Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

EJAAN BAHASA INDONESIA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu :
Era Octafiona, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 4
Fatma Arsalya (2111010243)
Fena Yunike (21110102445 )
Feni Ayu Prastiwi (2111010246 )

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
penulis dapat menyusun makalah tentang "Ejaan Bahasa Indonesia " dengan
sebaik-baiknya Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Ibu Era Octafiona M.pd pada mata kuliah bahasa Indonesia
selain itu,makalah juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ejaan bahasa
Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi para penulis.
Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Era Octafiona M.pd selaku dosen
mata kuliah bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini,memberi masukan,
dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.
Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.
Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup
kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari pembaca sekalian. Akhir kata, kami berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bandar Lampung, Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................................... 4
BAB II P E M B A H A S A N .......................................................................................... 5
A. Pengertian Ejaan ..................................................................................................... 5
B. Perkembangan Ejaan ............................................................................................... 5
C. Penulisan Huruf ...................................................................................................... 6
D. Penulisan kata ......................................................................................................... 9
E. Pemakaian Tanda Baca ......................................................................................... 15
F. Penulisan Unsur Serapan ...................................................................................... 25
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 30
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 30
B. SARAN ................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 31

3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Banyak diantara kita yang masih banyak menggunakan kata dan susunan
kalimat yang masih salah dalam beberapa forum. Ada saatnya kita menggunakan
kalimat-kalimat baku, dan ada saatnya pula kita menggunakan kalimat non
baku.hal ini perlu untuk diperhatikan, Ketika penggunaan kalimat telah sesuai
namun penggunaan ejaannya masih belum benar, ini dapat mengakibatkan
kesalahpahaman, atau bahkan informasi yang hendak disampaikan tidak dapat
diterima dengan baik oleh pendengar.
Ejaan sangat diperlukan, baik untuk komunikasi secara lisan atau bahkan
tulisan. Sehingga apa yang telah ada pada masyarakat umumnya, perlahan
pemahaman ejaan yang digunakan diperhatikan dan diperbaiki dari keadaan
semula yang mungkin terjadi kesalahan dalam pemakaiannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut maka dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian Ejaan?
2. Apa Perkembangan Ejaan?
3. Bagaimana penulisan huruf dan kata yang benar?
4. Bagaimana pemakaian tanda baca yang benar?
5. Apa yang dimaksud kata serapan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesalahan penggunaan huruf kapital.
2. Untuk mengetahu penulisan kata dan tanda baca yang benar.
3. Mengetahui bentuk-bentuk kata serapan.

4
BAB II P E M B A H A S A N

A. Pengertian Ejaan
Menurut KBBI ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
(kata, kalimat dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan
bahasa dengan menggunakan huruf, kata dan tanda baca sebagai sarananya.

B. Perkembangan Ejaan
1. Ejaan Van Ophuisjen
Ejaan ini merupakan ejaan yang pertama diterbitkan pada tahun 1901.
Ejaan ini disusun oleh orang belanda bernama Carles Alfan A. Van Ophuisjen
dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Makmoer dan Muhammad
Tayib Soetan Ibrahim
2. Ejaan Soewandi
Ejaan ini menggantikan ejaan Van Ophuisjen setelah diresmikan pada
tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/BHG.A.
Pembaharuan dari ejaan Soewandi terletak dalam penggunaan diftong
(gabungan dua huruf vokal) “oe” yang diganti menjadi huruf “U” dan
dihapuskannya tanda apostrof. Tanda apostrof ini diganti menjadi huruf K
atau tidak dituliskan sama sekali.
3. Ejaan Pembaharuan
Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, prof. M.
Yamin menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang
disarankan panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain membuat
standar satu fonem satu huruf, dan Diftong ai, au dan oi dieja menjadi ay, aw
dan oy. Ejaan ini tidak jadi diresmikan di dalam Undang-undang
4. Ejaan Melindo
Ejaan ini bertujuan untuk menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua
negara. Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. Penyusunan ejaan ini

