Tugas Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu :
Kasih S.Pd M.Pd
Disusun oleh :
Jl. Puspitek, Buaran, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15310
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Ejaan Dan Tanda Baca ”
sebagai mata kuliah Bahasa Indonesia. Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan
dalam makalah ini karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca
untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.
Akhir kata Tim Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran
yang bersifat membangun akan Tim Penulis terima dengan senang hati.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tim penyusun mengajukan beberapa
rumusan masalah, di antaranya :
1. Apakah yang dimaksud dengan ejaan?
2. Bagaimana fungsi ejaan?
3. Bagaimana penggunaan tanda baca?
4. Apa prinsip-prinsip tanda baca?
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai
berikut :
1. Huruf y ditulis dengan j Misalnya (Sayang : Sajang)
2. Huruf y ditulis dengan j Misalnya (Huruf u ditulis dengan oe Misalnya (Umum :
Oemoem)
3. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas
Misalnya (Rakyat : Ra’yat)
4. Huruf j ditulis dengan dj Misalnya (Jakarta : Djakarta)
5. Huruf c ditulis dengan tj Misalnya (Pacar : Patjar)
6. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch Misalnya (Khawatir : Chawatir)
Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi. Penyusunan ejaan
baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya yaitu Ejaan
Van Ophuysen juga untuk menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada
tanggal 19 Maret 1947, setelah selesai disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan
berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947. Ejaan baru itu diresmikan dengan
nama Ejaan Republik.
Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena nama itu disesuaikan dengan
nama orang yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui, Soewandi merupakan nama
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena
itu, kiranya wajar jika ejaan yang disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi.
Ciri Khusus Ejaan Soewandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
misalnya kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus, misalnya
ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
3
c. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu
dan Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di
Medan, Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan
sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
4
c. Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah
geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali,
menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon,
pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
5
c. Penulisan kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai
untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus,
dsb.
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan tanda baca titik (.) yaitu :
a.Tanda baca titik (.) digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan yang bukan
berupa kalimat tanya atau kalimat seruan.
Contoh : – Saya beragama islam
b.Tanda baca titik (.) digunakan dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar atau daftar.
Contoh :– 4.1 Pembahasan
–Lampiran 2. Calon jamaah haji
c.Tanda baca titik (.) digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan jangka waktu.
Contoh :– pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d.Tanda baca titik (.) digunakan diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Contoh : – Lesatariningrum, Dwi. 1989. Tek
6
–Dia bukan kakakku, melainkan adikku.
b. Digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Sore itu kami sekeluarga sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ayah sedang
membaca Koran; ibu menjahit baju; saya asyik membersihkan taman di depan rumah.
Tanda pisah (–) digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti “sampai ke“
atau “sampai dengan”. Penulisan tanda baca pisah (–) dinyatakan dengan dua buah
tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
7
Contoh: 1920–1945
Tanggal 15—10 April 1970
Tanda ini digunakan untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang hilang.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan akhlak dikalangan mahasiswa…atau diteliti lebih
lanjut.
Contoh: Dalam buku KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Bab II pasal 10.
Tanda tanya (?) digunakan pada akhir kalimat tanya, yakni kalimat yang membutuhkan
jawaban.
Contoh: Siapa yang membawa tas saya ?
Tanda ini digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini ( perbedaannya dibicarakan dalam Bab II [lihat
halaman 67-89])
8
Contoh: Kata Toto,”Saya juga berpuasa.”
“Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia”(Imran,1998)
Tanda ini digunakan untuk mengapit makna, terjemahan, dan penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: Mastery Learning ‘belajar tuntas’
Reformasi ‘perubahan’
Tanda garis miring digunakan dalam menulis nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang tebagi dalam dua tahun takwim.
Contoh: 14/YPU-i/12/99
Jalan Kramat III/10 Jakarta
Tanda ini berfunsi untuk penyingkat suatu kata yang digunakan untuk menunjukan
penghilangan bagian suatu kata atau bagian angka tahun.
Contoh: malam ‘lah tiba (‘lah = telah)
1 Januari ’88 (’88 = 198)
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kita memahami apa yang telah di paparkan di atas, kita dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa :
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian
kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf,
suku kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas
dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan antara lain berfungsi sebagai :
1. Landasan pembakuan tata bahasa.
2. Landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan.
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
10
12. Tanda petik tunggal (‘…’)
13. Tanda garis miring (/)
14. Tanda apostrof (‘)
15. Tanda petik (“…..”)
Bahasa itu tidak terlepas dari yang namanya tata ejaan dan tanda baca. Dan ternyata ejaan
dan tanda baca itu saling keterkaitan.dan ejaan itu ternyata mengalami beberapa tahap
hingga menjadi yang sempurna, dimana yang kita gunakan saat ini.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan di dalamnya
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menyarankan pembaca untuk literatur
yang lebih resmi seperti literatur yang dikeluarkan oleh KEMENDIKBUD dan membaca
pedoman Kamus Besar Bahasa Indonesia serta
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Kemendikbud. 2015. Permedikbud No. 50 Tahun 2015. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemendikbud. 1984. Pedoman Khusus Tata Istilah dan Tata Nama Kimia.
Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
iii
4