Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : MEMMY DWI JAYANTI, S.S.,M.Pd.

NAMA ANGGOTA:
AHMAD REZA (202221500354)
ANGGREINI IBRAHIM (202221500369)
NADIA JESSICA (202221500365)
DEWI ARDHIANTI (202221500528)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Pembinaan yang bertema "Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia ".

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia semester II dengan
dosen pengampu Bu Memmy Dwi Jayanti, S.S., M.Pd.. Tidak lupa
kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini dan
orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami.

Akhirnya, penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya


terhadap makalah ini,dan kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi kami khususnya dengan segala kerendahan hati,saran
dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari pembaca
guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain pada
waktu mendatang

Jakarta . 16 maret 2023


Penyusun, Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................


DAFTAR ISI ...........................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................
1.3 Pemecahan Masalah.........................................................
1.4 Tujuan .............................................................................
BAB II PEMBAHASAN ........................................................
2.1.Ejaan Van Ophuijsen ..........................................................
2.2 Ejaan Soewandi (Republik).................................................
2.3 Ejaan Malindo ....................................................................
2.4 Ejaan yang Disempurnakan ................................................
2.5 Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia ..........................
BAB III PENUTUP ................................................................
3.1 Kesimpulan ........................................................................
3.2 Saran ...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .............................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sejak penggunaannya diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia, Soeharto, pada tanggal 1990 Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan telah berusia delapan belas
tahun. Namun kurun waktu selama itu ternyata belum menjadi
jaminan bahwa seluruh kaidah ejaan yang terdapat di dalam pedoman
itu telah diterapkan dengan baik. Dalam beberapa hal kita memang
dapat melihat perkembangan yang cukup menggembrikan. Paling
tidak, jika dibandingkan dengan masa-masa awal pemberlakuannya,
pemakaian ejaan pada saat ini jauh lebih meningkat. Sungguhpun
demikian, kita juga masih sering menjumpai beberapa kekeliruan. Hal
ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika para pemakai bahasa telah
memahami penerapan kaidah ejaan itu dengan tepat.
Ejaan di Indonesia mengalami pergantian dari tahun ke tahun
guna mengikuti perkembangan zaman. Adapun tujuan dari pergantian
sistem ejaan di Indonesia tak Jain untuk menyempurnakan aturan
berbahasa masyarakat Indonesia dan Pedoman Umum Ejaaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan adalah wujud kongkret dari
penyempurnaan ejaan di Indonesia saat ini. Perkembangan ejaan,
khususnya Ejaan yang Disempurnakan (EYD) di Indonesia adalah
submateri dalam ketatabahasaan Indonesia yang memiliki peran
cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga
diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan dipahami secara
baik dan terarah. Dalam praktiknya diharapkan aturan tersebut dapat
digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga proses penggunaan
tata bahasa Indonesia dapat dilakukan secara baik dan benar.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah yang akan kami
bahasa adalah "Bagaimana sejarah ejaan bahasa indonesia?"

1.3 Pemecahan masalah


Jenis-jenis perkembangan ejaan bahasa Indonesia:
* Ejaan Van Ophuijsen
*Ejaan Soewandi (Republik)
*Ejaan Malindo
*Ejaan yang disempurnakan (EYD)
*Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

1.4 Tujuan
Makalah ini menjelaskan mengenai "Sejarah Bagaimana
Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia" agar pembaca mengetahui
proses perkembangan sistem Ejaan Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Ejaan van ophuijsen


Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang
pernah digunakan untuk bahasa Melayu dan kemudian bahasa
Indonesia pada zaman kolonialisme Belanda. Ejaan ini digunakan
untuk menuliskan kata-kata bahasa Indonesia menurut model yang
dipahami orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi
yang mirip dengan tuturan Belanda. Ada tiga ciri penanda lingual
dalam Ejaan van Ophuijsen, yaitu:
1. penggunaan huruf j dibaca /y/
2. penggunaan huruf oe dibaca /u/ dan
3. penggunaan tanda diakritik meliputi tanda koma (,), ain (‘), dan
trema (¨).
Majalah Keboedajaän dan Masjarakat (1939) menggunakan ejaan
Van Ophuijsen yang masih memperlihatkan tanda trema. Huruf hidup
yang diberi aksen trema atau dwititik diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö,
menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan
diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu
menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi. Ejaan ini
akhirnya digantikan oleh ejaan Republik untuk bahasa Indonesia pada
19 Maret 1947.
Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Melayu yang
pertama kali oleh Prof. Charles van Ophuijsen dibantu oleh Nawawi
Soetan Makmoer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan
mereka yang dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam
sebuah buku berjudul Kitab Logat Melajoe.[2] Dalam kitab itu dimuat
sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia. Van Ophuijsen
adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi
inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatra Barat.

