Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH STRUKTUR BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH

PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu : Ikhwanul Karim M.H

Di Susun Oleh :
Husnul Khotimah – 2022010057

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS AL KHAIRIYAH

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dan seluruh komponen yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah yang berjudul “STRUKTUR BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA”.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi
lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
masih kurang. Oleh karena itu kami harapkan bagi para pembaca untuk memberi masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A.Latar Belakang....................................................................................................1
B.Rumusan Masalah...............................................................................................2
C.Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A.Sejarah Singkat PUEBI.......................................................................................3
B.Pemakaian Tanda Baca.......................................................................................5
C.Huruf Kapital......................................................................................................9
D.Huruf Miring........................................................................................................11
E.Penulisan Kata Serapan......................................................................................11
F.Singkatan Kata dan Akronim.............................................................................12
G.Angka dan Lambang Bilangan..........................................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................................16
A.Kesimpulan........................................................................................................16
B.Saran..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

BAB I
iii
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai Bahasa nasional dan Bahasa
resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepas dari kaidah dan aturan
penggunaan Bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang diperlukan dalam kaidah kebahasaan
tersebut antara lain tata bunyi, tata Bahasa, konsakata, ejaan, makna, dan kelogisan. Bahasa
Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ragam Bahasa yang memenuhi persyaratan
kebaikan dan kebenaran, dan Bahasa yang baik dan benar adalah Bahasa yang sesuai kaidah
baku, baik tertulisan maupun lisan.

Sebelum tahun 1990 indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa melayu, masih
belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Lalu seorang ahli Bahasa dari Belanda,
Prof.Charles van Ophuijsen Bersama dua orang pakar Bahasa, Engkoe Nawawi soetan
Ma’moer dan Moehammad Thaib sutan Ibrahim membuat ejaan Bahasa melayu dengan
menggabungkan dasar-dasar ejaan latin dan ejaan belanda. Ejaan van Ophuijsen, kesulitan
tersebut diperbaiki dan disempurnakan, sehingga pada tahun 1926, sistem ejaan menjadi
bentuk yang tetap. Semenjak itu sistem ejaan terus berkembang dan disempurnakan, muncul
ejaan Republik atau ejaan Soewandi, kemudian ejaan pembaruan, ejaan melindo, lalu ejaan
baru, ejaan rumi Bersama dan ejaan yang disempurnakan (EYD).

Pada 26 November 2015, Menteri pendidikan dan kebudayaan republic Indonesia


mengubah pedoman Umum ejaan yang disempurnakan (PUEYD) menjadi pedoman Umum
ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) sebagai pedoman penggunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Perubahan tersebut bukanlah sesuatu yang tidak biasa Bahasa tidak pernah lepas
dari berbagai aspek kehidupan manusia semenjak keberadaan manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan bermasyarakat. Kehidupan manusia akan terus berubah dan tidak tetap, karena
eratnya keterkaitan dan keterikatan manusia dengan Bahasa, maka Bahasa pun akan ikut
berubah, tidak tetap, dan tidak statis.

Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang berkaitan dengan ejaan.
Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta pnggunaan rand abaca (Rahmadi,
20217). Ejaan Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini menganut tulisan fonemis. Sistem

iv
tulisan fonemis merupakan sistem tulisan yang menggunakan satu lambing atau satu huruf
saja untuk satu fonem secara konsisten.

Perubahan Bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik fonologi, morfologi, sintaksis,
semantic, ataupun leksikon. Perubahan pada tingkat semantic dan leksikon yang paling
terlihat,, sebab hampir setiap saat muncul kata-kata baru sebagaia kibat dari perubahan ilmu
dan budaya, atau juga kemuncukan kata-kata lama dengan makna yang baru. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan terus terhadi, secara otomatis pula akan
bermunculan konsep-konsep baru yang disertai wadah penampungnya, yaitu kata-kata dan
istilah-istilah baru. Jika kelahiran konsep tersebut belum disertai dengan wadahnya, maka
manusia sendiri yang akan menciptakan istilahnya.

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Singkat Ejaan di Indonesia?

