Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR GRAMATIKA BAHASA

INDONESIA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen penguji Dr.M Zubad Nurul Yaqin,M.Pd.

 
Disusun Oleh:

M. SIRAJU SUBHI (16410033 )


SATRIYA DWI PRAYOGA (16410009 )
SITI NURHAMIDAH (16410032)
WIDIYANTI (16410022)
MIFTAHUL MUTOHAROH (16410039)
AHMAD RIZQON WAFIUDIN (16410040)
NABILAH ULFAH AZMI (16410024)
FATIHATUN NURIL M (16410037)

PRODI BAHASA INDONESIA


JURUSAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)


MALANG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur ditujukan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini dengan tepat
waktu, yaitu makalah Bahasa Indonesia yang berjudul “ Konsep Dasar Gramatika
Bahasa Indonesia". Sholawat dan salam tak lupa ditujukan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh ilmu.

Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Makalah ini berisikan informasi tentang konsep dasar EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan) dari kaidah penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan tanda baca
serta memaparkan konsep kalimat efektif. Khususnya membahas tentang Konsep EYD
dan Konsep efektif

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
bagaimana menggunakan kaidah tata bahasa yang baik dan benar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Malang, 27 Agustus 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................iv

DAFTAR ISI.....................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................2
E. Kendala Dan Kesulitan Yang Dihadapi.............................................................3

BAB II KONSEP EYD


A. Pengertian Ejaan....................................................................................................4
B. Dari Ejaan Van Ophuijsen Hingga EYD...............................................................5
1. Ejaan Van Ophuisjen........................................................................................
2. Ejaan Soewandi.................................................................................................
3. Ejaan Melindo...................................................................................................
4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.................................................
5. Pemakaian Huruf..............................................................................................
6. Penulisan Huruf................................................................................................
7. Penulisan Kata..................................................................................................
8. Penulisan Unsur Serapan..................................................................................
9. Pemakaian Tanda Baca.....................................................................................

BAB III KONSEP KALIMAT EFEKTIF

A. Pengertian Kalimat Efektif.....................................................................................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................14


A. Kesimpulan..........................................................................................................14

B. Saran....................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam belajar, kita diwajibkan untuk mengetahui latar belakang dari apa yang kita
pelajari. Hal itu dilakukan agar memudahkan kita untuk memahami apa yang kita
pelajari.

Hal tersebut berlaku pula pada mata pembelajaran Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD). Ketika kita mempelajari latar belakang dari EYD, kita dapat mengetahui
bagaimana proses dari perubahan ejaan dari masa ke masa. Yang dimulai dari ejaan Van
Ophuisjen, yaitu ejaan bahasa melayu dengan huruf latin, hingga ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan.

Kita juga bisa mengetahui bagaimana cara cara menulis yang baik dan benar
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal tersebut akan berguna
untuk kita mahasiswa ketika akan mengerjakan makalah atau skripsi.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan ejaan ?


2. Bagaimana penulisan ejaan pada masa terdahulu?
3. Bagaimana pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca
yang baik dan benar?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui asal usul Ejaan Yang Disempurnakan
2. Mengetahui bagaimana cara pemilihan huruf, pemakaian huruf dan
penulisan kata yang baik dan benar.
3. Mampu memilih dan mengetahui kata serapan yang benar.
4. Mengetahui pemakaian tanda baca yang baik dan benar.
D. Manfaat Penulisan

a. Bagi Siswa
Mengetahui cara-cara penulisan yang baik dan benar yang sesuai dengan
aturan yang ditetapkan.
b. Bagi Sekolah
Menjadi acuan atau referensi ketika hendak membuat tugas.
BAB 2

KONSEP EYD

A. PENGERTIAN EJAAN

Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagimana


melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang lambang
itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis yang
dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda
baca.

B. DARI EJAAN VAN OPHUISJEN HINGGA EYD

1. Ejaan Van Ophuisjen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang
disebut Ejaan van Ophuisjen. Hal yang menonjol dari ejaan Van Ophuisjen adalah
sebagai berikut.

a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.


b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
c. Tanda diakritik, seprti koma, ain, dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan
kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.

2. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan


Ejaan van Ophuisjen. Ejaan baruu itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan
Republik. Hal-hal yang perlu diketahui dari Ejaan Soewandi adalh sebagai berikut.

a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.


b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata kata tak,
pak, maklum, rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-
an.
d. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan
dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

3. Ejaan Melindo

Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh


Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian
dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik
selama tahun tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan


pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Karena penuntun itu perlu
dilengakapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
Putusannya tanggal 12 Oktober 1972, NO.156/P/1972 (Amran Hakim, Ketua),
menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No.
0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut mengalami revisi. Edisi revisi
dikuatkan dengan surat putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987 , tanggal 9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah sebagai berikut.

