INDONESIA
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen penguji Dr.M Zubad Nurul Yaqin,M.Pd.
Disusun Oleh:
Puji syukur ditujukan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini dengan tepat
waktu, yaitu makalah Bahasa Indonesia yang berjudul “ Konsep Dasar Gramatika
Bahasa Indonesia". Sholawat dan salam tak lupa ditujukan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menuntun kita dari zaman jahiliyah menuju zaman penuh ilmu.
Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Makalah ini berisikan informasi tentang konsep dasar EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan) dari kaidah penulisan huruf, penulisan kata dan penulisan tanda baca
serta memaparkan konsep kalimat efektif. Khususnya membahas tentang Konsep EYD
dan Konsep efektif
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
bagaimana menggunakan kaidah tata bahasa yang baik dan benar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................iv
DAFTAR ISI.....................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................2
E. Kendala Dan Kesulitan Yang Dihadapi.............................................................3
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam belajar, kita diwajibkan untuk mengetahui latar belakang dari apa yang kita
pelajari. Hal itu dilakukan agar memudahkan kita untuk memahami apa yang kita
pelajari.
Hal tersebut berlaku pula pada mata pembelajaran Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD). Ketika kita mempelajari latar belakang dari EYD, kita dapat mengetahui
bagaimana proses dari perubahan ejaan dari masa ke masa. Yang dimulai dari ejaan Van
Ophuisjen, yaitu ejaan bahasa melayu dengan huruf latin, hingga ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan.
Kita juga bisa mengetahui bagaimana cara cara menulis yang baik dan benar
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal tersebut akan berguna
untuk kita mahasiswa ketika akan mengerjakan makalah atau skripsi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui asal usul Ejaan Yang Disempurnakan
2. Mengetahui bagaimana cara pemilihan huruf, pemakaian huruf dan
penulisan kata yang baik dan benar.
3. Mampu memilih dan mengetahui kata serapan yang benar.
4. Mengetahui pemakaian tanda baca yang baik dan benar.
D. Manfaat Penulisan
a. Bagi Siswa
Mengetahui cara-cara penulisan yang baik dan benar yang sesuai dengan
aturan yang ditetapkan.
b. Bagi Sekolah
Menjadi acuan atau referensi ketika hendak membuat tugas.
BAB 2
KONSEP EYD
A. PENGERTIAN EJAAN
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang
disebut Ejaan van Ophuisjen. Hal yang menonjol dari ejaan Van Ophuisjen adalah
sebagai berikut.
2. Ejaan Soewandi
3. Ejaan Melindo
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut mengalami revisi. Edisi revisi
dikuatkan dengan surat putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987 , tanggal 9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan adalah sebagai berikut.
(2) Huruf-huruf dibawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat
(3) Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.
a:b=p:q
Sinar-X
(4) Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke-sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah
dengan yang mengikutinya.
di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kekasih ke luar negeri
(5) Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
Anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat
5. Pemakaian Huruf
(1) Nama-Nama Huruf
A a a N n en
B b be – bukan bi O o o
C c ce – bukan se P p pe
D d de Q q ki bukan kyu
E e e R r er
F f ef S s es
G g ge bukan ji T t te bukan ti
H h ha U u u
I i i V v fe – bukan fi
J j je W w we
K k ka X x eks – bukan ek
L l el Y y ye – bukan ey
M m em Z z zet
Di samping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong, yang biasa dieja
au, ai, dan oi yang dilafalkan sebagai vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran
u’ atau y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang terdiri atas gabungan
huruf, seperti kh, ng, ny, dan sy.
Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, mislanya dalam bank
dan sanksi, sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh, gh, dz, th, dan ts, seperti
dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, bhatin, dan hatsil tidak digunakan dalam
bahasa Indonesia.
Semua singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia termasuk
singkatan yang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia.
AC [ a se] [a ce]
Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat
internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal
indonesia, tetapi singkatan itu tetap dialafalkan seperti lafal aslinya.
Misalnya:
(3) Persukuan
Beberapa kaidah persukuan yang perlu kita perhatikan dengan cermat adalah
sebagai berikut.
