk keperluan hal
tersebut digunakan huruf miring.

34 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Misalnya:
Preposisi ke ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya.
Saya tidak mengambil bukumu.
Kata kerja sama harus ditulis terpisah.
Bagian tersebut ditulis dengan huruf miring:
Pereposisi ke ditulis terpisah dengan kata yang
mengikutinya.
Saya tidak mengambil bukumu.
Kata kerja sama harus ditulis terpisah.

3. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan


lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang
bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:
kalah v 1 tidak menang...; 2 kehilangan atau
merugi...; 3 tidak lulus...; 4 tidak menyamai
mengalah v mengaku kalah
mengalahkan v 1 menjadikan kalah ...; 2
menaklukkan ...; 3 menganngap kalah
terkalahkan v dapat dikalahkan ...
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual,
huruf atau kata yang akan dicetak dengan
huruf tebal diberi garis bawah ganda.

Dr. Martius, M. Hum. 35


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

2.2.2 Penulisan Kata

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu
kesatuan.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan kebehasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.

B. Kata Turunan

1.a. Imbuhan (awalan, sisipan, dan akhiran) ditulis


serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
Iukisan
menengok
petani
b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika
ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar
yang bukan bahasa Indinesia.

36 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Misalnya:
mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
di-upgrade
me-recall

2. Jika bentuk dasarnya berupa kumpulan dua kata, yang


berawalan atau berakhiran, awalan atau akhiran
tersebut ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya dan kedua kata
tersebut ditulis terpisah.
Misalnya:
bertepuk tangan
menganak sungai
garis bawahi
sebar luaskan

3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata yang


mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata tersebut ditulis serangkai.
Misalnya:
dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban

Dr. Martius, M. Hum. 37


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai


dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati dwiwarna paripurna
aerodinamika ekawarna poligami
antarkota ekstrakurikuler pramuniaga
antibiotik infrastruktur prasangka
anumerta inkonvensional purnawirawan
audiograrn kosponsor saptakrida
awahama mahasiswa emiprofesional
bikarbonat mancanegara subseksi
biokimia monoteisme swadaya
caturtunggal multilateral telepon
dasawarsa narapidana transmigrasi
dekameter nonkolaborasi tritunggal
demoralisasi pascasarjana ultramodern

Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf
awalnya huruf kapital, diantara kedua unsur
tersebut digunakan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-lndonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat

(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk


kepada Tuhan yang diikuti oleh kata berimbuhan,

38 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

gabungan itu ditulis terpisah dan setiap awal kata


pada setiap unsurnya ditulis dengan huruf
kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepa Tuhan Yang
Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha
Pengampun.

(3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk


kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali
kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah
hidup kita.
Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa
melindungi kita.

(4) Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang


diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro,
kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk
dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak
daripada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap yang anti
terhadap kejahatan.

Dr. Martius, M. Hum. 39


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam


peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar
yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika
diikuti oleh kata yang berimbuhan.
Misalnya:
taklayak terbang
taktembus cahaya
tak bersuara
tak terpisahkan

C. Bentuk Ulang
1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda
hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak
berjalan jalan
biri-biri
buku-buku
hati-hati
kuda-kuda
kupu-kupu
lauk-pauk

Cataan:
a. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan
mengulang unsur pertama saja.
Misalnya:

40 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

surat kabar surat-surat kabar


kapal barang kapal-kapal barang
rak buku rak-rak buku

b. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur


keduanya adjektiva ditulis dengan rnengulang
unsur pertama atau unsur keduanya. Hal ini
betujuan untuk memberi makna yang berbeda.
Misalnya:
orang besar orang-orang besar
orang besar-besar
gedung tinggi gedung-gedung tinggi
gedung tinggi-tinggi

2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk


ulang.
Misalnya:
kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
dibesar-besarkan
rnemata-matai

Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan
bentuk ulang untuk keperluan khusus,
seperti dalam pembuatan catatan rapat atau
kuliah.

Dr. Martius, M. Hum. 41


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Misalnya:
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan
undang2 baru.
Kami mengundang orang2 yang berminat saja.
Mereka me-lihat2 pameran.
Bajunya ke-merah2-an.

D. Gabungan Kata

1. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata


majemuk ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar model linier
kambing hitam orang tua
simpang empat persegi panjang
mata pelajaran rumah sakit umum
meja tulis kereta api

2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan


pengertian dapat ditulis dengan menambahkan
tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan.

Misalnya:
anak-istri Ali anak istri-Ali
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru

42 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

3. Gabungan kata yang sudah dirasakan sudah padu


benar ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali darmasiswa
adakalanya darmawisata
akhirulkalam dukacita
alhamdulillah halalbihalal
apalagi hulubalang
bagaimana kasatmata
barangkali kepada
bilamana manasuka
bumiputra matahari
daripada peribahasa
darmabakti

E. Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata,
seperti kata kepada dan daripada.

Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke sekolah.

Dr. Martius, M. Hum. 43


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Dia datang dari Jakarta kemarin.


Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.

Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di dalam
kalimat seperti di bawah ini di tulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari buku itu Dik.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting
itu.

F. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu


huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan
atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang
tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administrasion

44 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

M.Hum. master humaniora


M.Si. master sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos. sarjana sosial
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. bapak
Sdr. saudara
Kol. Kolonel

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan


ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf
awal kata, ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO Worid Healt Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PT perseroan terbatas
SD skolah dasar
KTP kartu tanda penduduk

c.1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf


diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
jml. jumlah
kpd. kepada

Dr. Martius, M. Hum. 45


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

tgl. tanggal
hlm. halaman
yg. yang
dl. dalam
No. Nomor

2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga


huruf diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
sda. sama dengan atas
ybs. yang bersangkutam
Yth. Yang terterhormat

Catatan:
Singkatan tersebut dapat digunakan untuk
keperluan khusus, seperti dalam pembuatan
catatan rapat dan kuliah.

d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas


gabungan huruf (lazim digunakan dalam surat-
menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian

46 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran,


takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
oleh tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
km kilometer
l liter
Rp rupiah

2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih


yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf
awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
LIPI Lembanga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
SIM Surat Izin Mengemudi

b. Akronim nama diri yang merupakan singkatan


dari beberapa unsur hanya huruf awal yang di
tulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional

Dr. Martius, M. Hum. 47


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha


Indonesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan
dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan umum
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
radar radio detecting and ranging
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu,
hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi
jumlah suku kata yang lazim pada kata
Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan
keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang
sesuai dengan pola kata yang lazim dalam
bahasa Indonesia agar mudah diucapkan dan
diingat.

2.2.3 Pemakaian Tanda Baca

A. Tanda Titik (.)


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.

48 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Misalnya:
Ayahku tinggal di solo
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan:
Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat
yang unsur akhirnya sudah bertanda titik.
Misalnya:
Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, “Kaki saya sakit.”
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. IlI. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2. ...
b.1. Patokan Umum
1.1 lsi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 ...

Dr. Martius, M. Hum. 49


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

2.2 ....

Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka
atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,


menit, dan detik yang menunjukkan waktu
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20
detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:
Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti
salah satu cara berikut.

a. Penulisan waktu dengan angka dengan sistem


12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi,
siang, sore, atau malam.
Misalnya:
pukul 9.00 pagi
pukul 11.00 siang
pukul 5.00 sore
pukul 8.00 malam
b. Penulisan waktu dengan angka dalam sistem
24 tidak memerlukan keterangart pagi, siang,
sore, atau malam.

50 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Misalnya:
pukul 00.45
pukul 07.30
pukul 11.00
pukul 17.00
pukul 22.00

4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,


menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam (1jam, 35 meit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)

5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara


nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat
terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, dan
Hans Lapoliwa. 1920. Azab dan
Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.
Catatan:
Urutan informasi mengenai daftar pustaka
tergantung pada lembaga yang bersangkutan.

Dr. Martius, M. Hum. 51


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan


ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan
jumlah.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi
negeri 12.000 orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.

Catatan:
a. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Dia lahir pada tahun 1956 di Pekanbaru.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya
Nomor gironya 5645678.

b. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang


merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi.
Misalnya:
Acara Kunjungan Menteri Pendidikan
Nasional
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Salah Asuhan
c. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) nama
dan alamat penerima surat, (2) nama dan alamat

52 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

pengirim surat, dan (3) di belakang tanggal


surat.
Misalnya:
Yth. Kepala Kantor Kementerian Agama
Porovinsi Riau
Jalan Sudirman 71
Pekanbaru

Yth. Sdr. Moh. Hasan


Jalan Arif Rahmad 43
Palembang

Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakara

21 April 2008

d. Pemisahan bilangan ribuan dan kelipatannya


atau desimal ditulis sebagai berikut.
Rp200.250,75
8.750 m
8,750 m

7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan. (Lihat


juga penulisan singkatan bagian 1.a.)
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution

Dr. Martius, M. Hum. 53


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

H. Hamid Haji Hamid


Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business
administrasion
M.Hum. master humaniora
M.Si. master sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos. sarjana sosial
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. bapak
Sdr. saudara
Kol. Kolonel

B. Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam


suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat
khusus memerlukan perangko.
Satu, dua, ... tiga!

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan klausa


yang satu dari klausa berikutnya yang didahului

54 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

oleh kata tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali


dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Saya akan membeli baju kemeja, tetapi kau yang
akan memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku kakak saya.
Reyhan suka bermain voli, sedangkan Deo suka
bermain basket.
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal
di luar kota.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai
banyak teman
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus
banyak membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan
anak kalimat rdari induk kalimar jika anak
kalirnat mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia rnempunyai banyak teman karenak tidak
congkak.

Dr. Martius, M. Hum. 55


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Kita harus banyak membaca buku agar


memiliki wawasan yang luas.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau


ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat
pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi,
dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan akan
tetapi.
Misalnya:
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
mendapat beasiswa.
Ani memang rajin membaca sejak kecil. Jadi,
wajar kalau dia menjadi bintang pelajar.
Salmah termasuk siswa yang cantik, pintar,
dan anak orang berada. Akan tetapi, dia tidak
pernah tinggi hati.
Catatan:
Ungkapan penghubung, seperti oleh karena itu,
jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu,
dan akan tetapi, tidak dipakai di awal paragraf.

5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru,


seperti o, Ya, wah, aduh, atau kata-kata yang
digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, dan Mas,
dari kata lain yang terdapat dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!

56 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Hati hati, ya, jalannya licin.


Bu, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan


langsung dari bagian lain dalam kalimat
Misalnya:
Kata Ibu, “saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena
kamu lulus ujian.”

Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
Misalnya:
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak guru.
“Masuk ke kelas sekarang!” perintah Bu Nani
kepada muridnya.

7. Tanda koma dipakai diantara (a) nama dan alamat,


(b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal,
serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Misalnya:

Dr. Martius, M. Hum. 57


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Saudara Abdullah, Jalan Garuda No. 3,


Pekanbaru.
Dekan Fakultas Ushuluddin, UIN Suska Riau,
Jalan Soebrantas No. 5, Panam
Pekanbaru, 21 April 2015
Pekanbaru, Riau

8. Tanda koma dipakai di antara bagian nama yang


dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Finoza, Lamuddin. 2013. Komposisi Bahasa
Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan
Mulia.

Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa


Indonesia dengan Benar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian pada


catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950),
hlm. 25.

58 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia untuk


Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia (Jakarta:
Diksi Insan Mulia, 2013), hlm. 101.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan


gelar akademik yang mengikutinya. Tanda koma
ini bertujuan untuk membedakan singkatan
tersebut dengan singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
Misalnya:
Deo Mursyid, S.E.
Reyhan Beyhaqi, S.H.
Siti Fatimah, S.E., M.M.

Catatan:
Bandingkan antara,
Siti Khadijah, S.H. (sarjana hukum) denagan
Siti Khadijah S.H. (Sidik Harun)

11. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau


di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.
Misalnya:
12,5 m
27,8 kg
Rp500,50
Rp750,00

Dr. Martius, M. Hum. 59


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan


tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Anak saya, yang bernama Reyhan, suka sekali
main bola kaki.
Di daerah kami, misalnya, masih banya orang
laki-laki yang makan sirih.
Semua mahasiswa, baik laki maupun
perempuan, harus mengikuti acara Kemah
Bakti Mahasiswa.

Catatan:
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang
pemakaiannya tidak diapit dengan tanda
koma.
Misalnya:
Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat
ijazah.

13. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari


salah baca atau salah pengertian.
Misalnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat
memanfaatkan bahasa-bahasa yang ada di
kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima
kasih.

60 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata


penghubung untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
a. Hari sudah malam; anak-anak masih membaca
buku yang baru dibeli ayahnya.
b. Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu
menulis makalah di ruang kerjanya; adik
membaca di teras depan; saya sendiri
asyik bermain gitar menyanyikan puisi-
puisi penyair kesayanganku.

2. Tanda titik koma dipakai untuk mengakhiri


pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa
frasa atau kelompok kata. Dalam perincian
tersebut, sebelum perincian terakhir tidak perlu
digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat-syarat penerimaan pegawai negeri sipil
di lembaga ini:
(1) berkewaganegaraan Indonesia;
(2) berijazah minimal sarjana (S1);
(3) berbadan sehat;
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dr. Martius, M. Hum. 61


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan


dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur
setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata
hubung.
Misalnya:
a. Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju,
celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
b. Agenda rapat itu meliputi pemilihan ketua,
sekretaris, dan bendahara; penyusunan
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan
program kerja.

D. Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu


pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau
pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah
tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang
kemerdekaan: hidup atau mati.

Catatan:
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian
atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Misalnya:

62 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

a. Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.


b. Fakultas Ushuluddin mempunyai Jurusan
Perbandingan Agama, Ilmu Filsafat, Ilmu
Hadis.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau


ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Sandiego
Sekretari : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Kasim

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah


drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan:
Misalnya:
Ibu : Bawa kopor ini, Nak!”
Amir : “Baik, Bu”
Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!”

4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid dan


nomor halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci,
(c) judul dan anak judul suatu karangan, dan (d)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2015:8
Surah Yasin: 9

Dr. Martius, M. Hum. 63


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Finoza, Lamuddin. 2013. Komposisi Bahasa


Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa
Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

E. Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung dipakai untuk menyambung suku


kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Di samping cara lama, diterapkanjuga ca-
ra baru.
Sebagaimana kata pribahasa, takada ga-
ding yang takretak.

2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung


awalan dengan bagian kata yang mengikutinya
atau akhiran dengan bagian kata yang
mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:
a. Kini ada cara terbaru untuk meng-
ukur panas.
b. Kukuran baru itu memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
c. Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an yang canggih.

3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung


unsur-unsur kata ulang.

64 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
4. Tanda hubung dipakai untuk menyambung
bagian-bagian tanggal, bulan, dan tahun pada
penanggalan serta untuk huruf yang dieja satu-
satu.
Misalnya:
8-4-2017
p-a-n-i-t-i-a

5. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas (a)


hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan
(b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara
pertemuan besok.

Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua puluh-ribuan (1 x 20.000)

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:


a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf capital;

Dr. Martius, M. Hum. 65


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

b. ke- dengan angka;


c. angka dengan –an;
d. kata atau imbuhan dengan singkatan
berhuruf capital;
e. kata ganti yang berbentuk imbuhan;
f. gabungan kata yang merupakan kesatuan.
Misalnya:
se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
Alat pandang-dengar

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur


bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an

66 Ejaan yang disempurnakan


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

BAGIAN 3

DIKSI (PILIHAN KATA)

3.1 Konsep Pilihan Kata (Diksi)


Kata merupakan hal yang sangat berperanan
penting dalam menyampaikan suatu gagasan kepada
orang lain, baik dalam ragam lisan maupun tertulis. Oleh
sebab itu, agar komunikasi berjalan efektif, penutur atau
penulis harus mampu memilih kata yang tepat untuk
menyampaikan maksud tertentu.
Kata, bukan hanya sekedar rangkaian bunyi atau
huruf yang dirangkai sedemikian rupa sehingga
membentuk kesatuan-kesatuan. Kata merupakan
rangkaian bunyi atau huruf yang mengandung makna
tertentu. Dengan demikian, dalam sebuah kata
terkandung unsur-unsur berikut:
1. Makna, yang mengacu pada suatu konsep atau
gagasan yang mewakili lambang dari suatu benda,
peristiwa, atau gejala.

Dr. Martius, M. Hum. 67


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

2. Nilai rasa (emosi), yang berkaitan dengan cita rasa


positif-negatif dan halus-kasar makna sebuah kata.
3. Bentuk, yakni keselarasan bentuk kata (dasar atau
berimbuhan) atau frasa yang dipilih dengan
posisinya dalam sebuah wacana (Yunus, dkk., 2013).
Pemilihan kata dilakukan apabila tersedia sejumlah
kata yang bersinonim atau memilki makna yang
bermiripan. Ketersediaan ini akan terwujud apabila
seseorang mempunyai perbendaharaan kata yang
memadai sehingga dapat memilih satu di antara beberapa
kata tersebut. Hal inilah yang disebut dengan diksi.
Dengan demikian, diksi merupakan hasil dari proses memilih
kata yang akan digunakan dalam sebuah komunikasi.
Komunikasi yang dimaksud, terutama dalam komunikasi
tertulis.
Dalam pemilihan sebuah kata, penulis hendaklah
mampu memilih kata mana yang paling tepat dan paling
cocok dipakai dalam sebuah tuturan. Tepat, maksudnya,
kata yang dipilih harus sesuai dengan koteks kalimatnya.
Koteks maksudnya bentuk kata (leksikal atau gramatikal)
yang dipilih harus sesuai dengan posisi kata tersebut
dalam kalimat. Maksudnya, bentuk kata yang digunakan
bergantung pada kata yang terdapat pada sebelum dan
sesudah kata tersebut. Seperti pada penggunaan beberapa
bentuk turunan dari kata dasar beda. Kata dasar beda ini
akan menurunkan bentuk kata berbeda, berbeda-beda,
membedakan, membeda-medakan, terbedakan, terbeda-bedakan,
perbedaan, pembeda, dan pembedaan. Pemakaian setiap

68 Diskusi (Pilihan Kata)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

bentuk turunan tersebut dapat dilihat pada contoh


kalimat berikut:

berbeda : Wajah Hasan sangat berbeda


dengan wajah Husen walaupun
mereka saudara kandung.
berbeda-beda : Wajah Hasan, Husen, dan lima
saudara mereka yang lainnya
berbeda-beda walaupun mereka
saudara kandung.
membedakan : Saya tidak bisa membedakan mana
Hasan dan mana yang husen
karena wajah mereka sangat
mirip.
membeda-bedakan : Orang tua Hasan dan Husen tidak
pernah membeda-bedakan kasih
sayang kepada anaknya.
terbedakan : Hasan dan Husen memang
memilki wajah dan paras yang
sama sehingga tidak terbedakan
oleh saya.
terbeda-bedakan : Hasan, Husen, dan lima saudara
mereka yang lainnya sangat mirip
sehingga tidak terbeda-bedakan oleh
saya.
perbedaan : Wajah Hasan dan Husin memiliki
sedikit perbedaan.

Dr. Martius, M. Hum. 69


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

pembeda : Bentuk hidung merupakan


pembeda antara wajah Hasan dan
Husen.
pembedaan : Hasan dan Husen memilki wajah
yang sangat mirip sehingga pembe-
daannya agak sulit dilakukan.

Dari beberapa contoh kalimat tersebut, dapat


dipahami, bahwa perbedaan posisi kata beda dalam
kalimat, akan menentukan pilihan terhadap bentuk kata
turunan yang akan digunakan. Untuk itu, seorang
penulis harus mampu memilih bentuk mana yang paling
tepat digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu.
Hal inilah yang dimaksud dengan tepat dalam pemilihan
kata.
Cocok, maksudnya, kata yang digunakan harus
sesuai dengan konteks kalimatnya. Sesuai dengan
konteteks kalimat maksudnya, dari beberapa kata yang
bersinonim dipilih satu yang sesuai dengan (1) masalah
yang dibicarakan, (2) mitra dalam berkomunikasi, dan (3)
lokasi atau daerah tempat berlangsungnya komunikasi
tersebut. Intinya, kata yang digunakan tidak bertentangan
dengan nilai rasa dan budaya yang berlaku pada
masyarakat pemakainya. Sebagai contoh, kata mati,
bersinonim dengan kata meninggal, wafat, mangkat, gugur,
tewas, berpulang, dan sebagainya. Penggunaan kata tersebut
harus disesuaikan dengan masalah yang kita bicarakan.
Kata mati, misalnya, digunakan pada hewan, dan kurang

70 Diskusi (Pilihan Kata)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

pantas digunakan untuk manusia. Untuk manusia (orang


awam) lebih cocok digunakan kata meninggal, untuk para
raja digunakan kata mangkat, untuk para nabi digunakan
kata wafat, dan sebagainya.
Apabila mitra komunikasi kita adalah orang tua
sendiri atau orang yang lebih tua dari kita, di Indonesia
tidak cocok digunakan kata Anda atau kamu karena kata
tersebut tidak cocok dengan nilai rasa yang ada dalam
budaya kita. Oleh sebab itu, sebaiknya digunakan kata
bapak, ibu, atau kakak. Akan tetapi, di Eropa atau
Amerika sapaan you ‘kamu’ bisa saja digunakan dalam
konteks tersebut karena kata itu tidak bertentangan
dengan nilai rasa dalam budaya mereka.
Dengan demikian, keefektifan penggunaan kata
dalam menulis, tidak hanya berkaitan dengan kesesuaian
antara kata itu dengan makna yang ingin disampaikan,
tetapi juga berhubungan dengan ketepatan bentuk kata
yang digunakan dengan posisi kata tersebut dalam
kalimat.
Contoh:
Kemiskinan merupakan permasalahan yang
kompleks. Hal tersebut tidak semata-mata berhubu-
ngan dengan kekurangan material, tetapi juga terkait
dengan kultural dan tingkat kependidikan. Karena itu,
pembasmian masalah kemiskinan harus ditangani
secara komprehensif dengan bermacam-macam
pendekatan-pendekatan dan melibatkan berbagai pihak.

Dr. Martius, M. Hum. 71


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Yunus (2013: 2.4)


Bila kita perhatikan kata-kata yang bercetak miring
pada wacana di atas, terdapat kejanggalan dalam
pemakaiannya. Kata material secara bentuk tidak tepat
digunakan. Mestinya digunakan kata materi; kata kultural
sebaiknya digunakan kata kultur; kata kependidikan
sebaiknya digunakan kata pendidikan; kata pembasmian
sebaknya diganti dengan kata pengentasan atau pemecahan;
dan frasa bermacam-macam pedekatan-pendekatan sebaiknya
diganti dengan bermacam pendekatan.

