BAHASA INDONESIA
KELOMPOK 3
Alfi Rafied Arisandi 062230100071
Anissa Nabila Cakrawala 062230100072
Budi Mulia 062230100075
Muhammad Dimas Fajar Saputra 062230100084
Putri Amelia Rizky Sari 062230100088
Dosen Pengampu :
Eka Putri, M.Pd.
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayahnya. Shalawat dan salam tidak lupa penulis
ucapkan kepada para pemimpin umat Rasulullah SAW. Penulis merasa bersyukur telah
menyelesaikan makalah mengenai "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)"
sebagai tugas mata kuliah bahasa Indonesia. Di dalam makalah ini, penulis menjelaskan
mengenai pengertian, ruang lingkup, penulisan huruf, dan mengenai beberapa penulisan
kata (dasar, berimbuhan, dan bentuk ulang) sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eka Putri, M.Pd. selaku dosen mata
kuliah bahasa Indonesia atas bimbingan yang diberikan dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Tidak lupa pula penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam pembelajaran berbahasa Indonesia secara
baik dan benar. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran sebanyak-banyaknya dari pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
C. Tujuan ………………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A. Pengertian PUEBI …………………………………………………..4
B. Ruang Lingkup ……………………………………………………...5
C. Pemakaian Huruf ……………………………………………………6
1. Huruf Abjad...................................................................1
2. Huruf Vokal...........................................................................2
3. Huruf Kosonan......................................................................3
4. Huruf Diftong........................................................................4
5. Gabungan Huruf Konsonan...................................................4
6. Huruf Kapital.........................................................................5
7. Huruf Miring........................................................................13
8. Huruf Tebal..........................................................................14
iii
3. Tanda Titik Dua (:)................................................................45
4. Tanda Hubung (-)..................................................................47
5. Tanda Pisah (—).................................................................49
6. Tanda Tanya (?)..................................................................50
7. Tanda Seru (!).......................................................................51
8. Tanda Petik (“...”)...............................................................52
9. Tanda Kurung ((...))............................................................54
10. Tanda Garis Miring (/)........................................................55
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
paling terlihat. Seiring kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya, tidak dapat
dihindari bahwa ide-ide baru yang disertai wadah penampungnya, kata-kata dan frasa
baru, juga akan mengikuti. Jika sebuah wadah tidak ada pada awal konsep, maka
manusia akan menciptakan sendiri kata tersebut (Chaer, 2007, as cited in Yanti,2016).
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dari PUEBI.
2. Mendeskripsikan ruang lingkup dari PUEBI.
3. Mendeskripsikan aturan penulisan huruf berdasarkan PUEBI.
4. Mendeskripsikan aturan penulisan kata berdasarkan PUEBI.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Tata bahasa yang dikenal dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) mengatur
bagaimana bahasa Indonesia digunakan dalam penulisan, mulai dari penggunaan huruf,
penulisan kata, komponen serapan penulisan, dan penggunaan tanda baca (Murtiani et
al, 2016). Standar tata bahasa diperlukan untuk menulis makalah ilmiah yang beragam
karena karya-karya ini membutuhkan tingkat keunggulan yang sangat teliti. Artikel,
resensi, profil, karya sastra, jurnal, tesis, tesis, disertasi, dan jenis karya lainnya dapat
dianggap sebagai karya ilmiah. Sehingga PUEBI dapat dipahami sebagai ketentuan
mendasar yang lengkap yang memuat acuan penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
2.2 Ruang Lingkup
Salah satu letak perbedaan antara PUEBI dan PUEYD adalah adanya penambahan
ruang lingkup. Hanya tiga topik yang tercakup dalam PUEYD: menggunakan huruf,
menggunakan kata, dan menggunakan tanda baca. PUEBI, sementara itu memperluas
cakupan dengan menulis komponen serapan. Penggunaan huruf dan penulisan kata
adalah dua aspek dari topik yang dicakup oleh penulis dalam makalah ini.
2.3 Pemakaian Huruf
4
2.3.1 Huruf Abjad
Huruf adalah tanda skrip dalam tulisan yang mewakili bunyi bahasa. Sedangkan
abjad adalah kumpulan atau sistem simbol berdasarkan urutan yang luas dan teratur
dalam bahasa tertentu. Ejaan bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf abjad, yaitu sebagai
berikut.
5
O o o o
P p pe pé
Q q ki ki
R r er èr
S s es ès
T t te té
U u u u
V v ve vé
W w we wé
X x eks èks
Y y ye yé
Z z zet zèt
2.3.2 Huruf Vokal
Huruf vokal merupakan huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan oleh aliran
udara tanpa hambatan dan kualitasnya yang bergantung pada tiga karakteristik: tinggi
rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir selama produksi
vokal. Dalam bahasa Indonesia, vokal terdiri dari lima huruf: a, e, i, o, dan u.
