Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KAEDAH EJAAN BAHASA INDONESIA


MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM DINIYYAH PEKANBARU


DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1
ASMAROH SIREGAR(1216123353212)
FADILAH FITRI ANGGRAINI(1216123353215)
KHORISATUL JANNAH(121623353218)
MIFTAHURRAHMI(1216123353219)
NAZWA YUNISSA UTAMI(1216123353225)
PUTRI NUR AZIRA(1216123353226)
RABIATUL ARDANIA(1216123353227)
SYARIFA AINI(1216123353229)

DOSEN PENGAMPU:
BAMBANG IRAWAN, M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM DINIYYAH PEKANBARU


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Pak Bambang
Irawan,M.pd selaku Dosen dalam mata Kuliah BAHASA INDONESIA. Selain itu, Makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang KAEDAH EJAAN BAHASA INDONESIA secara
mendalam.
Kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya, namun semoga makalah ini bisa
menjadi sesuatu yang bernilai bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pak Bambang Irawan,M.pd selaku dosen mata kuliah
BAHASA INDONESIA yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Pekanbaru,14 oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI. ............................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
1.3. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN.........................................................................................................2
2.1. Pengertian Ejaan...................................................................................................................2
2.2. Aspek-aspek Ejaan................................................................................................................2
2.3. Sejarah Ejaan........................................................................................................................2
2.4. Tujuan Penyempurnaan Ejaan................................................................................................4
2.5. Pemakaian Huruf Ejaan...........................................................................................................5
2.6. Penulisan Huruf Ejaan.............................................................................................................7
2.7. Pemakaian Kata Ejaan.............................................................................................................8
2.8. Perkembangan Ejaan.............................................................................................................12
BAB III : PENUTUP..................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan............................................................................................................................14
3.2. Saran......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia sudah lahir sejak dulu dan sudah di pergunakan oleh masyarakat Indonesia
sebelum kemerdekaan. Bahkan jauh sebelum itu. Tetapi Bahasa Indonesia secara resmi digunakan
atau disahkan pada tahun 1928. Tepat pada 28 Oktober 1928, ketika sumpah pemuda diikrarkan,
Bahasa Indonesia menjadi resmi sebagai Bahasa Nasional Indonesia
Sebelum menjadi bahasa yang baik dan memiliki ejaan yang baik dan benar, Bahasa
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan system ejaan. Dimulai dari Ejaan Van Ophuysen
pada 1901 menjadi Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi pada tahun 1947 hingga menghasilkan
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan pada tahun 1972 yang mana dipergunakan hingga
saat ini oleh seluruh masyarakat Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, ejaan adalah kaidah-kaidah cara
menggambarkan bunyi-bunyi (kata,kalimat) di dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda-tanda baca. Oleh karena itu ejaan perlu dipahami dan dibahas untuk
mengetahui bagaimana sebenarnya ejaan yang disempurnakan itu, untuk diketahui dan
diaplikasikan kedalam penulisan berbagai karya tulis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan masalah diatas maka diangkatlah rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apa pengertian dari ejaan?
2) Apa saja aspek-aspek ejaan?
3) Bagaimana sejarah ejaan?
4) Apa tujuan dari penyempurnaan ejaan?
5) Bagaimana cara pemakaian huruf ejaan?
6) Bagaimana cara penulisan huruf ejaan bahasa?
7) Bagaimana cara pemakaian ejaan?
8) Bagaimana perkembangan ejaan?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan penulisan tugas akhir ini diantaranya adalah sebagai:
1) Untuk mengetahui pengertian dari ejaan
2) Untuk mengetahui aspek-aspek ejaan
3) Untuk mengetahui sejarah ejaan
4) Untuk mengetahui penyempurnaan ejaan
5) Untuk mengetahui cara pemakaian huruf ejaan
6) Untuk mengetahui cara penulisan huruf ejaan bahasa
7) Untuk mengetahui cara pemakaian kata ejaan
8) Untuk mengetahui perkembangan ejaan
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1. Pengertian.
Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut
penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad.