2. Bagaimana cara pemakaian tanda baca?

3. Bagaimana cara penulisan kata serapan?

C.Tujuan

1. Ingin mengetahui tentang sejarah singkat Ejaan di Indonesia.

2. Ingin mengetahui tentang cara pemakaian tanda baca

3. Ingin mengetahui tentang cara penulisan kata serapan

v
BAB II

PEMBAHASAN

A.Sejarah Singkat PUEBI

Sebelum 1900 di Indonesia yang sebagian besar penduduknya masih menggunakan


Bahasa Melayu, belum ada sistem ejaan yang sama. Kemudian pada 1900, Ch.Van Ophuysen
mendapat perintah untuk menyusun ejaan melayu dengan mempergunakan aksara latin.
Dalam usahanya itu, ia sekedar mempersatukan bermacam-macam sistem ejaan yang sudah
ada dengan bertolak dari sistem ejaan Bahasa belanda sebagai landasan pokok. Dengan
bantuan Wengku Nawawi, gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim,
akhirnya ditetapkanlah ejaan itu dalam buktinya Logat Melajoe, yang terkenal dengan nama
ejaan Van Ophuysen atau ada juga yang menyebutkan Ejaan balai pustaka. Ejaan tersebut
tidak sekali jadi, tapi terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan baru pada 1926,
mendapat bentuk yang baku.

Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen adalah sebagai berikut :

1.Penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang,pajah,sajang


2.Penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe,itoe,oemoer
3.Penggunaan tanda diakritik, seperti koma ain,hamzah dan tanda trema, untuk
menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’,dinamai’.

Selama kengres Bahasa Indonesia pada 1938, telah muncul usulan agar ejaan itu lebih di
internasionalisasikan. Dan memang dalam perkembangan selanjutnya, terutama sesudah
Indonesia merdeka, dirasakan bahwa ada beberapa hal kurang praktis yang harus
disempurnakan. Sebenarnya perubahan ejaan itu telah direncanakan sewaktu pendudukan
jepang. Pada 19 Maret 1947, di keluarkan penetapan baru oleh Menteri pengajaran,
pendidikan dan kebudayaan, suwandi tentang perubahan Ejaan Bahasa Indonesia; sebab itu
ejaan pengganti Ejaan suwandi atau Ejaan republic. Sebagai dampak dari keputusan tersebut,
bunyi oe tidak semuanya diganti denagn u, baru pada 1949, berdasarkan pada surat edaran
Departemen pendidikan dan kebudayaan, tanda oe mulai 01 Januari 1949 diganti dengan u.

vi
Beberapa lambing yang tampak pada Ejaan republuik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru,itu,umur.


2. Bunyi Hamzah dan bunyi sentak di tulis dengan k, seperti pada kata-kata
tak,pak,maklum,rakjat.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2,ke-berat2-an
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disanmakan, dengan
imbuhan di-pada di tulis, dikarang.

Pada Kongres Bahasa Indonesia II pada 1954 di Medan, masalah ejaan dipersoalkan lagi.
Prof Dr. Prijono mengajukan prasaran dasar-dasar ejaan Bahasa Indonesia dengan huruf
latin. Iasi dasar-dasar tersebut adalah perlunya penyempurnaan ejaan republic ini gagal
diresmikan karena terbentur biaya yang besar untuk perombakan mesin tik yang telah ada di
Indonesia. Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan, termasuk bekerjasama dengan
Malaysia yang menggunakan rumpun Bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari
kerjasama ini terbentuklah ejaan Melindo (Ejaan Melayu Indoesia) yang diharapkan
pemakaiannya berlaku di perkembangan hubungan politik yang kurang baik antardua Negara
tersebut pada saat itu, ejaan ini gagal lagi diberlakukan.

Pada awal Mei 1926, Lembaga Bahasa dan kesuastraan (LBK), yang sekarang menjadi
pusat bahasa, menyusun lagi ejaan baru Bahasa Indonesia namun, hasil perubahan ini juga
tetap mendapat banyak perkembangan dari berbagai pihak sehingga gagal lagi diberlakukan.