3.2 Panduan Memilih Kata


Agar dapat memilih kata dengan tepat, menurut
Yunus, dkk. (2013: 2.7) penulis dapat melakukan
pertanyaan kepada dirinya sendiri sebagai panduan,
yaitu:
a. Apakah kata yang dipilih telah mencerminkan
gagasan atau perasaan yang ingin saya sampaikan?
b. Apakah kata yang dipilih sudah cukup lengkap untuk
mendukung maksud saya, atau masih memerlukan
penjelasan tambahan?
c. Apakah kata yang digunakan sesuai dengan konteks
atau topik tulisan saya?
d. Apakah kata yang dipilih dapat dipahami, atau tidak
akan disalahtafsirkan oleh pembaca?

72 Diskusi (Pilihan Kata)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

e. Apakah saya tidak menggunakan kata-kata secara


berulang sehingga akan membosankan pembaca?

Perlu diketahui, bukan berarti bahwa setiap


menggunakan kata dalam menulis, kita harus melakukan
kelima pertanyaan di atas. Kelima itu hanya digunakan
sebagai rambu-rambu yang akan melengkapi
pengetahuan kita dalam menggunakan kata. Proses
pemilihan kata tersebut pada dasarnya terjadi secara
spontan saja.
Selain lima hal di atas, agar dapat melakukan
pemilihan kata dengan benar, seorang penulis juga harus
memahami hubungan makna antarkata (sinonim, antonim,
polisemi, hiponim, dan homograf), perubahan makna
(meluas, menyempit, peorasi, dan ameliorasi), majas
(asosiasi, metafora, personifikasi, dan sebagainya).
Dalam pemilihan kata ini, Yunus, dkk. (2013) dan
dilengkapi dengan Finoza (2013), mengemukakan, dalam
memilih kata, seorang penulis harus memiliki beberapa
kemampuan, yaitu:
1. Mampu membedakan kata-kata yang mengandung
makna denotatif dan konotatif.
Makna sebuah kata tidak selalu hanya
mengacu pada pengertian dasarnya, tetapi juga dapat
mengacu pada tautan atau asosiasi kata dengan
sesuatu yang lain.
Contoh:
a. Andi sangat suka makan buah jeruk.

Dr. Martius, M. Hum. 73


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

b. Ibu Aminah merasa cemas karena buah hatinya


belum pulang dari sekolah.

Kita tentu dapat membedakan makna kata


buah pada kalimat a dan b di atas. Kata buah pada
kalimat a di atas mengandung makna denotasi
karena makna yang terkandung dalam kata tersebut
merujuk pada jenis buah yang dapat dikonsumsi
manusia, sedangkan kata buah pada kalimat b
mengandung makna konotasi.
Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh
penulis adalah batas penggunaan kata-kata konotasi
dan denotasi tersebut. Kata-kata denotasi merupakan
bahan utama untuk jenis tulisan apa pun, baik
ilmiah, nonilmiah, maupun karya fiksi. Akan tetapi,
kata-kata konotasi sebaiknya tidak digunakan dalam
penulisan karya ilmiah. Sekalipun penulis harus
menggunakannya, usahakan penggunaannya tidak
mengganggu pemaknaan wacananya.

2. Mampu menggunakan kata-kata yang bersinonim


secara cermat.
Setiap kata yang bersinonim mempunyai
makna yang khas. Bagamanapun tingginya tingkat
kesinoniman sebuah kata dengan kata yang lainnya,
tidak ada kata bersinonim yang dapat saling
menggantikan dalam setiap konteks kalimat. Artinya,
tidak ada kata yang mempunyai persamaan makna

74 Diskusi (Pilihan Kata)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

secara mutlak atau obsolut. Nuansa perbedaan


tersebut dapat disebabkan oleh keumuman dan
kekhususan jangkauan makna kata tersebut, atau bisa
juga disebabkan oleh kandunga emosi atau nilai rasa
yang terdapat pada makana kata yang bersinonim
tersebut. Seperti kesinoniman kata melihat (makna
umum) yang bersinonim dengan kata memandang,
memantau, memperhatikan, mengamati, menonton,
mengintai, mengintip, dan sebagainya (makna khusus).
Pemakaian kata-kata tersebut tidak bisa saling
menggantikan karena ada nilai rasa atau nilai emosi
tertentu yang terdapat dalam kata-kata tersebut.
a. “Amir, anak saya yang berumur dua tahun itu,
suka sekali mengamati kucing yang sedang
menyusui anaknya”, kata Bu Mira.
b. Nanti malam saya mau melihat pertandingan
bola di televisi karena ada pertandingan antara
Perisib dan Persija.

Kata mengamati pada kalimat a di atas tidak


cocok digunakan karena kata tersebut tidak sesuai
dengan konteks kalimatnya (orang yang melakukan
pengamatan). Seorang anak umur dua tahun tidak
mungkin mampu melakukan pengamatan dengan
melihat dan menganalisis gejala-gejala yang ada dari
prilaku kucing yang sedang menyusui tersebut.
Untuk itu, kata mengamati lebih cocok diganti
dengan kata melihat. Pada kalimat b, kata melihat juga

Dr. Martius, M. Hum. 75


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

merupakan pemakaian kata yang tidak cocok karena


tidak sesuai dengan konteks kalimatnya. Kata yang
cocok sebagai pengganti kata melihat pada kalimat
tersebut adalah kata menonton.

3. Memahami masalah pergeseran atau perubahan


makna kata yang terjadi
Makna sebuah kata dapat saja berubah dari
waktu ke waktu. Perubahan tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya
disebabkan oleh kreatifitas pemakinya supaya
tulisannya terasa lebih hidup dan menarik. Kata yang
ada diberikan makna yang makin meluas atau
menyempit, atau nilai rasa yang positif atau negatif
yang dalam buku-buku smantik dikenal dengan
nama meluas, menyempit, peyorasi, ameliorasi, metafora,
metonemia, dan sinestesia.
Dalam menulis karya tulis, seorang penulis
harus memperhatikan makna kata-kata yang dipilih
secara cermat. Kata manis misalnya, tidak hanya
mengacu pada rasa makanan atau minuman yang
dirasakan oleh lidah, tetapi juga mengacu kepada
wajah/rupa dan bicara seseorang. Hal ini disebut
dengan sinestesia. Contoh lain seperti kata
kemerdekaan. Pada masa perjuangan, kata tersebut
dimaknai dengan kebebasan suatu negara terhadap
cengkraman penjajah. Kini, selain makna tersebut,
kata kemerdekaan juga dimaknai dengan kebebasan

76 Diskusi (Pilihan Kata)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

berpikir atau berbuat setiap anggota masyarakat


dalam berbangsa dan bernegara, atau rasa bebas dari
beban dan persoalan yang selama ini terasa
membelenggu. Hal inilah yang disebut dengan
perluasan makna.

4. Mampu mencermati pemakaian kata-kata teknis


dan populer
Istilah kata-kata teknis dan populer
dibedakan berdasarkan frekuensi dan lingkup
pemakaiannya dalam lapisan masyarkat pemakai
bahasa. Kata-kata teknis biasanya digunakan oleh
kalangan terpelajar atau dalam ruang lingkup
komunikasi yang agak terbatas (bidang keilmuan
tertentu) dan bersifat resmi, seperti seminar, diskusi
ilmiah, rapat dinas, penulisan makalah, artikel
ilmiah, dan laporan penelitian.
Perlu dipahami, sebenarnya batas antara kata
populer dan teknis tersebut bersifat relatif.
Maksudnya, pada suatu masa kata-kata tertentu
dikelompokkan pada kata-kata teknis. Namun, bila
kata-kata tersebut sudah sering digunakan di
kalangan masyarakat umum, kata-kata tersebut
bergeser menjadi kata-kata populer. Seperti kata
frustasi dan partisipasi, yang dahulu merupakan kata-
kata teknis, tetapi sekarang sudah bergeser menjadi
kata-kata populer karena masyarakat awampun
memakai kata-kata tersebut.

Dr. Martius, M. Hum. 77


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Untuk lebih jelasnya, kedua macam kata


tersebut dapat dilihat pada senarai kata-kata berikut:
Kata Populer Kata Teknis
alasan argumen
simpulan kongklusi
kuman bakteri, virus
kolot konservatif
terbatas minim
kesempatan/waktu momen
mata uang valuta
perselisihan konflik
pandangan visi
penyesuaian adaptasi

Penulis dituntut untuk bijak dalam memakai


kata-kata populer dan kata-kata teknis tersebut. Bila
tulisan yang ditulis dimuat dalam jurnal ilmiah,
penulis dapat menggunakan kata-kata teknis
tersebut. Akan tetapi, apabila tulisan tersebut dimuat
dalam media massa yang akan dikonsumsi oleh
masyarakat umum, sebaiknya penulis mengurangi
pemakaian kata-kata teknis tersebut.

5. Mampu mencermati pemakaian kata-kata umum


dan kata-kata khusus
Perbedaan kata-kata umum dan kata-kata
khusus dilihat dari ruang lingkup semantiknya.
Semakin luas dan umum jangakauan makna suatu

78 Diskusi (Pilihan Kata)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

kata, semakin umum pula sifatnya. Sebaliknya,


semakin sempit jangkauan makna suatu kata,
semakin khusus pula sifat kata tersebut. Kata umum
digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide
umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk
penjabaran jenis unsur-unsur dari gagasan umum
tersebut.
Kata logam, merupakan kata umum,
sedangkan besi, timah, perak, dan emas, merupakan
kata-kata khusus. Selanjutnya kata unggas,
merupakan kata umum, sedangkan ayam, burung,
bebek, dan angsa merupakan kata-kata khusus. Batas
keumuman dan kekhusususan suatu kata bersifat
gradual atau bertingkat (Yunus, dkk., 2013). Kata
burung, misalnya, lebih khusus dari kata unggas dan
lebih umum dari kata punai, marpati, gagak,
cendrawasi, dan sejenisnya.
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami,
semakin umum suatu kata, semakin banyak pula
kemungkinan penafsirannya. Sebaliknya, semakin
khusus suatu kata, semakin terarah pula
pemaknaannya. Meskipun demikian, bukan berarti
kita harus selalu menggunakan kata-kata khusus
dalam sebuah tulisan. Kata-kata umum tetap
diperlukan, seperti dalam membuat klasifikasi dan
generalisasi.

Dr. Martius, M. Hum. 79


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

6. Mampu mewaspadai penggunaan kata-kata yang


belum lazim digunakan
Ketika menulis, kadang-kadang penulis ingin
menggunakan kata-kata yang bervariasi. Selain itu,
kadang-kadang penulis tidak menemukan kata-kata
yang pas dan cocok untuk menyampaikan maksud
tertentu. Untuk itu, kadang-kadang penulis
menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing yang
diindonesiakan sendiri. Pada sisi lain, sekalipun kata
yang digunakan itu sudah ada dalam kamus bahasa
Indonesia, tapi belum populer digunakan, tentu
penulis khawatir memakai kata tersebut karena
pembaca akan bingung memahami tulisannya.
Jika penulis terpaksa menggunakan kata-kata
yang belum lazim digunakan, penulis dapat
menyiasatinya dengan cara berikut:
a. Setelah kita menggunakan kata yang belum
populer tersebut, berilah penjelasan dengan
menggunakan kata-kata yang maknanya
sepadan dengan kata-kata tersebut. Penjelasan
tersebut dimuat dalam tanda kurung.
Contoh:
Seorang guru yang baik harus mengetahui
ancangan (pendekatan) pembelajaran yang sesuai
dengan materi dan kondisi siswanya.
b. Jika penjelasan tersebut cukup panjang sehingga
diperkirakan akan mengganggu koherensi

80 Diskusi (Pilihan Kata)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

kalimatnya, penulis dapat meletakkannya pada


kaki halaman sebagai catatan kaki. Jika begitu
halnya, diujung kata tersebut diberi tanda
bintang (*) atau angka yang dinaikkan setengah
spasi [1), 2), 3) ...]
Contoh:
“Pengentasan kemiskinan seyoyanya tidak
sekedar dengan memberikan bantuan modal
kepada orang-orang miskin, tetapi juga dengan
memberikan keterampilan yang dapat
memberdayakan dirinya.”
1)

Jika kata memberdayakan belum dikenal oleh


khalayak luas, kata tersebut dapat dijelaskan
pada kaki halamannya.

Kata memberdayakan berasal dari bahasa


1)

Inggris, empower. Arti kata tersebut adalah....

7. Mampu mencermati pemakain kata yang baku dan


tidak baku
Seorang penulis harus mampu menempatkan
kata baku dan tidak baku dalam tulisannya. Dalam
tulisan-tulisan yang tidak formal, seperti surat
pribadi, penulis tidak dituntut menggunakan kata-
kata baku. Akan tetapi, jika surat tersebut berupa
surat dinas, penulis dituntut untuk menggunakan
kata-kata baku. Begitu juga apabila menulis makalah,

Dr. Martius, M. Hum. 81


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

artikel ilmiah, laporan penelitian, penulis dituntut


untuk menggunakan kata-kata baku. Penggunaan
kata-kata yang tidak baku dalam surat dinas,
makalah, laporan penelitian, dan bentuk tulisan
formal lainnya, mencerminkan kekurangcermatan
penulisnya dalam berbahasa.

8. Mampu membedakan makna kata-kata yang


hampir mirip ejaannya
Contoh:
intensif – insentif
korporasi – koperasi
interferensi – inferensi
preposisi – proposisi
karton – kartun

9. Mampu menggunakan kata penghubung yang


berpasangan secara tepat

Pemakaian yang Pemakaian yang


Salah Benar
antara ... dengan ... antara ... dan ...
tidak ... melainkan tidak ... tetapi ...
... bukan ... melainkan
bukan ... tetapi ... ...
baik ... ataupun ... baik ... maupun ...

82 Diskusi (Pilihan Kata)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

10. Mampu menggunakan idiomatik secara tepat


Idiomatik merupakan pasangan kata yang
harus selalu muncul bersamaan dalam pemakaian-
nya. Artinya, apabila kita menggunakan kata yang
satu, harus diikuti oleh kata yang menjadi
pasangannya karena kedua kata tersebut memiliki
hubungan sangat erat seolah-olah berbentuk idiom,
tapi bukan idiom. Pasangan kata tersebut hanya
berbentuk frasa.
Contoh:
terdapat pada/dalam/di diperuntukkan bagi
bergantung pada bertemu dengan
berkenaan dengan dibacakan oleh
sesuai dengan diberikan oleh
berkaitan dengan sehubungan dengan
dibacakan oleh terbuat dari
terdiri atas berangkat ke
berdasar pada tiba/sampai di

Hubungan antara kedua kata tersebut tidak


seerat hubungan pasangan kata pada idiom karena
kedua kata tersebut masih dapat dijabarkan
maknanya satu per satu.

Dr. Martius, M. Hum. 83


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

84 Diskusi (Pilihan Kata)


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

BAGIAN 4
KALIMAT EFEKTIF

4.1 Unsur Kalimat


Unsur-unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang
dalam buku-buku tata bahasa lama disebut jabatan
kalimat. Dalam buku-buku tata bahasa baru, istilah
tersebut disebut fungsi sintaksis kalimat. Fungsi sintaksis
kalimat dalam bahasa Indonesia terdiri atas subjek (S),
predikat (P), Objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (K).
Fungsi sintaksis dalam kalimat bahasa Indonesia baku
sekurang-kurangnya terdiri atas dua, yaitu S dan P.
Unsur yang lain (O, Pel, dan K), dapat wajib hadir, tidak
wajib hadir, dan wajib tidak hadir di dalam kalimat.
Seorang penulis, terutama penulis karya ilmiah,
harus memahami dan memperhatikan penggunaan
unsur-unsur satuan bentuk yang akan mengisi fungsi S,
P, O, Pel, dan K. Satuan bentuk yang akan mengisi fungsi
kalimat bukan hanya berbentuk kata, melainkan juga
dapat berbentuk frasa atau klausa. Sekedar untuk

Dr. Martius, M. Hum. 85


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

mengenali bentuk satuan pengisi setiap fungsi sintaksis


tersebut, dapat dilihat contoh kalimat berikut:

(S) Orang kaya yang darmawan itu // menginfakkan // hartanya.


S P O
(P) Ibrahim // adalah orang kaya yang darmawan.
S P
(O) Ibrahim // menyalami // orang kaya yang darmawan itu.
S P O
(Pel) Ibrahim // bertemu // (dengan) orang kaya yang darwawan itu.
S P Pel
(K) Ibrahim // pergi // ke rumah orang kaya yang darmawan itu.
S P K

Klausa orang kaya yang darmawan itu pada kalimat


di atas dapat menduduki fungsi S, P, O, dan Pel. Agar
lebih memahami hal yang berkenaan dengan fungsi
sintaksis tersebut, dapat dilihat bagian berikut:

4.1.1 Fungsi Subjek


Dalam sebuah konstruksi kalimat, S merupakan
fungsi sintaksis terpenting ke dua setelah P. Pada
umumnya, secara kategori, S biasanya berupa nomina,
seperti Amir berlari atau frasa nomina, seperti Anak itu
belum makan. Selain itu, S juga dapat berupa frasa verba,
seperti Berjalan kaki menyehatkan badan (lihat Alwi dkk.,
2003 dan Putrayasa, 2010: 64).
Mulyono (2012: 47) telah mengemukakan ciri-ciri
S. Menurut Bahasawan tersebut, S sebuah kalimat dapat
ditentukan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:

86 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

1. merupakan jawaban atas pertanyaan apa atau siapa


yang di depan predikat, misalnya Burung-burung
sedang bernyanyi;
2. merupakan bagian kalimat yang diterangkan oleh
predikat, misalnya Badannya kekar;
3. berkata ganti tunjuk penentu itu, ini, dan tersebut,
misalnya, Kuda itu berlari-lari;
4. diikuti salah satu kata gabung ialah, adalah, merupakan,
atau menjadi, misalnya, Kata adalah bentuk kebahasaan
yang terkecil;
5. dalam kalimat dasar, berintonasi re – re – mi (2 – 2 – 3),
misalnya, Bunga yang disenangi orang banyak/ bunga
mawar (S – P);
6. berpartikel –nya, misalnya Membacanya/ cukup cepat.
Dari setiap bagian di atas dapat dilihat bahwa
burung-burung, badannya, kuda itu, kata, bunga yang
disenangi orang banyak, dan membacanya menduduki fungsi
S.

4.1.2 Fungsi Predikat


Selain S, fungsi P juga merupakan unsur inti
sebuah kalimat. Dengan kata lain, sebuah kalimat hanya
terdiri atas dua unsur inti, yaitu S dan P. Kalimat yang
hanya memiliki salah satu dari dua unsur tersebut
disebut kalimat minor (lihat Mulyono, 2012).
Dalam kalimat, predikat merupakan konstituen
pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kirinya.
Jika ada konstituen objek dan pelengkap, konstituen

Dr. Martius, M. Hum. 87


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

tersebut wajib diletakkan di sebelah kanan predikat


tersebut. Sungguhpun P selalu berada setelah S, kita juga
sering menemukan P berada sebelum S, yang disebut
dengan kalimat inversi, misalnya Indah sekali pemandangan
alam itu (Mulyono, 2012). Predikat kalimat biasanya
berupa kategori frasa verba(l) atau frasa adjectival (Alwi,
dkk., 2003) dan (Putrayasa, 2010). Namun, P dapat juga
berupa kata benda atau yang lainnya (Mulyono, 2012).
Untuk mengidentifikasi P sebuah kalimat,
Mulyono (2012) telah mengemukakan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa
(melakukan apa), bagaimana, berapa, dan apa sang subjek
tersebut;
2. menerangkan atau memberikan keterangan tentang
subjek;
3. kadang-kadang berpartikel –lah;
4. dalam kalimat dasar, berakhir dengan intonasi turun;
5. kebanyakan berdistribusi setelah S.
Pada sisi lain, Suparman dalam Putrayasa (2010),
menggemukakan penjelasan tentang ciri-ciri penanda
formal predikat tersebut, yaitu:
1. penunjuk aspek sudah, sedang, dan akan, yang selalu
berada di depan predikat;
2. kadang-kadang didahlui oleh kata kerja bantu boleh,
harus, atau dapat;
3. kata penunjuk modal mungkin, seharusnya, atau jangan-
jangan;

88 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

4. didahului kata keterangan lain, seperti tidak, bukan,


justru, memang, yang biasanya terletak di antara S dan
P; dan
5. didahului kata kerja kopula adalah, ialah, merupakan,
dan menjadi.

4.1.3 Fungsi Objek


Pada kalimat aktif, O merupakan fungsi sintaksis
yang kehadirannya dituntut oleh P yang beverba transitif
(Alwi dkk., 2003), (Ramlan, 2005), dan (Putrayasa, 2010).
Bila dilihat dari kategori, O biasanaya berupa nomina
atau frasa nominal. Jika O tergolong kategori nomina,
frasa nomina, atau persona ketiga tunggal, O tersebut
dapat diganti dengan pronomina–nya. Jika O tersebut
berupa pronomina aku atau kamu, dapat diganti dengan
bentuk –ku dan –mu (Putrayasa, 2010).
Dilihat dari posisinya, O selalu berada langsung
setelah P. (Alwi dkk., 2003). O tersebut dapat dikenali
dari beberapa hal, yaitu (1) dari jenis predikat yang
dilengkapinya dan (2) ciri khas objek itu sendiri.
Biasanya, P berupa verba transitif yang ditandai oleh
afiks tertentu, yaitu prefiks me(N)-, suprafiks me(N)-kan
dan me(N)-i (Putrayasa, 2010: 65) dan (Alwi dkk., 2003:
328). Pada dasarnya, O kalimat aktif akan menjadi S jika
kalimat transitif itu diubah menjadi kalimat pasif
(Mulyono, 2012). Lihat contoh berikut:
(1) a. Pemerintah akan membangun masjid di kampung kami. (aktif)
S P O K

Dr. Martius, M. Hum. 89


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

b . Masjid akan dibangun pemerintah di kampung kami. (pasif)


S P O K

Pada kalimat (1a), dapat dilihat, yang menduduki fungsi


S adalah kata pemerintah, sedangkan pada kalimat (1b)
yang menduduki fungsi S adalah masjid, yang semula
menduduki fungsi O pada kalimat aktif.

4.1.4 Fungsi Pelengkap


Orang sering mencampuradukkan antara O dan
Pel. Hal ini dapat dimaklumi karena antara kedua konsep
tersebut memang terdapat kemiripan. Baik O maupun Pel
sering berwujud nomina, dan keduannya sering
menduduki tempat yang sama, yaitu di belakang verba
(Alwi dkk., 2003). Di samping terdapatnya persamaan,
antara O dan Pel juga terdapat perbedaan, yaitu O selalu
terdapat pada kalimat yang dapat dipasifkan, sedangkan
Pel terdapat pada kalimat yang tidak dapat dipasifkan.
Seperti telihat dalam kalimat berikut:
(2) a. Ibu menjual sayur di pasar pagi. (aktif)
S P O K
b. Sayur dijual Ibu di pasar pagi. (pasif)
S P Pel K
c. Ibu berjualan sayur di pasar pagi.
S P Pel K

Pada kalimat (2a) dapat dilihat bahwa kata sayur


menduduki fungsi O dan kata tersebut berada setelah
predikat. Fungsi O pada kalimat tersebut dapat

90 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

menduduki fungsi S apabila dipasifkan, seperti yang


terlihat pada kalimat (2b). Selanjutnya, kata sayur pada
kalimat (2c) menduduki fungsi Pel karena berada
dibelakang P yang beverba intransitif. Fungsi Pel ini
tidak dapat menduduki fungsi S karena kalimat (2c)
tersebut tidak dapat dipasifkan. Persamaan dan
perbedaan O dan Pel dapat dilihat pada ciri-ciri yang
telah dirumuskan oleh Alwi dkk. (2003) pada tabel
berikut.

Tabel 2
Perbedaan dan Persamaan Objek dan Pelengkap
Objek Pelengkap
1. berwujud frasa 1. berwujud frasa
nominal atau klausa nominal, frasa verbal,
nominal; frasa ajektival, frasa
preposisional, atau
klausa;
2. berada langsung di 2. berada langsung di
belakang predikat; belakang predikat jika
tidak ada objek dan
berada dibelakang
objek jika unsur
tersebut hadir;
3. menjadi subjek akibat 3. tidak dapat menjadi
pemasifan kalimat; subjek akibat
pemasifan;
4. dapat diganti dengan 4. tidak dapat diganti

Dr. Martius, M. Hum. 91


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

pronomina -nya. dengan -nya kecuali


dalam kombinasi
preposisi selain di-, ke-,
dari, dan akan.
sumber: Alwi dkk. (2003)

4.1.5 Fungsi Keterangan


Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang
paling beragam dan paling mudah berpindah posisi.
Keterangan dapat berada di awal, di akhir, dan bahkan
di tengah kalimat (Suparman, 1988) dan (Alwi dkk.,
2003). Berbeda dengan O dan Pel yang selalu berada di
belakang P, konstituen fungsi K pada umumnya
mempunyai letak yang bebas. Artinya, K tersebut dapat
berada di depan S dan dapat pula berada di antara S dan
P, atau bisa juga berada di akhir kalimat. Akan tetapi, K
tidak dapat berada di antara P dan O dan di antara P dan
Pel karena O dan Pel selalu berada langsung setelah P.
Seperti yang terlihat pada kalimat berikut:
(3) a. Polisi menangkap pembakar lahan liar itu kemarin.
S P O K
b. Kemarin Polisi menangkap pembakar lahan liar itu.
K S P O

c. Polisi kemarin menangkap pembakar lahan liar itu.


S K P O

d. *Polisi menangkap kemarin pembakar lahan liar itu.


S P K O

92 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Pada kalimat (3a) dapat dilihat bahwa konstituen


fungsi K terletak di bagian akhir kalimat; pada kalimat
(3b) terletak di awal kalimat, sebelum S; dan pada kalimat
(3c) K tersebut berada antara S dan P. Selanjutnya pada
kalimat (3d), K berada di antara P dan O. Kalimat (3a),
(3b), dan (3c) merupakan struktur kalimat yang
berterima, sedangkan struktur pada kalimat (3d)
merupakan stuktur yang tidak beterima.
Berdasarkan maknanya, Putrayasa (2010)
mengemukakan macam-macam K, berikut dengan
penandanya, yaitu: (1) keterangan tempat yang ditandai
oleh di, ke, dan dari; (2) keterangan waktu yang ditandai
oleh kata pada, dalam, sebelum, sesudah, selama, dan
sepanjang: (3) keterangan alat yang ditandai oleh kata
dengan; (4) keterangan tujuan yang ditandai oleh kata
agar, untuk, bagi, dan demi; (5) keterangan cara yang
ditandai dengan kata dengan, secara, dengan cara, dengan
jalan; (6) keterangan penyerta yang ditandai dengan kata
dengan, bersama, beserta; (7) keterangan perbandingan
yang ditandai dengan kata seperti, bagaikan, laksana; (8)
keterangan sebab yang ditandai dengan kata karena dan
sebab; (9) keterangan akibat yang ditandai dengan kata
sehingga, sampai, akibatnya; (10) keterangan alasan yang
ditandai dengan frasa berdasarkan hal itu, sehubungan
dengan hal itu; (11) keterangan asal yang ditandai dengan
kata dari; (12) keterangan kuantitas yang ditandai dengan
kata banyak, sedikit, cukup; (13) keterangan modalitas yang
ditandai dengan kata mustahil, barangkali, moga-moga; (14)

Dr. Martius, M. Hum. 93


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

keterangan perwatasan yang ditandai dengan kata selain


dan kecuali; (15) keterangan syarat yang ditandai dengan
kata jika, seandainya, kalau. Sekali lagi ditegaskan bahwa K
tersebut dapat berada pada posisi manapun dalam
kalimat, kecuali antara P dan O, antara P dan Pel, atau
antara O dan Pel.

4.2 Kalimat Efektif


4.2.1 Pengertian
Tujuan seseorang menulis atau mengarang pada
prinsipnya adalah untuk mengungkapkan isi pikiran,
pendapat, perasaan, dan pengalaman kepada orang lain.
Agar apa yang disampaikan itu dapat dipahami oleh
orang lain (pembaca atau pendengar), penulis hendaknya
dapat mengungkapkan isi pikiran, pendapat, perasaan,
dan pengalaman tersebut dengan jelas dan efektif. Bila
ungkapan tersebut disampaikan dengan jelas dan efektif,
niscaya pembaca atau pendengar akan mudah
memahami tulisan tersebut sesuai dengan apa yang
dimaksut oleh penulis atau pembicaranya. Dengan
demikian, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah dan lengkap
sebagai mana yang dimaksudkan oleh penulis atau
pembicaranya (Finoza, 2013).

94 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

4.2.2 Syarat-Syarat Kalimat Efektif


Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila
memenuhi syarat kesatuan gagasan, kepaduan susunan,
keparalelan bentuk, kehematan, kecermatan diksi, dan
kelogisan. Penjelasan setiap syarat tersebut dapat dilihat
uraian berikut:
1. Kohesi (Kesatuan Gagasan)
Sebuah kalimat dikatakan memiliki kesatuan
gagasan apabila di dalamnya hanya mengandung satu
gagasan. Kegandaan gagasan bisa disebabkan oleh
ambiguitas dan dapat pula disebabkan oleh
ketidakcermatan dalam menyusun kalimat.
Contoh:
(4) a. Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia
akan memberi pengarahan kepada pegawai baru
(tidak memiliki kesatuan gagasan/ambigu)
b. Anak istri Zakaria akan menunaikan ibadah haji
tahun depan (tidak memiliki kesatuan gagasan/
ambigu).
(5) a. Dengan adanya kenakalan remaja yang kadang-
kadang sudah menjurus kepada perbuatan
kriminal memerlukan perhatian yang cukup
serius dari orang tua (tidak memiliki kesatuan
gagasan/rancu).
b. Melihat perkembangan penduduk daerah Panam
yang semakin padat namun tidak didukung
dengan kemampuan perekonomian yang cukup
yang tanpa kita sadari bahwa peningkatan

Dr. Martius, M. Hum. 95


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

tersebut memerlukan sarana dan prasarana yang


memadai (tidak memiliki kesatuan gagasan/
rancu).

Kalimat (4a) akan menimbulkan dua penafsiran


bagi pembaca karena tidak pasti siapa yang memberikan
pengarahan kepada pegawai baru tersbut. Mungkin saja
yang dimaksud oleh penulis pemberi pengarahan itu
adalah sekretaris manajer, tetapi pembaca memahami
bahwa yang memberi pengarahan tersebut adalah
manajer, bukan sekretarisnya. Sama halnya dengan (4a),
kalimat (4b) juga memberikan penafsiran yang ganda
karena pada kalimat tersebut tidak jelas siapa yang akan
menunaikan ibadah haji. Apakah yang akan menunaikan
ibadah haji tersebut anak dan istri Zakaria atau anak istri
Zakaria dari suaminya yang lama. Ambiguitas pada
klimat (4a) dan (4b) tersebut pada dasarnya disebabkan
oleh kesalahan pada tanda baca.
Kesalahan kesatuan gagasan juga terjadi pada
kalimat (5a) dan (5b). Kekaburan kesatuan gagasan
kalimat (5a) pada dasarnya disebabkan oleh kedudukan S
dan P yang tidak jelas. Hal ini disebabkan oleh kesalahan
penggunaan kata depan dengan adanya dan kata tugas
yang. Kalimat tersebut sebaiknya dijadikan dua kaliamt
atau tetap satu kalimat dengan susunan berikut:
(5a1) Kenakalan remaja kadang-kadang sudah
menjurus kepada perbuatan kriminal. Hal ini

96 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

memerlukan perhatian yang cukup serius dari


orang tua.
(5a2) Dengan adanya kenakalan remaja yang
kadang-kadang sudah menjurus kepada
perbuatan kriminal, diperlukan perhatian
yang cukup serius dari orang tua.
(5a3) Kenakalan remaja yang kadang-kadang sudah
menjurus kepada perbuatan kriminal
memerlukan perhatian yang cukup serius dari
orang tua.
Sebagai mana dengan kalimat (5a), kalimat (5b)
juga merupakan kalimat yang kabur kesatuan
gagasannya. Kalimat tersebut pada dasarnya memuat
lebih dari satu gagasan. Perbaikannya seperti (5b1) dan
(5b2) berikut:
(5b1) Perkembangan penduduk daerah Panam
semakin padat, tetapi tidak didukung oleh
perekonomian yang cukup dan sarana dan
prasarana yang memadai.
(5b2) Perkembangan penduduk daerah Panam
semakin padat. Perkembangan tersebut tidak
didukung oleh perekonomian yang cukup. Kita
tidak menyadari bahwa perkembangan itu
memerlukan sarana dan prasarana memadai.

2. Koherensi (Kepaduan)
Kepaduan kalimat akan terbangun apibila terjalin
hubungan yang padu di antara unsur-unsur yang

Dr. Martius, M. Hum. 97


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

membentuk kalimat tersebut. Unsur-unsur yang


membangun kalimat adalah kata, frasa, klausa, tanda
baca, dan fungsi-fungsi sintaksis kalimat (S, P, O, Pel, K).
Contoh:
(6) a. Adik saya yang paling kecil memukul dengan
sekuat tenaganya anjing kemarin pagi di
kebun. (tidak koheren)
b. Toyota Avanza banyak orang menyebutnya
mobil sejuta umat karena banyak menjadi
pilihan masyarakat. (tidak padu sehingga tak
jelas subjeknya)
c. Sejak kecil manusia memiliki jiwa untuk
melawan kepada kekejaman alam atau kepada
pihak lain karena merasa dirinya lebih kuat.
(tidak padu karena pemakaian kata
penghubung yang tidak benar)
Kalimat (6a), (6b), dan (6c) tersebut merupakan
kalimat yang tidak efektif karena hubungan antar unsur
yang ada dalam kalimat tersebut tidak padu. Perbaikan
kalimat tersebut adalah:
(6a1) Adik saya yang paling kecil memukul anjing di
kebun kemarin pagi dengan sekuat tenaganya.
(6b1) Banyak orang menyebut Toyota Avanza mobil
sejuta umat karena banyak menjadi pilihan
masyarakat.
(6c1) Sejak kecil manusia memiliki jiwa untuk
melawan kekejaman alam atau pihak lain
karena merasa dirinya lebih kuat.

98 Kalimat Efektif
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

3. Paralel (Kesejajaran)
Sebuah kalimat dikatakan paralel apabila terdapat
unsur-unsur yang sama bentuk dan jenisnya di dalam
kalimat. Maksudnya, jika unsur pertama menggunakan
jenis verba, unsur kedua, ketiga, dan seterusnya juga
harus verba. Selanjutnya, jika unsur pertama
menggunakan jenis kata nomina, unsur kedua, ketiga,
dan seterusnya juga harus nomina.
Keparalelan sebuah kalimat juga bergantung
kepada konsistensi imbuhan yang digunakan. Artinya,
jika suatu fungsi kalimat (S,P,O,Pel, dan K) menggunakan
suprafiks me-kan, fungsi yang sama pada unsur
berikutnya juga harus menggunakan suprafiks me-kan.
Kemudian, jika suatu fungsi kalimat menggunakan
prefiks di-, fungsi yang sama pada unsur berikutnya juga
harus menggunakan prefiks di-.
Contoh:
(7) a. Hal yang mesti kita perhatikan dalam
penanganan sampah adalah mengenai sistem
pembuangan, memilah, dan pengolahannya. (tidak
paralel)
b. Rasa ingin memiliki dan perasaan ingin berkuasa
harus dihilangkan dari pemikiran kita.
c. Dalam bulan Ramadhan tahun ini, panitia
Ramadhan akan menyelenggarakan berbagai
bentuk kegiatan, yaitu peringatan Nuzul Quran,
menyantuni anak yatim, dan memberi sedekah
kepada orang miskin.

Dr. Martius, M. Hum. 99


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Pada kalimat (7a) ketidak paralelan terlihat pada


fungsi O, kalimat (7b) pada fungsi S, sedangkan pada
kalimat (7c) terlihat pada fungsi O. Perbaikan kalimat-
kalimat tersebut dapat dilihat pada kalimat berikut:
(7a1) Hal yang mesti kita perhatikan dalam
penanganan sampah adalah mengenai sistem
pembuangan, sistem pemilahan, dan sistem
pengolahannya.
(7b1) Rasa ingin memiliki dan rasa ingin menguasai
harus dihilangkan dari pemikiran kita.
(7c1) Dalam bulan Ramadhan tahun ini, panitia
Ramadhan akan menyelenggarakan berbagai
bentuk kegiatan, yaitu peringatan Nuzul Quran,
penyantunan anak yatim, dan pemberian
sedekah kepada orang miskin.
4. Hemat
Hemat maksudnya tidak boros dalam pemakaian
kata. Artinya, penulis tidak perlu lagi menggunakan kata-
kata yang maknanya sudah diwakili oleh kata-kata yang
sudah dikemukakan sebelum atau sesudahnya.
Contoh:
(8) a. Saudara tidak boleh mengikuti semua aktivitas
kampus karena Saudara belum memenuhi
persyaratan administrasi.
b. Rahmad tidak hanya pintar bermain bola kaki
saja, tetapi juga pintar bermain tenis.

100 Kalimat Efektif


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

c. Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri


pencuri itu dipukul oleh massa sampai babak
belur.
Perbaikan kalimat tersebut adalah:
(8a1) Saudara tidak boleh mengikuti semua aktivitas
kampus karena belum memenuhi persyaratan
administrasi.
(8b1) Rahmad tidak hanya pintar bermain bola kaki,
tetapi juga pintar bermain tenis.
(8c1) Saya melihat sendiri pencuri itu dipukul oleh
massa sampai babak belur.

5. Cermat dalam Diksi


Kalimat efektif ditulis secara cermat dengan
memilih kata yang cocok dan tepat (sesuai dengan
konteks dan koteks kalimatnya).
(9) a. Anak yang berumur dua tahun itu mengamati
ibunya yang sedang memasak di dapur.
b. Anak kembar itu sangat mirip sehingga sangat
sulit terbedakan.
c. Jika rajin mengonsumsi obat-obat herbal, kita
akan dihidarkan dari efek obat-obat kimia.
Kata mengamati, yang menduduki fungsi P pada
kalimat (9a), tidak sesuai dengan konteks kalimatnya.
Selanjutnya bentuk terbedakan pada kalimat (9b) dan
terhindarkan pada kalimat (9c) tidak sesuai dengan koteks
kalimatnya. Perbaikan kalimat tersebut adalah

Dr. Martius, M. Hum. 101


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

(9a1) Anak yang berumur dua tahun itu melihat


ibunya yang sedang memasak di dapur.
(9b1) Anak kembar itu sangat mirip sehingga sangat
sulit dibedakan.
(9c1) Jika rajin mengonsumsi obat-obat herbal, kita
akan terhindar dari efek obat-obat kimia.
6. Logis
Bila makna yang terdapat dalam sebuah kalimat
dapat diterima oleh akal sehat, kalimat tersebut berarti
sudah logis. Akan tetapi, sering kita mendengar atau
membaca kalimat-kalimat yang tidak masuk akal, seperti
berikut:
(10) a. Mari bersyukur kepada Allah karena kita
semua bisa hadir di ruangan yang berbahagia
ini.
b. Kepada Bapak narasumber, waktu dan tempat
kami persilakan.
c. Dengan mengucapkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini tepat
pada waktunya.
Pada kalimat (10a) tampak bahwa frasa di ruangan
yang berbahgia merupakan hal yang tidak masuk akal
karena ruangan merupakan benda mati dan tidak
memiliki persaan. Jadi, ruangan tidak akan pernah
bahagia atau menderita; kalimat (10b), frasa waktu dan
tempat juga merupakan hal yang tidak bernyawa. Oleh
sebab itu, tidak mungkin kita persilakan; kalimat (10c)

102 Kalimat Efektif


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

juga merupakan kalimat yang tidak logis karena tidak


mungkin hanya dengan mengucapkan puji syukur
makalah tersebut bisa selesai. Perbaikan kalimat tersebut
adalah:
(10a1) Mari bersyukur kepada Allah karena kita
semua bisa hadir di ruangan yang
mebahagiakan ini.
(10b1) Bapak narasumber kami persilakan.
(10c1) Puji dan syukur penulis sampaikan kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena penulisan
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.
(10c2) Syukur alhamdulillah penulis sampaikan
kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena
penulisan makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

Dr. Martius, M. Hum. 103


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

104 Kalimat Efektif


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

BAGIAN 5
PARAGRAF

5.1 Pengertian
Paragraf (alinea) adalah kumpulan beberapa kalimat
yang saling berkaitan dan memiliki satu ide pokok. Suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, terutama dalam
surat kabar, sering ditemukan sebuah alinea hanya terdiri
atas satu kalimat. Namun, dalam sebuah buku sering
pula ditemukan sebuah alinea yang sangat panjang,
bahkan hampir satu halaman. Bagai mana dengan kedua
bentuk pengembangan alinea tersebut? Bolehkah kedua
bentuk tersebut diterapkan dalam penulisan karya ilmiah.
Berkenaan dengan jumlah kalimat dalam sebuah
alinea, memang tidak diatur secara konvensional karena
alinea pada dasarnya merupakan suatu kesatuan gagasan
yang jumlah kalimatnya bergantung kepada kebutuhan
atau ketuntasan. Jika sebuah gagasan sudah tuntas
dijelaskan, sebaiknya alinea tersebut diakhiri saja.

Dr. Martius, M. Hum. 105


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Dengan demikian, sebuah alinea yang baik tidak


mungkin hanya terdiri atas satu atau dua kalimat.

5.2 Fungsi Paragraf


Setelah memahami pengertian paragraf di atas
perlu dipahami bahwa alinea bukan hanya sekedar
pengelompokan kalimat-kalimat dalam sebuah wacana.
Namun, suatu hal yang lebih utama ada satu gagasan
yang ingin disampaikan oleh penulis dalam setiap alinea
tersebut. Misalkan ketika menulis sebuah artikel yang
cukup panjang. Artikal tersebut, pada dasarnya
membahas sebuah topik atau gagasan sentral. Untuk
menyampaikan gagasan sentral tersebut, biasanya
didukung oleh gagasan-gagasan penunjang yang lazim
disebut dengan ide pokok atau gagasan pokok. Untuk
menuangkan gagasan-gagasan penunjang tersebut
penulis membutuhkan adanya sejumlah paragraf agar
gagasan-gagasan tersebut dapat disampaikan secara
teratur satu per satu. Dengan demikian, ada beberapa
fungsi paragraf dalam tulisan, yaitu:
1. Tempat menuangkan ide-ide pokok dalam sebuah
tulisan. Maksudnya, dalam menyampaikan ide
sentral (ide seluruh tulisan) biasanya didukung oleh
beberapa ide pokok. Ide-ide pokok tersebut
dituangkan dalam setiap paragraf;
2. Alat bagi penulis untuk mengembangkan jalan
pikirannya secara sistematis;

106 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

3. Memudahkan pembaca untuk memahami jalan


pikiran penulis melalui ide-ide pokok tersebut;
4. Memberi kesempatan kepada pembaca untuk
berhenti sejenak. Dengan perhentian tersebut,
pembaca dapat menelaah kembali isi alinea tersebut;
5. Penanda bahwa pemikiran baru di mulai;
6. Dilihat dari tulisan secara utuh, paragraf juga
berfungsi untuk membuka, mengembangkan, dan
menutup sebuah tulisan (lihat juga Djago Tarigan
dalam Yunus, dkk., 2013).

5.3 Unsur-Unsur Pembangun Paragraf


Unsur-unsur pembangun paragraf sekurang-
kurangnya terdiri atas dua unsur, yaitu (1) kalimat topik
dan (2) kalimat penjelas, yang terdiri atas (a) kalimat
penjelas mayor dan (b) kalimat penjelas minor. Selain itu,
terkadang ada juga paragraf yang mengandung (3)
unsur-unsur transisi dan (4) unsur-unsur penegas (Lihat
Yunus, dkk., 2013 dan Wijayanti, dkk.,2014). Keempat
unsur tersebut terkadang hadir secara bersamaan dalam
sebuah paragraf dan terkadang hanya sebagian yang
hadir. Namun, suatu hal yang perlu diketahui bahwa
unsur utama yang tidak boleh diabaikan dalam sebuah
paragraf adalah kalimat topik. Bahkan, ada paragraf yang
semuanya merupakan kalimat topik. Paragraf demikian
ini disebut paragraf merata (penuh kalimat topik).

Dr. Martius, M. Hum. 107


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Keempat unsur pembangun paragraf tersebut akan


diuraikan pada bagian berikut:

5.3.1 Kalimat Topik


Kalimat topik adalah kalimat tempat menuangkan
gagasan utama dalam sebuah paragraf. Dengan
demikian, kalimat topik ini lazim juga disebut sebagai
kalimat utama dalam sebuah paragraf. Kalimat topik ini
berguna bagi penulis dan pembaca. Bagi penulis, kalimat
tofik berguna untuk menata pikiran penulis tentang apa
yang hendak disampaikan dalam paragraf. Bagi pembaca,
kalimat topik berfungsi untuk membantu pemahaman isi
paragraf dengan mudah.
Kalimat topik merupakan kalimat yang umum
dan singkat yang memerlukan penjelasan,
pengembangan, dan pembuktian melalui beberapa
kalimat penjelas. Ciri kalimat topik tersebut adalah
sebagai berikut:
(1) merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri
sendiri;
(2) mengandung permasalahan yang potensial untuk
dirinci dan diuraikan lebih lanjut;
(3) menpunyai makna yang cukup jelas tanpa
dihubungkan dengan kalimat lain;
(4) dapat dibentuk tanpa menggunakan kata
penghubung atau kata transisi.

108 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

5.3.2 Kalimat Penjelas


Agar gagasan pokok yang dituangkan dalam
kalimat topik dapat dipahami pembaca, perlu diperjelas
oleh beberapa gagasan penjelas. Tanpa penjelasan dari
gagasan penjelas, gagasan pokok kadang tidak dapat
dipahami oleh pembaca. Gagasan-gagasan penjelas
tersebut diwujudkan ke dalam kalimat-kalimat penjelas.
Dengan kata lain, kalimat penjelas merupakan kalimat
yang berfungsi untuk memperjelas, menjabarkan, atau
membuktikan apa yang dimuat dalam kalimat utama.

Adapaun ciri kalimat penjelas adalah sebagai


berikut:
(1) Kalimat tersebut sering merupakan kalimat yang
tidak dapat berdiri sendiri;
(2) Tidak mengandung permasalahan yang pontensial
untuk dijelaskan atau dirinci lebih lanjut;
(3) Makna kalimat tersebut kadang-kadang baru jelas
setelah dihubungkan dengan kalimat yang lain
dalam satu alinea;
(4) Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata
atau frasa penghubung;
(5) Isinya berupa penjelasan, rincian, keterangan, contoh,
dan data tambahan lain yang mendukung kalimat
utama.

Dr. Martius, M. Hum. 109


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Untuk lebih memahami ciri tersebut, dapat dilihat


pada contoh paragraf berikut.

(1) Dalam upaya merangkai kalimat menjadi


alinea, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan
kepaduan. (2) Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam
alinea membicarakan satu gagasan. (3) Kepaduan
berarti seluruh kalimat yang ada dalam alinea tersebut
kompak dalam mendukung gagasan tunggal alinea.
(4) Bila dalam sebuah alinea terdapat lebih dari satu
gagasan, berarti alinea itu tidak baik dan harus
dipecah menjadi lebih dari satu alinea.

Kalimat (1) merupakan kalimat utama karena


kalimat tersebut mengandung ciri sebuah kalimat topik,
yaitu (a) merupakan pernyataan lengkap dan dapat
berdiri sendiri, (b) mengandung permasalahan yang
potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut, (c)
menpunyai makna yang cukup jelas tanpa dihubungkan
dengan kalimat lain, (d) dapat dibentuk tanpa
menggunakan kata penghubung atau kata transisi;
Kalimat (2) dan (3) merupakan kalimat penjelas karena
kalimat tersebut merupakan kalimat yang tidak berdiri
sendiri dan merupakan penjelasan tentang konsep
kesatauan dan kepaduan yang terdapat pada kalimat topik;
dan kalimat (4) juga merupakan kalimat penjelas karena
mengandung kata penghubung bila. Selain itu, kalimat

110 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

tersebut tidak mengandung permasalan yang potensial


untuk dirinci lebih lanjut.
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,
kalimat penjelas terdiri atas kalimat penjelas mayor dan
kalimat penjelas minor.

a. Kalimat penjelas mayor


Kalimat penjelas mayor adalah kalimat pendukung
yang menjelaskan secara langsung kalimat topik atau
memberikan iformasi lebih jelas tentang bahasan di
dalam kalimat topik.
b. Klalimat penjelas minor
Kalimat penjelas minor adalah kalimat pendukung
yang merinci atau memperjelas secara langsung
gagasan yang terdapat dalam kalimat penjelas
mayor.
c. Kalimat penjelas subminor
Kalimat penjelas subminor adalah kalimat
pendukung yang merinci atau memperjelas secara
langsung gagasan yang terdapat dalam kalimat
penjelas minor.
Setiap jenis kalimat penjelas tersebut dapat dilihat
pada contoh paragraf berikut:

Dr. Martius, M. Hum. 111


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

(1) Dalam memilih makanan kemasan,


konsumen memiliki bebarapa pertimbangan. (2)
Pertimbangan utama, yang tidak dapat dipungkiri,
adalah faktor harga. (3) Jika ada produk yang sama, A
berharga Rp 10.000 dan B berharga Rp 12.500, dapat
dipastikan produk A lebih dipilih konsumen. (4) Hal
terbut terjadi karena sebagian besar konsumen mudah
tergiur dengan harga murah. (5) Faktor berikutnya
adalah pertimbangan rasa. (6) Ada konsumen yang
lebih suka makanan dengan citarasa manis, pedas, dan
ada yang suka gurih. (7) Selain rasa, yang juga menjadi
pertimbangan konsumen dalam membeli produk
makanan kemasan adalah tampilan kemasan. (8) Suatu
produk makanan akan bernilai lebih di hati konsumen
apabila dikemas secara rapi, menarik, dan unik. (9)
Faktor pertimbangan lain adalah kandungan nilai gizi.
(10) Ironisnya, faktor ini menjadi pertimbangan
terakhir. (11) Konsumen tidak lagi memikirkan nilai
gizi suatu makanan jika produk tersebut murah, enak,
dan dikemas secara menarik.

Sumber: Wijayanti, dkk. (2014)

Penjelasan unsur-unsur kalimat dalam paragraf tersebut


adalah:
Kalimat pokok/utama : kalimat 1
Kalimat penjelas mayor adalah : kalimat 2, 5, 7, dan 9
Kalimat penjelas minor adalah : kalimat 3, 6, 8, dan 10
Kalimat penjelas subminor adalah : kalimat 4 dan 11

112 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa


setiap kalimat penjelas mayor memiliki satu kalimat
penjelas minor. Dari kalimat penjelas minor yang ada,
hanya kalimat 3 dan 10 yang memiliki kalimat penjelas
subminor, yaitu kalimat 4 sebagai subminor kalimat
penejelas minor 3 dan kalimat 11 sebagai submior pada
kalimat penjelas minor 10.

5.4 Syarat Membangun Paragraf


Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya,
paragraf bukan hanya sekadar kumpulan dari beberapa
kalimat, melainkan ada satu gagasan pokok yang
disampaikan. Menurut Alwi dalam Wijayanti, dkk. (2013:
106) sebuah paragraf harus memenuhi syarat kohesi
(kesatuan), koherensi (kepaduan), kelengkapan (tuntas),
keberurutan (runtut), dan konsistensi sudut pandang (lihat
juga Wijono, 2005 dan Kuntarto, 2007). Penjelasan setiap
syarat tersebut adalah sebagai berikut:

5.4.1 Kesatuan (Kohesi)


Sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan
(kohesi) apabila seluruh kalimat yang ada dalam paragraf
tersebut hanya membicarakan satu gagasan pokok. Oleh
sebab itu, setiap kalimat yang ada dalam alinea tersebut
harus ditata dengan cermat agar tidak ada satu pun
kalimat yang menyimpang dari gagasan utama paragraf
tersebut. Seandainya dalam satu paragraf ada kalimat

Dr. Martius, M. Hum. 113


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

yang menyimpang dari gagasan utama, paragraf tersebut


akan menjadi tidak utuh. Oleh sebab itu, kalimat tersebut
harus dibuang.
Agar lebih paham, silakan baca paragraf berikut.
(1) Pekanbaru merupakan salah satu kota yang
berada di wilayah Provinsi Riau yang penduduknya
mayoritas berasal dari suku Minang, Melayu, Jawa,
Batak, dan sebagian kecil dari suku-suku lain yang
ada di Indonesia. (2) Dari beberapa suku yang ada,
suku Minangkabau merupakan suku yang dominan di
kota tersebut. (3) Masyarakat Minangkabau dikenal
dengan masyarakat yang suka merantau dan
berdagang. (4) Dengan kondisi yang demikian,
masyarakat Kota Pekanbaru tergolong masyarakat
yang multi etnik. (5) Hal ini akan membawa dampak
pada kondisi kebahasaan di Kota Pekanbaru.

Contoh paragraf di atas tidak menunjukkan


kesatuan paragraf yang utuh dan padu. Dalam paragraf
tersebut, kalimat (3) merupakan kalimat yang
menyimpang dari pokok permasalahan. Kehadiran
kalimat (3) tersebut juga mengakibatkan alinea tersebut
tidak koheren karena antara kalimat (2) dan kalimat (4)
seolah-olah terputus karena tidak singkron.

5.4.2 Kepaduan (Koheren)


Paragraf yang padu adalah paragraf yang
hubungan antar kalimatnya terjalin dengan singkron atau

114 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

berkesinambungan. Kesinambungan ini akan terbentuk


apabila antara kalimat yang satu dengan kalimat yang
berikutnya terkait dengan erat sehingga pergerakan dari
satu kalimat ke kalimat berikutnya berjalan logis dan
mulus.
Sebuah paragraf yang tidak padu akan terkesan
hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat
berikutnya seolah-olah terasa terputus dan berdiri
sendiri-sendiri. Kondisi paragraf seperti ini akan
membuat pembaca relatif sulit untuk memahami wacana
tersebut. Jika demikian halnya, gagasan yang
disampaikan oleh penulis dalam tulisannya terkadang
tidak sampai kepada pembaca.
Agar kalimat-kalimat yang membangun paragraf
tersebut terjalin padu, penulis dapat merunutkan divisi
gagasan penjelasnya dengan logis.
Contoh:
(1) Masalah pembakuan bahasa itu mengenal
telaah dalam, yang menyangkut sistem bahasa itu
sendiri, misalnya di bidang ejaan, tatabahasa,
tatanama, tataistilah, dan perkamusan. (2) Telaah yang
terakhir ini termasuk bidang sosiolinguistik atau
linguistik sosial. (3) Di samping itu, pembakuan
bahasa juga mengenal telaah luar yang menyangkut
fungsi bahasa baku dalam suatu mansyarakat dan
Sumber : Keraf (1989)
sikap masyarakat itu terhadap bahasa yang baku
tersebut. (4) Telaah ini termasuk bidang linguistik
deskriptif.

Dr. Martius, M. Hum. 115


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Paragraf di atas merupakan paragraf yang tidak koheren


(padu) karena kronologis dari divisi gagasannya tidak
runtut.
Selain dengan meruntutkan divisi gagasannya,
sebuah paragraf juga dapat dikoherensikan dengan cara
berikut, yaitu: (1) repetisi (mengulang) kata-kata kunci,
(2) mengganti (subsitusi) kata-kata kunci, dan (3)
menggunakan kata penghubung atau kata transisi antar
kalimat.

5.4.2.1 Repetisi (Pengulangan) Unsur-Unsur Pokok


Tertentu
Pengulangan unsur-unsur tertentu merupakan
sarana pengait antara kalimat yang satu dengan kalimat
berikutnya. Pengulangan dapat berupa kata, frasa, atau
unsur lain yang merupakan pokok pembicaraan (kata
atau frasa kunci).
Contoh:

Bahasa merupakan alat komunikasi yang


sangat efektif bagi manusia. Melalui bahasa, setiap
orang dapat berinteraksi dengan mudah dan efektif
dengan mitra komunikasinya. Bisa kita bayangkan,
kalau di dunia ini tidak ada bahasa, manusia tidak
akan bisa maju dan berkembang. Tanpa bahasa,
manusia juga tidak akan bisa mengekspresikan
keberadaan dirinya kepada manusia lainnya.

116 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Dengan mengulang kata bahasa pada setiap kalimat,


akan terasa kalimat pertama berkaitan dengan kalimat
kedua, kalimat kedua berkait dengan kalimat ketiga, dan
kalimat ketiga berkait dengan kalimat keempat. Dengan
demikian, akan terjalin kesinambungan antar kalimat
dalam paragraf terbut.
Pengulangan tidak musti hanya pada kata yang
sama pada setiap kalimat. Pengulangan dapat saja
dilakukan dengan cara bervariasi. Hal tersebut,
bergantung pada unsur mana yang menjadi pokok
pembicaraan dalam suatu kalimat pada paragraf tersebut.
Contoh:

Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh


sebuah paragraf adalah kepaduan yang baik antar
kalimat dalam paragraf tersebut. Kepaduan yang baik
itu akan terjadi apabila hubungan timbal-balik antar
kalimat yang membangun paragraf tersebut terjalin
kuat dan utuh sehingga mudah dipahami. Pembaca
dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis tanpa
harus membaca berulang-ulang. Apabila pembaca
harus berulang-ulang membaca sebuah paragraf,
berarti paragraf tersebut merupakan paragraf yang
tidak koheren (padu).

5.4.2.2 Subsitusi (Penggantian) Unsur-Unsur Pokok


Tertentu
Agar paragraf yang dibangun koheren, dapat juga
dilakukan dengan mengganti unsur-unsur pokok (kata

Dr. Martius, M. Hum. 117


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

atau frasa kunci) dalam paragraf. Unsur-unsur pengganti


tersebut tetap merujuk pada kata atau frasa kunci yang
terdapat pada kalimat utama. Jika kata kuncinya berupa
sosok seorang tokoh, artis, atau profesi lainnya, kata
tersebut dapat diganti dengan dia, beliau, ia, dan identitas
lain yang melekat pada orang tersebut. Selanjutnya, jika
kata kuncinya bukan manusia, dapat diganti dengan kata
penunjuk ini, itu, hal tersebut, dan bentuk pengganti lain
yang mempunyai ciri yang tersirat pada kalimat
sebelumnya. Seperti kata nasi, dapat diganti dengan
makanan pokok ini, makanan berkarbohidrat tersebut, dan
sebagainya.
Contoh:
Herman Abdullah adalah mantan Wali Kota
Pekanbaru. Beliau menjabat sebagai Wali Kota selama
dua periode. Pada masa pemerintahannya, kota
pekanbaru terlihat bersih dan pembangunannya
berkembang sangat pesat. Selang beberapa tahun
setelah masa jabatannya sebagai wali kota berakhir,
laki-laki yang berkharisma tinggi ini mencalonkan
dirinya sebagai Gubernur Riau. Namun, setelah
dilakukan pemilihan, akhirnya suami Evi Meiroza ini
harus merelakan jabatan tersebut ke lawan politiknya.

5.4.2.3 Menggunakan Kata atau Frasa Penghubung


antar Kalimat
Selain dengan cara repetisi dan mengganti unsur-
unsur pokok (kata atau frasa kunci), keterkaitan antar

118 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

kalimat dalam paragraf juga dapat dilakukan dengan


menggunakan kata atau frasa penghubung antar kalimat.
Berkenaan dengan kata atau frasa penghubung tersebut
terdapat bebera jenis. Seperti yang terlihat pada tabel
berikut.
Tabel 3
Senarai Kata dan Frasa Penghubung
Sebagai Pengait antar Paragraf
Fungsi
No. Menyatakan Contoh Kata dan Frasa
hubungan
1 sebab-akibat karena itu, oleh sebab itu, oleh
karena itu, akibatnya
2 hasil dengan demikian, jadi
3 pertambahan berikutnya, kemudian, selain
itu, lagi pula, selanjutnya, dan
tambahan lagi
4 proses mula-mula, setelah itu,
kemudian, lalu, akhirnya
5 perbandingan dalam hal yang sama, lain
halnya dengan, sama halnya
dengan, lebih baik dari itu,
berbeda dengan itu, begitu juga
dengan
6 pertentangan akan tetapi, bagaimanapun,
meskipun begitu, walapun
demikian, namun, sebaliknya
7 tempat berdekatan dengan itu, di
belakangnya, di seberang sana,

Dr. Martius, M. Hum. 119


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

tak jauh dari situ, beberapa


meter ke belakang, dan lain-lain
8 waktu baru-baru ini, tak lama
kemudian, beberapa hari yang
lalu, satu tahun yang lalu, dan
lain-lain
9 syarat agar ..., supaya ..., guna ...
10 tujuan untuk ..., untuk itu, untuk
maksud itu
11 singkatan singkatnya, pendeknya,
ringkasnya, pendek kata,
sebagai simpulan
lihat juga finoza (2013) dan Wiajayanti, dkk. (2014)

Untuk lebih memantapkan pemahaman mengenai


pemakaian kata atau frasa penghubung tersebut, dapat
dilihat contoh-contoh paragraf berikut.
Contoh (1) menyatakan hubungan sebab-akibat

Akhir-akhir ini kasus pembegalan di Kota


Pekanbaru relatif tinggi. Para pelaku tidak segan-
segan mengambil dengan paksa kenderaan bermotor
korbannya. Selain itu, kadang-kadang korban juga
dipukul dan disiksa, bahkan dibunuh. Oleh sebab itu,
apabila menggunakan sepeda motor, Anda harus
berhati-hati. Usahakan jangan melewati tempat yang
sunyi, terutama di malam hari.

120 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Contoh (2) menyatakan hubungan hasil


Saat ini marak terjadi penebangan pohon
secara liar yang dilakukan oleh cukong-cukong yang
tidak bertanggung jawab. Para cukong tersebut
seenaknya saja membabat hutan tanpa menanaminya
kembali. Selain itu, tanah-tanah kini juga telah
kehilangan fungsinya sebagai sumber resapan air
karena pembangunan. Di tambah lagi dengan
kebiasaan buruk orang-orang yang tinggal di sekitar
sungai. Mereka dengan sengaja membuang sampah
mereka di sungai sehingga membuat sungai menjadi
dangkal karena sampah yang menumpuk di
permukaan sungai. Bahkan, mereka juga membangun
rumah-rumah di pinggiran sungai yang menambah ke
semerautan wilayah sungai. Jadi, wajarlah jika musim
hujan datang pemukiman masyarakat selalu
digenangi air.

Contoh (3) hubungan pertambahan

Mengonsumsi makanan secara berlebihan


sebaiknya dihindari. Orang yang mengonsumsi
makanan yang melebihi kebutuhan, cenderung
membuat orang tersebut kegemukan. Bila berat badan
melebihi berat badan normal, biasanya akan rentan
terhadap penyakit jantung , darah tinggi, dan kencing
manis. Selain itu, badan yang gemuk juga akan
menghambat kelincahan gerakan tubuh. Lagi pula,
badan yang gemuk juga akan mengurangi penampilan
sehingga mengakibatkan orang kurang percaya diri,
terutama bagi kaum perempuan.

Dr. Martius, M. Hum. 121


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Contoh (4) hubungan proses

Bagi anak kos, mie instan merupakan pakan


alternatif yang harus selalu ada di kamarnya. Selain
harganya murah, makanan ini juga praktis dalam
proses memasaknya. Mula-mula masak air di dalam
panci kecil secukupnya. Setelah air mendidih,
masukkan mie kedalam air mendidih tersebut.
Kemudian, selang beberapa menit, angkat panci dari
api. Lalu, masukkan bumbu-bumbunya. Akhirnya,
kini mie instan anda siap untuk dinikmati.

Contoh (5) hubungan perbandingan

Bola kaki merupakan olahraga yang paling


populer di muka bumi ini. Hampir semua usia, tidak
peduli pria atau pun wanita menyukai dan
memainkan olahraga ini. Namun, saat ini olahraga
tersebut sudah jarang dimainkan lagi dikarenakan
sulitnya menemukan lapangan sepak bola terutama di
kota-kota besar. Di tengah-tengah masalah tersebut,
kini muncul sebuah olahraga yang bernama futsal.
Sama halnya dengan bola kaki, olahraga futsal juga
dilakukan dengan menendang bola. Namun, kedua
jenis olahraga tersebut memiliki perbedaan.
Perbedaannya terdapat pada luas lapangan dan
jumlah per regu. Lapangan futsal lebih kecil bila
dibandingkan dengan lapangan bola kaki. Kemudian,
dilihat dari jumlah pemain, satu regu futsal berjumlah
5 orang, sedangkan satu regu bola kaki berjumlah 11
orang.

122 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Conto (6) menyatakan hubungan pertentangan

Permainan anak zaman dahulu sangat berbeda


dengan permainan anak zaman sekarang. Zaman
dahulu, permainan selalu membutuhkan teman.
Mereka selalu bermain secara berkelompok, seperti
petak umpat, kasti, cabor, perang-perangan, sepak
bola, dan main lompat karet. Permainan-permainan
itu hanya bisa dimainkan oleh lebih dari satu orang
sehingga anak-anak bisa saling mengenal dan belajar
bekerja sama. Sebaliknya, anak zaman sekarang justru
lebih tertarik dengan permainan yang membuat
mereka tidak aktif dalam kehidupan mereka. Banyak
anak-anak yang lebih tertarik untuk memainkan game
online di rumah masing-masing dari pada bermain
dengan teman-temannya. Hal itu jelas membuat anak
menjadi tidak bersosiliasi dan cenderung menutup
diri.

Conto (7) menyatakan hubungan tempat

Bila berkunjung ke kampus UIN Sultan Syarif


Kasim Riau, bangunan yang pertama kali Anda temui
adalah gedung rektorat. Sekitar dua puluh meter di
belakangnya, terdapat pula gedung Pusat Komunikasi
dan Pangkkalan Data. Di belakang gedung tersebut,
berdiri pula gedung perpustakaan. Di situlah para
mahasiswa dan dosen mencari buku-buku yang
dibutuhkannya.

Dr. Martius, M. Hum. 123


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Conto (8) menyatakan hubungan waktu

Akhir-akhir ini kasus kriminal sangat sering terjadi di


kota Pekanbaru. Di antaranya kasus pembegalan
terhadap mahasiswa yang terjadi dua minggu yang
lalu di Jalan Riau. Kasus ini telah menghilangkan
nyawa korban dan kenderaan korban di bawa kabur
oleh pelaku. Selang satu minggu kemudian, terjadi
pula pembunuhan terhadap satu keluarga. Kasus ini
sangat menghebokan masyarakat. Polisi berusaha
mencari pelaku dan melacak motif tindakan tersebut.
Tiga hari kemudian, Polisi berhasil menangkap
pelaku. Kini, Pelaku ditahan di Polsek Kecamatan
Tampan untuk sementara menunggu proses lebih
lanjut.

Conto (9) menyatakan hubungan syarat

Dalam persaingan hidup yang semakin ketat,


para sarjana semakin sulit untuk mendapatkan
pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh jumlah lowongan
kerja yang ada tidak sebanding dengan jumlah pencari
kerja. Lembaga yang membutuhkan tenaga kerja akan
lebih selektif dan cenderung memakai para sarjana
yang berkualitas dan berinovasi tinggi. Agar Anda
dapat diterima bekerja di lembaga atau perusahaan
tertentu, Anda harus belajar dengan sungguh-
sungguh, berinovasi tinggi, dan beretika baik.

124 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Conto (10) menyatakan hubungan tujuan

Pemilihan Gubernur DKI akan dilaksanakan dua


minggu yang akan datang. KPU sibuk memersiapkan
segala kebutuhan untuk kelancaran proses pemilihan,
termasuk juga persiapan keamanan. Untuk persiapan
yang satu ini, KPU tidak main-main karena dalam
pemilihan diprediksi akan terjadi kecurangan politik
yang akan menimbulkan konflik dan benturan fisik.
Dengan demikian, KPU harus memastikan bahwa
proses pemilihan akan berlangsung aman. Untuk itu,
selain meminta bantuan keamanan kepada Polri, KPU
juga meminta TNI turun tangan dalam mengatasi
kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak
diinginkan tersebut.

Conto (11) menyatakan hubungan singkatan

Lalu lintas di Kota Pekanbaru selalu mengalami


kemacetan, terutama pada pagi (waktu pergi ke
kantor) dan sore (waktu pulang kantor). Semua
pemakai jalan saling serobot jika ada sedikit peluang
tanpa memikirkan orang lain. Pengendera kenderaan
bermotor roda dua, misalnya, selalu mencuri jalan jika
ada sedikit kesempatan. Terlebih lagi sopir angkot
yang kadang-kadang berhenti sekehendak hatinya
tanpa memberi isyarat. Selain itu, Bus kota juga ikut
memberi andil terjadinya kemacetan karena
pengemudinya tidak sabar dan mengejar setoran.
Pendek kata, demi kepentingannya, kadang-kadang
orang tidak memikirkan kepentingan orang lain
sehingga tidak bisa menjaga kedisiplinan berlalu
lintas.

Dr. Martius, M. Hum. 125


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

5.5 Jenis Paragraf


Berkenaan dengan jenis paragraf ini, ada tiga dasar
penglasifikasian, yaitu: (1) berdasarkan posisi kalimat
utama, yang terdiri atas paragraf deduktif, induktif,
campuran (deduktif-induktif), dan merata (penuh kalimat
topik); (2) berdasarkan sifat isinya, terdiri atas paragraf
naratif, deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan persuatif;
dan (3) berdasarkan fungsinya dalam tulisan, terdiri atas
paragraf pembuka (pengantar), pengembang (isi), dan paragraf
penutup (simpulan). Lebih jelasnya lihat bagan berikut.

Bagan 2
Jenis-jenis Paragraf

1. Berdasarkan posisi a. paragraf deduktif


kalimat utama b. paragraf induktif
c. paragraf deduktif-induktif
d. paragraf merata

2. Berdasarkan sifat a. paragraf naratif


isinya b. paragraf deskriptif
c. paragraf ekspositoris
d. paragraf argumentati
e. paragraf persuatif

3. Berdasarkan a. paragraf pembuka


fungsinya b. paragraf pengembang
dalam tulisan c. paragraf penutup

126 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Dari bagan di atas, dapat dipahami, bahwa sebuah


paragraf bisa saja termasuk jenis deduktif bila dilihat dari
posisi kalimat utamanya, disebut paragraf deskriptip
dilihat dari sifat isinya, dan disebut paragraf pembuka
dilihat dari fungsinya dalam tulisan. Penjelasan seluruh
jenis paragraf tersebut dapat dilihat pada bagian berikut.

5.5.1 Jenis Paragraf Berdasarkan Posisi Kalimat


Utamanya
Kalimat utama merupakan kalimat tempat
menuangakan ide pokok yang ada dalam sebuah
paragraf. Kalimat utama ini merupakan inti persoalan
yang ingin disampaikan oleh penulis dalam paragraf.
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian 2, bahwa
dilihat dari posisi kalimat utamanya, dikenal beberapa
jenis paragraf, yaitu (1) paragraf deduktif, (2) paragraf
induktif, (3) paragraf campuran, (4) paragraf merata.

5.5.1.1 Paragraf deduktif


Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat
utamanya berada di awal paragraf. Inti persoalan yang
disampaikan oleh penulis diletakkan di awal, kemudia
diikuti oleh beberapa kalimat penjelas. Kalimat penjelas
tersebut berfungsi untuk memperjelas ide pokok yang
dituangkan dalam kalimat utama, sehingga pembaca
menjadi paham terhadap apa yang dimaksudkan oleh
penulis dalam kalimat utama tersebut.

Dr. Martius, M. Hum. 127


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Contoh:
Hana merupakan seorang artis yang multi talenta.
Selain menjadi aktor dalam film, Hana juga sering
muncul di sinetron salah satu stasiun televisi swasta.
Bakat keartisannya kini mulai merambah dunia tarik
suara. Selain menyanyi solo, Hana juga berbakat
dalam menyanyi duet dan menjadi vokalis di salah
satu grup band ternama. Kini Hana mulai pula untuk
mencoba mengembangkan sayapnya dalam dunia
model.
5.5.1.2 Paragraf induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat
utamanya berada di akhir paragraf. Penyajian paragraf
jenis ini diawalali dengan mengemukakan beberapa
kalimat penjelas terlebihdahulu, kemudian dari kalimat-
kalimat penjelas tersebut dibuat sebuah generalisasi atau
konklusi (simpulannya). Konklusi inilah yang disebut
dengan kalimat utama dalam paragraf.
Contoh:
Jika kita ingin ke kota Padang, lebih kurang 20
km dari Kota Padang Panjang terlebih dahulu kita
akan menikmati keindahan daerah wisata Air Terjun
Lembah Anai. Banyaknya pohon di hutan tropis
tersebut sangat memanjakan mata, ditambah pula
dengan hawa sejuknya yang memberi kenyamanan
luar biasa. Curahan air terjun yang deras membentuk
aliran sungai yang jernih di bawahnya. Sungguh
indah wisata Air Terjun Lembah Anai yang asri.

128 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

5.5.1.3 Paragraf campuran (deduktif-indukti)


Paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat
utamanya berada di awal dan di akhir paragraf. Hal ini
bukan berarti ada dua ide pokok yang ada dalam
paragraf tersebut. Kalimat terakhir yang ada dalam alinea
tersebut pada intinya berfungsi untuk mempertegas
kembali ide pokok yang terdapat pada kalimat pertama.
Contoh:
Kehidupan di sebuah pedesaan sangat berbeda
dengan kehidupan di perkotaan. Suasana di desa
sangatlah nyaman, hawanya sejuk dan jauh dari
kebisingan. Tidak hanya suasananya yang membuat
orang-orang tinggal di pedesaan nyaman,
tetapi kerukunan antar warga yang masih sangat erat
membuat hidup di desa semakin indah. Di pedesaan
warganya masih menganut asas gotong-royong dan
peduli terhadap sesama. Tidak seperti penduduk di
kota, yang sudah mulai acuh tak acuh terhadap
sesamanya. Itulah sebabnya, hidup di pedesaan lebih
menyenangkan jika dibandingkan dengan hidup di
perkotaan.

5.5.1.4 Paragraf merata (penuh kalimat topik)


Paragraf penuh kalimat topik merupakan paragraf
yang seluruh kalimatnya merupakan kalimat inti (topik).
Dalam paragraf ini didak ada kalimat yang dijelaskan
oleh kalimat yang lain dan tidak ada pula kalimat yang
berfungsi sebagai penjelas kalimat yang lain. Hubungan
antar kalimat dalam kalimat tersebut bersifat setara.

Dr. Martius, M. Hum. 129


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Semua kalimat bersinergi untuk menyampaikan sebuah


gagasan. Paragraf seperti ini cenderung bersifat narasi
atau deskripsi.
Contoh:

Waktu itu kebetulan saya sedang menjalani


dinas luar di Jojakarta. Tepat pada tanggal 26 Oktober
2010, gunung Merapi kembali meletus. Letusan tersebut,
disertai semburan awan panas setinggi 1,5 km.
Gulungan awan panas itu kemudian turun menghujani
pemukiman masyarakat dan perkebunan yang berada di
kaki gunung. Dedaunan semuanya tampak putih bagai
salju karena dibalut debu panas. Sebagian atap rumah
dan alat rumah tangga meleleh akibat debu panas yang
menempel. Masyarakat banyak yang kehilangan tempat
tinggal. Hewan peliharaan banyak yang mati dan
ratusan hektar lahan pertanian akhirnya gagal panen.

5.5.2 Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat Isinya


Jika dilihat dari sifat isinya, paragraf terdiri atas
beberapa jenis. Hal tersebut bergantung kepada maksud
penulis dan sifat informasi yang akan disampaikan.
Berdasarkan hal tersebut dikenal adanya paragraf naratif,
deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan Persuatif.
Penjelasan setiap jenis paragraf tersebut dapat dilihat
uraian berikut:
5.5.2.1 Paragraf naratif
Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang
berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa
sehingga pembaca seolah-olah melihat peristiwa yang

130 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

dialami atau tindakan yang dilakukan oleh pemegang


peran dalam pengisahan tersebut. Peristiwa dan tindakan
tersebut harus terjadi dalam satu rangkaian waktu yang
akan membentuk alur tertentu dalam pengisahan
tersebut.
Narasi ada dua jenis, yaitu narasi fakta dan narasi
fiktif. Narasasi fakta merupakan narasi yang dibuat
berdasarkan kejadian sebenarnya tanpa ada unsur
rekaan, seperti biografi, otobiografi, frofil, dan insiden.
Narasi fiktif merupakan narasi yang dibuat berdasarkan
daya khayal (fantasi). Narasi fiktif ini lebih bersifat rekaan
atau bukan kisah yang sebenarnya.

Contoh paragraf naratif fakta:


Amad duduk di teras rumahnya membayangkan
peristiwa yang dialami teman sekosnya, Pahmi, tiga hari
yang lalu. Sedikitpun tidak ada firasat Ahmad bawa
temannya itu akan mengalami peristiwa naas. Malam
itu, Pahmi, mahasiswa UIN Suska, pergi ke rumah
temannya yang tinggal di Sukajadi untuk mengerjakan
tugas kelompok. Dalam perjalan pulang, kira-kira pukul
23.15 WIB, Pahmi dicegat oleh dua orang tak dikenal.
Kawanan tersebut, kemudian merampas motor yang
dikedarainya. Pahmi sontak melakukan perlawanan.
Namun, dia tak berdaya karena tusukan belati yang
menancap di sisi kanan perutnya. Pami bertiriak minta
tolong dan pelaku segera kabur membawa motornya.
Pahmi segera dilarikan ke rumah sakit, tetapi di
perjalanan ke rumah sakit ajal menjemputnya. Sebelum
menghembuskan nafas terakhir, Pahmi sempat
menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada orang-
orang yang menolongnya.

Dr. Martius, M. Hum. 131


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Contoh paragraf naratif fiktif

Di sebuah hutan, hiduplah dua orang anak


kembar yatim-piatu yang bernama Nahdan dan
Nahdin. Mereka tinggal di sebuah gubuk yang reok.
Keseharian mereka selalu berburu binatang untuk
dimakan. Beberapa lama kemudian, kedua anak
tersebut ditemukan oleh saudagar kaya yang
kebetulan sedang berburu di hutan tersebut. Nahdan
dan Nahdin akhirnya di bawa ke rumah sang
saudagar dan dijadikan sebagai anak angkatnya. Kini
mereka menjalani hidup normal seperti teman sebaya
mereka yang lainnya.

5.5.2.2 Paragraf deskriptif


Paragraf deskripsi merupakan paragraf yang
berusaha untuk menggambarkan sesuatu (peristiwa atau
kejadian, tempat, suasana, bahkan bentuk tubuh
seseorang). Perlu diketahui, bahwa hal yang dapat
dideskripsikan itu tidak hanya sesuatu yang dapat
ditangkap pancaindra, tetapi juga sesuatu yang kita
rasakan atau kita pikirkan, seperti rasa takut, cemas,
bingung, jijik, dan haru. Begitu juga dengan suasana yang
timbul akibat suatu peristiwa, seperti suasana mencekam,
damai, dan sebagainya.

132 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Contoh:

Ruangan berukuran 7m x 8m ini sungguh sangat


nyaman ditempati. Dindingnya dicat dengan warna
putih dengan sedikit corak hitam pada bagian
bawahnya. Tiga buah sofa empuk berwarna biru dan
sebuah meja kayu diletakkan di tengah-tengah
ruangan. Sebuah rak buku yang lumayan besar
diletakan di pojok ruangan bersandar pada dinding.
Di sana terdapat buku-buku seperti majalah, buku
pelajaran, novel yang disusun dengan rapi dan urut.
Sebuah pot yang berisi pohon palem kecil
disandingkan dengan rak buku itu seakan-akan
menyatu dengan rak buku yang dicat dengan warna
hijau muda. Sirkulasi udara di dalam ruangan itu
sangat lancar karena memiliki dua jendela yang cukup
besar. Di luar ruangan, terdapat sebuah taman bunga
kecil berukuran 3m x 4m yang ditanami beberapa
tanaman hias seperti mawar, melati, dan bougenvil.
Indahnya taman bunga itu turut menambah kesejukan
suasana di ruang Dekan Fakultas Ushuludin UIN
Suska Riau.

5.5.2.3 Paragraf ekspositoris


Paragraf ekspositoris merupakan paragraf yang
berusaha untuk memaparkan, menjelaskan, atau
menginformasikan suatu hal atau suatu topik untuk
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
Informasi yang disampaikan biasanya dijelaskan dengan
cara merumuskan pengertian, merinci, menguraikan,

Dr. Martius, M. Hum. 133


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

memberi contoh, dan menyimpulkan. Dalam wacana


deskripsi ini tidak ada kehendak penulis untuk
mempengaruhi atau mengajak pembaca, tetapi hanya
memberikan informasi. Yang termasuk wacana jenis ini
adalah wacana dalam buku pelajaran, kiat melakukan
sesuatu, petunjuk membuat sesuatu, dan sebagainya.
Paragraf ekspositoris ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu
ekspositoris proses, klasifikasi, ilustrasi, perbandingan
dan pertentangan, dan ekspositoris laporan.

Contoh :

Dalam pandangan Islam, tubuh manusia


terdiri atas dua unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur
rohani. Unsur jasmani merupakan unsur yang
berwujud, dapat dilihat, dan dapat diraba, sedangkan
unsur rohani merupakan unsur yang tidak dapat
dilihat dan diraba. Contoh bagian tubuh yang
termasuk unsur jasmani adalah kaki, tangan, kepala,
dan perut. Adapun yang termasuk unsur rohani
adalah akal dan nafsu.

6.5.2.4 Paragraf argumentasi


Paragraf agumentasi merupakan paragraf yang
berisikan pendapat atau pandangan penulis tentang
suatu topik. Paragraf ini berusaha untuk meyakinkan
pembaca terhadap apa yang disampaikan sehingga
pembaca sependapat, sepandangan, dan sepaham dengan
penulis mengenai topik yang disampaikan. Agar

134 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

pembaca dapat menerima dan meyakini apa yang


disampaikan, penulis mengemukakan berbagai argumen
dan ilustrasi dalam tulisannya.
Contoh:

Banyak orang yang berpendapat, bahwa agar


masyarakat indonesia terhindar dari ancaman bahaya
asap rokok, sebaiknya pabrik rokok di Indonesia
ditutup seca total. Menurut penulis, pandangan ini
merupakan pandangan yang keliru karena penulis
memiliki alasan yang cukup penting untuk menolak
pemikiran tersebut. Pertama, pabrik rokok merupakan
wahana lapangan kerja bagi banyak orang. Para
karyawan yang bekerja di pabrik rokok akan lebih
sejahtera karena dapat membiayai kebutuhan
keluarganya. Kedua, Pabrik rokok juga dapat
meningkatkan pendapatan negara melalui pajak. Oleh
sebab itu, jika pemerintah menutup pabrik rokok,
menurut penulis, tidakan tersebut merupakan
tindakan yang kurang bijak. Pemerintah sebaiknya
cukup memberikan penyuluhan tentang bahaya
merokok bagi kesehatan dan memberikan sanksi
kepada orang yang merokok di sembarangan tempat.

5.5.2.5 Paragraf persuasi


Paragraf persuasi merupakan paragraf yang berisi
unsur bujukan, ajakan, himbauan, atau saran kepada
pembaca. Berbeda dengan sasaran argumentasi yang
menitikberatkan kepada logika pembaca, persuasi lebih

Dr. Martius, M. Hum. 135


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

menitikberatkan sasarannya kepada emosi pembaca.


Intinya persuasi berusaha membujuk pembaca untuk
mau melakukan sesuatu yang diinginkan penulis.
Contoh:

Manusia merupakan makhluk sosial yang


berarti tidak bisa hidup sendiri. Kita pasti
membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan
semua urusan kita di dunia ini, mulai dari lahir
hingga menemui ajal kita. Selain itu, pekerjaan yang
dilakukan bersama akan terasa lebih mudah. Seperti
kata pepatah, “berat sama dipikul, ringan sama di
jinjing.” Meskipun ada beberapa pekerjaan yang bisa
kita lakukan sendiri, tetapi pekerjaan itu akan terasa
berat dan hasilnya kurang memuaskan. Namun, jika
sebuah pekerjaan tertentu dilakukan secara bersama,
pekerjaan itu akan terasa lebih mudah dengan hasil
yang memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita
tanamkan jiwa saling tolong-menolong antar sesama
agar semua pekerjaan menjadi terasa lebih mudah.

5.5.3 Jenis Paragraf Berdasarkan Fungsinya dalam


Tulisan
Dalam sistem penyajian sebuah tulisan ilmiah,
khususnya penyajian artikel yang dimuat dalam media
massa (koran, majalah, dan tabloid), biasanya terdiri atas
tiga bagian, yaitu bagian pembuka, bagian isi, dan bagian
penutup. Dengan kata lain, ada paragraf yang berfungsi

136 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

untuk membuka tulisan, ada yang berfungsi untuk


menyajikan isi tulisan, dan ada yang berfungsi sebagai
penutup sebuah tulisan. Paragraf yang berfungsi sebagai
pembuka tulusan disebut paragraf pembuka, paragraf
yang berfungsi menyajikan isi tulisan disebut paragraf
pengembang atau isi dan paragraf yang berfungsi
sebagai penutup sebuah tulisan disebut paragraf
penutup. Dengan demikian, bila dilihat dari fungsinya
dalam tulisan, terdapat tiga jenis paragraf, yaitu paragraf
pembuka, paragraf pengembang atau isi, dan paragraf
penutup.

5.5.3.1 Paragraf pembuka


Paragraf pembuka merupakan paragraf yang
mengawali sebuah tulisan. Paragraf ini berisi tentang
pokok-pokok persoalan yang akan dikembangkan pada
alinea pengembang/isi. Dengan demikian, paragraf
pembuka ini berfungsi untuk mengantarkan pembaca
dalam memahami paragraf pengembang/isi. Selain
mengantarkan pembaca ke bagian isi, paragraf pembuka
juga berfungsi untuk menjelaskan tentang tujuan yang
hendak dicapai dan pentingnya pembahasan masalah
yang dikaji. Dengan demikian, sebagai bagian yang
mengawali sebuah tulisan, paragraf pembuka dapat
difungsikan untuk:
1. Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai
pokok-pokok pikiran yang akan dikembangkan.

Dr. Martius, M. Hum. 137


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

2. Menyiapkan dan menata pemikiran pembaca


sedemikian rupa sehingga pembaca lebih siap untuk
menghadapi alinea pengembang/isi.
3. Menarik minat dan perhatian pembaca agar pembaca
termotifasi untuk membaca seluruh isi tulisan. Agar
paragraf pembuka tampil menarik dan propokatif,
penulis dapat mengawali tulisannya dengan hal-hal
berikut ini:
a. mulailah dengan sebuah kutipan pendapat dari
seorang tokoh terkenal;
b. mulailah dengan pribahasa atau anekdot yang
relevan dengan tofik;
c. mulailah dengan menjelaskan betapa pentingnya
pembahasan Anda diketahui oleh pembaca;
d. mulailah dengan suatu pertentangan pendapat
antara dua tokoh mengenai topik yang dibahas;
e. mulailah dengan sebuah kisah pengalaman penulis
yang menarik (mengharukan, mengembirakan, atau
menyakitkan) yang relevan dengan topik yang
dibahas;
f. mulailah dengan uraian mengenai maksud dan
tujuan penulisan;
g. mulailah dengan sebuah pertanyaan atau
pernyataan yang mengejutkan.

5.5.3.2 Paragraf pengembang/isi


Paragraf pengemban/isi merupakan paragraf
tempat memaparkan atau mengembangkan pokok-pokok

138 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

pikiran yang telah digambarkan dalam alinea pembuka.


Dengan kata lain, alinea pengembang berfungsi sebagai
berikut:
1. membentangkan atau mengembangkan inti persoalan
yang sudah dimuat pada aline pembuka;
2. mengemukakan analisis persoalan yang
dikembangkan;
3. mengemukakan ilustrasi atau contoh untuk
memperjelas persoalan yang disampaikan.

5.5.3.3 Paragraf penutup


Paragraf penutup merupakan paragraf yang
berfungsi untuk menutup sebuah tulisan. Paragraf ini
berisi simpulan dari materi yang telah dikembangkan
atau dipaparkan pada paragraf pengembang.

Dr. Martius, M. Hum. 139


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

140 Paragraf
Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

BAGIAN 6
KARYA TULIS ILMIAH

6.1 Posisi Karya Ilmiah Dilihat dari Karya Tulis


Lainnya
Dalam pemakaian sehari-hari, sering orang
menyamakan istilah menulis dan mengarang. Banyak
orang yang menggunakan kata menulis dengan maksud
menyebut kata mengarang dan menggunakan kata
mengarang dengan maksud menyebut kata menulis. Kedua
kata itu kerap kali dipertukarkan dalam hal
penggunaannya. Padahal, sesungguhnya kedua kata
tersebut memiliki makna yang berbeda.
Pada sisi lain, banyak juga orang yang
menggunakan kata menulis untuk menyebut karya yang
bersifat karanagan. Artinya, kata menulis mencakup makna
mengarang, tetapi pada kata mengarang tidak mencakup
makna menulis karena sering kita mendengar orang
menyebut penulis cerpen, penulis novel, tetapi kita tidak
pernah mendengar sebutan mengarang makalah, mengarang

Dr. Martius, M. Hum. 141


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

artikel dan lain-lain. Lalu bagaimana sebaiknya penggu-


naan kedua kata tersebut?
Kata menulis berarti suatu kegiatan mengung-
kapkan gagasan secara tertulis kepada pembaca. Orang
yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil
kegiatannya disebut tulisan. Tulisan tersebut ditulis untuk
dibaca oleh orang lain supaya gagasan yang disampaikan
bisa diterima oleh pembaca. Kata mengarang juga berarti
suatu kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis
kepada pembaca. Orang yang melahirkan sebuah
karangan ini disebut pengarang dan hasil kegiatannya
disebut karangan. Lalu apa perbedaan tulisan dan
karangan?
Secara singkat dapat dijelaskan, bahwa tulisan
merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan fakta,
pengalaman, pengamatan, penelitian, pemikiran, atau
analisis atas suatu masalah. Contoh tulisan antara lain
makalah, artikel, buku umum dan buku pelajaran.
Sebaliknya, karangan merupakan karya tulis yang dibuat
berdasarkan daya imjinasi, fantasi, dan perasaan
pengarang. Contohnya pantun, puisi, cerpen, dan novel.
Untuk lebih lengkapnya lihat bagan 3 berikut.

142 Karya Tulis Ilmiah


Bagan 2:





Jenis Karya Tulis








 

Bagan 3:

 




 


Jenis Karya Tulis




 



 



 


 

 
Karya tulis



 


 










(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)


 


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia

karangan

Dr. Martius, M. Hum.