5
disusun pada tahun 1959 atas kerja sama Indonesia dan persekutuan tanah
melayu, yang dalam hal ini adalah Malaysia.
5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari ejaan Melindo yang tidak jadi.
Isinya tidak jauh berbeda dari ejaan yang disempurnakan. Adapun huruf vokal
dalam ejaan ini terdiri dari i, u, e, ә, a. Dalam ejaan ini istilah-istilah asing
mulai diserap seperti extra → ekstra
6. Ejaan Yang Disempurnakan
Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Ejaan ini mengatur secara
lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara lain tentang unsur
bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. Penggunaan
huruf kapital dan penggunaan cetak miring.
7. Ejaan Bahasa Indonesia
Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 50 Tahun 2015 tentang pedoman umum ejaan bahasa Indonesia,
EBI pun resmi berlaku sebagai ejaan baru bahasa Indonesia. Latar belakang
diresmikan ejaan ini adalah karena perkembangan pengetahuan, teknologi dan
seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas.

C. Penulisan Huruf
Dalam ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan, penulisan huruf
menyangkut dua hal, yaitu (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan (2)
penulisan huruf miring.
1. Penulisan huruf besar atau huruf kapital.
Kaidah penulisan huruf besar atau huruf kapital sebagai berikut:
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada
awal kalimat. Contoh : Dia bertanya.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh
: Adik bertanya “ Kapan kita pergi “.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan atau Kitab Suci, termasuk kata ganti

6
untuk Tuhan. Contoh : Allah, Yang Mahakuasa,Yang Maha Pengasih ,
Alkitab ,Quran.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang contoh: Sultan
Hasanudin,Haji agus salim, Nabi Ibrahim.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai nama
pengganti nama orang tertentu, nama istansi , atau nama tempat.
Contoh: Waki Presiden Adam Malik, Profesor Supomo, Sekertaris
Jendral Departemen Pertanian. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama
orang, nama instansi, atau nama tempat. Contoh: Siapakan nama
kepala desa yang baru dilantik itu?
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh : Amir Hamzah,Dewi Sartika,Halim Perdana kusuma. Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau suatu ukuran. Contoh: Mesin
disel,10 volt.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku,bangsa,dan bahasa. Contoh :bahasa Indonesia,suku Sunda. Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku,dan
bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Contoh:
Mengindonesiakan kata asing.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,bulan, hari,
hari raya dan peristiwa sejarah. Contoh: Tahun Hijriyah ,Agustus,
Bulan Maulid, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah
yang tidak dipakai sebagai nama. Contoh: Soekarno dan Hatta
memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata
membawa risiko pecahnya perang dunia.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Contoh:
Asia Tenggara, Bukit Barisan, Danau Toba, Jazirah Arab, Teluk

7
Benggala,GunungSemeru,Pegunungan Jayawijaya Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri. Contoh: berlayar ke teluk, mandi di kali, pergi ke arah
tenggara Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Contoh: garam inggris,
gula Jawa, kacang Bogor, pisang ambon
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama semua unsur nama
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen
resmi, kecuali kata seperti dan. Contoh: Republik Indonesia; Majelis
Permusyawaratan Rakyat; Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Contoh: beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan
rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh: Perserikatan Bangsa-
Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk
semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,
untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Contoh: Saya telah
membaca buku dari Ave Maria ke jalan lain ke Roma, Bacalah majalah
Bahasa dan Sastra, Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan, Ia
menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat dan sapaan Contoh: Dr. Doktor, M.A. Master of Artis,
S.E. Sarjana Ekonomi, S.H. Sarjana Hukum, Tn. Tuan, Ny. Nyonya,
S.S. Sarjana Sastra

8
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, Ibu, kakak, adik, dan Paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan. Contoh: Adik bertanya, " Itu apa,
Bu?", Surat Saudara sudah saya terima, Besok Paman akan datang,
Mereka pergi ke rumah Pak Camat. Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai
dalam pengacuan atau penyapaan Contoh: Kita semua harus
menghormati bapak dan ibu kita, Semua kakak dan adik saya sudah
berkeluarga. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti
Anda Contoh: Sudahkah Anda tahu?, Surat Anda telah kami terima.
2. Penulisan huruf miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh: majalah
bahasa dan sastra, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat
kabar suara rakyat.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Contoh:
Huruf pertama kata abad adalah a, dia bukan menipu, melainkan
ditipu. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital, Buatlah
kalimat dengan berlepas tangan.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah
atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangostama. Politik Devide
et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung antara lain
diterjemahkan menjadi ' pandangan dunia’

D. Penulisan kata
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu
percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu sangat tebal.
2. Kata Turunan

9
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya. Contoh: bergetar, dikelola, penetapan, menengok,
mempermainkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai,
sebarluaskan.
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan
akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipat gandakan, penghancur
leburan
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh: Adipati, aerodinamika,
antarkota, anumerta, bikarbonat biokimia, caturtunggal, dasawarsa,
demoralisasi, dwiwarna Catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah
huruf kapital, diantara kedua unsur itu harus dituliskan tanda
hubung (-) Contoh: non- Indonesia, pan- Afrikanisme.
2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti kata esa dan kata
yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah Contoh:
Mudah- mudahan Tuhan yang maha esa melindungi kita. Marilah
kita bersyukur kepada Tuhan yang maha pengasih.
3. Kata ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: anak-anak, buku-buku, kuda-kuda,mata-mata hatihati, undang-
undang, biri-biri
4. Gabungan kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Contoh: duta besar, kambing
hitam, mata pelajaran, meja tulis, Simpang empat
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk

10
menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Contoh: alat pandang-
dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesinhitung tangan, ibu-
bapak kami, watt-jam,orang-tua muda.
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai Contoh: Adakalanya,
akhirulkalam, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana,
bismillah, beasiswa, belasungkawa, Bumiputra.
5. Kata ganti- ku-, - mu, dan – nya
Kata ganti ku ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, mu,
dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: apa yang
kumiliki boleh kamu ambil. bukuku, bukumudan bukunya tersimpan di
perpustakaan.
6. Kata depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada. Contoh: kain itu terletak di dalam lemari
bermalam sajalah di sini. dimana violin sekarang? Ia ikut terjun di tengah
kancah perjuangan. Ke mana saja ia selama ini?
Catatan :
Kata-kata yang dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad
Kami percaya sepenuhnya kepadanya Kemarikan buku itu
7. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirimkan kembali
kepada si pengirim.
8. Partikel
a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya Contoh: Bacalah buku itu baik-baik. Apakah yang
tersirat dalam surat itu?. Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya Contoh: apa
pun yang dimakannya, iya tetap kurus. Hendak pulang pun sudah tak
ada kendaraan. Jika ayah pergi,adik pun ingin pergi Catatan: kelompok

11
yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai. Contoh: Adapun
sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya
menyelesaikan tugas itu. Sekalipun belum memuaskan, hasil
pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
c. Partikel per dimulai yang berarti 'mulai', 'demi', dan ''tiap' ditulis
terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya
Contoh: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka
masuk ke dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp 2.000,00 per
helai
9. Singkatan dan akronim
a. Singkatan adalah salah satu hasil proses pemendekan huruf berupa
huruf atau gabungan huruf yang dieja huruf demi huruf (kridalaksana
2008).
1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat
diikuti dengan tanda titik. Contoh: A.S Kramawijaya. Muh. Yamin.
M.B.A Master of Business Administration
2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti
dengan tanda titik. Contoh: DPR Dewan Perwakilan Rakyat, PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia.
3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik. Misalnya,
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
b. Akronim adalah bentuk penyingkatan satu kata atau lebih menjadi
gabungan beberapa suku kata yang diperlukan sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret
kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital Contoh: ABRI

