Anda di halaman 1dari 15

EJAAN BAHASA INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Muhammad Darwis, S.pd, M.pd

UNIT D

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Muhammad Yasar Alwafi (235520110238) 6. Yossi Herlianti (235520110269)


2. Zhia Ulhaq (235520110189) 7. Zikra Fatira (235520110191)
3. T. Alfahrezy (235520110264) 8. Lidiya Safira (235520110223)
4. Ilhamta (235520110218) 9. Nurfazilah (235520110245)
5. Musdarizki (235520110241) 10. Zahra Mahfuzah (235520110182)

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2023

4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
tidak bisa selesai dengan baik tanpa bantuan dari banyak pihak.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Darwis atas tugas
yang telah diberikan. Dengan tugas ini, ada banyak hal yang bisa kami pelajari melalui
penelitian dalam makalah ini.

Makalah dengan judul “Ejaan Bahasa Indonesia” disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
penulis dan juga bagi para pembaca. Setelah berhasil menyelesaikan makalah ini, kami
berharap dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Kami menyadari bahwa makalah yang
kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kita nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
A. Pengertian Dan Sejarah Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia .................. 3
B. Ejaan Yang Disempurnakan Dan Penggunaan Yang Benar Pada
Penulisan Huruf Dan Kata ............................................................................. 6
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ejaan merupakan hal yang sangat penting di dalam pemakaian bahasa
terutama dalam ragam bahasa tulis. Yang dimaksudkan dengan ejaan sendiri adalah
hal-hal yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim,
angka dan lambang bilangan serta penggunaan tanda baca. Oleh karena itu, kita
memerlukan ejaan untuk membantu memperjelas komunikasi yang di sampaikan
secara tertulis. Dalam beberapa kurun waktu ini, Indonesia mengalami beberapa
perubahan ejaan. Sebelum EYD diresmikan pada tanggal 16 agustus 1972, Indonesia
telah menggunakan beberapa ejaan. Awalnya menggunakan Ejaan Van Ophuysen,
lalu Ejaan Republik ( Ejaan Soewandi ), Ejaan Pembaharuan, Ejaan Baru/Lembaga
Bahasa dan Kasusastraan (LBK), baru kemudian Ejaan Yang Disempurnakan
diresmikan sampai sekarang ini.
Dalam hubungannya dengan pembakuan bahasa, ejaan mempunyai fungsi
yang penting yaitu : sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata dan
peristilahan, serta sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam
bahasa Indonesia. Mengingat pentingnya fungsi itu pembakuan ejaan perlu di capai
terlebih dahulu agar dapat menunjang pembakuan aspek aspek kebahasaan lain.
Namun, bukan berarti kita harus menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan ejaan
melainkan kita boleh menggunakan bahasa yang tidak baku/bahasa percakapan yang
tidak formal. Karena sebenarnya penggunaan bahasa pada dasarnya digunakan sesuai
dengan situasi pemakaian.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan ejaan?
2. Bagaimana fungsi ejaan?
3. Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia?
4. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata?
5. Bagaimana cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD

1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mendeskripsikan tentang pengertian ejaan.
2. Untuk mendeskripsikan fungsi ejaan.
3. Untuk mendeskripsikan perkembangan ejaan di Indonesia.
4. Untuk mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Sejarah Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia


1. Pengertian ejaan
Ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum, secara
khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan
huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi
kata, kelompok kata atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan
ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan
penggabungannya yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.
Dari keterangan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ejaan merupakan hal-
hal mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim,
angka dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain itu, juga
tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.

2. Fungsi Ejaan
Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut
pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai
fungsi yang sangat penting. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
Indonesia
Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya
juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk
membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan
secara tertulis.
3. Sejarah Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
a. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam
sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, Ejaan Van Ophuysen
pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan itu disusun oleh Ch.A.Van

3
Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma‟moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum Ejaan Van Ophuysen disusun para
penulis pada umumnya mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan
konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan yang
digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit
banyak mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain
sebagai berikut :
1. Huruf y ditulis dengan j Misalnya (Sayang : Sajang)
2. Huruf u ditulis dengan oe Misalnya (Umum : Oemoem)
3. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas
Misalnya (Rakyat : Ra‟yat)
4. Huruf j ditulis dengan dj Misalnya (Jakarta : Djakarta)
5. Huruf c ditulis dengan tj Misalnya (Pacar : Patjar)
6. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch Misalnya (Khawatir : Chawatir)

b. Ejaan Republik( Ejaan soewandi )


Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi.
Penyusunan ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku
sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen juga untuk menyederhanakan sistem
ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret 1947, setelah selesai disusun ejaan
baru itu diresmikan dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan menteri
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A,
tanggal 19 Maret 1947. ejaan baru itu diresmikan dengan nama Ejaan Republik.
Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena nama itu disesuaikan
dengan nama orang yang memprakarsainya. Seperti kita ketahui, Soewandi
merupakan nama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan ketika ejaan
itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika ejaan yang disusunnya juga dikenal
sebagai Ejaan Soewandi.
 Perbedaan Ejaan Republik dan Ejaan Van Ophuysen
Beberapa perbedaan yang tampak mencolok dalam kedua ejaan iu dapat
diperhatikan dalam uraian di bawah ini :
1. Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u dalam
Ejaan Republik (Oemoer =Umur)
4
2. Bunyi hamzah („) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik (Ma‟loem = maklum)
3. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik ( rata-
rata = Rata2)
4. Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan(Keritik =
Kritik)
5. Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam Ejaan
Republik(ẽkor = Ekor)