(1) Perubahan huruf

Ejaan Soewandi Ejaan Yang Disempurnakan

dj djalan, djauh j jalan, jauh

j pajung, laju y payung, layu

nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi

sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat

tj tjukup, tjutji c cukup, cuci

ch tarich, achir kh tarikh, akhir

(2) Huruf-huruf dibawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat
(3) Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.
a:b=p:q
Sinar-X
(4) Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke-sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah
dengan yang mengikutinya.
di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kekasih ke luar negeri
(5) Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

5. Pemakaian Huruf
(1) Nama-Nama Huruf

Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan


disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf yang berikut. Nama tiap-tiap huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama

A a a N n en

B b be – bukan bi O o o

C c ce – bukan se P p pe

D d de Q q ki bukan kyu

E e e R r er

F f ef S s es

G g ge bukan ji T t te bukan ti

H h ha U u u

I i i V v fe – bukan fi

J j je W w we

K k ka X x eks – bukan ek

L l el Y y ye – bukan ey

M m em Z z zet

Di samping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong, yang biasa dieja
au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran
u’ atau y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang terdiri atas gabungan
huruf, seperti kh, ng, ny, dan sy.
Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, mislanya dalam bank
dan sanksi, sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh, gh, dz, th, dan ts, seperti
dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, bhatin, dan hatsil tidak digunakan dalam
bahasa Indonesia.

(2) Lafal Singkatan dan Kata

Semua singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia termasuk
singkatan yang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia.

Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

AC [ a se] [a ce]

BBC [be be se], [bi bi si] [be be ce]

LNG [el en je] [el en ge]

IUD [ay yu di] [i u de]

TVRI [ti vi er i] [te ve er i]

makin [mangkin] [makin]

memuaskan [memuasken] [memuaskan]

pendidikan [pendidi’an] [pendidikan]

bahu-membahu [bau-membau] [bahu-membahu]

logis [lohis] [logis]

Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat
internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal
indonesia, tetapi singkatan itu tetap dialafalkan seperti lafal aslinya.

Misalnya:

Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

Unesco [u nes tjo] [yu nes ko]


Unicef [u ni tjef] [yu ni sef]

Sea Games [se a ga mes] [si ge ims]

(3) Persukuan

Apabila memenggal atau menyukukan sebuah kata, kita harus membubuhkan


tanda hubung (-) di antara suku-suku kata tanpa jarak/spasi. Pada pergantian baris,
tanda hubung harus dibubuhkan di pinggir ujung baris. Jadi, tanda hubung yang
dibubuhkan di bawah ujung baris adalah hal yang keliru. Perlu juga diketahui bahwa
suku kata atau imbuhan yang terdiri atas sebuah huruf tidak dipenggal agar tidak
terdapat satu huruf pada ujung baris atau pada pangkal baris. Disamping itu,
diketahui bahwa sebuah persukuan ditandai oleh sebuah vokal.

Beberapa kaidah persukuan yang perlu kita perhatikan dengan cermat adalah
sebagai berikut.

a. Penyukuan Dua Vokal yang Berurutan di Tengah Kata

Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisahan tersebut
dilakukan di antara kedua vokal itu.

Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

1. lain la – in la-in
2. saat sa – at sa-at
3. kait ka – it ka-it
4. main ma – in ma-in
5. daun da – un da-un

b. Penyukuan Dua Vokal Mengapit Konsonan di Tengah Kata

Kalau di tengah kata ada konsonan dia natar dua vokal, pemisahan tersebut
dilakujan sebleum konsonan itu. Selain itu, karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan
suatu konsonan, gabungan huruf itu tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan
suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

1. seret ser – se-


et ret
2. masam mas - ma-
am sam
3. sepatu sep- se-
atu patu
4. bahasa bah- ba-
asa hasa
5. langit lan- la-
git ngit
6. akhirat ak- akhi-
hirat rat
7. mutakhir mutak- muta-
hir khir

c. Penyukuan Dua Konsonan Berurutan di Tengah Kata

Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemisahan tersebut
terdapat diantara kedua konsonan itu. Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

1. maksud ma- mak-


ksud sud
2. langsung langs- lang-
ung sung
3. caplok ca- cap-
plok lok
d. Penyukuan Tiga Konsonan atau Lebih di Tengah Kata

Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut
dilakaukan di antara konsonan yang pertama ( termasuk ng, ny, sy, dan kh) dengan
yang kedua. Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

1. abstrak abs- ab-


trak strak
2. konstruksi kons- kon-
truksi struksi
3. instansi ins- in-
tansi stansi

e. Penyukuan Kata yang Berimbuhan dan Berpartikel

Imbuhan (awalan dan akhiran), termasuk yang mengalami perubahan bentuk,


dan partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dalam
penyukuan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan. Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

1. santapan santa- santap-


pan an
2. mengail meng- me-
ail ngail (kt. Dasar kail)

f. Penyukuan Nama Orang

Perlu dikemukakan di sini bahwa nama orang yang tidak dipenggal atas suku-
sukunya dalam pergantian baris. Yang dibolehkan adalah memisahkan nama orang
itu atas unsur nama pertama dan unsur nama kedua dan seterusnya. Misalnya:

Nama Pemisahan yang Salah Pemisahan yang Benar

Yuyun Nailufar Yuyun Nai- Yuyun

lufar Nailufar
Isa Ansori Isa An- Isa

sori Ansori

g. Penulisan Nama Diri

Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagaianya disesuaikan
dengan kaidah yang berlaku. Misalnya

Universitas Padjadjaran

Soepomo Poedjosoedarmo

Imam Chourmain

Dji Sam Soe

6. Penulisan Huruf

Penulisan Huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar (2)
penulisan huruf miring.

1. Penulisan Huruf Besar


a. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan langsung.
Misalnya:
- Dia bertanya, “Kapan kita pulang.”
b. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan.
Misalnya:
- Limpahkan rahmat-Mu, ya Allah.
c. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, jabatan, dan pangkat
yang diikuti nama orang.
Misalnya:
- Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim.

Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil.
d. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama
orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata kata digunakan
sebagai nama pertama atau terletak pada awal kalimat.
Misalnya:
- Tanam Paksa di Indonesia diselenggarakan oleh van den Bosch.
e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa.
Misalnya:
- Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk menyukseskan
pembangunan.
f. Huruf bsar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
- Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia
pada hari lebaran.
g. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama khas geografi
Misalnya:
- Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.

Dan lain lain.

2. Penulisan Huruf Miring


a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Misalnya:
- Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan
majalah Bahasa dan Kesusastraan.
- Ibu rumah tangga menyenangi majalah Femina.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
- Buatlah kalimat dengan kata dukacita
- Huruf pertama kata ubah ialah u. Jadi, jika kata ubah ditambah
awalan meng- akan muncul mengubah, bukan merubah.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama
ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa daerah.
Misalnya:
- Ungkapan Wilujeng sumping dalam bahasa Sunda berarti
‘Selamat Datang’.

7. Penulisan Kata
a. Kata dasar ditulis sebagai satu-satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata
turunan, imbuhan ( awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan
kata dasarnya. Kalau gabungan kata hanya mendapat awalan atau akhiran,
awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan
saja.

Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

di didik dididik

di suruh disuruh

berterimakasih berterima kasih

beritahukan beri tahukan

b. Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya itu harus dituliskan serangkai.

Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Menghancur leburkan menghancurleburkan

Pemberi tahuan pemberitahuan

Kata ulang ditulis secara lengkap dan mnggunakan tanda hubung.

Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Jalan2 jalan-jalan

Di –besar2-kan dibesar- besarkan

c. Gabungan kata termasuk termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-
bagiannya dituliskan terpisah.

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Dayaserap daya serap

Tatabahasa tata bahasa

d. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai
misalnya:

Bentuk Kata Tidak Baku Bentuk Baku

Mana kala manakala

Sekali gus sekaligus

e. Kata ganti ku dan kau – yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau – ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; Kata ganti ku, mu, dan nya – yang
ada pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia – ditulis serangkai dengan yang
mendahuluinya. Misalnya:
 Penemuannya dalam bidang mikrobiologi sangat mengejutkan dunia
ilmu dan teknologi.
 Apa yang kulakukan boleh kau kritik.
f. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, seperti kepada dan
daripada. Misalnya:
 Ketika truk belanda sudah bergerak ke timur, gerilyawan yang bersembunyi di
bawah kaki bukit lari ke arah barat.
 Para pramuka sedang berekerumun di sekitar api unggun.
g. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah hampir
seperti kata lepas. Misalnya:
 Jika saya pergi, dia pun ingin pergi.

h. Akan tetapi,jumlah kata yang ditulis serangkai ada dua belas kata yaitu, adapun,
andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, aupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.

i. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, ‘tiap’, ditulis terpisah dari bagian
bagian kalimat yang mendampinginya. Misalnya:
 Harga kain itu Rp 15.000,00 per meter

j. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor dalam a) ukuran
panjang, berat, dan isi b) satuan waktu c) nilai uang, d) dan menandai nomor
pada alamat. Misalnya:
 Hotel Sahid Jaya, Kamar 25
 15 jam
 5 cm

k. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.


