LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan/disetujui modul Bahasa Indonesia sebagai acuan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
di lingkungan Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Jakarta I
Tim Penyusun :
Yang Mengesahkan,
Direktur, Wadir I,
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, akhirnya modu “ Bahasa Indonesia” ini
dapat diselesaikan. Modul ini berisi tentang materi Bahasa Indonesia yang berisi 11 Bab. Modul ini
disusun secara praktis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sehingga dapat
membantu mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi dalam mempelajari Bahasa Indonesia dan mudah
melakukan implementasinya. Dengan harapan, mahasiswa akan lebih tertarik terhadap materi
yang disampaikan. Semoga modul ini bermanfaat bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi.
Penulis
Iii
Halaman Sampul........................................................................................................ i
Lembar Pengesahan.................................................................................................. ii
Kata Pengantar.......................................................................................................... iii
Daftar Isi..................................................................................................................... iv
Deskripsi Singkat....................................................................................................... 1
Tujuan Pembelajaran................................................................................................. 1
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan......................................................................... 2
Metode …………………………………………………………………………. 2
Media dan Alat Bantu ……………………………………………………………. 3
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran................................................................ 3
Uraian Materi.............................................................................................................. 4
Pokok Bahasan 1 : Hakikat Bahasa, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan
Bahasa Indonesia …………………………………...………... 5
Pokok Bahasan 2 : Fungsi Dan Kedudukan Bahasa Indonesia. ………..………….. 17
Pokok Bahasan 3 : Ragam Bahasa Indonesia ........................................................ 23
Pokok Bahasan 4 : Makna Kata .………………………………………………….. 29
Pokok Bahasan 5 : Kalimat …………………………………………………….. 35
Pokok Bahasan 6 : Paragraf …………………………………………………….. 55
Pokok Bahasan 7 : Karangan ……………………………………………………. 66
Pokok Bahasan 8 : Kerangka Karangan ………………………………………… 73
Pokok Bahasan 9 : Rangkuman, Ikhtisar, Synopsis, Dan Ringkasan ………........ 79
Pokok Bahasan 10 : Konvensi Naskah …………………………………………… 86
Pokok Bahasan 11 : Penulisan Proposal …………………………………………. 97
iv
I. DESKRIPSI SINGKAT
Dalam modul ini yang berjudul “Bahasa Indonesia” ini menjelaskan tentang hakikat bahasa,
sejarah pertumbuhan dan perkembangan bahasa indonesia, fungsi dan kedudukan bahasa
indonesia, ragam bahasa indonesia, jenis makna, relasi makna dan memahami konsep
perubahan makna, hakikat kalimat, unsur kalimat dan jenis kalimat, konsep dasar paragraf,
persyaratan paragraf, dan jenis-jenis paragraph hakikat karangan, jenis-jenis karangan, dan
langkah-langkah mengarang, hakikat kerangka karangan dan manfaat kerangka karangan,
konsep dasar dari rangkuman, ikhtisar, synopsis, dan ringkasan, langkah-langkah dalam
membuat rangkuman, ikhtisar, synopsis, dan ringkasan, hakikat karya ilmiah dan ragam
konvensi karya ilmiah, hkikat proposal, jenis-jenis proposal dan teknik penulisan proposal.
IV. METODA
a. Ceramah
b. Tanya jawab
Langkah 1.
Pengkondisian (5 menit)
Langkah pembelajaran :
1. Dosen menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan
sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
2. Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi
yang akan disampaikan.
3. Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima materi
dengan menyepakati proses pembelajaran.
4. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
serta ruang lingkup pokok bahasan yang akan dibahas pada sesi ini dengan
menggunakan bahan tayang.
Langkah 2.
Penyampaian Materi
Langkah pembelajaran :
1. Dosen menanyakan pada mahasiswa apakah mereka mengetahui tentang asuhan
Langkah 3
Rangkuman dan Kesimpulan (10 menit)
1. Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan lisan untuk mengetahui penyerapan
mahasiswa terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Merangkum poin-poin penting (membuat kesimpulan akhir) dari materi yang
disampaikan
3. Mengucapkan terimakasih atas kerjasama serta proses pembelajaran yang telah
berlangsung.
A. Pendahuluan
Menurut Chaer (2009:v) Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah
menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik manusia, bahasa selalu muncul dalam
segala aspek dan kegiatan manusia. Hampir seluruh kegiatan manusia disertai dengan bahasa.
Oleh karena itu, jika orang bertanya tentang bahasa, maka akan didapatkan jawaban yang
bermacam-macam.
B. Hakikat Bahasa
Bahasa meruapakan alat komuikasi yang paling sempurna dibandingkan dengan alat
komunikasi yang lain. Bahasa dikatakan sebagai alat komunikasi yang sempurna, karena bahasa
mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan alat komunikasi lainnya.
Kridalaksana dalam Chaer (2003) mengatakan bahwa: “Bahasa adalah sistem lambang
bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Beberapa ciri atau sifat hakiki dari bahasa itu antara
lain adalah,
Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan
sistematis, artinya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola: tidak tersusun secara acak, secara
sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi
terdiri juga dari sub-sub sistem; atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan, antara lain,
Sub sistem bahasa terutama subsistem fonologi, morfologi, dan sintaksis tersusun secara
hierarkial. Artinya, subsistem yang satu terletak di bawah subsistem yang lain; lalu subsistem
yang lain ini terletak pula di bawah subsistem lainnya lagi. Ketiga subsistem itu (fonologi,
morfologi, dan sintaksis) terkait dengan subsistem semantic. Sedangkan subsistem leksikon yang
juga diliputi subsistem semantic, berada di luar ketiga subsistem struktural itu.
Lambang dengan berbagai seluk beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam
bidang kajian yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-
tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiologi
(yang di Amerika ditokohi oleh Charles Sanders Peirce dan di Eropa oleh Fendinand de
Saussure) dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu, antara lain tanda (sign), lambang
(simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.
Tanda selain dipakai sebagai istilah generic dari semua yang termasuk kajian semiotika
juga sebagai salah satu dari unsur spesifik kajian semiotika itu, adalah suatu atau sesuatu yang
dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda, dan tindakan secara langsung dan
alamiah. Misalnya, kalau di kejauhan tampak ada asap membumbung tinggi, maka kita tahu
bahwa di sana pasti ada api, sebab asap merupakan tanda akan adanya api itu.
Berbeda dengan tanda, lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah.
Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan langsung.
Karena itu lambang sering disebut bersifat arbiter, sebaliknya, tanda serperti yang sudah
dibicarakan di atas, tidak bersifat arbiter. Yang dimaksud arbiter adalah tidak adanya hubungan
langsung yang bersifat wajib antara lambing dengan yang dilambangkannya.
Oleh karena itulah, Earns Cassier, seorang sarjana dan filosof mengatakan bahwa
manusia adalah makhluk bersimbol (animal symbolicum). Hampir tidak ada kegiatan yang tidak
Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah biasa kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan
pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-
perubahan dalam tekanan udara.
Bunyi bahasa atau bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai “fon” dan di dalam fonemik sebagai
“fonem”.
Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada sesuatu konsep, ide, atau pikiran, maka
dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Lebih umum dikatakan lambang bunyi
tersebut tidak punya referen, tidak punya rujukan.
Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna leksikal; yang berkenaan
dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna gramatikal; dan yang berkenaan dengan wacana
disebut makna pragmatic, atau makna konteks.
Kata arbiter diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Yang
dimaksud dengan istilah arbiter itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa
(yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif “ banyak
hasilnya” atau lebih tepat “terus menerus menghasilkan” lalu, kalau bahasa itu dikatakan
produktif, maka maksudnya, meskipun unsure-unsur itu terbatas, tapi dengan unsur-unsur dengan
jumlahny ayng terbatas terdapat di luar satuan-satuan bahasa yang jumlahnya yang tidak terbatas,
meski secara relative sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa.
Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jmumlah yang dapat dibuat.
Dengan kosa kata yang menurut Kamus Besar Huruf Bahasa Indonesia hanya berjumlah lebih
kurang 60.000 buah, kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan juta
banyaknya, termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang.
Keproduktifan bahasa memang ada batasnya dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua
macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue.
Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidak laziman atau kebelum laziman bentuk-
bentuk yang dihasilkan. Sedangkan pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah
atau sistem yang berlaku.
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Lalu,
kalau bahasa dikatakan bersifat unik., maka artinya, setiap bahasa mempunyai cirri khas sendiri
yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi , sistem
pembetukkan kata, sistem pembentukkan kalimat, atau sistem-sistem lainnya. Salah satu
Selain bersifat unik, yakni mempunyai sifat atau cirri masing-masing, bahasa itu bersifat
universal. Artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di Dunia
ini. Ciri-ciri yang universal ini merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang biasa dikaitkan
dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri universal
dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri
dari vocal dan konsonan. Tetapi berapa banyak vocal dan konsonan yang dimiliki oleh setiap
bahasa, bukanlah persoalan keuniversalan. Bukti dari keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap
bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang maknany kata, frase,
klausa, kalimat, dan wacana. Namun, bagaimana satuan-satuan itu terbentuk mungkin tidak
sama. Kalau pembentukan itu bersifat khas, hanya dimiliki sebuah bahasa maka hal itu
merupakan keunikan dari bahasa. Kalau ciri itu dimiliki oleh sejumlah bahasa dalam satu hukum
atau satu golongan bahasa, maka ciri tersebut menjadi ciri universal dan keunikan rumpun atau
sub rumpun bahasa tersebut.
Ada juga yang mengatakan bahwa ciri umum yang dimiliki oleh bahasa-bahasa yang
berada dalam satu rumpun atau sub rumpun, atau juga dimiliki oleh sebagian besar bahasa-
bahasa yang ada di Dunia ini sebagai ciri setengah universal. Kalau dimiliki oleh semua bahasa
yang ada di Dunia ini beru bisa disebut universal.
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak perbah lepas dari segala kegiatan
dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Malah dalam bermimpi
pun manusia menggunakan bahasa.
Karena keterkaitan dan keterikatan bahasa itu dengan manusia, sedangkan dalam
kehidupannya dalam manusianya kegiatan manusia tidak tetap dan tidak berubah, maka bahasa
Perubahahan yang paling jelas, dan paling banyak adalah pada bidang leksikon dan
semantik. Barang kali, hamper setiap saat ada kata-kata baru muncul sebagai akibat perubahan
dan ilmu, atau ada kata-kata lama yang muncul dengan makna baru. Hal ini juga dipahami, karen
kata sebagai satuan bahasa terkecil, adalah sarana atau wadah untuk menampung suatu konsep
yang ada dalam masyarakat bahasa. Dengan terjadinya perkembangan kebudayaan, perkembang
ilmu dan teknologi, tentu bermunculan konsep-konsep baru, yang tentunya disertai wadah
penampungnya, yaitu kata-kata atau istilah-istilah baru.
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat
bahasa. Yang termasuk dalam masyarakat bahsa adalah mereka merasa menggunakan bahasa
yang sama. Jadi, kalau disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa
memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia. Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri
dari ber bagai orang dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak
sama. Oleh karena itu, karena latar belakang dan lingkungannya yang tidak sama, maka bahasa
yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam, dimana antara variasi atau ragam yang
satu dengan yang lain sering kali mempunyai perbedaan yang besar. Mengenai variasi bahasa ini
ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau
ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Setiap orang tentu mempunyai ciri khas bahasanya
masing-masing. Kalau kita banyak membaca karangan orang yang banyak menulis, misalnya,
Hamka, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamingway, atau Mark twain , maka kita akan dapat
mengenali ciri khas atau idiolek pengarang-pengarang itu.
Dialek adalah variasi bahasa yang di gunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada
suatu tempat atau suatu waktu. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama
dialek regional , dialek area, atau dialek geografi. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan
sekelompok anggota masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek sosial atau sosiolek.
Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan,
atau untuk keperluan tertentu. Untuk situasi formal digunakan ragam bahasa yang disebut ragam
Kalau kita menyimak kembali cirri-ciri bahasa, yang sudah dibicarakan dimuka, bahwa
bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bersifat arbitrer,
bermakna, dan produktif, maka dapat dikatakan bahwa binatang tidak mempunyai bahasa.
Bahwa binatang dapat berkomunikasi dengan sesama jenisnya, bahkan juga dengan manusia,
adalah memang suatu kenyataan. Namun, alat komunikasinya tidaiklah sama dengan alat
komunikasi manusia, yaitu bahasa.
Dari penelitian para pakar terhadap alat komunikasi binatang bisa disimpulkan bahwa
satu-satuan komunikasi yang dimiliki binatang-binatang itu bersifat tetap.sebetulnya yang
membuat alat komunikasi manusia itu, yaitu bahasa, produktif dan dinamis, dalam arti dapat
dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan alat komunikasi binatang, yang
hanya itu-itu saja dan statis , tidak dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah
terletak pada bahasa itu dan alat komunikasi binatang itu, melainkan pada perbedaan besar
hakikat manusia dan hakikat binatang. Manusia sering disebut-sebut sebagai homosapiens
(makhluk yang berpikir), homososio (makhluk yang bermasyarakat), homofabel (makhluk
pencipta alat-alat) dan juga animalrasionale (makhluk rasional yang berakal budi). Maka dengan
segala macam kelebihannya itu jelas manusia dapat memikirkan apa saja yang lalu, yang kini,
dan yang akan datang, serta menyampaikannya kepada orang lain melalui alat komunikasinya.
a. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil
kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat
itu.
b. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di
Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan
ditetapkan sebagai bahasa negara.
c. Tanggal 28 Oktober - 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50
ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia
sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
d. Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.
Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55.
Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar
Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.
e. Tanggal 28 Oktober - 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh
Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia,
Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada
pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia.
D. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan bahasa bersifat arbitrer?
2. Mengapa bahasa melayu diterima sebagai bahasa Indonesia?
3. Jelaskan kenapa faktor teknologi mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia?
B. Fungsi Bahasa
Bahasa memiliki dua fungsi. Fungsi ini terbagi ke dalam fungsi umum dan fungsi khusus.
