OLEH:
NAMA :
NIM :
KELAS :
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Makalah ini sudah penulis susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
Terlepas dari segala hal tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya penulis dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah otot merah dapat
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1.............................................................................................................Latar
belakang............................................................................................. 1
1.2.............................................................................................................Rumus
an Masalah......................................................................................... 2
1.3.............................................................................................................Tujuan
Penulisan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
3.1 Kesimpulan...........................................................................................11
3.2 Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan
ejaan Republik atau ejaan Soewandi, yang berlaku sejak tahun 1927. Tepatnya
Apabila pedoman ini dipelajari dan ditaati maka tidak akan terjadi kesalahan
pengejaan kata.
tinjauan tentang cirri bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa.
tidak lain dari pada tanda bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu sistem,
1
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menulis sebuah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha
yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di
samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia.
Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi
nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri
persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari
kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada
1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu “Rumi” dalam istilah
Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi bersama
(ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun
3
Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan
(EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan
serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang
penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
a) Revisi 1987
1975.
b) Revisi 2009
4
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan
dikeluarkannya peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan
a).Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
yang berikut :A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.
b).Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.
c).Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf :b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
d).Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan
ai, au, dan oi.
e).Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan konsonan yaitu kh,
ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau
huruf besar dan huruf miring, sedangka huruf tebal tidak pernah diatur dalam
pedoman EYD. Uraian secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
5
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
8. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
1. Huruf kapital
Dipakai sebagai huruf pertama semua kata termasuk semua unsur kata
ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan udul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada
posisi awal.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama kata ganti.
2. Huruf Miring
6
Huruf Miring adalah huruf yang tercetak miring dalam terminologi
tipografi disebut italic. Berikut ini adalah uraian rincian penggunaan huruf
miring :
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang
lebih besar.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
2. Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang mendapat imbuhan , baik berupa
awalan, sisipan atau akhiran, maupun gabungan kata.
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya.
Misalnya:
1) Berjalan
7
2) Dipermainkan
b) Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada
bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia
Misalnya:
1) mem-PHK-kan
2) di-PTUN-kan
3) di-upgrade
4) me-recall
c) Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat
juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya:
1) bertepuk tangan
2) garis bawahi
3) menganak sungai
d) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan
tentang tanda hubung,Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya :
1) dilipatgandakan
2) menggarisbawahi
3) menyebarluaskan
e) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Adipati dwiwarna paripurna
Aerodinamika ekawarna poligami
Antarkota ekstrakurikuler pramuniaga
Antibiotik infrastruktur prasangka
Anumerta inkonvensional purnawirawan
8
f) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda
hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya:
1) non-Indonesia
2) pan-Afrikanisme
3) pro-Barat
g) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti
oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya
dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
h) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti
oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Maha kuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
i) Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk
dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
j) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai
dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti
oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
1) Tak tembus cahaya
2) Tak bersuara
3) Tak terpisahkan
9
2.5 Angka dan Bilangan
Dalam dunia matematika ada hal yang selalu kita temukan, yaitu angka dan
bilangan. Dalam penggunaan sehari-harinya angka dan bilangan dianggap dua hal
yang sama. Namun kenyataannya, kedua hal tersebut adalah dua entitas yang
berbeda, yang memiliki pengertian, fungsi dan penggunaan yang berbeda.
Angka adalah tanda atau lambang untuk menyatakan suatu bilangan.
Sedangkan bilangan adalah suatu unsur matematika yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dan pencacahan.
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau
angka Romawi.
Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Pemakaian huruf-huruf
1. Huruf Abjad
2. Huruf Vokal
3. Huruf Konsonan
4. Huruf Diftong
5. Gabungan Huruf Konsonan
b. Pemakaian Huruf Kapital dan Miring
1. Huruf Kapital atau besar dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat
2. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada petikan/kutipan
langsung
3. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang
4. Huruf Miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan
5. Huruf Miring dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing
kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya
c. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
2. Kata Berimbuhan
3. Bentuk Ulang
4. Gabungan Kat
5. Pemenggalan Kata
6. Kata Depan
7. Kata Sandang
d. Pemakaian Angka dan Bilangan
1. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagaian
supaya lebih mudah dibaca
11
2. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar
3. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci
4. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf
5. Jika bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan ditulis dengan angka
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesemurnaan. Oleh karena itu kritik dan sarn yang sifatnya membangun sangat
12
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Balai
Pustaka, Jakarta
Surya, Surabaya
13