12
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, LAN Lembaga
Administrasi Negara
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari kata deret kata ditulis dengan
huruf awal huruf kapital Contoh: Akabri Akademi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia, Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha
Indonesia
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya
ditulis dengan huruf kecil Contoh: pemilu pemilihan umum, tilang
bukti pelanggaran, Catatan: jika dianggap perlu membentuk
akronim, hendaknya diperhatikan syaratsyarat berikut:
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata
yang lazim pada kata Indonesia.
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi
vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia
yang lazim
10. Angka dan Lambang
a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di
dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka
Arab: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 Angka Romawi: I,II,III,
IV,V,VI,VII,VIII,IX,X,L (50),C (100), D (500), M (1000), V (5.000),
M (1.000.000) Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal
yang berikut ini.
b. Angka digunakan untuk menyatakan (¡) ukuran panjang, berat, luas,
dan isi, (¡¡) satuan waktu, (¡¡¡) nilai uang, dan (¡v) kuantitas Contoh:
0,5 sentimeter, 5 kilogram, 1 jam 20 menit, pukul 15.00
c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat Contoh: Jalan Tanah Abang I No.
7. Hotel Indonesia, Kamar 87
d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat suci
Contoh: Bab X, pasal 5, halaman 252

13
e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1) Bilangan utuh
Contoh: Dua belas 12 . Dua puluh dua 22
2) Bilangan pecahan
Contoh: Setengah ½ . Tiga perempat ¾
f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara
berikut Contoh: Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalam
kehidupan abad ke-20 ini; Kantor di tingkat II itu
g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
cara yang berikut Contoh: tahun '50-an atau tahun lima puluhan . uang
5000-an atau uang lima ribuan
h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai
secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Contoh:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus
ekor ayam.
i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darno mengun dang
250 orang tamu. Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakaan itu . Dua
ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darno
j. Angka yang menunjukkan bilangan utuh secara besar dapat dieja
Contoh: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah .
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta orang.
k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks, kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Contoh: kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai . Di lemari
itu tersimpan 805 buku dan majalah. Bukan: kantor kami mempunyai
20(dua puluh) orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 (delapan
ratus lima) buku dan majalah

14
l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus tepat Contoh: saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp
999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus rupiah). Bukan: saya lampirkan tanda terima uang sebesar
999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima
perseratus rupiah).

E. Pemakaian Tanda Baca


1. Tanda Titik ( .)
a. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Contoh: Saya suka makan nasi. Apabila dilanjutkan dengan kalimat
baru, harus diberi jarak satu ketukan.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang
Contoh:
• Irwan S. Gatot
• George W. Bush
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan
Contoh: Anthony Tumiwa
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan.
Contoh:
• S.E. (sarjana ekonomi)
• Bpk. (bapak)
d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata kata atau ungkapan yang sudah
sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih
hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
• dll. (dan lain-lain)
•dsb. (dan sebagainya)
•tgl. (tanggal)
e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.

15
Contoh:
• pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
• 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya.
Contoh:
Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya tidak menunjukkan jumlah.
Contoh :
• Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
• Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan resmi lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan,badan atau organisasi,serta nama dokumen resmi
maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
• DPR ( Dewan Perwakilan Rakyat)
• SMA ( Sekolah Menengah Atas )
• PT ( Perseroan Terbatas )
i. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia,satuan
ukuran, takaran, timbangan dan mata uang.
Contoh :
• Cu ( tembaga)
• 52 cm
• Rp 350,00
j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
Contoh:
• Latar Belakang Pembentukan
• Sistem Acara
2. Tanda Koma ( , )

16
a. Tanda Koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu pemerincian
atau pembilangan.
Contoh :
• Saya menjual baju,celana, dan topi.
Contoh penggunaan bahasa yang salah :
• Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
b. Tanda Koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang berikutnya,yang didahului oleh kata seperti dan
melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
c. Tanda Koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh :
• Kalau hari hujan,saya tidak akan datang.
• Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
Tanda Koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat apabila anak kalimat mengiringi induk kalimat.
Contoh : Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
d. Tanda Koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung
antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat.Termasuk di
dalamnya oleh karena itu,jadi,lagi pula, meskipun begitu,akan tetapi.
Contoh :
• Oleh karena itu, kamu harus datang.
• Jadi, saya tidak jadi datang.
e. Tanda Koma dipakai dibelakang kata- kata seperti o,ya,wah,aduh
kasian, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh :
• O,begitu
• Wah,bukan main.
f. Tanda Koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
Contoh : Kata adik, " Saya sedih sekali".