Aspek morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan aspek


sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
dinyatakan, ejaan adalah cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf. Misalnya kata “huruf”
dahulu adalah “hoeroef”. Kata itu telah diatur dengan ejaan yang sesuai dan sekarang yang
dipergunakan adalah “huruf”.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis. Ejaan fenotis merupakan ejaan
yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf, sertamengukur dan mencatatnya
dengan alat pengukur bunyi bahasa (diagram)

Dengan demikian terdapat banyak lambing atau huruf yang dipergunakan untuk menyatakan
bunyi-bunyi bahasa itu. Ejaan fonemas adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan
satu lambing atau satu huruf, sehingga jumlah lambing yang diperlukan tidak terlalu banyak jika
dibandingkan dengan jumlah lambing dalam ejaan fonetis.
2. 2. Aspek-aspek dalam ejaan.
a) Apek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad.
b) Aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan
morfemis.
c) Aspek sintaknis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
2. 3. Sejarah Ejaan di Indonesia.

 Ejaan Van Ophuysen


Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Van
Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku NawawiGelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

 Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, ejaan Van Ophuijsen mengalami beberapa
perubahan.Keinginan untuk menyempurnakan ejaan Van Ophuijsen terdengar dalam Kongres Bahasa
Indonesia I, tahun 1938 di Solo.
Kemudian Pada tanggal 19 Maret 1947, Mr. Soewandi yang pada saat itu menjabat sebagai
Menteri Pengadjaran, Pendidikan, dan Kebudajaan Republik Indonesia melalui sebuah Putusan
Menteri Pengadjaran Pendidikan dan Kebudajaan, 15 April 1947, tentang perubahan ejaan
baru.meresmikan ejaan baru yang dikenal dengan nama Ejaan Republik, yang menggantikan ejaan
sebelumnya.
Pada Kongres II Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Prof. Dr. Prijono mengajukan
Prasaran Dasar-Dasar Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah

2
perlunya penyempurnaan kembali Ejaan Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil
penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk
perombakan mesin ketik yang telah ada di Indonesia.

 Ejaan Pembaharuan
Ejaan pemabaharuan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan
Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa Indonesia. Konsep
Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal sebuah nama yang diambil dari dua nama
tokoh yang pernah mengetuai panitian ejaan itu. Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo. Pada tahun
1957 panitia dilanjutkan itu berhasil merumuskan patokan-patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja
panitia itu tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan.
Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-huruf
yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di
bawah ini.
a)Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b) Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c) Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d) Gabungan konsonan nj diubah menjadi n
e) Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
Selain itu, gabungan vokal (diftong) ai, au, dan oi, ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu
menjadi ay, aw, dan oy.

 Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)


Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan, termasuk bekerja sama dengan Malaysia
dengan rumpun bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama ini, terbentuklah Ejaan
Melindo yang diharapkan pemakaiannya berlaku di kedua negara paling lambat bulan Januari 1962.
Namun, perkembangan hubungan politik yang kurang baik antar dua negara pada saat itu, ejaan ini
kembali gagal diberlakukan.
Pada awal Mei 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) yang sekarang menjadi Pusat
Bahasa kembali menyusun Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun, hasil perubahan ini juga tetap
banyak mendapat pertentangan dari berbagai pihak sehingga gagal kembali.