2.2 Ejaan Soewandi (republic)


Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan
tanggal 17 Maret 1947 oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan
Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soeawandi, menggantikan ejaan
Ophuijsen. Bisa dibilang, ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali
digunakan setelah kemerdekaan adalah ejaan Soewandi. Sebenarnya,
nama resmi dari ejaan tempo dulu yang satu ini adalah ejaan
Republik, namun lebih dikenal dengan ejaan Soewandi.
Faktor pemicu hadirnya ejaan Soewandi sebenarnya merupakan
faktor kebangsaan Indonesia yang sudah merdeka dan ingin mengikis
citra Belanda yang diwakili oleh ejaan Ophuijsen membuat
pentingnya adanya perubahan ejaan di bahasa kita.
Saat itu Londo sedang sirik-siriknya melihat pencapaian
kemerdekaan mantan negara jajahannya ini hingga datang lagi ke
Indonesia dengan memboncengi sekutu (tahun 1947). Semakin jelek
deh impresi Belanda yang terwakilkan dalam ejaan Ophuijsen.
Adapun ciri-ciri khusus dari ejaan soewandi :
Berikut ciri-ciri ejaan Soewandi:
1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata dulu, aku, Sukarni,
republik (perhatikan gambar prangko di atas), dsb.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, pada kata-kata
makmur, tak, pak, atau hamzahnya dihilangkan menjadi kira-kira, apa
elo masih menulis jum’at alih-alih jumat?
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada mobil2, ber-
jalan2, ke-barat2-an. Jadi terjawab deh kenapa sampai saat ini kita
masih sering menuliskan angka 2 sebagai perwakilan kata ulang. Tapi
sayang, kalau konteks bahasa baku, hal ini sudah kadaluarsa.

4. Awalan di– dan kata depan di keduanya ditulis serangkai dengan


kata yang menyertainya. Alhasil, penulisan disekolah atau dijalan
disamakan dengan dijual atau diminum. Nah, penulisan di- sebagai
awalan dan kata depan selalu menjadi momok dalam tutur lisan
maupun tulisan. Saat mestinya digabung, dijalankan menjadi di
jalankan. Sebaliknya, di mana menjadi dimana.
5. Penghapusan tanda diakritis atau pembeda antara huruf vokal
tengah / yang disebut schwa oleh para linguis atau e ‘pepet’
disamakan dengan e ‘taling’. Gue pribadi agak keberatan dengan
penghapusan ini. Akibatnya, karena dialek bahasa Indonesia kita
sangat beragam dan dipengaruhi bahasa daerah masing-masing, jadi
mestinya kita bisa maklum jika ada orang Ambon/Papua yang
kesulitan mengeja Tebet (konsensusnya Tbt) tetapi malah dieja Tebet
(seperti mengeja bebek). Atau misalnya, komputer yang bagi orang
Batak dieja sebagai komputer (seperti mengeja e pada kemah) alih-
alih komputer (seperti mengeja e pada terbang). Namun begitu, ada
juga pendapat bahwa hal ini baik karena menuliskan tanda diakritis
tidaklah praktis.

2.3 Ejaan Melindo


Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Suatu ejaan dari perumusan
ejaan melayu dan indonesia yangterjadi pada kongres bahasa
indonesia tahun 1954 di Medan dan belummenghasilkan hasil apapun.
Pada akhir tahun 1959 Sidang PerutusanIndonensia dan Melayu
(Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail,masing-masing
berperanan sebagi ketua perutusan) menghasilkankonsep ejaan
bersama yang kemudian dikenal dengan nama EjaanMelindo
(Melayu-Indonesia).Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu
bunyi bahasadilambangkan dengan satu huruf. Salah satu lambang itu
adalah huruf j sebagai pengganti dj, huruf c sebagai pengganti huruf
tj, huruf η sebagai pengganti ng, dan huruf ή sebagai pengganti nj.
Contoh:
-Sejajar sebagai pengganti sedjadjar.
-Mencuci sebagai pengganti mentjutji