17
g. Tanda Koma dipakai diantara (i) nama dan alamat, ( ii) bagian-
bagian alamat,( iii) tempat dan tanggal,dan (iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
• Bali, 6 November 2020
h. Tanda Koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
Lanin, Ivan.1999. Cara penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6.
Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
i. Tanda Koma dipakai diantara bagian- bagian dalam catatan kaki.
Contoh: Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung : UP
Indonesia,1990), hlm.22.
j. Tanda Koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga atau marga.
Contoh : Rinto Jiang, S.E.
k. Tanda Koma di pakai dimuka angka atau diantara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Contoh: 33,5 m
l. Tanda Koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi.
Contoh: Pengelola perpustakaan favorit saya,Lin,pandai sekali.
m. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca dibelakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa,kita
memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
n. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung
itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contoh: "Di mana Vio tinggal?" tanya Wili.
3. Tanda titik koma (;)

18
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian2 kalimat
yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanaman dikebun; ibu sibuk bekerja didapur;
aku menghafal nama-nama pahlawan nasional.
4. Tanda titik dua (:)
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemberian.
Contoh:
• Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi,meja
dan lemari.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemberian.
Contoh:
Ketua : Vika
Wakil ketua : Dina
c. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh :
Lion : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan situs"
Rio :" Siap laksanakan".
d. Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomor dan halaman,(ii)
diantara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) diantara judul
dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971),34:7
(ii) Surah Yasin :9
e. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah ( angka banding).
Contoh: Nisbah Siwa laki-laki dan perempuan ialah 2:1

19
f. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri peryataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi,meja dan lemari.
5. Tanda hubung ( - )
a. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
Anak-anak, berulang-ulang,kemerah-merahan.
Tanda ulang singkat( Seperti pangkat 2) digunakan untuk tulisan
cepat atau notula,tidak digunakan pada teks karangan.
b. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu per satu dan
bagian-bagian tanggal.
Contoh:
• k-e-t-u-a
• 17-08-2021
c. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-
bagian ungkapan
Bandingkan :
• ber- evolusi dengan be-revolusi
• Istri- perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah.
d. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata
berikut nya yang dimulai dengan huruf kapital;(b) ke- dengan angka,
(c) angka dengan-an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan
atau kata.
Contoh:
• se-Indonesia
• hadiah ke-2
• tahun 90-an
e. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan bahasa Indonesia dengan
unsur bahasa asing.
Contoh:
• di- charter
• pen - tackle - an

20
6. Tanda pisah (-,--)
a. Tanda pisah em (--) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh:
Wikipedia Indonesia -- saya harapkan -- akan menjadi Wikipedia
terbesar.
Tanda pisah em (--) menegaskan adanya posisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini --evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom -- telah mengubah konsepsi kita tentang alam
semesta.
b. Tanda pisah en (-) dipakai diantara dua bilangan atau tanggal yang
berarti sampai dengan atau diantara dua nama kota yang berarti 'ke'
atau 'sampai'.
Contoh:
10-13 Desember 2005
Tanda pisah en ( - ) tidak dipakai bersama perkataan dari dan
antara,atau bersama tanda kurung ( - ).
Contoh: -4 sampai -6°C, bukan -4-6°C
7. Tanda Elipsis ( .... )
a. Tanda Elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya
untuk menuliskan naskah drama.
Contoh : Kalau begitu ..... ya, Marilah kita bergerak.
b. Tanda Elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah
ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat buah titik ; tiga buah untuk menandai penghilang
teks dan satu untuk akhir kalimat.

