Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KAIDAH DALAM PENEMPATAN EJAAN DALAM


PENULISAN

OLEH:

NAMA :
NIM :
KELAS :

STMIK BINA BANGSA


KENDARI
2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang. Penulis panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan

makalah ilmiah tentang Kaidah Dalam Penempatan Ejaan Dalam Penulisan

Makalah ini sudah penulis susun dengan maksimal dan mendapat bantuan

dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih

ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karenanya penulis dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari

pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah otot merah dapat

memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Kendari, Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................. i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

1.1.............................................................................................................Latar
belakang............................................................................................. 1
1.2.............................................................................................................Rumus
an Masalah......................................................................................... 2
1.3.............................................................................................................Tujuan
Penulisan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3

2.1 Sejarah Ejaan Yang Disempurnakan.................................................... 3


2.2 Pemakaian Huruf-Huruf........................................................................ 5
2.3 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring....................................... 5
2.4 Penulisan Kata...................................................................................... 7
2.5 Angka dan Bilangan..............................................................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................11

3.1 Kesimpulan...........................................................................................11
3.2 Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi

ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang.

Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan

unsur serapan, dan penulisan tanda baca.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia,

ejaan Republik atau ejaan Soewandi, yang berlaku sejak tahun 1927. Tepatnya

pada 16 agustus 1972, telah ditetapkan dan diberlakukan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Apabila pedoman ini dipelajari dan ditaati maka tidak akan terjadi kesalahan

pengejaan kata.

Pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah

banyak dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta

pengertian-pengertian yang diwakilinya. Dengan kata lain telah diberikan

tinjauan tentang cirri bentuk kata beserta tugasnya dalam pemakaian bahasa.

Pengetahuan tentang cirri-ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya

tidak lain dari pada tanda bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu sistem,

diketahui oleh masyarakat bahasa berdasarkan perjanjian. Jadi pada hakikatnya

bahasa adalah bunyi.

1
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk menulis sebuah

makalah dengan judul Kaidah Penempatan Ejaan dalam penulisan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penulisan makalah ini adalah

1.2.1 Bagaimana pemakaian huruf-huruf ?

1.2.2 Bagaimana pemakaian huruf kapital dan huruf miring ?

1.2.3 Bagaimana penulisan kata ?

1.2.4 Bagaimana pemakaian angka dan bilangan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan

makalah ini adalah untuk mengetahui

1. Dapat menjelaskan sejarah EYD

2. Dapat menjelaskan pemakaian huruf-huruf

3. Dapat menjelaskan pemakaian huruf kapital dan huruf miring.

4. Dapat menjelaskan penulisan kata.

5. Dapat menjelaskan pemakaian angka dan bilangan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Ejaan Yang Disempurnakan

Sebelum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Lembaga Bahasa dan

Kesusastraan (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan

Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha

yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di

samping terdiri dari panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia.

Panitia itu berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi

nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat keputusan menteri

pendidikan dan kebudayaan No.062/67, tanggal 19 September1967.

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri

Pelajaran Malaysia, Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan

KebudayaanIndonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung

persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari

kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada

tanggal 16 Agustus1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun

1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu “Rumi” dalam istilah

bahasa Melayu Malaysia dan Bahasa Indonesia.

Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi bersama

(ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun

Kemerdakan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus1972

diresmikanlah pemakaikan ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden

3
Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan

tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan

(EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan

bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966.

Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan

serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang

dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret1947.Selanjutnya pada tanggal 12

Oktober1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah

penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus

1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan” dan “Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.

a) Revisi 1987

Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987

tentang Penyempurnaan “PedomanUmum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan”. Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD edisi

1975.

b) Revisi 2009

Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang

4
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan

dikeluarkannya peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan

dinyatakan tidak berlaku lagi.

2.2 Pemakaian Huruf-Huruf

a).Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf
yang berikut :A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.
b).Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf a, e, i, o, dan u.
c).Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf :b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
d).Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan
ai, au, dan oi.
e).Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan konsonan yaitu kh,
ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

2.3 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

1.Huruf Kapital Atau Huruf Besar

Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa Indonesia adalah huruf kapital atau
huruf besar dan huruf miring, sedangka huruf tebal tidak pernah diatur dalam
pedoman EYD. Uraian secara rinci tentang penulisan huruf kapital akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada
awal kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

5
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, nama Nabi/Rasul, dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
8. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
kecuali kata seperti dan.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

1. Huruf kapital

Dipakai sebagai huruf pertama semua kata termasuk semua unsur kata
ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan udul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada
posisi awal.