143

Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

6.2 Pengertian Karya Tulis Ilmiah


Karya tulis ilmiah sering disebut dengan karya
ilmiah. Karya ilmiah ini sering disebut dengan karya
akademis atau academic wraiting. Istilah ini muncul karena
tulisan ilmiah ini memang sering ditulis oleh masyarakat
kampus. Seperti yang tertuang dalam Tri Dharma
Perguruan Tinggi, salah satunya memuat tentang
kewajiban warga kampus, dalam hal ini dosen dan
mahasiswa, untuk melakukan penelitian demi pengemba-
ngan keilmuan. Artinya, jika seorang dosen ingin
meningkatkan keprofesionalannaya, dosen tersebut wajib
melahirkan karya ilmiah. Sebagaimana halnya dengan
dosen, mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya,
baik pada jenjang S-1, S-2, maupun S-3, juga diwajibkan
menulis karya ilmiah.
Perlu diketahui bahwa karya ilmiah bukan hanya
karya tulis berupa hasil penelitian ilmiah, melainkan juga
dapat berupa hasil analisis yang mendalam terhadap
suatu teori atau konsep. Karya ilmiah yang demikian ini
disebut artikel konseptual. Dalam artikel konseptual pada
umumnya penulis menawarkan teori baru, kemudian
diorientasikan pada teori-teori lama yang sudah ada.
Penulis juga akan membandingkan teori yang satu
dengan teori yang lainnya dan menelaah di mana letak
perbedaan dan kelemahan antar teori yang satu dan yang
lainnya. Selain itu, pada penulisan artikel konseptual ini,
penulis akan melihat dan menelaah konsistensi internal
(kesesuaian antara teori yang satu dengan teori yang

144 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

lainnya) dan konsistensi eksternal (kesesuaian antara teori


dengan kondisi empiris di lapangan). Penulis akan
menganalisis hal tersebut sesuai dengan pandangannya
yang logis.
Sejalan dengan uraian di atas, dapat dikemukakan
beberapa pengertian karya ilmiah, yaitu:
1. Menurut Brotowijoyo dalam Zainal Arifin (2003: 1-2),
“Karya ilmiah merupakan karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.”
2. Menurut Eko Susilo (1995: 11), “Karya ilmiah berarti
tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan,
peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun
menurut metode tertentu dengan sistematika
penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahan-
nya.”
3. Menurut I.G.A.K. Wardani, dkk. (2008: 1.6), “Karya
ilmiah adalah satu karangan yang disusun secara
sistematis dan bersifat ilmiah. Sistematis berarti
bahwa karangan atau karya tulis tersebut disusun
menurut aturan tertentu sehingga kaitan antara
bagian-bagian tersebut sangat jelas dan padu. Bersifat
ilmiah, berarti bahwa karya tulis tersebut menyajikan
satu deskripsi, gagasan, argumentasi atau pemecahan
masalah yang didasarkan pada berbagai bukti empiris
atau kajian teoretis sehingga para pembacanya dapat

Dr. Martius, M. Hum. 145


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

merunut atau melacak kebenaran bukti empiris atau


teoritis yang mendukung gagasan tersebut.”
4. Menurut Bambang Dwiloka dan Rati Riana (2005: 1),
“Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya
seorang ilmuan (berupa hasil pengembangan) yang
ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan,
kumpulan pengalaman, penelitian, dan pengalaman
orang lain sebelumnya.”

Dari empat definisi di atas, dapat dipahami, bahwa


ada beberapa hal yang menjadi parameter sebuah karya
ilmiah, yaitu dilihat dari materi, teori yang mendukung,
metode yang digunakan, sistematiaka penyajian, dan bahasa
yang digunakan. Bila dilihat dari materinya, sebuah karya
ilmiah harus berdasarkan data dan fakta atau bersifat
empiris, bukan rekaan; dalam menganalisis data atau
fakta tersebut harus didukung atau dilandasi oleh teori;
metode dalam mendapatkan data atau fakta tersebut
harus sesuai dengan substansi atau masalah yang ditulis;
sistematika penyajian harus mengikuti pola yang sesuai
dengan jenis tulisannya; dan dari segi bahasa, tulisan
ilmiah harus menggunakan bahasa baku atau bahasa
yang baik dan benar.
Dari beberpa pengertian dan penjelasan di atas,
dapat dirumuskan, bahwa karya ilmiah merupakan karya
ilmu pengetahuan yang ditulis berdasarkan fakta atau data
(kondisi empiris) dengan menggunakan metode tetentu,

146 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

disusun dengan sistematika tertentu, dan dituangkan dengan


bahasa yang baik dan benar.

6.3 Ciri-Ciri Karya Tulis Ilmiah


Bila sudah memahami pengertian karya ilmiah di
atas, secara tidak langsung pembaca pada dasarnya juga
sudah memahami ciri-ciri karya ilmiah. Sehubungan
dengan ciri-ciri karya ilmiah ini, Wardani, dkk. (2008: 1.7)
mengemukakan ciri-ciri karya ilmiah sebagai berikut:
1. Dari segi isi, karya ilmiah menyajikan pengetahuan
yang dapat berupa gagasan, deskripsi tentang sesuatu,
atau pemecahan suatu masalah.
2. Pengetahuan yang disajikan tersebut didasarkan pada
fakta atau data (kajian empirik) atau pada teori-teori
yang telah diakui kebenarannya.
3. Mengandung kebenaran yang objektif serta kejujuran
dalam penulisan.
4. Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan
banyak menggunakan istilah teknis, di samping
istilah-istilah yang bersifat denotatif.
5. Sistematika penulisan mengikuti cara tertentu.

6.4 Jenis-Jenis Karya Ilmiah


Pada bagan 3 terdahulu telah digambarkan secara
sederhana mengenai jenis-jenis karya ilmiah tersebut.
Berikut ini akan disajikan lebih rinci dan spesifiks

Dr. Martius, M. Hum. 147


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

mengenai jenis tersebut. Penglasifikasian jenis karya


ilmiah ini bergantung kepada beberapa hal, yaitu
penggunaannya, komponen yang melengkapi, dan sumber
materinya. Penjelasan mengenai jenis-jenis tersebut dapat
dilihat pada uraian berikut.
a. Berdasarkan penggunaannya, terdiri atas:
(1) Karya ilmiah untuk keperluan akademik;
penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas seorang mahasiswa dalam
rangka penyelesaian studinya, yang termasuk dala
jenis tulisan ini adalah makalah, skripsi, tesis, dan
disertasi. Makalah merupakan karya ilmiah yang
biasanya ditulis sebagai prasyarat untuk kelulusan
matakuliah tertentu, sedangkan skripsi, tesis, dan
disertasi merupakan tugas akhir untuk
penyelesaian studi pada strata tertentu (skripsi
bagi S-1, tesis bagi S-2, dan disertasi bagi S-3).
(2) Karya ilmiah untuk keperluan pengembangan
ilmu pengetahuan; penulisan karya ilmiah ini
biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,
seperti LIPI, pada tingkat nasional, lembaga-
lembaga penelitian yang ada pada tingkat daerah,
dan lembaga penelitian dan pengembangan yang
ada di berbagai perguruan tinggi, baik negeri
maupun swasta. Jenis karya ilmiah yang termasuk
kategori ini adalah kertas kerja dan laporan
penelitian (untuk pengembangan ilmu pengetahuan).

148 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

Kertas kerja merupakan sebutan untuk jenis


makalah yang ditulis untuk disajikan dalam
pertemuan ilmiah, seperti seminar, simposium,
atau orasi ilmiah. Sebagaimana halnya dengan
makalah, kertas kerja juga menyajikan sesuatu
berdasarkan data di lapangan yang bersifat
empiris-praktis. Akan tetapi, analisis dalam kertas
kerja lebih mendalam dari analisis dalam makalah
(Dwiloka dan Rati Riana, 2010).
(3) Karya ilmiah untuk keperluan lembaga
masyarakat, lembaga pemerintah, atau lembaga
tertentu; Penelitian jenis ini biasanya dibuat
berdasarkan pesanan dari lembaga tertentu. Karena
dibuat berdasarkan pesanan, kadang kala lembaga
pemesan, untuk kepentingan tertentu, seperti
kepentingan politik, usaha, dan perdagangan, ikut
mengatur skenario hasil penelitian yang
dilakukan. Jika halnya demikian, hasil penelitian
tentu tidak objektif sehingga keilmiahannya
tercemar. Untuk itu, dalam penelitian jenis ini,
peneliti harus benar-benar waspada dan tetap
berpegang pada koridor penulisan karya ilmiah.

b. Beradasarkan komponen yang melengkapinya,


terdiri atas:
(1) Artikel ilmiah populer
Atikel ini biasanya dimuat dalam media
massa dengan komponen-komponen yang

Dr. Martius, M. Hum. 149


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

sederhana, yaitu judul artikel, nama penulis, dan


bagian isi, yang terdiri atas (a) Paragraf pengantar/
pendahuluan, (b) paragraf isi/pengembang, dan
(c) paragraf penutup/simpulan. Masalah yang
dibicarakan dalam jenis artikel ini adalah masalah-
masalah yang aktual atau sedang hangat
dibicarakan di tengah masyarakat. Selain itu,
dalam artikel jenis ini juga cenderung dibicarakan
hal-hal yang berkenaan dengan masalah-masalah
praktis yang dihadapi masyarakat dan bagaimana
mengatasi masalah-masalah tersebut.
(2) Artikel ilmiah (murni)
Berbeda dengan artikel ilmiah populer,
atikel jenis ini biasanya dimuat dalam jurnal
ilmiah. Dari segi kelengkapan komponennya,
artikel ini terdiri atas tiga bagian, yaitu (a) bagian
awal, terdiri atas judul, nama penulis, abstrak dan
kata kunci; (b) bagian isi, terdiri atas pendahuluan,
metode, hasil, pembahasan, serta simpulan dan
saran; dan (c) bagian akhir, terdiri atas daftar
referensi. Dwiloka dan Rati Ratna (2010)
mengemukakan, bahwa sistematika penulisan
artikel tanpa menggunakan penomoran angka
atau huruf.
(3) Makalah
Berbeda dengan artikel, dari segi
kelengkapan komponennya, makalah merupakan
karya mandiri yang utuh. Artinya, karya ilmiah

150 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

jenis ini memiliki halaman sampul sebagaimana


halnya laporan penelitian. Dengan demikian,
komponen sebuah makalah terdiri atas tiga
bagian, yaitu (a) bagian awal, terdiri atas halaman
sampul, daftar isi, dan daftar table dan bagan, jika
ada); (b) bagian inti, yang terdiri atas (i)
pendahuluan (memuat latar belakang masalah,
rumusan masalah, dan tujuan penulisan), (ii)
Pembahasan, dan (iii) Penutup (memuat simpulan
dan saran); dan (c) bagian akhir, yang terdiri atas
daftar rujukan dan lampiran.
Berdasarkan sifat dan jenis penalaran yang
digunakan, Dwiloka dan Rati Riana (2005),
mengemukakan tiga jenis makalah, yaitu makalah
deduktif, makalah induktif, dan makalah
campuran. Makalah deduktif merupakan makalah
yang penulisannya didasarkan pada kajian teoretis
(pustaka) yang relevan dengan masalah yang di
kaji. Makalah Induktif adalah makalah yang
disusun berdasarkan data empiris. Selanjutnya,
makalah campuran adalah makalah yang ditulis
berdasarkan kajian teoretis dan digabungkan
dengan data empiris di lapangan.
(4) Laporan Penelitian (skripsi, tesis, disertasi, dan
penelitian pengembangan)
Bila dilihat dari kelengkapan komponennya,
secara umum, keempat jenis laporan penelitian
tersebut (sripsi, tesis, disertasi dan laporan

Dr. Martius, M. Hum. 151


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

penelitian dan pengembangan) pada prinsipnya


memiliki komponen yang sama. Komponen
tersebut adalah (a) bagian awal; (b) bagian inti,
yang pada umumnya terdiri atas lima bab, yaitu
bab pendahuluan, tinjauan teori (studi pustaka),
metode penelitian, hasil dan pembahasa, dan
penutup; dan (c) bagian akhir, yang terdiri atas
daftara pustaka dan lampiran (jika ada).
Penjelasan lebih rinci mengenai setiap komponen
tersebut dapat dibaca pada uraian mengenai
sistematika artikel, makalah, skripsi dan laporan
penelitian (6.5).

c. Berdasarkan sumber materinnya


Bila dilihat berdasarkan sumber atau
pemunculan materinya, karya ilmiah terdiri atas:
(1) Karya ilmiah nonhasil penelitian (konseptual),
yaitu karya ilmiah yang memuat tentang
pandangan atau pendapat penulis mengenai suatu
teori, konsep, fakta atau penomena di lapangan.
Karya ilmiah jenis ini akan melihat hubungan
internal dan eksternal sebuah teori. Hubungan
internal, maksudnya penulis akan melihat
kesesuaian antara teori yang satu dengan teori
yang lainnya atau kesesuaian antara teori lama
dan teori baru mengenai masalah tertentu,
sedangkan hubungan eksternal maksudnya artikel
tersebut membahas mengenai penomena atau

152 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

kesenjangan empiris yang dianalisis berdasarkan


sudut pandang berbagai teori (Hakim, 2001).
Karya ilmiah nonhasil penelitian ini biasanya
dipublikasikan pada media massa, baik cetak
maupun elektronik.
(2) Karya ilmiah hasil penelitian, yaitu sebuah karya
ilmiah yang ditulis berdasarkan hasil penelitian,
baik penelitian lapangan, pustaka, maupun
eksprimen, seperti artikel ilmiah murni, skripsi,
tesis, disertasi, dan laporan penelitian pengemba-
ngan.

6.5 Sistematiaka Artikel, Makalah, dan Skripsi/


Laporan Penelitian
Sistematiaka karya ilmiah adalah urutan atau tata
letak komponen-komponen yang terdapat dalam karya
ilmiah, komponen mana yang harus didahulukan dan
komponen mana yang dikemudiankan. Secara garis
besar, komponen-kompnen dalam karya ilmiah
dikelompokkan atas tiga bagian, yaitu (a) bagia awal, (b)
bagian inti, dan (c) bagian penutup (Dwiloka dan Rati
Riana, 2005: 25), sedangkan pengelompokan Keraf (1989:
229) adalah (a) bagian pelengkap pendahuluan, (b) bagian
isi, dan (c) bagian pelengkap penutup. Kedua pendapat
tersebut pada dasarnya memberikan pandangan yang
sama, tetapi hanya berbeda dalam pemakaian istilah.
Dalam hal yang sama, agar tidak terjadi kerancuan
pemahaman dengan komponen yang terdapat dalam

Dr. Martius, M. Hum. 153


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

bagian inti, khususnya bab pendahuluan dan bab


penutup, maka dalam buku ini digunakan sebutan
bagaian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Berikut akan
dijelaskan sistematiaka penulisan artikel, makalah dan
skripsi.

6.5.1 Sistematika Artikel


Bila dilihat dari sumber materi yang dituangkan
dalam sebuah artikel, terdapat dua jenis artikel, yaitu
arkel hasil penelitian dan artikel nonhasil penelitian. Jenis
yang terakhir disebut juga dengan artikel konseptual.
Berikut penjelasan karakter dan sistematika kedua jenis
artikel terset.

6.5.1.1 Sistematika Artikel Hasil Penelitian


Artikel hasil penelitian merupakan sebuah hasil
penelitian yang dikemas dalam bentuk artikel. Jenis
artikel ini biasanya dipublikasikan melalui majalah ilmiah
atau jurnal ilmiah. Artinya, artikel-artikel yang dimuat
dalam jurnal ilmiah cenderung berupa artikel hasil
penelitian. Bahkan, jurnal tertentu tidak menerima atau
memublikasikan artikel yang bukan hasil penelitian.
Apabila sebuah hasil penelitian dikemas dalam
bentuk artikel dan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah,
akan bernilai lebih bila dibandingkan dengan hasil
penelitian yang hanya ditulis dalam bentuk laporan
penelitian. Walaupun laporan hasil penelitian memiliki
komponen-komponen yang lebih lengkap dibanding

154 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

artikel dalam jurnal, tetapi laporan penelitian biasanya


hanya dibaca oleh kalangan terbatas, bahkan lebih ektrim
lagi hanya menumpuk di gudang, lapuk, dan dimakan
rayap. Sebaliknya, hasil penelitian yang dikemas dalam
bentuk artikel, biasanya memuat hal-hal yang penting
saja. Apabila artikel tersebut dipublikasikan dalam
jurnal, terutama pada jurnal yang terpublikasi secara
online, siapa saja di seluruh dunia ini dapat mengakses
dan membaca artikel tersebut, sehingga akan lebih
bermanfaat.
Berkenaan dengan sistematika artikel hasil
penelitian yang akan dipublikasikan, Moleong (2010: 377)
mengemukakan sebagai berikut:
1. Judul
2. Abstrak
3. Pendahuluan
4. Materi dan Metode
5. Hasil/Temuan
6. Pembahasan/Diskusi
7. Kepustakaan

Sistematika yang dikemukakan oleh Moleong


pada dasarnya tidak berbeda dengan yang dikemukakan
oleh Dwiloka dan Rati Riana (2005). Akan tetapi, Dwiloka
dan Rati mengemukakannya lebih rinci, seperti berikut
ini:
a. Bagian awal, terdiri atas:
1) judul

Dr. Martius, M. Hum. 155


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

2) nama penulis
3) abstrak dan kata kunci
b. Bagian inti, terdiri atas:
1) pendahuluan
2) metode
3) hasil
4) pembahasan
5) Simpulan dan saran
c. Bagian akhir, yang berisi daftar rujukan

Berikut merupakan penjelasan setiap bagian dari


komponen-komponen tersebut:
1. Judul Artikel
Judul artikel hendaklah dirumuskan secara
lengkap, informatif, dan tidak terlalu panjang atau terlalu
pendek, yakni sekitar 5 s.d. 15 kata. Dalam sebuah
rumusan judul harus tergambar variabel-variavel yang
diteliti atau kata kunci yang menggambarkan masalah
yang diteliti. Oleh sebab itu, dalam perumusan judul
karya ilmiah, dalam hal ini artikel ilmiah, dapat dengan
cara melontarkan pertanyaan masalah apa, siapa, mengapa,
di mana, kapan, dan bagaimana. Akan tetapi, tidak musti
semua pertanyaan itu harus tejawab dalam rumusan
sebuah judul.
Berikut ini merupakan contoh prosedur
perumusan judul dengan mengajukan pertanyaan.
Petama sekali pertanyaan yang kita ajukan adalah
masalah apa (yang diteliti). Jawaban untuk hal ini tentu

156 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

bermacam-macam, bergantung pada minat, kemampuan,


dan bidang ilmu yang ditekuni oleh peneliti. Seseorang
yang berkecimpung di bidang pendidikan, akan meneliti
masalah seputar pendidikan, seseorang yang menekuni
bidang ekonomi akan meneliti seputar ekonomi, dan
begitu juga yang menekuni di bidang hukum, pertanian,
dan sebagainya. Contoh masalah tersebut adalah:
a. minat belajar
b. kinerja
c. kemampuan berbicara

Setelah masalahnya ditentukan, penulis dapat


mengajukan pertanyaan mengapa. Jawaban yang dapat
dikemukakan untuk pertanyaan ini adalaha:
a. meningkatkan atau peningkatan
b. menurun atau penurunan

Dengan dua pertanyaan tersebut dapat dirumuskan judul


sementara sebagai berikut:
a. Meningkatkan Minat Belajar
b. meningkatkan kinerja
c. Peningkatkan Kemapuan Berbicara

Setelah mengajukan pertanyaan apa dan mengapa,


penulis selanjutnya dapat mengajukan pertanyaan siapa
(yang diteliti) jika yang diteliti atau subjek penelitiannya
manusia. Dengan tiga pertanyaan tersebut, dapat pula
dirumuskan judul sementara sebagai berikut:

Dr. Martius, M. Hum. 157


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

a. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas VI SD


b. Upaya meningkakan Kinerja Pegawai Negeri Sipil
c. Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IX
MTsN
Agar karya ilmiah berpijak pada suatu masalah
dan luang lingkup yang tidak mengambang, judul
tersebut perlu dibatasi pada lokasi atau daerah tertentu.
Untuk itu, perlu diajukan pertanyaan di mana (penelitian
tersebut dilakukan). Dengan penambahan unsur lokasi
tersebut, dapat pula dirumuskan judul sementara sebagai
berikut:
a. Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas VI SD pada
Mata Pelajaran Agama Melalui Metode Diskusi di SD 003
Kuok Kebupaten Kampar Tahun 2014
b. Upaya meningkakan Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada
Pemerintahan Kota Pekanbaru Provinsi Riau Melalui
Motivasi dan Pengembangan Karier Tahun 2016
Judul b tersebut juga dapat dirumuskan dalam bentuk
berikut:
Pengaruh Pemberian Motivasi dan Pengembangan Karier
terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada
Pemerintahan Kota Pekanbaru Provinsi Riau Tahun
2016
c. Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa
Kelas IX MTsN Andalan Pekanbaru Melalui Metode
Bermain Peran Tahun 2015

158 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

Untuk membuat lingkup kajian yang lebih sempit


lagi, pada kajian masalalah tertentu dan dalam bidang
tertentu terkadang penulis harus mencantumkan tahun
penelitian pada bagian akhir judul tersebut. Hal ini
dilakukan apabila simpulan penelitian hanya berlaku
untuk tahun tertentu atau tahun dilakukannya penelitian.
Sejalan dengan pola perumusan judul di atas,
Arikunto (1992) juga telah mengemukakan bahwa pada
rumusan judul penelitian yang lengkap, khususnya
penelitian lapangan, harus memuat lima hal, yaitu sifat
atau jenis penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, lokasi
penelitian, dan waktu penelitian (tahun terjadinya penomena
yang diteliti).
Bila mengacu pada tiga rumusan judul di atas,
tampak bahwa ketiga rumusan judul tersebut telah
memenuhi kelima unsur yang disyaratkan dalam
rumusan judul penelitian. Sebagai contoh kita mengacu
pada judul b seperti berikut:
Sifat atau jenis penelitian : korelatif
Subjek penelitian : pegawai negeri sipil
Ojek penelitian : kinerja pegawai
Lokasi penelitian : Pemerintahan kota Pekanbaru
Waktu/Tahun penomena yang di teliti : Tahun 2016
Perlu diketahui, tidak semua judul penelitian harus
mencantumkan kelima unsur tersebut. Hal ini
bergantung pada permasalahan yang diteliti.

Dr. Martius, M. Hum. 159


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

2. Nama Penulis
Nama penulis artikel tidak disertai gelar akademik
atau gelar apa pun. Jika ada dua nama penulis, hanya
nama penulis yang pertama yang dicantumkan di bawah
judul, sedangkan nama yang lain ditulis pada catatan
kaki (Dwiloka dan Rati Riana, 2005).