Fungsi umum terdiri dari sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan atau mengekspresikan
diri, sebagai alat komunikasi, sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial, serta sebagai alat
kontrol sosial. Adapun fungsi khusus terdiri dari mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-
hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari bahasa-bahasa kuno, dan mengeksploitasi iptek.
Masing-masing fungsi tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Fungsi Umum
a. Sebagai Alat untuk Mengungkapkan Perasaan atau Mengekspresikan Diri
Bahasa sarana untuk mengungkapkan gagasan dan perasaan. Melalui bahasa kita dapat
menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam hati dan pikiran kita. Dengan
demikian, apapun hal yang hendak disampaikan akan dapat diterima oleh siapa pun.
Akan sangat sulit jika seseorang yang sedang marah, sedih, atau bahagia tidak dapat
berbahasa. Hal ini akan membuat orang-orang di sekitarnya tidak mengerti apa yang
diinginkannya. Dapat dibayangkan betapa sulitnya perasaan kita jika tidak tersampaikan. Oleh
karena itu, menulis atau curhat (curahan hati) seringkali dijadikan sebagai alat terapi untuk
mengobati stres.
b. Sebagai Alat Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik seseorang membutuhkan bahasa. Bahasa
merupakan sarana agar apa yang ingin disampaikan kepada orang lain dapat diterima dan
dipahami. Penyampaian tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yakni secara verbal maupun
nonverbal. Komunikasi verbal berkaitan dengan komunikasi langsung atau dengan lisan,
sedangkan komunikasi nonverbal berarti komunikasi tak langsung atau tulis.
c. Sebagai Alat Berintegrasi dan Beradaptasi Sosial
Pada saat beradaptasi di lingkungan sosial, seseorang akan memilih bahasa yang
digunakan tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Seseorang akan menggunakan bahasa
yang nonstandar (tidak resmi) pada saat berbicara dengan teman- teman dan menggunakan
bahasa standar (resmi) pada saat berbicara dengan orang tua atau yang dihormati. Kemampuan
C. Evaluasi
1. Berlangsung lambat
2. Selalu memakai alat bantu
3. Kesalahan tidak dapat langsung diperbaiki
4. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh atau mimik muka
Ragam bahasa bertelepon sebenarnya termasuk dalam ragam bahasa lisan dan ragam
bahasa telegram masuk dalam ragam bahasa tulis. Tetapi kedua macam sarana komunikasi
ini mempunyai ciri-ciri dan keterbatasan sendiri-sendiri, sehingga menyebabkan kita tidak
bisa menggunakan ragam bahasa tersebut semaunya. Ragam bahasa dalam bertelepon dan
telegram menuntut persyaratan tertentu, sehingga menyebabkan dikenal adanya ragam
bahasa telepon dan ragam bahasa telegram, yang berbeda dengan ragam bahasa lainnya.
A. Jenis Makna
Jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang.
Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal.
Berdasarkan ada tidak referennya pada sebuah kata dapat dibedakan menjadi makna
referensial dan makna nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata
dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif. Berikut akan dijelaskan satu persatu
jenis makna tersebut.
Makna leksikal dan makna gramatikal. Makna Leksikal adalah makna yang bersiat
leksikon, bersifat leksem atau bersifat kata. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan
referennya. Misalnya kata tikus maka makna leksikalnya adalah, binatang yang pengerat yang
menyebabkan timbulnya penyakit tifus.
Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang hadir karena adanya proses secara
gramatikal seperti afiksasi atau imbuhan, proses reduplikasi dan proses komposisi. Misalnya
kata angkat yang diberi imbuhan ter- menjadi kata terangkat dalam kalimat ‘batu seberat itu
terangkat juga oleh anak kecil itu’, mempunyai makna ‘dapat’. Dalam kalimat ‘ketika balok
itu ditarik, papan itu terangkat ke atas’, kata terangkat mempunyai makna ‘tidak sengaja’.
Artinya gramatikal mempunyai peran dalam perubahan makna sebuah kata.
Makna referensial merupakan makna kata yang mempunyai referen, yaitu sesuatudi luar
bahasa yang diacu oleh kata itu sendiri. Misalnya kata ‘meja’ termasuk ke dalam makna
referensial karena kata tersebut mempunyai referen. Sedangkan makna nonreferensial adalah
makna yang yang tidak mempunyai referen. Misalnya kata ‘karena’ dan ‘tetapi’ tidak
mempunyai referen namun mempunyai makna nonreferensial.
Makna denotatif adalah makna dalam arti yang sebenarnya dalam kehidupan kita atau
makna apa adanya (wajar). Salah satunya adalah kata minum yang berarti memasukkan air
(atau benda cair) ke dalam mulut dan meneguknya. Misalnya dalam kalimat ‘Arsya minum
susu.’
Makna Konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya. Dalam kalimat ‘ malam ini dewi
malam enggan menampakkan dirinya’. Frasa dewi malam mempunyai makna yang bukan
sebenarnya, makna dari frasa dewi malam adalan ‘bulan’. Makan konotasi memiliki nilai rasa.
B. Relasi Makna
Hubungan atau relasi makna ini menyangkut masalah hal-hal seperti persamaan makan
(sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas),
ketercakupan makna (hiponim), kelainan makna (honomin), serta kelebihan makna
(redudansi).
Sinonim adalah ungkapan makna yang kurang lebih sama maknanya dengan ungkapan
lain. hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersiat dua arah. Jadi, kalau kata
yang satu bersinonim dengan kata yang berikutnya, maka kata tersebut juga bersinonim
dengan kata yang sebelumnya. Misalnya kata bunga bersinonim dengan kata kembang, maka
kata kembang juga bersinoim dengan kata bunga.
Antonim adalah ungkapan yang maknanya berkebalikan dengan makna pada ungkapan
yang lainnya. Misalnya kata besar berantonim dengan kata kecil. Hubungan makna antara dua
C. Perubahan Makna
Perubahan makna disebabkan oleh faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Dari faktor-
faktor tersebut juga didapat bahwa perubahan makna ada yang bersifat meluas, menyempit
atau mengkhusus, perubahan yang sifatnya menghalus, perubahan yang sifatnya mengkasar,
dan perubahan yang sifatnya total.
Kita harus mengetahui, pada prakteknya ketika kita membaca atau menyusun sebuah
kalimat, kita akan menemukan satuan-satuan bentuk yang akan mengisi S, P, O, Ket, dan Pel
tersebut tidak hanya pada sebuah kata, melainkan bisa saja pada sebuah frasa. Dalam buku ini
akan dibahas kelima unsur tersebut. Namun, sebelum membahas kelima unsur tersebut, di bawah
ini akan diberikan contoh kalimat yang S, P, O, Ket, dan Pel-nya berbentuk frasa, yaitu frasa
Guru bahasa Indonesia yang baik.
(Ket) Bayu belajar dengan Guru bahasa Indonesia yang baik itu.
S P Ket
Kedua contoh di atas merupakan kalimat aktif yang sama-sama terdapat kata benda atau
nomina pada fungsi predikatnya yaitu vonis hukuman dan pancasila dan UUD 1945. Namun
perbedaannya dapat kita lihat ketika kedua kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif.