 Ejaan Bahasa Indonesia LBK


Ejaan Baru atau Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, pendahulu Pusat Bahasa)
adalah ejaan bahasa Indonesia yang dikeluarkan pada tahun 1967. Ejaan ini adalah kelanjutan dari
Ejaan Melindo. Anggota pelaksananya pun, selain dari panitia LBK, juga beranggotakan panitia dari
Malaysia. Ejaan ini tidak memiliki banyak perbedaan dengan EYD kecuali pada perincian-perincian
kaidah saja. Gabungan panitia yang diketuai oleh Anton M. Moeliono saat itu berhasil merumuskan
suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Ejaan ini diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, dengan SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No.062/67, tanggal 19 September 1967. Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau
Ejaan LBK, antara lain
a) Huruf ‘tj’ diganti ‘c’, j diganti ‘y,’ ‘nj’ diganti ‘ny,’
b) ‘sj ‘menjadi ‘sy,’ dan ‘ch’ menjadi ‘kh.’
c) Huruf asing: ‘z,’ ‘y,’ dan ‘f’ disahkan menjadi ejaan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan
pemakaian yang sangat produktif.
d) Huruf ‘e’ tidak dibedakan pepet atau bukan, alasannya tidak banyak kata yang berpasangan
e)

3
 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian Ejaan
Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntutan itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972, menyusun buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih
luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedomaan Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurkan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.
Sebagaimana yang telah umum diketahui, Ejaan van Ophuysen sesuai dengan namanya
diprakarsai oleh Ch. A. van Ophuysen, seorang berkebangsaan Belanda. Ejaan ini mulai diberlakukan
sejak 1901 hingga munculnya Ejaan Soewandi. Ejaan van Ophuysen ini merupakan ejaan yang
pertama kali berlaku dalam bahasa Indonesia yang ketika itu masih bernama bahasa Melayu. Dan ini
menjadi dasar dan asal terbentuknya Bahasa Indonesia.
Sebelum ada ejaan tersebut, para penulis menggunakan aturan sendiri-sendiri di dalam
menuliskan huruf, kata, atau kalimat. Oleh karena itu, dapat dipahami jika tulisan mereka cukup
bervariasi. Akibatnya, tulisan-tulisan mereka itu sering sulit dipahami. Kenyataan itu terjadi karena
belum ada ejaan yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam penulisan. Dengan demikian,
ditetapkannya Ejaan van Ophuyson merupakan hal yang sangat bermanfaat pada masa itu.
Setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk dan diproklamasikan menjadi negara
yang berdaulat, para ahli bahasa merasa perlu menyusun ejaan lagi karena tidak puas dengan ejaan
yang sudah ada. Ejaan baru yang disusun itu selesai pada tahun 1947, dan pada tanggal 19 Maret
tahun itu juga diresmikan oleh Mr. Soewandi selaku Menteri PP&K (Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan). Ejaan baru itu disebut Ejaan Republik dan dikenal juga dengan nama Ejaan Soewandi.
Sejalan dengan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia, kian hari dirasakan bahwa Ejaan
Soewandi perlu lebih disempurnakan lagi. Karena itu, dibentuklah tim untuk menyempurnakan ejaan
tersebut. Pada tahun 1972 ejaan itu selesai dan pemakaiannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada
tanggal 16 Agustus 1972 dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
Hingga sekarang EYD menjadi dasar dan kaidah Bahasa Indonesia terutama dalam
penulisan. Semua kalangan menggunakan EYD sebagai ejaan yang benar dalam setiap tulisan ataupun
karya tulis.
Dan sering kita lihat kalau setiap syarat suatu karya tulis adalah sesuai dengan EYD. Berikut
tabel dibawah adalah perbedaan ketiga ejaan diatas dalam aspek penghurufan.

2. 4. Tujuan Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia.


a) Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa
Indonesia.

4
b) Membina ketertiban dalam penulisan dan tanda baca.
c) Memulai usaha pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh.
d) Mendorong pengembangan bahasa Indonesia.
2. 5. Pemakaian Huruf Ejaan Bahasa Indonesia.

 Abjad
Jenis huruf dan nama yang digunakan dalam sistem EYD ialah sebagai
berikut:

EYD menggunakan 26 huruf dan setiap huruf melambangkan fonem tertentu.ke-26 huruf ini
dapat digolongkan ke dalam dua bagian yaitu vocal dan konsonan.