3. Abstrak dan Kata Kunci


Abstrak merupakan gambaran keseluruhan isi
sebuah laporan penelitian. Abstrak memberi gambaran
singkat dan padat tentang ide-ide penting kepada
pembaca. Panjang abstrak tidak melebihi 250 kata
(Moleong, 2010) dan ditulis dalam satu paragraf. Abstrak
diketik dengan spasi tunggal dengan marjin kiri dan
kanan 5,2 cm (Dwiloka dan Rati Riana, 2005).
Adapun komponen yang dimuat dalam abstrak
adalah sebagai berikut:
1. Gambaran singkat latar belakang masalah
2. Tujuan penelitian,
3. Menguraikan metodologi yang digunakan (subjek,
objek, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis)
atau sesuaikan dengan jenis penelitiannya,
4. Ikhtisar hasil temuan, dan
5. Simpulan yang sesuai dengan rumusan masalah
Seluruh aspek tersebut harus disusun dengan
bahasa yang mengalir sehing terjalin dalam satu
konstruksi alinea yang koheren.

160 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

Abstrak biasanya juga disertai dengan kata kunci.


Kata kunci merupakan kata pokok yang menggambarkan
bagian masalah yang diteliti. Kata kunci dapat berbentuk
kata tunggal atau gabungan kata (frasa). Jumlah kata
kunci berkisar 3 s.d. 5 kata.

4. Pendahuluan
Bagian pendahuluan dalam karya ilmiah
merupakan bagian yang mengungkapkan posisi suatu
masalah dan perlu dilakukannya kajian tersebut.
Kongkritnya, sebuah pendahuluan dalam artikel ilmiah
memuat kepustakaan yang relevan untuk mengarahkan
perhatian pembaca secara teoretis. Jumlah rujukan pada
bagian ini harus proporsional (tidak terlalu banyak dan
tidak terlalu sedikit).
Unsur lain yang biasanya dimuat dalam
pendahuluan adalah gambaran kondisi empiris yang
terjadi di lapangan. Bagian ini menggambarkan
ketimpangan-ketimbangan antara ketentuan dengan
kenyataan, sehingga terjadi kesenjangan. Hal inilah yang
disebut dengan masalah yang perlu dicari pemecahannya
melalui sebuah penelitian. Masalah tersebut terkadang
dikongkritkan dalam bentuk sebuah rumusan kalimat
tanya.
Paparan ketimpangan tersebut, biasanya diikuti
oleh uraian-uraian yang mengemukakan mengapa
masalah tersebut penting untuk dikaji atau diteliti, baik
yang berimplikasi terhadap perkembangan ilmu

Dr. Martius, M. Hum. 161


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

pengetahuan, kemaslahatan umat, maupun terhadap


pembangunan.
Secara tegas Moleong (2010: 378) mengemukakan,
bahwa dalam menulis pendahuluan sebuah artikel ilmiah
disarankan memuat hal-hal berikut:
1. harus mengemukakan hakikat dan lingkup masalah
yang diteliti secara jelas;
2. harus mereview kepustakaan tekait, terutama yang
bersumber dari jurnal. Hal ini berguna untuk
mengarahkan pembaca;
3. menguraikan keadaan perkembangan ilmu
pengetahuan saat ini;
4. harus menyatakan metode yang digunakan dalam
penelitian, beserta alasan pemilihan metode tersebut;
5. harus menyatakan temuan pokok dalam penelitian
terdahulu.

5. Metode
Uraian yang dimuat pada bagian ini pada dasarnya
merupakan hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana
penelitian itu di lakukan. Uraian dapat disajikan dalam
beberapa paragraf tanpa dipilah-pilah menjadi beberapa
subbagian. Dengan kata lain, subbagian tersebut disajikan
langsung dalam bentuk alinea.
Apabila artikel tersebut merupakan hasil penelitian
lapangan yang bebentuk kualitatif, materi pokok yang
disajikan pada bagian metode ini adalah dimana penelitian
tersebut dilakukan, bagaimana data dikumpulkan, apa atau

162 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

siapa sumber datanya, dan bagaimana data tersebut dianalisis.


Sebaliknya, jika artikel terbut berupa hasil penelitian
lapangan yang berbentuk kuantitatif, materi pokok yang
perlu disajikan adalah dimana penelitian tersebut dilakukan,
subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel, bagaimana
data dikumpulkan dan bagaimana data tersebut dianalisis.

6. Hasil
Bagian ini merupakan bagian utama dari sebuah
tulisan ilmiah, termasuk juga artikel. Bagian ini
mengemukakan data yang sudah diperoleh melalui
penelitian. Penyajian data juga dapat dilengkapi dengan
gambaran tabel-tabel agar uraian tampak lebih jelas dan
mudah dipahami. Bagian ini secara jelas juga menyatakan
temuan penelitian yang diperoleh. Penulis tidak boleh
melakukan interpretasi terhadap data pada bagian ini.
Jika tidak begitu panjang, bagian ini dapat saja
digabungkan dengan bagian pembahasan.

7. Pembahasan
Bagian pembahasan merupakan bagian terpenting
dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Menurut Dwiloka dan
Rati Riana (2005), tujuan pembahasan adalah (1)
menjawab masalah penelitian atau melihat apakah tujuan
penelitian sudah tercapai, (2) menafsirkan temuan-
temuan. Dalam menafsirkan temuan-temuan tersebut
harus berdasarkan logika dan teori-teori yang relevan.
Umpamanya ditemukan adanya korelasi antara
kematangan berpikir dan lingkungan anak. Hal ini dapat

Dr. Martius, M. Hum. 163


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

ditafsirkan dari teori yang mengatakan bahwa lingkungan


dapat memberikan masukan mematangkan proses kognitif anak,
dan (3) mengintegrasikan temuan penelitian ke dalam
kumpulan pengetahuan yang sudah mapan. Hal ini
dilakukan dengan cara membandingkan temuan baru
dengan temuan sebelumnya, dengan teori yang ada, atau
dengan kenyataan di lapangan (kenyataan empiris); dan
(4) menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang
ada.

8. Simpulan dan Saran


Simpulan merupakan pernyataan sebagai jawaban
dari rumusan masalah. Penyajian bagian ini harus sejalan
dengan bagian pendahuluan dan pembahasan sebuah
tulisan (Kusmana, 2012). Apabila penelitiannya
menggunakan pendekatan kuantitatif, pada bagian ini
penulis tidak lagi menyajikan angka-angka pembuktian.
Dengan kata lain, bagian ini penulis hanya
mengemukakan makana dari setiap pembuktian hipotesis
sebagai jawaban dari rumusan masalah penelitian.
Bagian saran dalam karya ilmiah merupakan
rekomendasi dari penelitian. Saran yang disajikan harus
berdasarkan simpulan penelitian. Artinya, saran yang
dikemukakan bukan berupa pendapat atau pemikiran
penulis terhadap suatu fenomena, melainkan berupa
tindak lanjut dari penyelesaian suatu permasalahan yang
belum tuntas dan perlu di teliti lebih lanjut oleh peneliti
berikutnya.

164 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

9. Daftar Rujukan
Daftar rujukan harus lengkap dan sesuai dengan
rujukan yang dipakai dalam batang tubuh tulisan.
Artinya, buku-buku yang tidak dirujuk dalam batang
tubuh tulisan tidak boleh dikemukakan dalam daftar
rujukan. Sebaliknya, buku-buku yang dirujuk dan
disajikan dalam penulisan batang tubuh tulisan, tidak
boleh ada yang tertinggal pada penulisa daftar rujukan.

6.5.1.2 Sistematika Artikel Nonhasil Penelitian


Pada uraian mengenai jenis karya ilmiah berdasarkan
sumber materinya, telah dikemukakan konsep karya ilmiah
nonhasil penelitian. Pemahaman mengenai konsep artikel
ilmiah nonhasil penelitian ini sama halnya dengan
konsep karya ilmiah nonhasil penelitian yang telah
diuraikan pada bagian terdahulu. Intinya, artikel tersebut
bukan ditulis berdasarkan hasil penelitian, baik penelitian
lapangan maupun pustaka. Artikel ini hanya berupa hasil
kajian atau telaah terhadap suatu teori, konsep, atau hasil
pengamatan lapangan (kondisi empiris) yang
panjanganya 10 s.d. 20 halaman. Atikel ilmiah jenis ini
akan melihat hubungan internal dan hubungan eksternal
sebuah teori, sebagaimana yang dijelaskan pada bagian
terdahulu.
Berkenaan dengan sistematika artikel nonhasil
penelitian yang akan dipublikasikan, Dwiloka dan Rati
Riana (2005) mengemukakan unsur-unsur pokok yang

Dr. Martius, M. Hum. 165


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

harus dikemukakan dalam artikel nonhasil penelitian,


yakni berikut:
1. Judul
2. Nama Penulis
3. Abstrak dan Kata kunci
4. Pendahuluan
5. Bagian isi (pembahasan)
6. Penutup
7. Daftar Rujukan
Dalam proses penulisannya, judul dan subjudul
pada sistematika penulisan artikel nonhasil penelitian
ditulis tanpa penomoran, baik penomoran dengan angka
maupun penomoran dengan abjad. Kemudian, teknik
penulisan judul, nama penulis, dan abstrak pada artikel
nonhasil penelitian, pada prinsipnya sama dengan artikel
hasil penelitian.
Berkenaan dengan bagian pendahuluan, penulisan
pendahuluan pada artikel ilmiah hasil penelitian berbeda
dengan pendahuluan artikel nonhasil penelitian.
Pendahuluan pada artikel nonhasil penelitian berisi
uraian yang mengantarkan pembaca kepada topik utama
yang dibahas pada bagian isi. Artinya, dengan membaca
bagian pendahuluan ini, pembaca mendapatkan
gambaran mengenai masalah yang akan diuraikan pada
bagian ini. Dengan demikian, pikiran pembaca akan
tertata sedemikian rupa untuk lebih mudah memahami
bagian isi (Finoza, 2013), Bagian isi artikel nonhasil
penelitian berisi tentang uraian atau pembahasan pokok-

166 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

pokok pikiran yang telah disampaikan pada bagian


pendahuluan. Setelah menguraikan bagian isi, uraian
selanjutnya adalah penutup. Seperti jenis tulisan lainnya,
penutup berisi simpulan dan saran. Kemudian yang
terakhir adalah penulisan daftar rujukan. Penulisan daftar
rujukan sama dengan teknik penulisan daftar rujukan
pada jenis tulisan lainnya.

6.5.2 Sistematika Makalah


Seperti yang telah disajikan pada bagian terdahulu,
yaitu pada penjelasan jenis karya ilmiah berdasarkan
penggunaannya, terdapat jenis makalah yang disebut
dengan kertas kerja, yaitu jenis makalah yang ditulis
untuk disajikan pada forum ilmiah. Dengan demikian,
dikenal dua jenis makalah, yaitu makalah yang ditulis
untuk kepentingan studi dan makalah untuk disajikan dalam
forum ilmiah (kertas kerja). Bila ditinjau berdasarkan
sistematika penyajiannya, kedua jenis makalah ini pada
prinsipnya sama. Perbedannya hanya pada pencantuman
abstrak. Pada makalah untuk studi, tidak dituntut adanya
abstrak, sedangkan makalah yang akan disajikan dalam
forum ilmiah, kehadiran abstrak justru bersifat wajib.
Secara garis besar, komponen sebuah makalah
terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan
bagian akhir. Komponen setiap bagian tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Bagian Awal
a. Halaman sampul
b. Abstrak (jika disajikan dalam forum ilmiah)

Dr. Martius, M. Hum. 167


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

c. Prakata
d. Daftar isi

2. Bagian Inti
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
Bab II KAJIAN LITERATUR/ KAJIAN TEORI
Bab III METODE DAN PEMBAHASAN
3.1 Metode dan Prosedur Kajian
3.2 Pembahasan
Bab IV SIMPULAN DAN SARAN

3. Bagian Akhir
a. Daftar Pustaka
b. Lampiran (jika perlu)
Lihat (Dwiloka dan Rati Riana, 2005), (Kusmana, 2012),
dan (Wijayanti, dkk., 2014).

6.5.3 Sistematika Skripsi/Laporan Penelitian


Sistematika skripsi dan laporan penelitian lainnya
pada prinsipnya sama. Hal tersebut bergantung pada
institusi pengelola tulisan tersebut. Sungguhpun
demikian, bila dilihat dari bentuk datanya, terdapat
sistematika penelitian kuantitatif dan sistematika penelitian
kualitatif. Kedua bentuk penelitian tersebut mempunyai
sedikit perbedaan dari segi sistematikanya. Pada bagian

168 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

berikut disajikan sistematiaka kedua bentuk penelitian


tersebut.

6.3.1 Penelitian kuantitatif


Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
disajikan secara lugas, objektif, dan apa adanya (Dwiloka
dan Rati Riana, 2005). Dari segi pengambilan data selalu
menggunakan instrumen atau angket. Data penelitian
selalu berupa data kuantitatif yang berbentuk angka,
sehingga data penelitian dianalisis dengan menggunakan
statistik (Sugiono, 2013). Kemudian dari segi tujuan
penelitian, biasanya bertujuan untuk menguji teori.
Sebagaimana halnya dengan makalah, skripsi atau
laporan penelitian lainnya, juga terdiri atas tiga bagian,
yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Koponen
setiap bagian tersebut dapat dilihat pada sistematika
berikut:
a. Bagian Awal, terdiri atas:
Halaman sampul
Halaman judul
Halaman pengesahan
Halaman moto dan persembahan (jika diperlukan)
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel (jika ada)
Daftar Gambar (jika ada)
Daftar Lampiran

Dr. Martius, M. Hum. 169


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

b. Bagian Inti, terdiri atas:


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Alasan Pemilihan Judul
1.3 Penegasan Judul
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.6 Hipotesis (jika diperlukan)
1.7 Sistematika Penulisan
BAB II KERANGKA TEORETIS
2.1 ..................................
2.2 ..................................
2.3 ..................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian/
Responden Penelitian
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan
Data
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
PENELITIAN
4.1 .................................
4.2 .................................
4.3 .................................
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan

170 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

5.2 Saran

c. Bagian akhir, terdiri atas:


Daftar Rujukan
Lampiran

6.3.2. Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
mengungkapkan gejala dan fenomena secara menyeluruh
dan mendalam. Penelitian kualitatif ini harus mampu
memberikan gambaran yang utuh dan kontekstual
tentang topik yang diteliti (Dwiloka dan Rati Riana, 2005:
107 - 108). Data pada penelitian ini biasanya
dikumpulkan melalui wawancara, observasi, ataupun
dokumentasi sehingga data cenderung berupa data
kualitatif (berbentuk kata-kata). Analisis data selalu
berbentuk induktif (Sugiono, 2013).
Sistematika penelitian kualitatif ini sedikit berbeda
dengan penelitian kuantitatif, seperti contoh berikut:

Format 1 (Kualitatif Lapangan)


a. Bagian Awal, terdiri atas:
Halaman sampul
Halaman judul
Halaman pengesahan
Halaman moto dan persembahan (jika diperlukan)
Abstrak
Kata Pengantar

Dr. Martius, M. Hum. 171


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Daftar Isi
Daftar Tabel (jika ada)
Daftar Gambar (jika ada)
Daftar Lampiran

b. Bagian Inti, terdiri atas:


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Alasan Pemilihan Judul
1.3 Penegasan Judul
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 ..................................
2.2 ..................................
2.3 ..................................
BAB III METODE PENELITIAN
2.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
2.2 Subjek dan Objek Penelitian
2.3 Lokasi Penelitian
2.4 Informan/ Responden Penelitian
2.5 Metode dan Teknik Pengumpulan
Data
2.6 Metode dan Teknik Analisis Data
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN
PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN

172 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Sebuah Pendekatan tehadap Penulisan Karya Ilmiah)

BAB VI PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
c. Bagian akhir, terdiri atas:
Daftar Rujukan
Lampiran

Format 2 (Kualitatif Pustaka)


a. Bagian Awal, terdiri atas:
Halaman sampul
Halaman judul
Halaman pengesahan
Halaman moto dan persembahan (jika diperlukan)
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel (jika ada)
Daftar Gambar (jika ada)
Daftar Lampiran
b. Bagian Inti, terdiri atas:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Alasan Pemilihan Judul
1.3 Penegasan Judul
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.6 Landasan Teori
1.7 Sistematika Penulisan

Dr. Martius, M. Hum. 173


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

BAB II METODE PENELITIAN


2.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
2.3 Jenis dan Sumber Data
2.4 Metode dan Teknik Pengumpulan
Data
2.5 Metode dan Teknik Analisis Data
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN
PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran

c. Bagian akhir, terdiri atas:


Daftar Rujukan
Lampiran

Sistematika tersebut tidak berlaku secara obsolut


bagi semua jenis skripsi atau laporan penelitian.
Komponen-komponen tertentu bisa saja diganti,
dihilangkan, ditambah, atau diubah posisinya asalkan
tidak mengubah pola dasarnya. Hal tersebut bergantung
kepada jenis penelitian, sifat penelitian, bidang keilmuan
yang diteliti, dan institusi yang berkompeten dalam
menangani penulisan tersebut.

174 Karya Tulis Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

BAGIAN 7
TEKNIS PENULISAN KARYA ILMIAH

Yang dimaksud dengan teknis penulisan karya


ilamiah adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan
aturan-aturan penulisan sebuah karya ilmiah.
Sehubungan dengan teknik penulisan ini ada beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian penulis, yaitu:

7.1 Margin
Margin adalah batas pinggir pengetikan, baik batas
pinggir kiri, kanan, atas, maupun batas pinggir
bawah. Batas pinggir kiri dan pinggir atas adalah 4
cm, sedangkan batas pinggir kanan dan pinggir
bawah adalah 3 cm.

7.2 Penomoran Halaman


a. Untuk penomoran halaman pada bagian
pelengkap pendahuluan digunakan angka
romawi kecil dan ditulis pada bagian tengah
kertas sebelah bawah;

Dr. Martius, M. Hum. 175


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

b. Untuk penomoran halaman pada bagian inti


(bab 1 sampai bab terakhir) dan pelengkap
penutup (daftar pustaka), digunakan angka
arab (1, 2, 3 ...) dan dituliskan pada bagian sudut
kanan sebelah atas, dengan posisi 2,5 cm ke
bawah dari pinggir kertas sebelah atas dan 3 cm
ke kiri dari pinggir kertas sebelah kanan (sejajar
dengan margin kiri;
c. Khusus pada halaman bab, nomor halaman
boleh dicantumkan boleh juga tidak. Jika
penulis ingin mencantumkannya, maka nomor
halaman dituliskan pada bagian tengah kertas
sebelah bawah. Sebaliknya jika penulis tidak
ingin mencantumkannya, halaman tersebut
tetap diperhitungkan untuk penomoran
halaman berikutnya.

7.3 Spasi Pengetikan


Seluruh teks diketik dua spasi (bagantuang pada
institusi pembuat kebijakan) kecuali teks-teks
berupa kutipan langsung yang lebih empat baris.
Teks seperti itu diketik satu spasi.

7.4 Kutipan
74.1 Tujuan Membuat Kutipan
Dalam penulisan sebuah karya ilmiah, baik
penulisan artikel maupun tulisan ilmiah lainnya, seperti
makalah dan skripsi, penulis selalu menggunakan

176 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

kutipan-kutipan dari sumber lain untuk mempertegas


uraiannya atau untuk membuktikan apa yang
dikatakannya. Oleh sebab itu, apa sebenarnya kutipan
tersebut?
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat
dari seorang pengarang atau ucapan dari seseorang yang
terkenal, baik yang terdapat dalam buku, majalah,
maupun dalam sumber-sumber lainnya yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kebenaran
pendapat tersebut tidak perlu dibuktikan lagi karena
sudah diteliti dan dibuktikannya. Oleh sebab itu, penulis
cukup mengutip pendapat yang dianggapnya benar itu
dan menyebutkan di mana pendapat itu didapatkan,
sehingga pembaca dapat mencocokkan pendapat tesebut
dengan sumber aslinya.

7.4.2 Jenis Kutipan


Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas
dua macam, yaitu kutipan langsung dan kutiapan tidak
langsung (sitasi/kutipan isi). Kutipan langsung adalah
pinjaman pendapat orang lain dengan mengambil secara
lengkap dan utuh kata demi kata dan kalimat demi
kalimat, sesuai dengan apa yang tertera pada sumber teks
aslinya. Sebaliknya, kutipan tidak langsung (sitasi)
adalah pengutip meminjam pendapat seorang pengarang
atau tokoh terkenal hanya berupa isi atau inti sari dari
pendapat tersebut kemudian disusun dengan bahasa
pengutip sendiri.

Dr. Martius, M. Hum. 177


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Dalam mengambil sebuah kutipan, hendaknya


jagan terlalu panjang (misalnya satu halaman atau lebih).
Bila hal tersebut terjadi, pembaca tidak menyadari bahwa
apa yang dibacanya pada halaman tersebut adalah
sebuah kutipan. Oleh sebab itu, kutipan diambil
seperlunya saja sehingga tidak merusak atau
mengganggu uraian aslinya. Bila penulis menganggap
perlu untuk memasukkan kutipan yang panjang, maka
lebih baik dimasukkan pada bagian apendiks atau
lampiran.

7.4.3 Cara Penulisan Kutipan


Dalam penulisan karya ilmiah, cara penulisan
kutipan langsung akan berbeda dengan penulisan
kutipan tak langsung. Selanjutnya, panjang pendek
sebuah kutipan langsung juga akan menyebabkan
perbedaan cara penulisannya. Berikut ini akan dibedakan
cara penulisan kutipan langsung yang tidak lebih dari
empat baris dan kutipan langsung yang lebih empat
baris.
a. Kutipan langsung yang tiadak lebih dari empat baris
Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak
lebih dari empat baris, ditulis dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Kutipan tersebut langsung diintegrasikan ke
dalam teks;
2) Jarak antar baris diketik dua spasi;
3) Kutipan tersebut diapit dengan tanda petik;

178 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

4) Setelah kutipan selesai, di akhir kutipan tersebut


diberi nomor urut kutipan yang dinaikkan
setengah spasi bagi yang menggunakan catatan
kaki (foot note) dan catatan akhir (end note) untuk
menunjukkan sumber kutipannya. Bagi yang
menggunakan sistem body note, sumber kutipan
dapat ditulis selum atau sesudah menuliskan
kutipan. Jika sumber ditulis sebelum kutipan,
hanya tahun dan halaman yang dimuat dalam
tanda kurung, seperti Nasution (2003: 24). Akan
tetapi, jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan,
ketiga unsur tersebut ditulis dalam tanda kurung,
seperti, (Nasution, 2003:24).

b. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris


Kutipan langsung yang panjangnya lebih dari
empat baris ditulis dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kutipan tersebut dipisahkan dari teks (dibuat
baris baru);
2) Jarak antar baris diketik satu spasi;
3) Kutipan tersebut boleh diberi tanda petik boleh
juga tidak;
4) Setelah kutipan selesai, di akhir kutipan tersebut
diberi nomor urut kutipan yang dinaikkan
setengah spasi bagi yang menggunakan catatan
kaki (foot note) dan catatan akhir (end note) untuk
menunjukkan sumber kutipannya. Bagi yang
menggunakan sistem body note, sumber kutipan

Dr. Martius, M. Hum. 179


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

dapat ditulis selum atau sesudah menuliskan


kutipan. Jika sumber ditulis sebelum kutipan,
hanya tahun dan halaman yang dimuat dalam
tanda kurung, seperti Nasution (2003: 24). Akan
tetapi, jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan,
ketiga unsur tersebut ditulis dalam tanda kurung,
seperti, (Nasution, 2003:24);
5) Seluruh kutipan tersebut digeser ke kanan 5-7
spasi dari margin kiri. Bila kutipan tersebut
dimulai dari awala alinea, maka baris pertama
dari kutipan tersebut sigeser lagi ke kanan 5-7
spasi.