Perhatikan:
C. Jenis Kalimat
Kalimat dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Kalau dilihat
menurut strukturnya, kalimat dapat dibagi menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
Kalimat majemuk, ini kemudian dapat pula dibedakan menjadi kalimat majemuk setara
(koordinatif), kalimat majemuk bertingkat (subordinatif), maupun kalimat majemuk
campuran (koordinatif-subordinatif). Jika gagasan pada suatu kalimat tersebut hanya satu
atau tunggal, maka kalimat tersebut dikatakan kalimat tunggal. Sedangkan, kalau dalam
sebuah kalimat terdapat lebih dari satu gagasan, maka kalimat tersebut bisa dikatakan
kalimat majemuk.
Jenis kalimat tidak hanya berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk saja. Berdasarkan
fungsinya kalimat dijeniskan menjadi kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, dan kalimat
seru. Jika dilihat dari kelengkapan unsurnya kalimat dijeniskan menjadi kalimat mayor (kalimat
lengkap) dan kalimat minor (kalimat tidak lengkap). Sedangkan jika dilihat dari susunan subjek
dan predikatnya, suatu kalimat dijeniskan menjadi kalimat versi dan kalimat inversi.
D. Kalimat Efektif
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan,
maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu mengirim
suatu pesan, pesan tersebut harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya
benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
Keraf (1973:34) mendefinisikan kalimat efetif sebagai kalimat yang mempersoalkan bagaimana
ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan penulisannya; bagaimana ia dapat
F. Penekanan
Dalam bahasa lisan kita dapat mempergunakan intonasi, gerak-gerik dan sebagainya
untuk memberi tekanan pada sebuah kata, sedangkan dalam bahasa tertulis hal tersebut tidak
mungkin dilakukan. Namun, penekanan kata dalam kalimat dapat menggunakan cara-cara
seperti di bawah ini:
1. Mengubah posisi kata/frasa dalam kalimat
Contoh: Kami berharap pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi soal ini.
a. Soal ini, kami berharap kita bicarakan pada kesempatan lain.
b. Pada kesempatan lain, kami berharap persoalan ini bisa kita bicarakan.
c. Harapan kami pada kesempatan lain kita dapat membicarakan lagi soal ini.
d. Pembicaraan soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan ini.
2. Mempergunakan repetisi kata/frasa
Repetisi adalah pengulangan sebuah kata yang dianggap penting dalam sebuah kalimat.
Contoh: Kemajuannya menyangkut kemajuan di segala bidang, kemajuan kesadaran
politik, kesadaran bermasyarakat, kesadaran berekonomi, kesadaran berkebudayaan, dan
kesadaran beragama.
3. Pertentangan kata/frasa
Pertentangan dapat pula dipergunakan untuk menekan suatu gagasan. Kita bisa mengatakan
secara langsung hal-hal berikut dengan konsekuensi bahwa tidak terdapat penekanan:
Contoh: Anak itu bukan rajin dan jujur, tetapi curang dan licik.
4. Partikel Penekanan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa partikel yang berfungsi untuk menonjolkan
sebuah kata atau ide dalam sebuah kalimat. Partikel-partikel yang dimaksud adalah: lah, pun,
kah, yang oleh kebanyakan tata bahasa disebut imbuhan.
Contoh: Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
G. Variasi
Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi. Jika repetisi lebih
banyak menekankan kesamaan bentuk, maka variasi justru menghindarinya agar tidak teralu
monoton. Untuk itu dalam variasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Variasi sinonim kata
Contoh: Seribu armada AS di kerahkan untuk menyerang pasukan palestina.
2. Variasi panjang pendeknya kalimat
Contoh:
Sastra menjadi wadah untuk mencurahkan kegelisahan hati. Kegelisan tentang cinta,
keprihatinan tentang tatanan hidup, kehancuran sistem politik serta sebagai sarana media
satir.
Pada kalimat di atas terkandung 22 kata.
3. Variasi penggunaan bentuk me- dan di-
Contoh:
Pemerintah DKI Jakarta fokus untuk membangun Rumah Susun, dengan cara
mengoptimalkan sumber dana yang ada.
4. Variasi dengan merubah posisi dalam kalimat
Contoh:
Guru diharapkan mempunyai banyak wawasan tentang sastra, agar si murid mendapat
pelajaran tentang sastra yang mendalam dan menyeluruh
a. Diharapkannya seorang guru untuk mempunyai banyak wawasan tentang sastra, agar si
murid mendapat pelajaran tentang sastra yang mendalam dan menyeluruh.
b. Wawasan tentang sastra yang luas diharapkan dipunyai oleh guru agar si murid mendapat
pelajaran tentang sastra yang mendalam dan menyeluruh.
c. Pelajaran tentang sastra yang mendalam dan menyeluruh kepada murid diharapkan bisa
diberikan oleh guru dengan mempunyai banyak wawasan tentang sastra.
Contoh:
BAIK: Mereorganisasi administrasi departemen-departemen; mengehentikan
pemborosan dan penyelewengan-penyelewengan, serta memobilisir potensi-
potensi nasional, merupakan masalah-masalah pokok yang meminta perhatian
pemerintah kita, (semuanya kata kerja).
SALAH: Reorganisasi administrasi departemen-departemen mengehentikan pemborosan
dan penyelewengan-penyelewengan, serta mobilisasi potensi-potensi nasional,
merupakan masalah-masalah pokok yang meminta perhatian pemerintah kita.
J. Evaluasi
Buatlah sepuluh buah kalimat efektif dengan memperhatikan syarat-syarat kalimat
efektif.
A. Pengertian Paragraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
Sebuah paragraf dapat terdiri atas sebuah kalimat, dua buah kalimat, atau lebih dari dua buah
kalimat.
Paragraf merupakan himpunan kalimat yang berhubung-hubungan satu dengan yang lain,
sehingga membentuk satu kesatuan utuh dalam hal menjelaskan sebuah pikiran utama atau
sebuah tema. Paragraf adalah karangan bentuk kecil atau karangan mini.
Untuk memperoleh sebuah paragraf yang baik, tata cara menyusun kalimat dapat
diterapkan pada penyusunannya, misalnya ada sebuah kalimat yang ditetapkan sebagai kalimat
utama yang mengandung pokok permasalahan dan ada beberapa kalimat yang memperinci,
menjelaskan, atau menerangkannya.
Kepaduan atau koherensi yaitu paragraf tidak boleh terdapat kalimat yang tidak ada
hubungannya atau menyimpang dari paragraf itu. Walaupun terdiri dari beberapa kalimat,
penjelasannya harus benar-benar membicarakan satu topik yang ada dalam kalimat inti. Jika
menyimpang dari topik, makakalimat tersebut harus dibuang.
Contoh:
“Manusia adalah mahluk ekonomis. Dalam kehidupannya, manusia secara kodrat tidak
dapat hidup tanpa uang. Sejak dilahirkan, manusia sudah membutuhkan ibu-bapaknya sebagai
tempat bergantung. Ketika kita hidup sebagai manusia ekonomis manuasi membutuhkan uang
untuk membeli berbagai kebutuhan hidup”.