Kalau di tengah kata ada dua vokal yang berurutan, pemisahan tersebut
dilakukan di antara kedua vokal itu.
Misalnya:
1. lain la – in la-in
2. saat sa – at sa-at
3. kait ka – it ka-it
4. main ma – in ma-in
5. daun da – un da-un
Kalau di tengah kata ada konsonan dia natar dua vokal, pemisahan tersebut
dilakujan sebleum konsonan itu. Selain itu, karena ng, ny, sy, dan kh melambangkan
suatu konsonan, gabungan huruf itu tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan
suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
Misalnya:
Kalau di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemisahan tersebut
terdapat diantara kedua konsonan itu. Misalnya:
Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut
dilakaukan di antara konsonan yang pertama ( termasuk ng, ny, sy, dan kh) dengan
yang kedua. Misalnya:
Perlu dikemukakan di sini bahwa nama orang yang tidak dipenggal atas suku-
sukunya dalam pergantian baris. Yang dibolehkan adalah memisahkan nama orang
itu atas unsur nama pertama dan unsur nama kedua dan seterusnya. Misalnya:
lufar Nailufar
Isa Ansori Isa An- Isa
sori Ansori
Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagaianya disesuaikan
dengan kaidah yang berlaku. Misalnya
Universitas Padjadjaran
Soepomo Poedjosoedarmo
Imam Chourmain
6. Penulisan Huruf
Penulisan Huruf menyangkut dua masalah, yaitu (1) penulisan huruf besar (2)
penulisan huruf miring.
Jika tidak diikuti oleh nama orang atau nama wilayah, nama gelar, jabatan, dan
pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil.
d. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama
orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata kata digunakan
sebagai nama pertama atau terletak pada awal kalimat.
Misalnya:
- Tanam Paksa di Indonesia diselenggarakan oleh van den Bosch.
e. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku, dan bahasa.
Misalnya:
- Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk menyukseskan
pembangunan.
f. Huruf bsar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
- Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia
pada hari lebaran.
g. Huruf besar dipakai sebagai huruf pertama khas geografi
Misalnya:
- Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.
7. Penulisan Kata
a. Kata dasar ditulis sebagai satu-satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata
turunan, imbuhan ( awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkai dengan
kata dasarnya. Kalau gabungan kata hanya mendapat awalan atau akhiran,
awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai dengan kata yang bersangkutan
saja.
Misalnya:
di didik dididik
di suruh disuruh
b. Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya itu harus dituliskan serangkai.
Misalnya:
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku
Jalan2 jalan-jalan
c. Gabungan kata termasuk termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-
bagiannya dituliskan terpisah.
d. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai
misalnya:
e. Kata ganti ku dan kau – yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau – ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; Kata ganti ku, mu, dan nya – yang
ada pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia – ditulis serangkai dengan yang
mendahuluinya. Misalnya:
Penemuannya dalam bidang mikrobiologi sangat mengejutkan dunia
ilmu dan teknologi.
Apa yang kulakukan boleh kau kritik.
f. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, seperti kepada dan
daripada. Misalnya:
Ketika truk belanda sudah bergerak ke timur, gerilyawan yang bersembunyi di
bawah kaki bukit lari ke arah barat.
Para pramuka sedang berekerumun di sekitar api unggun.
g. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah hampir
seperti kata lepas. Misalnya:
Jika saya pergi, dia pun ingin pergi.
h. Akan tetapi,jumlah kata yang ditulis serangkai ada dua belas kata yaitu, adapun,
andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, aupun, meskipun,
sekalipun, sungguhpun, dan walaupun.
i. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, ‘tiap’, ditulis terpisah dari bagian
bagian kalimat yang mendampinginya. Misalnya:
Harga kain itu Rp 15.000,00 per meter
j. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor dalam a) ukuran
panjang, berat, dan isi b) satuan waktu c) nilai uang, d) dan menandai nomor
pada alamat. Misalnya:
Hotel Sahid Jaya, Kamar 25
15 jam
5 cm
l. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara berikut.
Abad XX
Abad ke-20
Abad kedua puluh
m. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang
berikut.
Tahun 40-an
Lembaran 5.000-an
n. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan sati atau dua kata ditulis,
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan seperti
dalam perincian atau pemaparan.