Tabel 2.2 Huruf vokal dan contoh pemakaiannya dalam kata
Keterangan :
∗ Huruf e mewakili dua fonem, yaitu /e/ dan /ə/ beserta alofonnya. Fonem /e/memiliki
dua alofon, yaitu [e] dan [ɛ]. Fonem /e/ dilafalkan [e] jika terdapat pada suku kata buka
dan tidak diikuti suku kata yang mengandung alofon [ɛ](Alwi et al, 2008). Fonem /e/
dilafalkan [ɛ] jika terdapat pada suku kata tutup akhir. Fonem /ə/ hanya memiliki satu
alofon, yaitu [ə]. Pada PUEBI, digunakan tiga diakritik yang mewakili fonem beserta
alofon dari huruf e sebagai panduan pengucapan yang benar apabila suatu ejaan kata
menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e].
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Kedelai merupakan bahan pokok kecap (kécap).
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ].
Misalnya:
Kami menonton film seri (sèri).
Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
7
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə].
Misalnya:
Pertandingan itu berakhir seri (sêri).
Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.
2.3.3 Huruf Konsonan
Huruf konsonan adalah huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan dengan
menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran suara di atas glotis. Kondisi
pita suara, penyentuhan atau pendekatan berbagai pita suara, dan cara pita suara
bersentuhan atau berdekatan satu sama lain adalah tiga elemen yang mempengaruhi
bagaimana konsonan diucapkan (Alwi et al, 2008). Bahasa Indonesia memiliki 21 huruf
konsonan, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z .
Keterangan :
∗ Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmu pengetahuan.
Huruf x pada posisi awal kata dilafalkan [s].
2.3.4 Huruf Diftong
9
Huruf Diftong adalah huruf vokal yang berubah kualitasnya pada saat
pengucapannya dan diwakili oleh dua huruf vokal dalam sistem penulisannya. Karena
merupakan bagian dari suku kata yang sama, kedua vokal tersebut tidak dapat
dipisahkan. Urutan vokal dan diftong berbeda satu sama lain karena setiap vokal dalam
urutan vokal memiliki bunyi yang berbeda dan terletak pada suku kata yang berbeda
(Alwi et al., 2008). Ai, au, ei, dan oi adalah beberapa contoh huruf diftong dalam bahasa
Indonesia.
Tabel 2.4 Huruf diftong dan contoh pemakaiannya dalam kata
12
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang
dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Silakan duduk, Yang Mulia.
Selamat pagi, Dokter.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Jusuf Kalla
Profesor Supomo
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
Misalnya:
bahasa Indonesia
suku Dayak
Catatan:
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar
kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
13
keinggris-inggrisan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama ta- hun, bulan, hari, dan
hari besar atau hari raya.
Misalnya:
bulan Desember tahun Hijriah
hari Jumat hari Lebaran
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:
Konferensi Asia Afrika
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Palembang Kecamatan Kalidoni
Sungai Musi Kepulauan Seribu
Catatan:
a. Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan
huruf kapital.
Misalnya:
mandi di sungai mendaki gunung
menyeberangi jalan berlayar ke teluk
14
b. Huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai nama jenis
tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
jeruk bali (Citrus maxima) kacang arab (Cicer arietinum)
Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat
dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam
kelompoknya.
Misalnya:
Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir,
gula tebu, gula aren, dan gula anggur.
Contoh berikut bukan nama jenis.
Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan,
tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Perserikatan Bangsa-Bangsa
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama
15
majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Majalah Bobo memberikan informasi yang bermanfaat bagi anak-
anak.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
S.T. sarjana teknik
Dr. doktor
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Ibu pulang?” tanya budi.
Ibu berkata kepadaku, “Tolong jemput Adikmu sekolah Nak.”
Catatan:
a. Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Ayah saya memiliki tujuh orang kakak dan empat orang adik.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
16
b. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Siapa nama Anda?
Saya tidak tahu kalau Anda juga suka berpetualang.
2.3.7 Huruf Miring
Huruf miring merupakan huruf yang letaknya miring, tetapi tidak sama dengan
tulisan tangan pada kursif. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf
miring.
1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau
nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Penulisan kata yang benar adalah dekret, bukan dekrit.
3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa
daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
17
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
Upacara peusijuek (tepung tawar) adalah Upacara adat dari Aceh yang biasa
dilakukan oleh masyarakat sebagai ucapan syukur kepada tuhan dalam acara
pernikahan, rumah baru, naik haji, hingga kelahiran.
Catatan:
a. Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa
asing atau bahasa daerah tidak ditulis dengan huruf miring
b. Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian
yang akan dicetak miring ditandai dengan garis bawah.
c. Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa daerah yang dikutip
secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf
miring.