Pada 16 Agustus 1972, Presiden republik Indonesia meresmikan ejaan baru, yang lebih
dikenal dengan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Ejaan baru yang lebih
dikenal dengan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Ejaan baru ini tetap
dipakai sampai saat ini, dan tentuya telah mengalami revisi agar lebih sempurna.

Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972 panitia pengembangan Bahasa Indonesia


departemen pendidikan dan kebudayaan menerbitkan buku “pedoman umum ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri pendidikan dan kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 memberlakukan “
pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan”.

vii
Pada tahun 1987, Menteri pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan keputusan Menteri
pendidikan dan kebudayaan tentang penyempurna pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan EYD edisi 1975, pada tahun 2009, Menteri pendidikan nasional
mengeluarkan peraturan Menteri pendidikan nasional nomor 46 Tahun 2009 tentang
pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Dengan di keluarkannya
peraturan Menteri ini, maka EYD edisi 1987 di ganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

B.Pemakaian Tanda Baca

1. Tanda Titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan dan bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :

 Mereka duduk di sana.


 Ayahku tinggal di solo.
 Dia akan datang pada pertemuan itu.

2. Tanda koma (,)

 Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur suatu perincian atau pembilangan


 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului dengan kata, seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan
kecuali
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya
 Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan
kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti bu, dik, atau mas dari
kata lain yang terdapat didalam kalimat
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam yang
mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru

viii
 Tanda koma dipakai diantara (a) dan alamat, (b) bagian alamat, (c) tempat dan
tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan
 Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka
 Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir
 Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga
 Tanda koma dipakai di muka angka decimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka
 Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi
 Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat

3.Tanda Titik Koma (;)

 Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara
 Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian
terakhir tidak perlu digunakan data dan,
 Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila
unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung

4.Tanda Titik Dua (:)

 Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian
atau pemerian
 Tanda titik dua dipakai sesudah kata ungkapan yang memerlukan pemerian
 Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan
 Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat
dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan
 5.Tanda Hubung (-)
ix
 Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris
 Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau
akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris
 Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang
 Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam
kata yang dieja satu-satu
 Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata
 Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur Bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing

6.Tanda Pisah (-)

 Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun utama kalimat
 Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas
 Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti sampai
dengan ‘atau’samapai ke’

7.Tanda Tanya (?)

 Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya


 Tanda tanya dipakai di dalam tanda kutung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan

8.Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ataupun emosi yang kuat

9.Tanda Elipsis(…)

x
 Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
 Tanda ellipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang dihilangkan

10. Tanda Petik (“…”)

 Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain
 Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat
 Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus

11. Tanda Petik Tunggal (‘…’)

 Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan
lain
 Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan
 Tanda petik tungga dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan Bahasa daerah
atau Bahasa asing

12. Tanda Kurung ((…))


 Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
 Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
utama dari kalimat
 Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
teks dapat dihilangkan
 Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan

13. Tanda Kurung Siku ({…})

xi
 Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain
 Tanda kurung diku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung

14. Tanda Garis Miring (/)


 Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran
 Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata, atau, tiap, dan ataupun

15. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun

C.Huruf Kapital
Huruf kapital merupakan huruf yang memiliki bentuk khusus dan berukuran kebih besar
dari huruf biasa. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf kapital :
1. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap awal kalimat. Misalnya :
Mengapa kita harus rajin belajar?
Dia menyelesaikan tugas itu tepat waktu.
2. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama seseorang termasuk
julukan. Misalnya : Gorys Keraf
3. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat di dalam petikan langsung. Misalnya :
“Apa gunanya?” tanya Tom kepada Ella
4. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya : Islam,
Kristen, Hindu, Budha, dan Katolik adalah lima agama yang diakuin di Indonesia