Budi membeli sepuluh bibit bayam.
Kendaraan yang dipesan oleh walikota sejumlah 625 mobil dinas dan 136 bis
kota.
o. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, kecuali yang tidak
dapat disebutkan dalam satu atau dua kata.
Dua puluh batang bunga mawar.
Sebanyak 1375 mahasiswa antusias mengikuti seminar.
p. Dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi bilangan tidak perlu ditulis
dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Di hutan Kalimantan terdapat 350 spesies katak.
Jumlah pegawai di toko itu tujuh orang.
Berikut ini didaftarkan sebagian kata asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, yang sering digunakan oleh pemakai bahasa.
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Cth: Para pemikir mengatur
strategi dan langkah yang harus ditempuh; para pelaksana mengerjakan tugas
sebaik-baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan.
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi atau keterangan lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau
tanggal yang berarti ‘sampai dengan’ atau diantara dua nama kota yang berarti ‘ke’
atau ‘sampai’.
g. Tanda Petik (“....”)
Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul sya’ir, karangan,
istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal.
Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
Tanda Apostrof (‘) digunakan untuk menyingkat kata. Tanda ini banyak
digunakan dalam ragam sastra. Contoh:
Ada beberapa ahli yang menjelaskan pengertian dari kalimat efektif diantaranya :
Basuki : Kalimat yang dapat dipahami pembaca seperti yang dimaksudkan penulis
Rajsid : Kalimat yang dapat mewakili secara tepat pikiran pengarang dan sanggup
menimbulkan gambaran seperti gambaran penulis.
Muhammad Zubad Nurul Yaqin : kalimat yang dapat menimbulkan ide-ide baru untuk
pembaca sama seperti ide-ide penulis.
Jadi dapat disimpulkan, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan aturan-aturan
bahasa, ejaan, tanda baca yang baik sehingga, pembaca dengan mudah memahami maksud dari
penulis.
Untuk membuat kalimat efektif yang sempurna kita harus mengikuti prinsip-prinsip
kalimat efektif diantaranya :
Contoh : -Bagi semua undangan harus mengisi daftar hadir. (Tidak sepadan)
Untuk tidak terjadi ketidakjelasan subjek, hindari penggunaan kata depan (preposisi)
seperti pada, dengan, untuk, oleh, dan bagi didepan subjek.
b. Tidak memiliki subjek yang ganda dalam kalimat tunggal (kalimat yang hanya
memiliki satu pola dasar)
Contoh : Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga desa. (tidak sepadan)
Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (sepadan)
2. Kepararelan Bentuk, adanya kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam menyusun
kalimat, kesamaan bentuk kata maksudnya adalah jika kata pertama berbentuk
verbal(kata kerja), maka selanjutnya berbentuk verbal. Namum jika pertama nomina,
maka kata selanjutnya berbentuk nomina (kata benda).
Contoh : Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan
pengaplikasian definisi kalimat efefktif ( tidak efektif)
3. Kehematan Kata, tidak menggunakan kata yang terlalu berbelit-belit atau tidak perlu
digunakan . Adapun hal yang harus diperhatikan.
a. Menghindari unsur yang sama dalam kalimat majemuk (kalimat yang memiliki
2 pola dasar)
Contoh : - Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren (tidak efektif)
Contoh : - Para mahasiswa-mahasiswi berujuk rasa di depan kantor rektorat (tidak efektif)
- Kecermatan, memilih kata yang tepat dan cermat sehingga tidak menimbulkan makna ganda
Contoh : -Siswa SMU yang terkenal itu menerima beasiswa. (tidak efektif)
4. Tegas, penekanan ide pokok sehingga menonjolkan didalam kalimat tersebut. Dibagi
menjadi dua:
a. Meletakan ide pokok di awal
- Sudah saya baca buku itu (tidak efektif).
- Buku itu sudah saya baca (efektif).
b. mengurutkan kata secara bertahap
- Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden.
- Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur.
5. Kepaduan, cara berfikir yang sistematis sehingga informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah.
6. Kelogisan, kalimat yang dapat diterima dengan logis (akal) dan sesuai kaidah EYD