Contoh:
“Abdurrahman yang sering dipanggil adalah seorang ekonom dan penulis yang produktif.
Semasa hidupnya, beliau sudah menghasilkan ratusan bahkan ribuan tulisan berupa artikel lepas
di media cetak dan buku. Salah satu karya beliau yang terkenal adalah akuntansi dasar,
perusahaan mikro dan makro,dsb”.
“Senin yang lalu, saya berhalangan hadir pada perkuliahan Dasar-Dasar Evaluasi bahasa
Inggris. Walaupunbegitu, saya sudah berusaha meminjam resume materi perkuliahan tersebut
kepada teman-teman supaya tidak ketinggalan pelajaran. Bahkan, beberapa orang teman
merelakan catatannya untuk difotokopi. Disamping itu, saya sudah beberapa kali pergi ke
perpustakaan untuk melengkapi resume yang sudah ada”.
C. Jenis-jenis Paragraf
Jenis paragraf dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu sebagai berikut.
a. Paragraf deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok
atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas
Contoh:
b. Paragraf Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-
penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik.
Contoh:
“Harga-harga bahan pokok naik. Para pengusaha lebih banyak yang gulung tikar.
Rupanya negeri ini sedang mengalami krisis moneter”.
c. Paragraf Campuran
Paragraf Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok
atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.
Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf.
Contoh:
“Buku merupakan sarana utama dalam mencari ilmu. Dengan buku orang bisa
mengetahui ilmu dari berbagai belahan dunia, salah satunya ilmu tentang bahasa. Dari buku pula
kita bisa mendapatkan hiburan dan menambah pengalaman. Jelaslah bahwa buku sangat
berpengaruh dalam kehidupan manusia”.
d. Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar
Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah Paragraf yang tidak memiliki kalimat
utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat
penjelas.
Contoh:
“Matahari belum tinggi benar. Embun masih tampak berkilauan. Warna bunga menjadi
sangat indah diterpa sinar matahari. Tampak kupu-kupu dengan berbagai warna terbang dari
bunga yang satu ke bunga yang lain. Angin pun semilir terasa menyejukkan hati”.
a. Deskriptif
“Uhamka adalah salah satu perguruan tinggi swasta yang sangat representatif. Selain
tempatnya yang sangat strategis, fasilitas dan mutunya pun tidak kalah dengan berbagai
perguruan tinggi ternama lain yang ada di Jakarta. UHAMKA memiliki 8 fakultas pada
program sarjana (S1), dan untuk program studi magister (S2) dikelola oleh Sekolah
Pascasarjana (SPS UHAMKA). Fakultas-fakultas yang ada di UHAMKA adalah Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Teknik, Fakultas
Ilmu-Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Psikologi, Fakultas
Farmasi dan Sains, dan Fakultas Agama Islam.
Selain itu UHAMKA juga memiliki sekolah pascasarjana, program yaitu meliputi
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Program Studi Administrasi Pendidikan,
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris,
Program Studi Ilmu Kesehatan, dan Program Studi Manajemen.
Ada hal yang penting diketahui tentang paragraf deskriptif ini, yaitu bahwa setiap kalimat
yang membangun paragraf tersebut memiliki tingkat yang sama, setara atau sederajat. Kemudian
paragraf yang realistis memiliki sifat yang ekspositoris, sedangkan paragraf deskriptif yang
subjektif lebih memiliki sifatemotif, yaitu menimbulkan efek emosional.Paragraf itu lebih
banyak menimbulkan kesan subjektif.
b. Ekspositoris
Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menimbulkan suatu
objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunakan
perkembangan analisis kronologis atau keruangan.
“Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan puluh
kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tigaratus meter untuk setiap kios. Dari
data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk kekas DKI dari Pasar Tanah
Abang.”
Ciri paragraf ini adalah penyampaian informasi. Di dalamnya akan kita temukan
informasi yang tidak mempengaruhi pembaca. Pembaca hanya memperoleh informasi atau
c. Argumentatif
Paragraf argumentatif disebut juga persuasi. Paragraf ini lebih bersifat membujuk atau
meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini menggunakan
perkembangan analisis.
“Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha
Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat kepermukaaan.Ini bisa dimaklumi sebab pesawat
yang badannya sepanjang 4 meter itusudah dioperasikan lebih dari 19 tahun.Oleh karena itu,
adalah cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan peawat berusiatua. Di
Indonesia, yang mengagetkan, lebihdari 60% pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua.
Amankah? Kalau memang aman. Lalu bagaimana caramerawatnya dan berapa biayanya
sehingga ia tetap nyaman dinaiki?”.
Hal yang penting diketahui tentang paragraf argumentatif ditandai oleh sifat bantahan
atau tentangan terhadap sesuatu walaupun bantahan dan tentangan itu tidak mempengaruhi
pembaca.
d. Naratif
Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu, sebuah
karangan narasi atau paragraf naratif banyak kita temukan dalam novel, cerpen, atau hikayat.
“Malam itu ayah kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali dilarang berteman
dengan Syahrul. Bahkan, Ayah mengatakan bahwa aku akan diantar dan dijemput
kesekolah. Itusemua gara-gara Slamet yang telah membujukku untuk bolos pelajaran
akuntansi”.
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan
pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Tujuannya untuk mengutarakan suatu
aspek pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf
pembuka harus di fungsikan beberapa hal, yaitu:
“Pemilu baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa
bersyukur karena pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan. Namun, tidak demikian
yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka
mengalami stress berat hingga tidak bisa tidur dan tidak mau makan karena memikirkan
bagaimana nasib dana mereka yang telah mereka keluarkan”.
b. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat paragraf-paragraf
penghubung bergantung pola dari jenis karangannya.
Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf
itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung
pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk
kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.
Paragraf penghubung didalam karangan dapat difungsikan sebagai berikut:
a) Mengemukakan inti persoalan
b) Memberikan ilustrasi
c) Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
d) Meringkas paragraf sebelumnya
e) Mempersiapkan dasar bagi simpulan.
c. Paragraf Penutup
4. Pengembangan Paragraf
Mengarang adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik. Artinya, dalam suatu
karangan tersebut kita harus mengembangkan beberapa paragraf demi paragraf. Dengan
demikian, kita harus cermat dan hemat dalam menempatkan suatu kalimat. Berikut ini penjelasan
mengenai pola pengembangan paragraf:
a. Paragraf Perbandingan
Paragraf Perbandingan adalah paragraf yang membandingkan sesuatu untuk menemukan
perbedaan atau persamaan.
Contoh :
“Walaupun dibandingkan dengan Negara-negara lain tingkat ekonomi diindonesia
tergolong rendah, kita tidak boleh membiarkan kecenderungan peningkatan itu”.
b. Paragraf Pertentangan
Penanda hubungan pertentangan : namun tetapi, sedangkan, melainkan, walaupun begitu,
kendati, kendatipun demikian, akan tetapi, sekalipun, sungguhpun, walau, dan padahal.