 Vokal

5
 Konsonan

 Diftong

 Persukuan
Di bawah ini dicantumkan pola persukuan kata dalam bahasa Indonesia seperti yang
tercantum dalam buku Pedoman Umun Jean Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan sebagai
berikut.setiap suku kata dalam bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vocal.vokal ini dapat didahului
atau diikuti oleh konsonan.

6
Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut:
1. Kalau di tengah kata ada dua vocal yang berurutan,pemisahan tersebut dilakukan diantara
kedua vocal itu.contoh: ma-af,bu-ah,ri-ang.
2. Kalau di tengah kata ada konsonan di antara dua vocal,pemisahan tersebut dilakukan sebelum
konsonan itu.contoh: a-nak,a-pa,a-gar.oleh karena ng,sy,ny dan kh melambangkan satu
konsonan,pemisahan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.contoh : sa-
ngat,nyonya,isya-rat.
3. Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan,pemisahan terdapat diantara kedua
konsonan itu.contoh: man-di,tem-pat,lam-bat,ker-tas.
4. Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih,pemisahan tersebut diantara konsonan yang
pertama (termasuk ng)dengan konsonan kedua.contoh:in-stru-men,bang-krut,ul-tra.

 Nama Diri
Penulisan nama-nama sungai,gunung,jalan,kota,dan sebagainya disesuaikan dengan Ejaan
Yang Disempurnakan. Misalnya: Kali Brantas, Danau Singkarak, Jalan Diponegoro, dan Sungai
Citarum
Nama orang badan hukum,dan nama diri diri lain yang sudah lazim disesuaikan dengan Ejaan
Yang Disempurnakan kecuali bila ada pertimbangan khusus.Misalnya: Universitas Negeri Medan,
Institut Teknologi Bandung, S.Soebardi.
2. 6. Penulisan Huruf Ejaan Bahasa Indonesia.
Penulisan huruf dalam ejaan menyangkut dua hal, yaitu pemakaian huruf kapital atau huruf
besar dan pemakaian huruf miring.

 Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada hal-hal berikut.
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat dan petikan langsung.
Misalnya: Anak saya sedang bermain di halaman.
2. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
untuk Tuhan. Contoh: Allah, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam, Kristen
3. Nama gelar kehormatan dan keagamaan yang diikuti nama orang beserta unsur nama
jabatan dan pangkat.Misalnya:Mahaputra Yamin, Raden Ajeng Kartini, Nabi Ibrahim,
Presiden Megawati, Jenderal Sutjipto, Haji Agus Salim
4. Nama orang, nama bangsa, suku bangsa, bahasa, dan nama tahun, bulan, hari, hari raya,
peristiwa sejarah, serta nama-nama geografi.Misalnya:Hariyati Wijaya, suku Jawa
5. Unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, dokumen resmi, serta nama
buku, majalah, dan surat kabar.Contoh:Republik Indonesia
6. Unsur singkatan nama gelar, pangkat, sapaan, dan nama kekerabatan yang dipakai sebagai
sapaan. Contoh:S. (sarjana sastra)
Di samping yang telah disebutkan di atas, huruf kapital juga digunakan sebagai huruf pertama
kata ganti Anda.
Sehubungan dengan penulisan karya tulis, judul karya tulis, baik yang berupa laporan,
makalah, skripsi, disertasi, kertas kerja, maupun jenis karya tulis yang lain, seluruhnya ditulis dengan
huruf kapital. Selain itu, huruf kapital
seluruhnya juga digunakan dalam penulisan hal-hal berikut:

7
 judul kata pengantar atau prakata;
 judul daftar isi;
 judul grafik, tabel, bagan, peta, gambar, berikut judul daftarnya masing-masing;
 judul daftar pustaka;
 judul lampiran.
Dalam hubungan itu, judul-judul subbab atau bagian bab huruf pertama setiap unsurnya juga
ditulis dengan huruf kapital, kecuali yang berupa kata depan dan partikel seperti, dengan, dan, di,
untuk, pada, kepada, yang, dalam, dan sebagai.