7.5 Catatan Kaki (Foot Note)


Catan kaki merupakan keterangan-keterangan atas
teks karya tulis yang ditempatkan pada kaki halaman
yang bersangkutan. Bila keterangan itu ditempatkan pada
akhir bab atau akhir karangan, maka catatan atau
keterangan semacam itu disebut end note.
Semua kutipan, baik kutipan langsung maupun
kutipan tidak langsung, harus dijelaskan sumber asalnya
dalam sebuah catatan kaki, kalau memang cara ini yang
dipergunakan. Namun, suatu hal yang perlu diketahui
bahwa catatan kaki bukan hanya semata-mata bertujuan
untuk menunjukkan sumber kutipan, melainkan juga
dapat berfungsi untuk memberi keterangan lainnya
terhadap isi teks. Oleh sebab itu, catatan kaki dan bagian

180 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

dari teks yang diberi penjelasan itu sangat erat


hubungannya.

7.5.1 Jenis Catatan Kaki


Sejalan dengan tujuan pembuatan catatan kaki
seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
dapatlah dikemukakan bahwa jenis catatan kaki tersebut
ada tiga macam, yaitu:
a. Catan kaki yang bertujuan untuk menunjukkan
sumber kutipan.
Catatan kaki jenis ini dibuat apabila
penulis ingin menunjukkan sumber kutipannya.
Sumberkutipan ini harus dibuat apabila:
1) mempergunakan sebuah kutipan, baik
kutipan langsung maupun tidak langsung;
2) meminjam sebuah tabel, peta atau diagram
dari suatu sumber;
3) Menyusun sebuah diagram berdasarkan data
yang diperoleh dari suatu sumber.

b. Catatan kaki yang bertujuan untuk memberikan


penjelasan terhadap teks.
Catatan kaki jenis ini kadang-kadang
bertujuan untuk membatasi suatu pengertian,
menerangkan dan memberi komentar terhadap
suatu pernyataan dan pendapat yang dimuat di
dalam teks. Penjelasan ini harus dibuat dalam
bentuk catatan kaki karena jika ditulis dalam

Dr. Martius, M. Hum. 181


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

bagian teks, akan mengganggu koherensi uraian


dalam teks tersebut.

c. Gabungan sumber dan penjelas


Jenis yang ketiga ini merupakan gabungan
dari kedua macam catatan di atas, yaitu pertama
menunjukkan sumber di mana dapat diperoleh
bahan-bahan yang dikutip dan yang kedua
memberikan komentar atau penjelasan
seperlunya tentang pendapat atau pernyataan
yang dikutip atau keterangan tambahan yang
berhubungan dengan sumber tersebut.

7.5.2 Cara Membuat Catatan Kaki


a. Urutannya dimulai dari nama pengarang,
berikut judul buku atau sumber yang dikutip,
data publikasi, dan nomor halaman;
b. Antara nama pengarang dan judul buku, antara
data publikasi dan nomor halaman tempat
pengutipan digunakan tanda koma;
c. Data pulikasi ditempatkan dalam tanda kurung,
yang dimulai dari tempat terbit, berikut
penerbit, dan tahun terbitan. Antara tempat
terbit dan penerbit diberi titik dua dan antara
penerbit dan tahun terbitan diberi koma, seperti
(Jakarta: Bulan Bintang, 2003);
d. Jika penulis buku atau sumber yang dikutip
tidak lebih dari tiga orang, nama seluruh

182 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

penulisnya dicantumkan dan antara nama-nama


penulis tersebut diberi tanda koma;
e. Jika nama penulis sumber yang dikutip lebih
dari tiga orang, yang dicantumkan hanya nama
penulis pada nomor urut yang pertama,
sedangklan nama-nama yang lain diganti
dengan singkatan dkk. atau et al., yang diantarai
dengan tanda koma.

7.5.3 Teknis Penulisan Catatan Kaki


a. Letakkan kursor di akhir kutipan, kemudian klik
referens dan klik insert foot note;
b. Tab satu kali nomor foot note yang berada di kaki
halaman (diinden 5 – 7 spasi) dari margin kiri ke
kanan;
c. Setelah nomor foot note tersebut, langsung tanpa
spasi, ditulis nama penulis sumber yang dikutip;
d. Jika dalam penulisan satu referensi melebihi satu
baris, maka baris berikutnya kembali ditulis
sejajar dengan margin kiri;
e. Jarak antarbaris pada referensi yang sama
diketik satu spasi, sedangkan jarak antar
referensi diketik dua spasi;
f. Judul sumber yang dikutip harus dicetak miring
atau digaris bawahi jika ditulis tangan atau mesin
ketik manual.

Dr. Martius, M. Hum. 183


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

7.5.4 Beberapa Contoh Bentuk Catatan Kaki


Dengan memperhatikan prinsip-prinsip pembua-
tan catatan kaki pada uraian terdahulu, berikut akan
disajikan bentuk-bentuk catatan kaki tersebut yang sesuai
dengan setiap jenis referensi yang dirujuk, sebagai
berikut:

a. Referensi dari buku dengan satu, dua, atau tiga orang


pengarang
Sakijo Noto Atmojo, Surya Kesuma, Menjaga
Kesehatan Keluarga (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hlm.
24.

b. Referensi dari buku dengan empat orang pengarang


atau lebih
Verawati, dkk., Bahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi (Pekanbaru: Pustaka Riau, 2004), hlm. 43.

c. Referensi dari buku yang terdiri atas dua jilid atau


lebih.
Bila buku yang dikutip tersebut terdiri atas dua jilit
atau lebih, ketentuan penulisannya adalah sebagai
berikut:

1) Keterangan tetang jilid dimuat dalam tanda


kurung, sebelum tempat terbit atau diluar tanda
kurung sebelum nomor halaman;

184 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

2) Nomor jilid ditulis dengan angka romawi,


sedangkan nomor halaman ditulis dengan angka
arab.

Sudaryanto Priono, Metode dan Aneka Teknik


Analisis Bahasa (Vol.II; Jakarta: Gramedia, 2002), hlm.
12.
atau
Sudaryanto Priono, Metode dan Aneka teknik
Analisis Bahasa (Jakarata: Gramedia, 2002), II, hlm. 12.

d. Referensi dari sebuah edisi


Bila kutipan itu bersumber dari sebuah edisi,
penulisannya adalah sebagai berikut:
1) Bila nama editornya yang lebih dipentingkan,
maka nama editornya yang ditulis terlebih
dahulu. Sebaliknya bila yang dipentingkan nama
penulis artikelnya maka nama penulis artikel
yang ditulis terlebih dahulu (lihat contoh pertama
berikut);
2) Bila nama penulis yang didahulukan, maka harus
disertakan judul artikel dan judul bukunya,
kemudian baru disusul dengan singkatan ed. dan
nama editornya (lihat contoh kedua);
3) Judul artikelnya dimuat dalam tanda petik
sedangkan judul bukunya dicetak miring.

Dr. Martius, M. Hum. 185


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Lukman Ali, ed., Bahasa dan Kesusasteraan


Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru
(Jakarta: Gunung Agung, 2001), hlm. 84.
atau
Harimurti Kridalaksana, “Pembentukan
Istilah dalam Bahasa Indonesia,” Bahasa dan
Kesusasteraan Indonesia sebagai Cermin Manusia
Indonesia Baru, ed. Lukman Ali (Jakarta: Gunung
Agung, 1998), hlm. 84.

e. Referensi dari sebuah buku terjemahan


1) Nama pengarang asli ditempatkan di depan;
2) Keterangan tentang penerjemah ditempatkan
sesudah judul buku, dan dipisahkan oleh sebuah
tanda koma.
John Lyons, Introduction to Theoretical
Linguistics, atau Pengantar Teori Linguisti, terj.
Soetikno (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1995), hlm. 47.

f. Referensi dari artikel dalam majalah


1) Judul artikel diberi tanda petik, sedangkan judul
atau nama majalahnya dicetak miring, sebagaima-
na halnya pada bagian d;
2) Nomor jilid ditempatkan sesudah judul majalah
yang dipisahkan dengan tanda koma, dengan
menggunakan angka romawi;
3) Penanggalan dimuat dalam tanda kurung.

186 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Deo Mursyid, “Lingkungan Keluarga


Merupakan Wadah Utama dalam Pembentukan
Kepribadian Anak”, Majalah Kartini, I (April,
2003), hlm. 47.

g. Referensi dari artikel dalam koran


1) Bila nama pengarangnya jelas, maka catatan kaki
dimulai dari nama pengarang yang menulis atikel
tersebut (seperti pada contoh satu);
2) Bila nama pengarang tidak disertakan, maka
penulisan cukup dimulai dari jenis rubrik (topik)
yang ada dalam harian tersebut, seperti : Berita
Ekonomi, Tajuk Rencana, Ruang Kebudayaan,
dan sebagainya (seperti pada contoh dua).

Reyhan Bayhaqi, “Kunci Sukses dalam


meniti karier”, Riau Pos, 19 Januari, 2017, hlm. 4.
atau
Tajuk Rencana dalam Riau Pos, 19 Januari,
2017, hlm.4.

h. Referensi dari skripsi, tesis, dan disertasi yang belum


diterbitkan
1) Judul skripsi, tesis, atau disertasi dimuat dalam
tanda petik.
2) Keterangan tentang jenis karya, fakultas,
universitas, tempat dan tahun, dimuat dalam

Dr. Martius, M. Hum. 187


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

tanda kurung, yang ditulis setelah judul. Setiap


unsur tersebut diantarai dengan tanda koma.
Jos Danil Parera, “Fonologi Bahasa
Grontalo”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra
Universitas Indonesia, Jakarta, 2003), hlm. 34.

7.5.5 Singkatan-Singkatan dalam Catatan Kaki

Untuk efisiensi dalam penulisan catatan kaki,


bagi referensi-referensi yang telah dikutip
sebelumnya, penulis tidak perlu lagi menulis secara
lengkap mengenai data referensi yang dikutip
tersebut pada catatan kaki, tetapi cukup diganti
dengan menggunakan singkatan Ibid, op.cit., atau
loc.cit. Penggunaan setiap singkatan tersebut adalah
sebagai berikut:

a. Singkatan Ibid.
Singkatan ini berasal dari bahasa Latin, yaitu
ibidem yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan
ini dipergunakan apabila kutipan tersebut kembali
dikutip dari referensi yang telah dikutip sebelumnya.
Bila halaman kutipannya sama, maka pengtip cukup
menulis ibid, dan bila halamannya berbeda
tambahkan nomor halaman sesudah singkatan ibid
yang diantarai dengan tanda koma.

188 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

b. Singkatan Op.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa Latin, yaitu
opere citato, yang berarti pada karya yang telah dikutip.
Singkatan ini dipergunakan apabila kutipan tersebut
kembali dikutip dari referensi yang telah dikutip
sebelumnya, tetapi sudah diselingi oleh kutipan dari
sumber yang lain. Op.cit. ini ditulis setelah penulisan
nama pengarang dari referensi yang dikutip.
Lazimnya yang dicantumkan adalah nama keluarga
atau nama akhir dari urutan kata pada nama tersebut
(Nasution, op.cit., hlm. 21)

c. Singkatan Loc.Cit.
Singkatan ini juga berasal dari bahasa Latin,
yaitu loco citato, yang berati pada tempat yang telah
dikutip. Singkatan ini dipergunakan apabila kutipan
tersebut kembali dikutip dari referensi yang telah
dikutip sebelumnya, tetapi telah diselingi oleh
kutipan dari sumber yang lain. Loc.cit. ini biasanya
digunakan untuk kutipan-kutipan yang bersumber
dari majalah, koran, atau ensiklopedi. Referensi
tersebut tidaklah dapat disebut sebagai sebuah karya
atau opus. Oleh sebab itu, hanya boleh digunakan kata
locus yang berarti tempat.
Meskipun demikian, kadang-kadang loc.cit.
dipakai juga sebagai pengganti singkatan op.cit.
Dalam hal ini singkatan loc.cit. tidak boleh diikuti oleh
nomor halaman karena penunjukan itu tidak kepada

Dr. Martius, M. Hum. 189


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

karya atau opus secara keseluruhan, tetapi khusus


merujuk kepada halaman yang sama dengan
sebelumnya sehingga nomor halaman tidak perlu
disertakan. Walau bagaimana pun, pemakaian
singkatan loc.cit. dalam pengertian pertamalah yang
paling tepat.

7.5.6 Penerapan Catatan Kaki dan Singkatan-


Singkatannya

1Sakijo Noto Atmojo dan Surya Kesuma, Menjaga


Kesehatan Keluarga (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hlm.
24.
2Wardani dkk., Bahasa Indonesia untuk Perguruan

Tinggi (Pekanbaru: Pustaka Riau, 2004), hlm. 43


3Ibid., hlm. 15.

4Deo Mursyid, “Lingkungan Keluarga


Merupakan Wadah Utama dalam Pembentukan
Kepribadian Anak”, Majalah Kartini, I (April, 2003),
hlm. 47.
5Reyhan Bayhaqi, “Kunci Sukses dalam Meniti

Karier”, Riau Pos, 19 Januari, 2017, hlm. 4.


6Wardani dkk., op.cit., hlm. 78.

7Bayhaqi, loc.cit.

190 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

7.6 Daftar Pustaka

7.6.1 Pengertian Daftar Pustaka


Daftar pustaka merupakan sebuah daftar yang
berisi judul-judul buku, artikel-artikel, dan bahan
penerbitan lainnya, yang dirujuk dalam penulisan sebuah
karya tulis ilmiah. Bagi orang awam, daftar pustaka
mungkin tidak begitu penting artinya, tetapi bagi seorang
sarjana atau ilmuan, daftar pustaka itu merupakan suatu
hal yang penting.
Melalui daftar pustaka para sarjana atau ilmuan
dapat melihat kembali sumber aslinya. Mereka dapat
menilai apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai
pertalian dengan isi pembahasan, atau apakah bahan itu
dikutip dengan benar atau tidak. Selain itu, dengan
membaca sumber asli, pembaca dapat pula memperluas
khazanah pengetahuannya melalui bermacam-macam
referensi tersebut.

7.6.2 Unsur-Unsur Dalam Menyusun Daftar Pustaka


Agar tidak mengalami kesulitan dalam penyusunan
daftar pustaka, tiap penulis harus tahu pokok-pokok
mana yang harus dicatat untuk penulisan daftar pustaka
dari sebuah referensi yang dikutip. Pokok-pokok tersebut
adalah:
1. Nama pengarang;
2. Judul referensi, temasuk judul tambahan;

Dr. Martius, M. Hum. 191


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

3. Data publikasi, penerbit, tempat terbit, tahun


terbit, cetakan keberapa dan nomor jilid;
4. Untuk rujukan yang bersumber dari artikel,
diperlukan pula judul artikel yang
bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor dan
tahun.

7.6.3 Cara Membuat Daftar Pustaka


Penulisan daftar pustaka tidak jauh berbeda dengan
penulisan catatan kaki. Cara penulisan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Urutan penulisan dimulai dari nama pengarang,
berikut judul referensi, dan data publikasi
(penerbit, tempat terbit, tahun terbit, nomor jilid);
b. Antara nama pengarang dengan judul buku, dan
antara judul buku dengan data publikasi
digunakan tanda titik;
c. Penulisan nama dimulai dari nama keluarga atau
kata yang terakhir dari susunan kata yang
terdapat pada nama tersebut, kemudian diantarai
dengan tanda koma (Hasanuddin Lubis
Lubis, Hasanuddin);
d. Judul buku dicetak miring; Bila kutipan tersebut
bersumber dari artikel sebuah majalah, harian,
atau jurnal, maka judul artikel dimuat dalam
tanda petik kemudian baru disusul dengan nama
tebitannya dengan huruf cetak miring yang
diantarai dengan tanda koma;

192 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

e. Pada data publikasi, antara tempat terbit dan


penerbit dibuat titik dua dan antara tempat terbit
dengan tahun terbitan dibuat tanda koma;
f. Jika buku seorang pengarang dikutip lebih dari
satu judul buku dalam suatu daftar pustaka, maka
untuk judul buku kedua, ketiga, dan seterusnya
tidak perlu lagi menulis nama pengarangnya tapi
cukup diganti dengan garis sepanjang 5 – 7 spasi;
g. Setiap baris pertama pada setiap judul buku
ditulis sejajar dengan margin kiri, sedangkan baris
kedua, ketiga, dan seterusnya digeser ke kanan 4
atau 5 spasi dari margin kiri (satu tab);
h. Jarak antar baris dalam satu referensi diketik satu
spasi, sedangkan jarak antar referensi diketik dua
spasi;
i. Jika sebuah judul buku dikarang oleh dua atau
tiga orang pengarang, maka hanya nama
pengarang pertama yang disusun secara terbalik.
Jika penulisnya dua orang, antara kedua nama
tersebut digunakan kata hubung, dan. Kemudian,
jika penulisnya tiga orang, antara nama tersebut
digunakan tanda koma dan sebelum nama ketiga
digunakan kata hubung, dan (Nasution, Reyhan,
dan Sandi);
j. Jika buku yang dikutip tersebut dikarang oleh
empat orang pengarang atau lebih, maka yang
ditulis hanya nama pengarang yang pertama
dengan susunan terbalik, sedangkan nama

Dr. Martius, M. Hum. 193


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

pengarang kedua, ketiga, dan seterusnya diganti


dengan singkatan dkk. atau et al.;
k. Daftar Pustaka disusun berdasarkan abjad
(alfabetis).

7.6.4 Beberapa Contoh Bentuk Pembuatan Daftar


Pustaka
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip penulisan
daftar pustaka pada uraian terdahulu, berikut akan
disajikan bentuk-bentuk penulisan tersebut yang sesuai
dengan tiap-tiap jenis referensinya, sebagai berikut:
a. Referensi dari buku dengan satu, dua, atau tiga orang
pengarang
Atmojo, Sakijo Noto dan Surya Kesuma.
Menjaga Kesehatan Keluarga. Jakarta:
Bulan Bintang, 2003.

b. Referensi dari buku dengan empat orang pengarang


atau lebih
Wardani dkk. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Pekanbaru:
Pustaka Riau, 2004.

c. Referensi dari buku yang terdiri atas dua jilid atau


lebih
Priono, Sudaryanto. Metode dan Aneka
Teknik Analisis Bahasa. Jld. II, Jakarta:
Gramedia, 2002.

194 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

d. Referensi dari sebuah edisi


Ali, Lukman, ed. Bahasa dan Kesusasteraan
Indonesia sebagai Cermin Manusia
Indonesia Baru. Jakarta: Gunung
agung, 2001.
e. Referensi dari sebuah buku terjemahan
Lyons, John. Introduction to Theoretical
Linguistics, atau Pengantar Teori
Linguistik, terj. Soetikno. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1995.
f. Referensi dari artikel dalam majalah
Mursyid, Deo. “Lingkungan Keluarga
Merupakan Wadah Utama dalam
Pembentukan Kepribadian Anak”,
Majalah Kartini, I (April, 2003), hlm.
47-48.
g. Referensi dari artikel dalam koran
Bayhaqi, Reyhan. “Kunci Sukses dalam
Meniti Karier”, Riau Pos, 19 Januari,
2004, hlm. 4.
h. Referensi dari skripsi, tesis, dan disertasi yang belum
diterbitkan
Parera, Jos Danil. “Fonologi Bahasa
Grontalo”, Skripsi Sarjana, Fakultas
Sastra Universitas Indonesia,
Jakarta, 2003.

Dr. Martius, M. Hum. 195


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, Zainal. 2008. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah


(ed.4) Jakarta: Grasindo.

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian: Suatu


Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Dwiloka, Bambang dan Rati Riana. 2005. Teknik Menulis


Karya Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.n Penulisan
Karya Ilmiah

Ekosusilo, Madyo dan Bambang Triyanto. 1995. Pedoman


Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Dahara Prize.

Finoza, Lamuddin. 2013. Komposisi Bahasa Indonesia untuk


Maahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia. Jakarta:
Diksi Insan Mulia.

Hakim, M. Arief. 2001. Kiat Menulis Artikel di Media Cetak


(dari Budaya, Iptek, sampai Agama). Bandung: Nuansa
Cendikia.

IG.A.K. Wardani, dkk. 2008. Teknik Menulis Karya Ilmiah.


Jakarta: Universitas Terbuka.

196 Teknik Penulian Karya Ilmiah


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Keraf, Gorys. Komposisi. 2005. Ende-Flores: Nusa Indah.

Kusmana, Suherli. 2012. Merancang Karya Tulis Ilmiah.


Bandung: Rosda Karya.

Moliong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyono, Iyo. 2012. Ihwal Kalimat dalam Bahasa Indonesia


dan Problematika Penggunaannya. Bandung: Yrama
Widya.

Pusat Bahasa. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia


yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Jakarta: Yrama Widya.

Pusat Bahasa. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia


yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Jakarta: Dwimedia Press.

Pusat Bahasa. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Gramedia.

Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Analisis Kalimat (Fungsi,


Kategori, dan Peran). Bandung: Refika Aditama.

Ramlan. 2005. Sintaksis. Yokyakarta: Karyono.

Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik.


Surakarta: Cakrawala Media.

Dr. Martius, M. Hum. 197


Bahasa Indonesia Versi Mahasiswa Nonjurusan Bahasa Indonesia
(Suatu Pendekatan Pada Penulisan Karya Ilmiah)

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,


dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suparman. 1988. Pengantar Analisis Bahasa dari Tatawacana


hingga Tata Bunyi. Singaraja, FKIP Unud.

Suryabrata, Sumadi. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta:


Rajawali Perss.

Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2014. Bahasa Indonesia:


Penyajian dan Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:
Rajawali Pers.

Wiyanto, Asrul. 2006. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta:


PT. Grasindo.

Yunus, M., dkk. 2013. Keterampilan Menulis. Banten:


Universitas Terbuka.

198 Teknik Penulian Karya Ilmiah

Anda mungkin juga menyukai