Contoh :
“Pembedaan peran antara laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan perempuan
sebagai ibu rumah tangga juga berdampak terhadap lebih rendahnya upah yang diterima
Contoh :
“Jika perputaran ekonomi tidak stabil dalam ekonomi kita harus mengelola
perekonomian di Indonesia dengan baik agar perekonomiannya seimbang antara pengeluaran
dan pendapatan. Begitupun dengan roda berputar yang terkadang di atas dan terkadang di
bawah. Indonesia harus lebih mengarahkan perekonomiannya untuk mencapai tujuan dan
mensejahterakan masyarakatnya”.
d. Paragraf Contoh
Paragraf contoh adalah paragraf yang memberikan contoh agar mudah dipahami.
Contoh :
“Menurut laksamana, penyelesaian masalah texmaco bisa dilakukan dengan
membangkrutkannya atau mengambil alih sahamnya, alias di BUMN-kan. Namun, solusi
pengambilalihan itu belum tentu jadi keputusan pemerintah. Sebab, pemerintah bakal
menanggung utang luar negri texmaco yang besarnya US$1,7 milyar atau sekitar Rp 14,5
trilyun”.
e. Paragraf Proses
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan
suatu peristiwa.
Contoh :
“Tahu merupakan panganan sederhana namun memiliki banyak sekali protein yang
dibutuhkan oleh tubuh. Meskipun harganya terjangkau tahu masih diminati konsumen. Tahu
berbahan dasar dari kedelai yang digiling dan dimasak kemudian di jarring dan ditempatkan
pada wadah atau cetakan yang sudah disiapkan, sehingga menjadi potongan-potongan tahu
kecil yang siap dipasaran kepada konsumen”.
g. Paragraf Klasifikasi
Penempatan sebuah kata atau objek tertentu dalam sebuah kelas.
Contoh :
Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja :
Industri
Industri yang tenaga kerja Memiliki modal yang sangat
Rumah
kurang dari 4 orang. terbatas.
Tangga :
Paragraf yang menjelaskan sesuatu dengan jelas dengan konjungsi (adalah, ialah, yaitu) agar
mudah dimengerti.
Contoh :
“Menejemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya sumber daya
organisasi lainnya, agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
D. Evaluasi
Setelah Anda memahami mengenai konsep dasar paragraf, persyaratan paragraf, serta jenis-
jenis paragraf beserta contohnya, maka diharapkan Anda dapat menyusun beberapa paragraf
berdasarkan kebutuhan. di samping itu, untuk menguji tingkat pemahaman Anda berikut ini
kerjakan beberapa soal latihan yang terkait dengan paragraf tersebut.
1. Apa yan di maksud dengan paragraf?
2. Apa saja persyaratan paragraf yang baik?
3. Apa saja jenis-jenis paragraf?
4. Buatlah paragraf berdasarkan kalimat utama berikut!
a. Kesehatan mahal harganya.
b. Pola hidup
A. Pengertian Karangan
Mengarang merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai
medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan
semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian
gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa
yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk menghasilkan
tulisan yang baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1)
kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) ke-pekaan terhadap kondisi
pembaca, (3) kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan bahasa,
(5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemam-puan memeriksa tulisan.
Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan.
Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran
yang di-sampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna
secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara
teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan itu.
Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menangkap pikiran yang disalurkan
melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah penting.
Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang
menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang
bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pungtuasi. Sebagai salah
satu bentuk komunikasi verbal (bahasa), menulis juga dapat dide-finisikan sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya.
Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide,
gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan
menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan untuk
menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c) kemampuan
menyusun perencanaan penelitian, (d) kemampuan menggunakan bahasa indonesia, (e)
kemampuan memuali menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa karangan sendiri. Kemampuan
Modul Bahasa Indonesia 66
tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca dan kekayaan kosakata
yang dimilikinya.
B. Jenis-Jenis Karangan
a. Karangan Eksposisi
Kata eksposisi dipungut dari kata eksposition sebenarnya berasal dari bahasa latin yang
berarti “membuka dan memulai”. Memang karangan eksposisi merupakan wacana yang
bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, dan menerangkan sesuatu.
Dalam karangan eksposisi, masalah yang dikomunikasikan terutama adalah
pemberitahuan atau informasi.hasil karangan eksposisi yang berupa informasi dapat kit abaca
sehari-hari di dalam media masa.
Melalui media masa berita di ekspose atau dipaparkan dengan tujuan memperluas
pandangan dan pengetahuan pembaca. Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapay penulis,
tetapi setiap pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada seseorang yang berpendapat demikian.
Mengingat karangannya bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi juga dapat disebut karangan
paparan.
b. Karangan Narasi
Narasi adalah salah satu jenis pengembangan karangan dalam sebuah tulisan yang berupa
rangkaian peristiwa dari waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir.
Dengan kata lain,tulisan yang didalamnya menuturkan rangkaian peristiwa atau keadaan yang
dikaitkan dengan kurun waktu tertentu dalam bentuk penceritaan. Bentuk paragraf ini umumnya
digunakan dalam karangan berbentuk riwayat hidup, novel, cerpen, dan roman.
Karangan narasi memiliki dua macam sifat, yaitu:
a) Narasi Ekspositoris/ Narasi Faktual
Yaitu narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar
pengetahuannya bertambah luas.Narasi ekspositoris dicontohkanseperti kisah perjalanan, kisah
perampokan, dan cerita tentang peristiwa pembunuhan.
b) Narasi sugestif/ Narasi berplot
Yaitu narasi yang mampu menimbulkan daya khayal pembaca, mampu menyampaikan
makna kepada pembaca melalui daya khayal. Misalnya, novel dan cerpen.
Kanker servik umumnya dikenal dengan penyakit kanker leher rahim, jenis penyakit
ini banyak dialami oleh kaum hawa (wanita). Saat ini, kanker serviks menjadi penyebab
kematian wanita nomor dua di dunia setelah penyakit jantung koroner. Namun dalam kurun
waktu setahun ke depan diprediksi kanker leher rahim akan menjadi penyebab kematian
wanita nomor satu, jika tidak dilakukan upaya deteksi dini dan pengobatannya. Akan sangat
menakutkan..
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kangker serviks merupakan
penyebab utama kematian. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia
akibat kanker serviks. Jadi, jangan lagi memandang ancaman penyakit ini dengan sebelah
mata. Maka waspadalah!
E. Karangan Semiilmiah
Semi Ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan
dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang
sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-
ilmiah tersebut ialah karena jenis semi ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam
komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.
Ciri-ciri Karangan Semiilmiah:
a) Ditulis berdasarkan fakta pribadi.
b) Fakta yang disimpulkan subjektif.
c) Gaya bahasa formal dan popular.
d) Mementingkan diri penulis.
e) Melebih-lebihkan sesuatu.
f) Usulan-usulan bersifat argumentative
g) Bersifat persuasif.
Indeks Kelaparan Dunia (GHI) tahun 2008 menunjukkan bahwa kelaparan masih
merupakan perhatian serius di dunia dan terjadi perkembangan lambat dalam mengurangi
keamanan pangan. Negara yang memiliki nilai GHI tertinggi kebanyakan berada di wilayah
Sub-Saharan Africa dan Asia Selatan. Negara di daftar paling bawah meliputi Republik
Demokrasi Kongo, Eritrea, Burundi, Republik Niger, dan Sierra Leone. Hal ini merupakan
beberapa penemuan yang tertuang dalam “The Challenge of Hunger 2008: Global Hunger
Index” yang dipublikasikan oleh Welthungerhilfe, International Food Policy Research
Institute (IFPRI), dan Concern Worldwide.