 Huruf Miring
Huruf miring (dalam cetakan) atau tanda garis bawah (pada tulisan tangan/ketikan) digunakan
untuk menandai judul buku, nama majalah, dan surat kabar yang dipakai dalam kalimat.
Contoh: Masalah itu sudah dibahas Sutan Takdir Al isjabana dalam bukunya yang berjudul
Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia.
Berbeda dengan itu, judul artikel, judul syair, judul karangan dalam sebuah buku (bunga
rampai), dan judul karangan atau naskah yang belum diterbitkan, penulisannya tidak menggunakan
huruf miring, tetapi menggunakan tanda petik sebelum dan sesudahnya. Dengan kata lain, penulisan
judul-judul itu diapit dengat tanda petik.
Contoh: Sajak “Aku” dikarang oleh Chairil Anwar.
Sesuai dengan kaidah, kata-kata asing yang ejaannya belum disesuaikan dengan ejaan bahasa
Indonesia atau kata-kata asing yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia juga harus ditulis
dengan huruf miring jika digunakan dalam bahasa Indonesia. Misalnya, kata go public, devide et
impera, dan sophisticated pada contoh berikut.
1. Dewasa ini banyak perusahaan yang go public.
2. Kata asing sophisticated berpadanan dengan kata Indonesia
Berbeda dengan itu, kata-kata serapan seperti sistem, struktur, efektif, dan efisien tidak ditulis
dengan huruf miring karena ejaan kata-kata itu telah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Dengan kata lain, kata-kata serapan semacam itu telah diperlakukan seperti halnya kata-kata asli
bahasa Indonesia.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, banyak pula dikenal nama-nama ilmiah yang semula berasal
dari bahasa asing. Nama-nama ilmiah semacam itu jika digunakan dalam bahasa Indonesia juga
ditulis dengan huruf miring karena ejaannya masih menggunakan ejaan bahasa asing.Misalnya:
Manggis atau Carcinia mangostana banyak terdapat di pulau Jawa. Pada nama-nama ilmiah semacam
itu huruf kapital hanya digunakan pada unsur yang pertama, sedangkan unsur selebihnya tetap ditulis
dengan huruf kecil

2. 7. Pemakaian Kata Ejaan Bahasa Indonesia.


 Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. “Contoh: pagar, rumah, tanah, sedang.”
kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata
yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Contohnya adalah makan, duduk,
pulang, tinggal, datang, minum, langkah, pindah, dan lain – lain.

8
Kata dasar bisa membentuk satu kesatuan kalimat, yaitu:
1. Ular yang mati itu sangat panjang .
2. Aku pergi ke sekolah dengan ayah.
3. Budi datang ke rumahku dengan sangat cepat.
4. Kakak suka makan kue bakpia dari kota Jogjakarta.
5. Ayah sampai di rumah jam 9 malam, ketika aku sedang tidur.
6. Kata turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang telah beruba
bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata tersebut telah diberi imbuhan yang berupa
awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks). Contohnya adalah
menanam, berlari, tertinggal, dan lain – lain.
1. Imbuhan (awalan,akhiran,sisipan)ditulis serangkai dengan kata dasar.
Contoh: berduri, diangkat, penetapan, mempermainkan, bergerigi.
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan katayang langsung mengikutinya atau
mendahuluinya bila bentuk dasarnya gabungan kata.
Contoh: bertanggung jawab, serah terima, membabi buta.
3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran maka
kata-kata itu ditulis serangkai. Contoh:penyalahgunaan, memberitahukan, diserahterimakan,
mempertanggungjawabkan.
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,maka gabungan itu
ditulis serangkai. Contoh: pancasila, nonaktif, antarkota, inkonvensional, amoral,
subpokok ,multilateral transmigrasi, infrastruktur, swadaya, tunanetra,dan kolonialisme
 Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata atau yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
Baku Tidak Baku
tanda tangan tandatangan
tanggung jawab tanggungjawab