21
Contoh: Dalam tulisan,tanda baca harus digunakan dengan hati-
hati....
8. Tanda Tanya ( ? )
a. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh : Kapan kakak berangkat ke sekolah?
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Contoh: Ia dilahirkan pada tahun 1983 ( ? )
9. Tanda Seru ( ! )
a. Tanda seru dipakai sesudah ungkap atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan,ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh: Bersihkan meja itu sekarang juga!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan
didalam tulisan ilmiah atau hindari penggunaanya kecuali dalam
kutipan atau transkripsi drama.
10. Tanda Kurung ((...))
a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Bagaimana keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang
kemudian dibahas dalam RUPS ( Rapat umum pemegang saham )
secara berkala.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan.
Contoh:
• Satelit Palapa ( pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah
Mada ) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
teks dapat dihilangkan.
Contoh: Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

22
d. Tanda kurung mengapit angak atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Contoh:
Bauran pemasaran menyangkut masalah ( a ) produk, ( b ) harga,
(c) tempat, dan ( d) promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang
berturut -turut. Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang
kalimatnya.
Contoh: Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885- 1919), dikenal juga
sebagai Matviy Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
11. Tanda Kurung Siku ([....])
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan
itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh : Sang Sapurba men [d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini ( perbedaannya dibicarakan di dalam
BAB II [lihat halaman 35 - 38 ]) perlu dibentangkan disini.
12. Tanda Petik ("....")
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh : " Saya belum siap," kata Mira," tunggu sebentar!".
b. Tanda petik mengapit judul syair,karangan,atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh :Sajak " Berdiri aku " terdapat pada halaman 5 buku itu.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
• Pekerjaan itu dilakukan dengan cara “coba dan ralat”saja.

23
• Ia bercelana panjang yang dikalangan remaja dikenal dengan
nama “cutbrai”
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Contoh: Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan
dibelakang tanda petik yang mengampit kata atau ungkapan yang
dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
• Karena warna kulitnya, Budi menddapat julukan “Si Hitam”.
• Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu
sebabnya.
13. Tanda Petik Tunggal (‘...’)
a. Tanda petik tunggal mengampit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain.
Contoh:
• Tanya Basri , “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?
• Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘ibu,
Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak
Hamdan.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan asing.
Contoh: feed-back ‘balikan’
14. Tanda Garis Miring (/)
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim.
Contoh:
• No.7/PK/1972
• Jalan A.Yani III/10
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap,per atau
sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika.

24
Contoh:
• harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp 125,00 tiap lembar)
• Kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik) 7/8
atau 7/ 8 xn/n!
Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda
aritmetika dasar dalam prosa.Gunakan tanda bagi ÷ .
Contoh :
10 ÷ 2 = 5
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis mirunng
atau garis pembagi dapat dipakai.
x!
Contoh: 𝑛!

c. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata


atau dan tiap.
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut
‘dikirim lewat darat atau laut’
‘harganya Rp 25,00/lembar
‘harganya Rp 25,00 tiap lembar
15. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Contoh:
• Ali’kan kusurati.(‘kan=akan)
• Malam’lah tiba.(‘lah=telah)
• 1 Januari’88 (‘88=1988)
Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.

F. Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai
bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta,
Arab, Portugis, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman
dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur

25
pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti
reshuffle, shuttle cock, I’axplanation de I’homme. Unsur-unsur yang dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara
asing. Kedua, unsur pinjaman dan pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia.Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya
diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan
dengan bentuk asalnya.
Berikut ini disajikan data mengenai jumlah kata serapan dalam bahasa
Indonesia.
Tabel 3.1 Seranai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia
Asal Bahasa Jumlah Kata
Arab 1.495 kata
Belanda 3.280
Tionghoa 290 kata
Hindi 7 kata
Inggris 1.610 kata
Parsi 63 kata
Portugis 131 kata
Sanskerta- Jawa Kuna 677 kata
Tamil 83 kata
Sumber: Senarai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia (1996) yang disusun oleh
Pusat Pembinaan dan Pegembangan Bahasa ( sekarang benama Pusat Bahasa)
Ada empat cara yang biasanya ditempuh untuk menyerap bahasa asing ke
dalam bahasa Indonesia, yaitu (1) adopsi,(2) adaptasi,(3) penerjemahan, dan (4)
kreasi. Cara adopsi terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna
kata asing yang diserap secara keseluruhan. Kata supermarket, plaza, mall, hot
dog, merupakan contoh penyerapan adopsi.
Cara adaptasi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata
asing yang diserap dan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan ejaan bahasa
Indonesia.
Kata-kata seperti pluralisasi, akseptabilitas, maksimal, dan kado merupakan
contoh kata serapan adaptasi.Kata-kata tersebut mengalami perubahan ejaan dari