Meskipun dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku


seelumnya, Ejaan Republik ternyata masih memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan itu antara lain karena huruf-huruf seperti F,V,X,Y,Z,SJ(Sy) dan
Ch(Kh) yang lazim digunakan untuk menulis kata-kata asing tidak
dibicarakan dalam ejaan baru itu. Padahal, huruf-huruf tersebut pada masa
itu masih merupakan permasalahan dalam bahasa Indonesia.

c. Ejaan Baru (Ejaan LBK)


Ejaan Baru Merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan
melindo.Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasa dan
Kasusaatraan,sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa)
juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang berhasil merumuskan ejaan yang
disebut Ejaan Baru.Namun lebih di kenal dangan ejaan LBK.
Adapun Perubahan yang terdapat dalam ejaan Baru Adalah :

 Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j Misalnya : remadja → remaja


 Gabungan konsonan tj di ubah menjadi c. Misalna : tjakap → cakap
 Gabungan konsonan nj di uban menjadi ny. Misalnya : Sunji → sunyi
 Gabungan konsonan sj di ubah menjadi sy. Misalnya : Sjarat → syarat
 Gabungan konsonan ch di ubah menjadi kh. Misalnya : Ichlas → ikhlas
 Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan hanya di tulis
dengan e/tanpa penanda. Misalnya : Ségar → segar
 Huruf asing f, v, dan z di masukkan kedalam sistem ejaan bahasa
Indonesia karena huruf huruf itu banyak di gunakan. Misalnya : Fasih,
Vakum, Zaman

5
B. Ejaan Yang Disempurnakan Dan Penggunaan Yang Benar Pada Penulisan
Huruf Dan Kata
Ejaan Yang disempurnakan (EYD) diresmikan oleh Presiden Republik
indonesia Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972.merupakan lanjutan dari ejaan
baru atau ejaan LBK.
Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum,karena dasarnya
hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum.Namun ada hal-hal lain yang bersifat
khusus,yang belum di atur dalam pedoman itu,yang di sesuaikan dengan bertitik
tolak pada pedoman umum itu. Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil
penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya,terutama ejaan
republik yang di padukan pula dengan konsep konsep ejaan pembaharuan,ejaan
melindo dan ejaan baru.

a. Penggunaan Huruf Pada Pedoman EYD


1. Penggunaan Huruf Kapital
a. Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris
Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang
tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk
pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b. Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama
nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku
Sunda, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-
Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.
Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan,
mengindonesiakan.

6
c. Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk,
mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak
bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum
bandung dan telur brebes.
d. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap
unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik
Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
e. Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua
kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi
awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau
Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk
Setan, Taksi yang Menghilang.

2. Penulisan Huruf Miring


a. Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda
Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
b. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.

7
c. Penulisan kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan
cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst,
crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.

4. Penulisan Gabungan Kata


a. Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata,
termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur
yang bersangkutan. Contoh; alat pandang- dengar, anak-istri saya, buku
sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.
b. Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut
harus ditulis serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam,
daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata,
manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif,
saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela,
sukaria, titimangsa.

b. Penggunaan EYD yang benar Pada angka dan tanda baca


1. Penulisan Angka
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor.
Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
(3) nilai uang, dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
aparteman, atau kamar pada alamat.

8
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat
kitab suci.

2. Tanda Titik (. )
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.

b.Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.Misalnya: A. S.


Kramawijaya

c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Bc. Hk.(Bakalaureat Hukum), Dr. (Doktor) dll.

3. Tanda Koma ( , )

a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau


pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Satu, dua, . . . tiga!
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan melainkan.

Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.

4. Tanda Titik Dua ( : )

a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pern yataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.Misalnya: Yang kita perlukan sekarang ialah
barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai dua
jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan.

b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.

Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya


Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan

9
5. Tanda Tanya ( ? )
a.Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya Misalnya: Kapan ia berangkat?
b.Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
5. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan , atau rasa
emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!, Merdeka!
6. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)

Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.Misalnya: kata2, lebih2, Dan sekali2.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ejaan merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf ,penulisan kata,
termasuk singkatan, akronim ,angka,dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda
baca. Selain itu juga tentang pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.
Fungsi ejaan antara lain :
- Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
- Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
- Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam bahasa
Indonesia.
Sedangkan perkembangan sejarah bahasa indonesia di bagi dalam beberapa
periode yaitu : Ejaan Van Ophuysen,Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), Ejaan
Pembaharuan, Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), dan Ejaan Yang
Disempurnakan.
Ejaan yang disempurnakan bertujuan untuk dapat berkomunikasi dengan bahasa
indonesia yang baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam EYD, seperti :
1. Pemakaian huruf
3. Penulisan kata
4. Pemakaian tanda

B. Saran
Dari uraian yang telah kami susun di atas,maka pembaca dalam menggunakan
bahasa indonesia hendaknya sesuai dengan kaidah ejaan yang telah di tentukan yaitu
sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan
.

11
DAFTAR PUSTAKA

 Mustakim.1990.Tanya Jawab EJAAN BAHASA INDONESIAUNTUK UMUM


.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

 Nasucha,Yakub H.2009.Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah.


Yogyakarta : Media Perkasa

 Pamungkas.1972.Pedoman umum Ejaan Yang Disempurnakan.Surabaya:Giri


Surya

12

Anda mungkin juga menyukai