Berbeda dengan itu, gabungan kata yang maknanya sudah dianggap padu unsur-unsurnya
ditulis serangkai. Beberapa contohnya dapat diperhatikan pada daftar berikut.
Baku Tidak Baku
acapkali acap kali
daripada dari pada
Gabungan kata lain yang salah satu unsurnya berupa unsur terikat ditulis serangkai. Unsur
terikat yang dimaksud, misalnya, pasca-, antar-, panca-, nara-, dan pramu-. Beberapa contoh
penulisannya dapat diperhatikan di bawah ini.
Unsur Terikat Baku Tidak baku
pasca-perang pascaperang pasca perang
antar- kota antarkota antar kota

9
Kata bilangan yang berasal dari bahasa Sanskerta juga dipandang sebagai unsur yang terikat.
Oleh karena itu, penulisannya pun harus diserangkaikan dengan unsur yang menyertainya. Misalnya:
Unsur Terikat Baku Tidak Baku
dwi- dwifungsi dwi fungsi
tri- tridarma tri darma
Beberapa unsur terikat lain yang penulisannya harus diserangkaikan dengan unsur yang
mengikutinya adalah a-, adi-, anti-, awa-, audio-, bi-, ekstra-, intra-, makro-, mikro-, mono-, multi-,
poli-, pra-, purna-, semi-, sub-, supra-, kontra-, non-, swa-, tele-, trans-, tuna-, dan ultra-.
Dalam penulisan unsur terikat perlu dipahami bahwa unsur terikat tertentu apabila
dirangkaikan dengan unsur lain yang berhuruf kapital harus diberi tanda hubung di antara kedua unsur
itu. Misalnya:
non-ASEAN, bukan non ASEAN, non ASEAN
non-Islam, bukan non Islam, nonIslam

 Penulisan Bentuk Ulang


Sejalan dengan kaidah yang berlaku sekarang, angka dua tidak digunakan sebagai penanda
perulangan. Dalam penulisan bentuk ulang, bagianbagian kata yang diulang ditulis seluruhnya secara
lengkap dengan disertai tanda hubung di antara unsur-unsur yang diulang. Dengan demikian, dalam
tulisan-tulisan yang bersifat resmi, seperti naskah buku, laporan penelitian, laporan kegiatan, skripsi,
dan berbagai karya tulis resmi yang lain, kata ulang harus ditulis secara lengkap, tidak menggunakan
angka dua. Misalnya, macam-macam. Seperti halnya bentuk ulang yang lain, bentuk ulang yang
mengalami perubahan fonem pun unsur-unsurnya yang diulang ditulis seluruhnya dengan disertai
tanda hubung di antara keduanya. Jadi, unsur yang diulang itu tidak ditulis dengan menggunakan
angka dua ataupun ditulis tanpa menggunakan tanda hubung. Misalnya:
Baku Tidak Baku
gerak-gerik gerak gerik
sayur-mayur sayur mayur

Sejalan dengan hal tersebut, bentuk-bentuk di bawah ini, yang lazim disebut kata ulang semu,
juga ditulis secara lengkap dengan menyertakan tanda hubung. Misalnya:
Baku Tidak Baku
kura-kura kura2, kura kura
paru-paru paru2, paru paru

 Penulisan Kata Depan


Kata depan adalah kata-kata yang secara sintaksis diletakan sebelum kata benda, kata kerja
atau kata keterangan dan secara semantis kata depan menandakan berbagai hubungan makna anatar
kata depan dan kata yang ada dibelakangnya. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya kecuali dalam gabungan kata, seperti kepada dan daripada. Jika di dan ke berupa
awalan maka ditulis serangkai dengan kata dasarnya, seperti kata dikelola dan ketujuh.