5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diakui nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang. Misalnya : Nabi Muhammad SAW dan Raden
Mas Soewardi Soeraningrat

xii
6. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama gelar kehormatan,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya : Silahkan duduk, Yang Mukia, Terima kasih, Dokter.
7. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya : Wakil Presiden Jusuf Kalla
Gubernur Riau
8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
Bahasa. Misalnya : Bahasa Indonesia suku Dayak
9. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya
atau hari besar keagamaan. Misalnya : Bulan Juni, Tahun Msehi, Hari Selasa, Hari
Nyepi.
10. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya : Agresi Militer Belanda II Perjanjian Renville.
11. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi, Misalnya : Kepulauan
Seribu, Kecamatan Tampan, Sungai Siak, Jalan utama.
12. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, Lembaga, badan, organisasi, atau
dokumen, kecuali kata tugas. Misalnya : Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Komisi Pemberantasan korupsi.
13. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, makalah, nama majalah, dan surat
kabar, kecuali kata tugas, yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya : Majalah
Bobo memberikan informasi yang bermanfaat bagi anak-anak. Dia sedang membaca
novel Dusta di Balik penjajahan Columbus.
14. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,
atau sapaan

15. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, kakak, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai
dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya : “ Wajah kakak terlihat pucat, apa kakak
sakit?” tanya Raisa. Ibu berkata kepadaku, “Tolong bersihkan sayuran itu, Nak”.

xiii
D.Huruf Miring
Huruf miring merupakan huruf yang letaknya miring, tetapi tidak sama dengan tulisan
tangan pada kursif. Berikut adalah ketentuan-ketentuan penggunaan huruf miring.
1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul baku, nama majalah, atau nama surat
kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam dafatr pustaka. Misalnya : Tetra
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata terdiri atas novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi,
Edensor, dan Maryamah Karpov.
2. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
kata, atau kelompok dalam kalimat. Misalnya : Penulisan kata yang bedar adalah
dekret, bukan dekrit. Jelaskan maksud dari peribahasa esa hilang dan terbilang!
3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam Bahasa daerah
atau Bahasa asing. Misalnya : Go Gek Cap Lak (upacara bakar tongkang) adalah
ritual tahunan masyarakat di Bagansiapiapi yang sudah terkenal hingga di
mancanegara. Ora et labora memiliki makna ‘berdo’a dan bekerja’

E.Penulisan Serapan
Dalam penulisan unsur serapan dalam Bahasa Indonesia, sebagian ahli Bahasa Indonesia
menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai Bahasa
Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan
kondisi yang ada. Pemakaian Bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses
sesuai dengan aturan yang telah diterapkan. Penulisan serapan yang benar adalah tanpa
adamya cetakan miring atau ditulis biasa saja sebagaimana tulisan Bahasa Indonesia yang
lain. Namun jika itu bukan unsur serapan atau merupakan kata asing maka harus ditulis
dengan huruf miring.
Konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam Bahasa Indonesia, dan
unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam
Bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau di gunakan dalam Bahasa Indonesia.
Sebaliknya, apabila dalam Bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tersebut,
maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Berdasarkan integritasnya, unsur serapan dalam Bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi 2
bagian, yaitu:

xiv
1. Secara adapsi, yaitu apabila unsur asli diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan
maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adapsi,
yaitu : editor, academica, de facto, bridge.
2. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam kaidah
Bahasa Indonesia, baik pengucapan maupun penulisannya. Salah satu contoh yang
tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen,
koordinasi, fungsi.

D. Singkatan Kata dan Akronim


1. Singkatan
Istilah singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya dipendekkan. Yang bermaksud untuk
mempermudah. Menurut tiga cara sebagai berikut :
1. Istilah yang bentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih, tetapi yang bentuk
lisannya sesuai dengan bentuk istilah lengkapnya. Misalnya :
 M yang dilisankan Meter
 Ml yang dilisankan Mililiter
 Cos yang dilisankan Cosinus
2. Istilah yang dibentuk tulisannya terdiri atas satu huruf atau lebih yang lazim
dilisankan huruf demi huruf. Misalnya :
 DDT (diklorodifeniltrikloroteansa) yang dilisankan d-d-t
 KV (kilovolit-ampere) yang dilisankan k-v-a
 TL (tube luminescent) yang dilisankan t-l
3. Istilah yang dibentuk dengan menanggalkan sebagian unsurnya. Misalnya :
 Ekspres (yang berasal dari kerta api ekpres)
 Harian (yang berasal surat kabar harian)
 Kawat (yang berasal surat kawat)
 Lab (yang berasal dari laboratorium)

Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
1) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Contoh : Dr. Bambang

xv
2) Singkatan nama resmi Lembaga pemerintahan dan keterangan, badan/organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik. Contoh : DPR,PGRI
3) Singktan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Tetapi,
singkatan umum yang terdiri hanya dari dua huruf diebri tanda titik setelah masing-
masing huruf. Contoh : dll
4) Lambang kimia , singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing
tidak diikuti tanda titik. Contoh : Cu (kuprum).
2.Akronim
Istilah akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai
kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Contoh : ABRI (Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia).
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh : Akabri (Akademik
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku, kata, ataupun
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil. Contoh :
pemilu (pemilihan umum)

Contoh lain dari akronim yaitu :


 Laser (light amplification by stimulated emission of radiation)
 Radar ( radio detectiang and ranging)
 Sonar (Sound navigation ranging)
 Tilang (bukti pelanggaran)

G. Angka Dan Lambang Bilangan


1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
xvi
 Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M
(1.000).
2.Angka digunakan untuk menyatakan :
(i) Ukuran Panjang, berat, luas, dan isi (ii) Satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya : 0,5 sentimeter, 5 kilogram, 4 meter persegi, 10 liter
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat. Misalnya : Jalan Tanah Abang I No. 15, Hotel Indonesia, Kamar 169
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya :
Bab X, pasal 5, halaman 252, SurahYasin : 9
5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1) Bilangan utuh. Misalnya : Dua belas, Dua puluh dua, Dua ratus dua puluh dua 12
2) Bilangan pecahan. Misalnya : setengah, tiga perempat, seperenam belas, tiga dua
belas, seperseratus, satu persen, satu dua persepuluh ½
6.Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya :
Paku Buwono X, Pada awal abad XX, dalam kehidupan pada abad ke-20 ini, lihat bab II,
pasal 5, di daerah tingkat II itu, di tingkat kedua gedung itu, di tingkat ke-2 itu, kantornya di
tingkat II itu
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran-an mengikuti. Misalnya : Tahun 50an,
Uang 5000-an, lima uang 1000-an, (tahun lima ribuan), (uang lima ribuan), (lima uang
seribuan).

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan. Misalnya : Amir menonton drama itu sampai tiga kali, Ayah memesan tiga ratus
ekor ayam, Diantara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang memberikan suara blangko, Kendaraan yang ditempuh untuk pengangkutan umum
terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat. Misalnya : Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu, Pak
Darmo mengundang 250 orang tamu.

xvii
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu, Dua ratus lima puluh orang tamu diundang pak Darmo.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca. Misalnya : Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah,
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya : Kantor kami mempunyai dua puluh
orang pegawai, Di lemari itu tersimpen 805 buku dan majalah.
Bukan :
Kantor kamu mempunyai 20(dua puluh0 orang pegawai, Di leamri itu tersimpan 805
(delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya : Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (Sembilan ratus Sembilan
puluh Sembilan dan tujuh lima perseratus rupiah).

BAB II
PENUTUP
A.Kesimpulan

xviii
Dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia, Bahasa Indonesia mempunyai
kedudukan yang sangat penting. Hal itu karena peranan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
nasional dan Bahasa resmi negara. Keadaan ini menuntut perlunya ejaan baku Bahasa
Indonesia yang bias di jadikan pedoman oleh seluruh masyarakat di penjuru nusantara
sehingga dapat menggunakan Bahasa Indonesia secar benar dan baik. Baik dan benar dalam
segi pemakaian huruf, penulisan kata, pemakaian tanda baca.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jaunh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber- sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menggapai
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dinjelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka. Pada kesemptan lain akan saya jelaskan tentang daftar
pustaka makalah

DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, Nurul. 2016. Pembelajaran Bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Yogyakarta:
Garudhawaca.

xix
Kurniawan, Irwan. 2015 Ejaan yang disempurnakan. Bandung: Nuansa Cendekia

xx

Anda mungkin juga menyukai