 Empat belas (14)
 Satu dua perlima (1 2/5)

l. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara berikut.
 Abad XX
 Abad ke-20
 Abad kedua puluh

m. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang
berikut.
 Tahun 40-an
 Lembaran 5.000-an
n. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan sati atau dua kata ditulis,
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian atau pemaparan.
 Budi membeli sepuluh bibit bayam.
 Kendaraan yang dipesan oleh walikota sejumlah 625 mobil dinas dan 136 bis
kota.

o. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, kecuali yang tidak
dapat disebutkan dalam satu atau dua kata.
 Dua puluh batang bunga mawar.
 Sebanyak 1375 mahasiswa antusias mengikuti seminar.

p. Dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi bilangan tidak perlu ditulis
dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
 Di hutan Kalimantan terdapat 350 spesies katak.
 Jumlah pegawai di toko itu tujuh orang.

8. Penulisan Unsur Serapan

Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, yang sering digunakan oleh pemakai bahasa.

Kata Asing Penyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar

Risk resiko risiko

System sistim sistem

Effective efektip efektif

Method metoda metode

Charisma harisma karisma

Frequency frekwensi frekuensi


9. Pemakaian Tanda Baca
a. Tanda titik
 Tanda titik pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
- W.S Rendra
- Abdul Hadi W.M
 Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatann, pangkat, dan sapaan.
-Dr. (doktor)
-dr. (dokter)
-S. Ked. (sarjana kedokteran)
 Tanda titik pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang
ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
-s/d (sampai dengan)
-a/n (atas nama)
 Tanda titik digunakan pada angka yang menyatakan jumlah untuk
memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya. Misalnya:
- 1.150 halaman buku
- 30.000 meter
 Dll.
b. Tanda koma
 Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian
atau pembilangan. Cth:
- Satu, dua,...tiga!
- Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya.
 Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu
dengan yang berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan
sedangkan. Cth:
- Dia bukan mahasiswa Jayabaya, melainkan mahasiswa Atmajaya
- Saya bersedia membantu, tetapi kukerjakanlah dahulu tugas itu.
 Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
- Apabila belajar sungguh-sungguh, Saudara akan berhasil dalam
ujian
- Karena harus ditandatangani oleh gubernur, surat itu ditulis di
atas kertas berkepala surat resmi.
 Tanda koma harus digunakan di belakang kata atua ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat di awal kalimat. Cth:
- Oleh karena itu, kita harus menghormati pendapatnya.
- Namun, kita harus tetap waspada.
 Dll.
c. Tanda Titik Koma (;)

Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Cth: Para pemikir mengatur
strategi dan langkah yang harus ditempuh; para pelaksana mengerjakan tugas
sebaik-baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan.

d. Tanda Titik Dua (:)


 Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian.
 Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
e. Tanda Hubung (-)
 Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian
ungkapan.
 Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, (b) ke dengan angka, (c) angka
dengan –an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
f. Tanda Pisah (-)

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi atau keterangan lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau
tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau diantara dua nama kota yang berarti ‘ke’
atau ‘sampai’.
g. Tanda Petik (“....”)

Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul sya’ir, karangan,
istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.

Cth: -Kata Hasan, “ Saya ikut.”


- Ia memakai celana “cutbrai”
h. Tanda Petik Tunggal (‘....’)

Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.