10
 Penulisan Singkatan atau Akronim
Istliah singkatan berbeda dengan akronim. Singkatan ialah kependekan yang berupa huruf
atau gabungan huruf, baik dilafalkan huruf demi huruf maupun dilafalkan sesuai dengan bentuk
lengkapnya. Beberapa singkatan yang dilafalkan huruf demi huruf dapat diperhatikan pada contoh
berikut.
Singkatan Pelafalannya
SMP [es-em-pe]
UGM [u-ge-em]
Singkatan yang dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya, misalnya:
Singkatan Pelafalannya
Bpk. [bapak], bukan [be-pe-ka]
Singkatan yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, dalam kenyataan berbahasa, sering
ditulis dengan disertai tanda titik pada masing-masing hurufnya, seperti yang terdapat pada contoh
berikut.
K.B. keluarga berencana
S.D. sekolah dasar
Penulisan singkatan itu tidak tepat karena singkatan yang berupa gabungan huruf awal suatu
kata tidak diikuti tanda titik, kecuali singkatan nama gelar akademik dan singkatan nama orang.
Dengan demikian, penulisan tersebut yang benar adalah LKMD, KB, SD, dan PT.
Selain singkatan umum seperti di atas, ada pula yang disebut singkatan lambang, yaitu suatu
bentuk singkatan yang terdiri atas satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep dasar ilmiah,
seperti kuantitas, satuan, dan unsur.

Dalam pemakaian dan penulisannya, singkatan lambang berbeda dengan singkatan lain.
Perbedaan itu tidak hanya terletak pada cara penulisannya, tetapi juga penandaannya. Dalam hal ini,
penulisan dan penandaan singkatan lambang pada umumnya disesuaikan dengan peraturan
internasional karena pemakaiannya pun bersifat internasional. Secara umum, singkatan lambang tidal
diikuti tanda titik. Misalnya:
m meter
Akronim ialah kependekan yang berupa gabungan hurf awal, gabungan suku kata, atau
gabungan huruf awal dan suku kata, yang ditulis dan dilafalkan seperti halnya kata biasa. Misalnya:
Siskamling sistem keamanan lingkungan
Depdiknas Departemen Pendidikan Nasional
Akronim lain yang berupa gabungan huruf awal suatu kata, seperti halnya singkatan yang
berupa gabungan huruf awal, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
IKIP institut keguruan dan ilmu pendidikan

11
 Penulisan Unsur Serapan
Bahasa Indonesia berkembang sangat pesat, dan dalam pekembangannya itu bahasa Indonesia
banyak menyerap bahasa atau ejaan lain dari berbagai bahasa di dunia. Seperti bahasa Arab, Belanda,
Sanskerta, Portugis, dan Inggris.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbuka. Maksudnya ialah bahwa bahasa ini banyak
menyerap kata-kata dari bahasa lainnya. Sehingga banyak kata serapan Bahasa Indonesia dari
berbagai bahasa seperti berikut ini:

Berdasarkan taraf integrasinya unsure serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi dalam
dua golongan yaitu:
1. Unsur asing yang belum sepenuhnya terserap kedalam Bahasa Indonesia.
Unsur-unsur serapan ini dipakai dalam konteks Bahasa Indonesia tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara bahasa asing. Contoh: reshuffle,
shuttle cock.
2. Unsure asing yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan asing hanya
diubah seperlunya sehingga bentuk indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
2. 8. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia.

 Perkembangan Awal Revisi 1987


Pada tahun 1987, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Surat Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a / U / 1987 tentang perbaikan “Spelling Pedoman
Umum Indonesia Ditingkatkan”. Keputusan Menteri ini meningkatkan EYD edisi 1975.

 Perkembangan Awal Revisi 2009


Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Menteri Pendidikan Nasional
Peraturan Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan ini, di EYD 1987 edisi berubah dan tidak lagi
berlaku.