2.3.8 Huruf Tebal
Huruf tebal adalah huruf yang dicetak tebal atau vet. Berikut adalah ketentuan-
ketentuan penggunaan huruf tebal.
1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis dengan
huruf miring.
Misalnya:
Suku kata logi pada biologi menunjukkan ilmu yang dipelajari yaitu ilmu
mengenai keadaan dan sifat makhluk hidup seperti manusia, binatang, dan
tumbuhan.
18
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan
Bahasa Indonesia.
2. Huruf tebal dapat digunakan untuk menegaskan bagian-bagian karangan,
seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
2.4 Penulisan Kata
2.4.1 Kata Dasar
Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri dan
tersusun dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudan kesatuan perasaan
dan pikiran yang digunakan dalam berbahasa, baik diucapkan maupun dituliskan. Kata
dasar dapat diartikan sebagai suatu kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih
besar dan bahkan menjadikan kata tersebut memiliki makna yang berbeda.
Misalnya:
Saya pergi ke pasar.
Buku itu sangat tebal.
2.4.2 Kata Berimbuhan
19
Kata berimbuhan atau kata turunan adalah kata-kata yang sudah berubah bentuk
dan makna disebabkan pemberian imbuhan berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks),
sisipan (infiks), atau awalan-akhiran (konfiks). Kata berimbuhan terbagi menjadi:
1. Imbuhan yang ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
Berjalan
mempermudah
kemauan
perbaikan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi,
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:
sukuisme
seniman
kamerawan
manusiawi
Catatan:
a. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau
singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung
(-).
Misalnya:
non-Indonesia anti-PKI
b. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau
sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang.
c. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau
sifat Tuhan, kecuali kata esa, di- tulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi kita.
21
Bentuk ulang adalah kata dasar yang mengalami pengulangan (reduplikasi),
hingga membentuk makna yang berbeda (Murtiani et al, 2016). Bentuk ulang ditulis
dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Berdasarkan pendapat
Badudu (1983), kata ulang menurut bentuknya ada beberapa macam, yaitu:
a. Kata ulang dengan mengulang seluruh morfem: kuda-kuda, sakit-sakit,
berapa- berapa, perubahan-perubahan.
b. Kata ulang berimbuhan: berjalan-jalan, gigi-geligi, anak-anakan.
c. Kata ulang yang mengalami perubahan bunyi: bolak-balik, serta-merta, serba-
serbi.
d. Kata ulang dwipurwa: lelaki, tetamu, leluhur, tetanaman.
Catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
lemari pakaian → lemari-lemari pakaian
buku pelajaran → buku-buku pelajaran
2.4.4 PEMAKAIAN TANDA BACA
Misalnya:
23
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00u),
25
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
pemerincian atau penjelasan.
Misalnya:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan
d. pelaporan.
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
b. Sekretaris : Siti Aryani
c. Bendahara: Aulia Arimbi
26
Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : “Bawa koper ini, Nak!”
Amir: “Baik, Bu.”
5. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah
dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Albaqarah: 2—5
Matius 2: 1—3
27
anak-anak
berulang-ulang k
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang
dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-
satu.
Misalnya:
11-11-2013
p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia,
se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2); c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
Catatan: Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka
tersebut melambangkan jumlah huruf.
Misalnya:
BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia)
LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
5. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan.
Misalnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
28
Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan
29
Jakarta—Bandung
30
J. Tanda Petik (“…”)
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
“Kerjakan tugas ini sekarang!” perintah atasannya. “Besok akan dibahas
dalam rapat.”
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel,
naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”!
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
“Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi.
Dilarang memberikan “amplop” kepada petugas!
31
Misalnya:
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk). Lokakarya
(workshop) itu diadakan di Manado.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di
Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru
pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di
dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai penanda pemerincian.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c)
tenaga kerja.
32
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan
2. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam
naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak beberapa kali.
Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang macapat budaya Jawa.
Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank
33
BAB III
PENUTUP
1.Simpulan
1. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam BahasaIndonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan,mulai dari pemakaian huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan,serta penggunaan tanda baca.2.
2. Ruang lingkup PUEBI adalah pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda
baca, dan penulisan unsur serapan.3.
3. Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan
bunyi bahasa. Pemakaian huruf yang diatur dalam PUEBI antara lain: hurufabjad, huruf
vokal, huruf konsonan, huruf diftong, gabungan hurufkonsonan, huruf kapital, huruf
miring, dan huruf tebal.4.
4. Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiridan tersusun
dari morfem tunggal. Kata merupakan perwujudankesatuan perasaan dan pikiran yang
digunakan dalam berbahasa, baikdiucapkan maupun dituliskan. Pedoman penulisan kata
yang diatur olehPUEBI adalah kata dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang, dan lain-lain.
2. Saran
34
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
35
36