26
bahasa asalnya (pluralization dan acceptability dari bahasa Inggris, maximal dari
bahasa Belanda, serta cadeu dari bahasa Prancis). Pedoman pengadaptasiannya
adalah Pedoman Penulisan dan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
yang dikeluarkan oleh Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Cara penerjemahan terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang
terkandung dalam kata bahasa asing kemudian cari padanannyadalam bahasa
Indonesia. Kata-kata tumpang-tindih,percepatan,proyek rintisan,dan uji coba
adalah kata-kata yang terlahir karena proses penerjemahan dari bahasa Inggris
soverlap, acceleration, pilot project, dan try out. Penerjemahan istilah asing
memiliki beberapa keuntungan. Selain memperkaya kosakata bahasa Indonesia
dengan sinonim, istilah hasil terjemahan juga meningkatkan daya ungkap bahasa
Indonesia.
Dalam pembentukan istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman
berikut.
1. Penerjemahan tidak harus berasas satu kata diterjemahkan satu kata.
Misalnya:
psychologist ahli psikologi
medical practitioner dokter
2. Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah
Indonesia bentuk positif, sedangkan istilah dalam bentuk negatif
diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk negatif pula.
Misalnya:
Inorganic takorganik
able mampu
3. Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya
dipertahankan pada istilah terjemahannya.
Misalnya:
merger (nomina) gabung usaha(nomina)
transparent (adjektiva) bening ( adjektiva)
4. Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah
kejamakannya ditinggalkan pada istilah Indonesia.
Misalnya:

27
effective berhasil guna
shuttle ulang alik
spare parts suku cadang
Bentuk-bentuk serapan dari bahasa asing yang lain adalah dari bahasa
Belanda, bahasa Sanskerta, bahasa Latin, dan bahasa Arab. Contoh
serapan dari bahasa Belanda:
paal pal octaaf oktaf
riem rim politiek politik
Contoh serapan dari bahasa Sanskerta:
catur-caturwarga caturwarga
sapta-saptamarga saptamarga
dasa-dasawarsa dasawarsa
Contoh serapan dari bahasa Arab:
khalal halal
tawaqal tawakal
Berikut ini beberapacontoh lain penulisan unsur serapan dari bahasa
asing.
1. c di muka e,i,oe, dan y menjadi s
central sentral
cent sen
cyber netics siber netika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
2. cc di muka o,u, dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi
accumulation akumulasi
3. kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir
4. ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i

28
polotiek politik
riem rim
5. ie tetap ie jika lafalnya bukan ie
variety varietas
patient pasien
efficient efisien
6. oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
provoost provos
7. oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
proof pruf
8. ph menjadi f
phase fase
phsyologi fisiologi
spectograph spektograf
9. q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
10. rh menjadi r
rhythm ritme
rhetoric retorika
11. xc di muka e dan i menjadi ks
exception eksepsi
excess ekses
12. y menjadi y jika lafalnya i
dynamo dinamo

29
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian singkat diatas maka kita bisa menarik kesimpulan atau penulis
mencoba memberikan kesimpulan, berdasarkan data-data dan fakta dilapangan
menunjukkan masih banyak orang-orang tidak memahami pemakaian bahasa
Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar.
Berbahasa Indonesia yang baik dan benar harus paham dengan ejaan yang
merupakan hal hal yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk
singkatan, akronim, angka, dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca.

B. SARAN
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu
mengingatkan kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Karena bagaimanapuun bahasa memiliki peran
penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.
Dengan mempelajari ejaan yang di sempurnakan maka proses pembelajaran,
pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah. Untuk
itu pelajarilah ejaan yang disempurnakan dengan sungguh agar dapat dimengerti

30
DAFTAR PUSTAKA

Drs. I. Ketut Dibia, S.Pd & I Putu Mas Dewantara, S.Pd, M.Pd. (2016). Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Singaraja: Rajawali Pers Divisi Buku
Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Persada.

31

Anda mungkin juga menyukai