 Perbedaan dengan ejaan sebelumnya


Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:
1. “dj” menjadi “j”: djarak → jarak
2. “ch” menjadi “kh”: achir → akhir
3. “sj” menjadi “sy” : sjarat → syarat
4. “j” menjadi “y” : sajang → sayang

12
5. “tj” menjadi “c” : tjutji → cuci
6. “nj” menjadi “ny” : njamuk → nyamuk
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan dalam EYD, antara lain:
1. .F, v, dan z adalah penyerapan unsur-unsur bahasa asing yang diresmikan.
2. Surat-surat q dan x biasanya digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan terus digunakan,
misalnya, furqan kata, dan xenon.
3. Awalan “di-” dan kata berikutnya “dalam” tulis dibedakan. Preposisi “di” dalam contoh
di rumah, di ladang, tulisan dipisahkan oleh spasi, sementara “yang” dibeli atau dimakan
dalam seri ditulis dengan kata-kata yang mengikuti.
4. Re-ditulis kata penuh dengan elemen mengulangi. Dyad tidak digunakan sebagai penanda
kekambuhan
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah:

 Menulis surat, termasuk modal dan miring.


 Menulis kata-kata.
 Menulis tanda baca.
 Menulis singkatan dan akronim.
 Menulis angka dan nomor simbol.
 Menulis elemen penyerapan.
Sebelumnya “oe” sudah menjadi “u” saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Republik
Spelling. Jadi sebelum EYD, “oe” tidak digunakan. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang menulis
tanda baca, menulis dapat dilihat pada tanda baca EYD yang tepat.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang memiliki ejaan yang telah disesuaikan. Ejaan
tersebut memiliki perubahan yaitu sebanyak tiga kali setelah bahasa itu digunakan sebagai bahasa
nasional. Ketiga sistem ejaan itu menghasilkan ejaan yang baku dan dipergunakan sampai saat ini
oleh setiap orang terutama akademisi, penulis, wartawan dan lain sebagainya. ejaan itu adalah Ejaan
yang disempurnakan (EYD).
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia, banyak hal yang harus dilihat dan dipahami. Karena begitu
rumit dan banyak jika dilihat dari segi huruf, kata, kalimat, tanda baca baik dalam pemakaian,
penulisan dan pelafalannya. Huruf memiliki banyak cara penulisan dan pemakaian, seperti abjad yang
merupakan vocal dan konsona, diftong, persukuan, dan nama diri. Sedangkan penulisannya,
digunakan pada huruf capital dan huruf miring. Demikian juga kata, memilki kaidah pemakaian yang
diatur dalam ejaan bahasa Indonesia. Seperti, kata dasar, turunan, gabungan, kata ganti, singkatan dan
akronim.
Untuk penulisan huruf menjadi kata dan kata menjadi kalimat, perlu digunakan tanda baca.
Tanda baca memiliki peran penting dan itu sudah diatur dalam ejaan bahasa Indonesia.

13
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan.
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan
huruf miring, serta penulisan unsur serapan. Perkembangan ejaan di Indonesia telah mengalami
beberapa pergantian, mulai dari ejaan Van Ophuysen hingga ejaan yang disempurnakan (EYD).

3.2. Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai pelajar untuk selalu mengingatkan kepada masyarakat guna
dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Karena bagaimanapun bahasa
memiliki peran peting dalam proses pembangunan karakter masyarakat. Dengan mempelajari ejaan,
maka proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Permendikbud Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Rusliy. 2017. Handout Bahasa Indonesia. Tidak Diterbitkan.
https://www.gurupendidikan.co.id/ejaan-bahasa-indonesia/ (di akses pada tanggal
20 maret 2020)
https://duniakampus7.blogspot.com/2014/03/pengertian-ejaan-bahasaindonesia.html?m=1 (di akses
pada tanggal 15 maret 2020)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Pembaharuan (di akses pada tanggal 15
maret 2020)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Baru (di akses pada tanggal 15 maret 2020)

15

Anda mungkin juga menyukai