Klaus von Grebmer dan rekannya menyimpulkan bahwa pemecahan krisis pangan
tersebut akan memerlukan beberapa inisiatif seperti bantuan pangan lebih bagi masyarakat
miskin, investasi lebih besar dalam bidang pertanian, dan batasan untuk menenangkan
pasar pangan global.
1. Pola Alamiah
a. Kronologis (waktu)
Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Biasanya
tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)
· asal usul penulis
· pendidikan si penulis
· kondisi kehidupan penulis
· keinginan penulis
· karir penulis
b. Spasial (ruang)
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang
sangat erat dengan ruang atau tempat Urutan ini biasanya di gunakan dalam tulisan–tulisan
yang bersifat deskriptif .
Contohnya: Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)
· Di daerah Kalimantan
· Di daerah Sulawesi
· Di daerah Sumatera
b. Kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke sebab . Pada
pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan
perincian–perincian yang menelusuri akibat–akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat
efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi
umat manusia pada umumnya.
c. Pemecahan Masalah
Di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau
pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan
landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai
peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah
yang di hadapi tersebut.
F. Evaluasi
1. Apa manfaat kerangka karangan?
2. Buatlah kerangka karangan dari beberap topik berikut!
a. Dampak kekurangan gizi
b. Gigi yang sehat
c. Menjadi dokter yang menyenangkan
A. Rangkuman
Rangkuman merupakan hasil kegiatan merangkum. Rangkuman dapat diartikan sebagai
suatu hasil merangkum atau meringkas suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang
lebih singkat dengan perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan
rangkumannya (Djuharni, 2001). Rangkuman dapat pula diartikan sebagai hasil merangkai atau
menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar dalam bentuk pokok-
pokoknya saja.
Rangkuman sering disebut juga ringkasan, yaitu bentuk ringkas dari suatu uraian atau
pembicaraan, sedangkan ikhtisar disebut juga intisari dari suatu uraian atau pembicaraan. Pada
tulisan jenis rangkuman, urutan isi bagian demi bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang
tetap diperhatikan dan dipertahankan. Hal itu berbeda dengan ikhtisar. Ikhtisar juga merupakan
bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan, namun dalam pembuatannya tidak perlu
mempertahankan urutan isi dari suatu karangan secara proporsional. Penulisan ikhtisar bisa saja
langsung tertuju pada pokok permasalahan.
B. Ikhtisiar
Menurut Juhara (2003). Ikhtisiar adalah penulisan pokok-pokok masalah penulisannya
tidak harus berurutan, boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat ikhtisar tanpa
mengubah tema sebuah wacana. Ikhtisiar berfungsi sebagai garis-garis besar masalah dalam
sebuah wacana yang berukuran pendek atau sedang.
Ikhtisiar yaitu penyajian singkat dari suatu karangan asli yang tidak perlu memberikan isi
dari seluruh karangan itu secara proporsional.
Cara membuat ikhtisar adalah sebagai berikut :
1. Membaca naskah asli beberapa kali (setidak-tidaknya dua kali).
2. Membuat kerangka bacaan dengan menuliskan pikiran utama atau pikiran pokok yang
terdapat dalam naskah.
3. Menulis ihtisiar.
E. Sinopsis
Menurut Moeliono (1988) sinopsis adalah karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan
bersama-sama dengan karangan asli. Yang menjadi dasar sinopsis itu adalah ringkasan dan
abstrak.
Cara membuat sinopsis adalah sebagai berikut :
a) Membaca naskah asli terlebih dahulu untuk mengetahui kesan umum
penulis.
b) Mencatat gagasan utama dengan menggarisbawahi gagasan yang penting.
Contoh Sinopsis
Synopsis Cerpen “Bulan Mati”.
Seorang laki-laki bernama Enos dan wanita bernama Ina saling jatuh cinta. Kedua
keluarga, baik dari pihak Enos maupun Ina tidak menyetujuinya dan menentang keras
hubungan mereka. Masalah kehormatan dan adat istiadat membuat jarak panjang yang tak
terselesaikan.
Kedua ayahnya mengancam akan membunuh jika mereka masih saling mencintai.
Ancaman ini bukan hanya kepada Enos dan Ina tetapi juga kepada ayah mereka masing-
masing.
Ketika Enos sedang berduaan dengan Ina muncullah Amalodo, ayah Ina dengan
amarahnya. Ia langsung menembak Enos hingga meninggal kemudian Amalodo meladeni
berduel ketengah lautan Matekato, ayah Enos. Mereka memancing bersama. Mungkin inilah
bentuk berduel ala mereka. Pemenangnya yang mendapatkan ikan paling banyak, paling
besar, atau yang pertama memperoleh ikan.
Namun, sayang sekali saat itu bulan mati, sehingga tidak ada ikan. Yang terkena kail
malah mayat Ina. Ina telah mati menceburkan diri kelaut mengikuti Enos.
F. Ringkasan
Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan
perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proporsional tetap di pertahankan dalam
bentuknya yang singkat.
Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang
panjang dalam bentuk yang singkat. Kata précis berarti memotong atau memangkas.
a) Membaca naskah asli
b) Kalau perlu diulang beberapa kali untuk mengetahui kesan umum tantang karangan itu secara
menyeluruh. Penulis perlu juga mengetahui maksud pengarang dan sudut pandang pengarang.
c) Mencatat gagasan utama
e) Mengadakan reproduksi
f) hal yang harus diperhatikan bahwa dengan catatan tadi, ia harus menyusun suatu
Contoh Ikhtisiar
Sekitar 30.000 hingga 50.000 orang berkumpul di kota Hiroshima, Jepang untuk
mengenang peristiwa jatuhnya bom atom di kota itu pada tanggal 6 Agustus 1945 yang
menewaskan sekitar 14.000 jiwa. Mereka bersama-sama mengheningkan cipta selama 60
detik dan melepaskan ratusan burung dara pada upacara peringatan ini. Upacara tersebut
akan dilanjutkan pada hari Kamis 9 Agustus 2001 di kota Nagasaki yang 56 tahun yang lalu
juga dibom oleh AS sehingga menewaskan sekitar 70.000 orang pada peringatan itu Perdana
Menteri Jepang Junichiro Koizumi meminta kepada seluruh dunia untuk menghapus senjata
nuklir.
G. Evaluasai
1. Apa yang dimaksud dengan ringkasan, ikhtisar, dan synopsis?
2. Apa perbedaan antara ringkasan, ikhtisar, dan synopsis?
3. Jelaskan langkah-langkah dalam membuat ringkasan, ikhtisar, dan synopsis!
3. Bacalah sebuah cerpen yang bertema tentang kesehatan kemudian buatlah, ringkasan,
ikhtisar, serta sinopsisnya!