Misalnya: Lailatul Qadar ‘malam’

i. Tanda Apostrof (‘)

Tanda Apostrof (‘) digunakan untuk menyingkat kata. Tanda ini banyak
digunakan dalam ragam sastra. Contoh:

- ‘kan kucari dari akan kucari


- ‘lah tiba dari telah tiba
j. Garis Miring
Garis miring dipakai untuk menyatakan
a. Dan atau atau;
b. Per yang artinya ‘tiap’;
c. Tahun akademik/tahun ajaran;
d. Nomor rumah setelah nomor jalan;
e. Nomor surat
Contoh:
- Harga beras Rp11.000,00/unit
- Nomor 059/f.4/FB/V/2008
- Rumah profesor itu di jalan Kartanegara I/52
- Presiden/Wakil Presiden RI dapat memimpin sidang kabinet.
BAB III

KONSEP KALIMAT EFEKTIF

A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Ada beberapa ahli yang menjelaskan pengertian dari kalimat efektif diantaranya :

 Basuki : Kalimat yang dapat dipahami pembaca seperti yang dimaksudkan penulis
 Rajsid : Kalimat yang dapat mewakili secara tepat pikiran pengarang dan sanggup
menimbulkan gambaran seperti gambaran penulis.
 Muhammad Zubad Nurul Yaqin : kalimat yang dapat menimbulkan ide-ide baru untuk
pembaca sama seperti ide-ide penulis.

Jadi dapat disimpulkan, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan aturan-aturan
bahasa, ejaan, tanda baca yang baik sehingga, pembaca dengan mudah memahami maksud dari
penulis.

Untuk membuat kalimat efektif yang sempurna kita harus mengikuti prinsip-prinsip
kalimat efektif diantaranya :

1. Kesepadanan Struktur, adanya kesepadanan antara gagasan atau pemikiran dengan


struktur bahasa yang dipakai. Ada 2 ciri kesepadanan struktur :
a. Memilih subjek dan prediket yang jelas

Contoh : -Bagi semua undangan harus mengisi daftar hadir. (Tidak sepadan)

-Semua undangan harus mengisi daftar hadir. (Sepadan)

Untuk tidak terjadi ketidakjelasan subjek, hindari penggunaan kata depan (preposisi)
seperti pada, dengan, untuk, oleh, dan bagi didepan subjek.

b. Tidak memiliki subjek yang ganda dalam kalimat tunggal (kalimat yang hanya
memiliki satu pola dasar)

Contoh : Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. (tidak sepadan)

Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (sepadan)
2. Kepararelan Bentuk, adanya kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam menyusun
kalimat, kesamaan bentuk kata maksudnya adalah jika kata pertama berbentuk
verbal(kata kerja), maka selanjutnya berbentuk verbal. Namum jika pertama nomina,
maka kata selanjutnya berbentuk nomina (kata benda).

Contoh : Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan
pengaplikasian definisi kalimat efefktif ( tidak efektif)

Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui,


mengaplikasikan definisi kalimat efektif (efektif).

3. Kehematan Kata, tidak menggunakan kata yang terlalu berbelit-belit atau tidak perlu
digunakan . Adapun hal yang harus diperhatikan.
a. Menghindari unsur yang sama dalam kalimat majemuk (kalimat yang memiliki
2 pola dasar)

Contoh : - Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren (tidak efektif)

- Saya tidak suka buah apel dan duren (efektif)


b. Menghindari sinonim dalam kalimat

Contoh :- Saya hanya memiliki 3 buah buku saja (tidak efektif)

-Saya hanya memiliki 3 buah buku (efektif)

c. Menghindari penjamakkan kata pada kata jamak

Contoh : - Para mahasiswa-mahasiswi berujuk rasa di depan kantor rektorat (tidak efektif)

- Mahasiswa-mahasiswi berunjuk rasa di depan kantor rektorat (efektif)

- Kecermatan, memilih kata yang tepat dan cermat sehingga tidak menimbulkan makna ganda

Contoh : -Siswa SMU yang terkenal itu menerima beasiswa. (tidak efektif)

-Siswa dari SMU yang terkenal itu menerima beasiswa. (efektif)

4. Tegas, penekanan ide pokok sehingga menonjolkan didalam kalimat tersebut. Dibagi
menjadi dua:
a. Meletakan ide pokok di awal
- Sudah saya baca buku itu (tidak efektif).
- Buku itu sudah saya baca (efektif).
b. mengurutkan kata secara bertahap
- Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden.
- Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur.

5. Kepaduan, cara berfikir yang sistematis sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.

Contoh : Namamu siapa ? (tidak padu)

Siapa namamu ? (padu)

Apakah kamu makan sudah ? (tidak padu)

Apakah kamu sudah makan ? (padu)

6. Kelogisan, kalimat yang dapat diterima dengan logis (akal) dan sesuai kaidah EYD

Contoh : Waktu dan tempat kamu persilahkan ! (tidak logis)

Bapak kepala sekolah kami persilahkan ! (logis)

Anda mungkin juga menyukai