2.4 Ejaan yang disempurnakan


Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan
penyempurnaandari ejaan-ejaan sebelumnya. EYD diresmikan pada
saat pidatokenegaraan memperingati HUT Kemerdekaan RI XXVII,
17 agustus1972. Kemudian dikukuhkan dalam Surat Keputusan
Presiden No. 57tahun 1972. EYD ini hasil kerja panitia ejaan Bahasa
Indonesia yangdibentuk tahun 1966. Ejaan yang disempurnakan
adalah ejaan yangtelah sesuai dengan perkembangan bahasa sekarang
ini. Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu :
1. Pemakaian huruf
2. Penulisan huruf
3. Penulisan kata
4. Penulisan unsur serapan
5. Pemakaian tanda baca.
Ciri khusus Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) :
1. Perubahan huruf /j/, /dj/, /nj/, /ch/, /tj/, /sj/ pada ejaan
Republikmenjadi /y/, /j/, /ny/, /kh/, /c/, /sy/.Contoh :
Jang = yang
Djadi = jadi
2. Kata ulang ditulis dengan satu cara yakni menggunakan
tandahubung (tidak diperkenankan menggunakan tanda angka
/2/)Contoh : Besar2 = Besar-besar, Se-besar2-nya = Sebesar-besarnya

Catatan : Penulisan kata ulang dengan menggunakan angka (2)


hanyadiperkenankan pada tulisan cepat atau notula.
3. Penulisan kata majemuk harus dipisahkan dan tidak
perlumenggunakan tanda hubung.Contoh :
Duta-besar = duta besar
Kaya-raya = kaya raya
4. Gubangan kata yang sudah dianggap senyawa (satu kata)
ditulisserangkai. Contohnya : Assalamualaikum, hulubalang
5. Kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan katayang
mengikutinya. Contohnya : kumiliki, dipukul, barangmu, pacarku.
6. Kata depan di dan ke ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh : di Surabaya bukan disurabaya ke sini bukan kesini
7. Partikel pun terpisah dari kata yang mendahuluinya, kecuali
punyang menjadi kelompok kata.Contoh :Kapan pun aku tetap
menantimu meskipun demikian aku tak akan marah (meskipun
adalahkelompok kata)
8. Penulisan kata si dan sang dipisah dari kata yang
mengikutinya.Contoh:
Si penjual bakso bukan sipenjual bakso
Sang pujangga bukan sangpujangga
9. Partikel per berarti tia-tiap dipisah dari kata yang
mengikutinya.Contoh :
Per orang bukan perorang
Per lembar bukan perlembar

2.5 Pedoman umum ejaan Bahasa indonesia


Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ditetapkan
padatanggal 26 November 2015 oleh Menteri Pendidikan dan Budaya,
AniesBaswedan. PUEBI dibuat untuk menggantikan EYD, dengan
alasanyang telag dipertimbangkan pada Peraturan Menteri Pendidikan
danBudaya Nomor 50 Tahun 2015, yaitu karena:
1. Adanya berbagai kemajuan dalam berbagai bidang ilmu,
termasukBahasa Indonesia berubah lisan dan tulisannya.
2. Mantapkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa

Negara.Perbedaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dengan


Ejaanyang Disempurnakan adalah sebagai berikut:
1. Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong
hanyatiga yaitu ai, au, oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong
ditambahsatu yaitu ei.
HurufDiftongMisalnya Pemakaian dalam Kata
2. Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada
tiga,yaitu menuliskan judul buku, bab, dan
semacamnya,mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema
dalamkamus. Dalam EBI,
fungsi ketiga dihapus.Berikut penjelasannya:
1. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yangsudah
ditulis miring.Misalnya:
-Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapatdalam Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
-Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti ‗dan
2. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-
bagiankarangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.

Misalnya:
A.) Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai olehsatu bahasa
standar dan ratusan bahasa daerah
ditambah beberapa bahasa asing, terutama bahasaInggris
membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa.
Agar lebih jelas, latar belakang danmasalah akan diuraikan secara
terpisah seperti tampak pada paparan berikut.
a. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkanmunculnya sikap
yang beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia,
yaitu (1) sangat banggaterhadap bahasa asing, (2) sangat bangga
terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat bangga terhadap
bahasaIndonesiab.
b. Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa
masyarakat Kalimantan terhadap ketiga bahasayang ada di Indonesia.
Sikap masyarakat tersebut akandigunakan sebagai formulasi
kebijakan perencanaan bahasa yang diambil.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Ejaan merupakan kaidah/aturan yang harus dipatuhi oleh pemakai
bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam
bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan
kejelasan makna. Sesuai dengan fungsi Ejaan sebagai berikut:
a. Landasan pembakuan tata bahasa.
b. Landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam
bahasa Indonesia.

3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan karya tulis yang bermanfaat bagi
banyak orang.

DAFTAR PUSAKA

Muslich Masnur:2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia.


Jakarta. Bumi Aksara
Waridah Ernawati: 2010. EYD Dan Seputar Kebahasa-
Indonesiaan.Jakarta. Kawan Pustaka.
Chaer Abdul: 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia. Jakarta. PT Rineka Cipta.
-TERIMA KASIH-

Anda mungkin juga menyukai