Contoh:
Dalam (Dahuri et al., 1996: 78) ada kutipan sebagai berikut pada halaman 11:
“Seringkali keterpaduan yang diartikan sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan di
wilayah pesisir dan lautan yang meliputi: pengumpulan dan analisis data, perencanaan,
implementasi dan kegiatan konstruksi” (Sorensen dan McCreary, 1990: 90).
4) Teknik Penulisan Daftar Rujukan dari Berbagai Sumber Cetak dan Elektronik
Daftar rujukan adalah sebuah daftar yang berisi judul buku- buku, artikel- artikel, atau
bahan- bahan dari sumber informasi lainnya yang telah dikutip dalam teks. Daftar rujukan
berfungsi sebagai kelengakapan karya ilmiah, sehingga harus ada dalam karya ilmiah. Dengan
daftar ini, pembaca dapat melihat kembali kepada sumber aslinya dan dapat memperluas
pengetahuan dengan berbagai macam buku dan informasi lainnya.
Fungsi daftar rujukan yakni untuk menunjukkan dengan tepat tempat- informasi yang
telah dikutip, dan mudah ditemukan oleh pembaca. Dengan demikian daftar rujukan seharusnya
C. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan konvensi ilmiah?
2. Apa saja ragam dalam konvensi ilmiah?
3. Mengapa dalam penulisan karya ilmiah diperlukan konvensi?
4. Buatlah sebuah pernyataan yang di dalamya didukung oleh pendapat orang lain, baik Anda
kutip secara langsung maupun tidak langsung!
5. Susunlah beberapa kepustakaan berikut sesuai dengan kaidah yang benar!
A. Proposal
Tentu kita sudah pernah melihat sebuah proposal, baik di sekolah, kampus, maupun di
tempat-tempat lainnya. Namun tidak semua orang mengetahui sebenarnya apa itu proposal, apa
saja jenis-jenis proposal, bagaimana membuat sebuah proposal, dan hal-hal apa saja yang harus
diperhatikan dalam membuat sebuah proposal. Dalam bab ini akan dijelaskan secara singkat apa
yang dimaksud dengan proposal, jenis-jenis proposal dan bagaimana membuat sebuah proposal
yang baik sesuai dengan aturan yang berlaku.
Menurut Luneto (http://lemlit.ung.ac.id ) “Proposal” bermakna “usulan” yang merupakan
hasil dari kegiatan “mengusulkan” atau “propose” dalam bahasa Inggris. Dengan demikian
proposal merupakan suatu usulan atau rencana yang memerlukan persetujuan dari pihak lain
sebelum dilaksanakan. Isi proposal dapat berupa rancangan kegiatan, dana, pelaksana, dan lain
sebagainya. Lebih jauh Keraf (1998:302) menyebutkan usul atau proposal adalah suatu saran
atau permintaan kepada seseorang atau suatu badan untuk mengerjakan atau melakukan suatu
pekerjaan. Proposal dibuat untuk meyakinkan seseorang atau badan sehingga orang atau badan
tersebut menerima proposal atau usul dan melakukan apa yang diharapkan dalam proposal itu.
Sebelum membuat sebuah proposal atau usul kita harus menentukan untuk siapa proposal itu
dibuat. Karena isi dan bentuk proposal yang akan dibuat tergantung dari kepada siapa proposal
itu akan diberikan.
Penyusunan suatu proposal bisa dilakukan oleh seseorang, badan-badan maupun instansi-
instansi swasta maupun pemerintahan. Banyak instansi-instansi swasta maupun pemerintah yang
menyusun sebuah proposal kepada pihak lain dalam membantu suatu pekerjaan atau kegiatan
yang akan dilakukan namun instansi tersebut tidak dapat menjalankan pekerjaan atau kegiatan
tersebut sendiri. Oleh karena itu, mereka membuat sebuah proposal kepada pihak lain untuk
bekerja sama dan meminta bantuan maupun dukungan kepada pihak lain terseut dalam
melaksanakan pekerjaan atau kegiatan tersebut.
Pihak yang membuat proposal tidak selalu melakukan permintaan kerjasama yang
menguntungkan kepada penerima proposal. Artinya proposal yang dibuat, tidak sebagai
kerjasama dari salah satu pihak kepada pihak lain untuk mendapatkan keuntungan. Tetapi bisa
saja sebuah proposal dibuat hanya untuk menyampaikan usul-usul atau masukan kepada pihak
C. Jenis Proposal
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, ketika kita membuat sebuah proposal, kita
harus mengetahui untuk siapa proposal itu akan diberikan. Karena bentuk proposal yang akan
kita buat tergantung dari kepada siapa proposal itu akan diberikan. Secara umum proposal
dibedakan menjadi proposal formal, proposal semiformal, dan proposal nonformal. Proposal
formal adalah proposal yang dalam penyusunannya memenuhi persyaratan-persyaratan formal.
Bentuk proposal formal ini di dalamnya terdiri dari bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian
penutup. Biasanya proposal formal ini dibuat untuk sesuatu kepentingan yang fomal juga.
Sedangkan proposal semiformal dan proposal nonformal merupakan proposal yang dalam
pembuatanya tidak terlalu mengiktui konvensi atau persyaratan-persyaratan yang berlaku dalam
naskah formal. Walaupun tidak terlalu formal, namun dalam proposal semiformal dan proposal
nonformal ini juga harus ada bagian-bagian proposal yang harus ada dalam sebuah proposal.
Menurut Keraf (1998:303) macam-macam bidang yang bisa dijadikan sasaran dalam
membuat proposal adalah:
a. Penelitian
b. Pengembangan
c. Perencanaan
1. Proposal Formal
Seperti yang sudah dikemukakan di atas, proposal formal adalah proposal yang dalam
penyusunannya mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan formal. Dalam persyaratan
formal, ada tiga bagian utama yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Berikut
akan dibahas satu persatu bagian-bagian tersebut.
1.1 Bagian Pendahuluan
Bagian ini berada di awal sebuah proposal yang akan dibuat. Menurut Keraf (1998:306)
hal-hal yang ada pada bagian pendahuluan ini adalah surat pengantar atau memorandum
pengantar, halaman judul, ikhtisar atau abstrak, daftar isi, dan penegasan permintaan. Hal-hal
tersebut harus dimasukkan kedalam bagian pendahuluan, walaupun ada sebagian proposal formal
a. Tentukan bidang dan masalah yang hendak diteliti dalam kawasan teknologi pembelajaran.
D. Evaluasi
Buatlah sebuah proposal yang kalian akan diajukan kepada pihak luar bisa negeri atau
swasta kegiatan Kesehatan.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Alek A. dan Achmad H. P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana.
Arifin, E. Zaenal dan S. Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika
Presindo.
Arifin, E.Zaenal dan Junaiyah. H.M.2008. Sintaksis untuk Mahasiswa Strata Satu. Jakarta:
Grasindo.
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa.
Jakarta: Diksi Insan Mulia.
Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna, dan Tanda.
Bandung: Rosda.
Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM.
Rahardi, Kunjana. 2006. Teknik-Teknik Pengembangan Paragraf Karya Tulis Ilmiah. Jakarta:
Erlangga.