 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama kata ganti.

2. Huruf Miring

6
Huruf Miring adalah huruf yang tercetak miring dalam terminologi
tipografi disebut italic. Berikut ini adalah uraian rincian penggunaan huruf
miring :

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,


majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
4. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah dan
nama latin dalam kalimat
5. Huruf miring digunakan untuk memberi perbedaan atau penanda dalam
kalimat
6. Huruf miring digunakan untuk menuliskan alamat website atau sebuah
link di dalam kalimat
7. Huruf miring digunakan untuk menulis kalimat yang dikutip dari buku,
majalah atau pernyataan orang lain
8. Huruf miring digunakan untuk penulisan film

2.4 Penulisan Kata

1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang
lebih besar.
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.
2. Kata Turunan
Kata turunan adalah kata dasar yang mendapat imbuhan , baik berupa
awalan, sisipan atau akhiran, maupun gabungan kata.
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya.
Misalnya:
1) Berjalan

7
2) Dipermainkan
b) Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada
bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia
Misalnya:
1) mem-PHK-kan
2) di-PTUN-kan
3) di-upgrade
4) me-recall
c) Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat
juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya:
1) bertepuk tangan
2) garis bawahi
3) menganak sungai
d) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan
tentang tanda hubung,Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya :
1) dilipatgandakan
2) menggarisbawahi
3) menyebarluaskan
e) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Adipati dwiwarna paripurna
Aerodinamika ekawarna poligami
Antarkota ekstrakurikuler pramuniaga
Antibiotik infrastruktur prasangka
Anumerta inkonvensional purnawirawan

8
f) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda
hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya:
1) non-Indonesia
2) pan-Afrikanisme
3) pro-Barat
g) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti
oleh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya
dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
h) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti
oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Maha kuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
i) Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk
dasar.
Misalnya:
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
j) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai
dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti
oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:
1) Tak tembus cahaya
2) Tak bersuara
3) Tak terpisahkan

9
2.5 Angka dan Bilangan

Dalam dunia matematika ada hal yang selalu kita temukan, yaitu angka dan
bilangan. Dalam penggunaan sehari-harinya angka dan bilangan dianggap dua hal
yang sama. Namun kenyataannya, kedua hal tersebut adalah dua entitas yang
berbeda, yang memiliki pengertian, fungsi dan penggunaan yang berbeda.
Angka adalah tanda atau lambang untuk menyatakan suatu bilangan.
Sedangkan bilangan adalah suatu unsur matematika yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dan pencacahan.
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau
angka Romawi.
Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100),
D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Pemakaian huruf-huruf
1. Huruf Abjad
2. Huruf Vokal
3. Huruf Konsonan
4. Huruf Diftong
5. Gabungan Huruf Konsonan
b. Pemakaian Huruf Kapital dan Miring
1. Huruf Kapital atau besar dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat
2. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada petikan/kutipan
langsung
3. Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang
4. Huruf Miring dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan
5. Huruf Miring dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing
kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya
c. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
2. Kata Berimbuhan
3. Bentuk Ulang
4. Gabungan Kat
5. Pemenggalan Kata
6. Kata Depan
7. Kata Sandang
d. Pemakaian Angka dan Bilangan
1. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagaian
supaya lebih mudah dibaca

11
2. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar
3. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci
4. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf
5. Jika bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau
paparan ditulis dengan angka
3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari

kesemurnaan. Oleh karena itu kritik dan sarn yang sifatnya membangun sangat

dibutuhkan oleh penulis untuk memperbaiki kualitas makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Risa, 1972, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Ali, Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Balai

Pustaka, Jakarta

Pamungkas, 1972, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Giri

Surya, Surabaya

Sugihastuti, 2000, Bahasa Laporan Penelitian. Pustaka Pelajar,Yogyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai