DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
D0SEN PENGAMPU :
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai acuan pembuatan makalah yang sama
dikemudian hari.
Kelompok Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1. Ejaan Bahasa Indonesia ...................................................................3
2.1.1. Pengertian Ejaan................................................................................3
2.1.2. Sejarah & Perkembangan Ejaan .......................................................3
2.1.3. Tujuan Ejaan .…...............................................................................4
2.1.4. Penerapan Kaidah Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) ………………...5
2.2. Diksi ..................................................................................................17
2.2.1. Pengertian Diksi..............................................................................17
2.2.2. Fungsi Diksi ...................................................................................17
2.2.3. Syarat-syarat Diksi .........................................................................17
2.2.4. Prinsip Pemilihan Kata ...................................................................18
2.2.5. Jenis Diksi Berdasarkan Makna ...……..........................................19
2.2.6. Relasi Makna ...………………………......................................….19
2.2.7. Perubahan Makna Kata …………………………………………..20
2.2.8. Idiom Dan Ungkapan Idiomatis ….…………………………...….22
2.2.9. Kata Umum dan Kata Khusus …………………………………....22
2.2.10. Kata Konkret dan Kata Abstrak .……………………………..…23
2.2.11. Kesalahan Pembentukan Kata ….……………………………….23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
1.2 Rumusan Masalah
1.2 Tujuan
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
4. Ejaan Melindo (1961-1967)
vii
Ejaan juga memiliki fungsi penting sebagai penyaring bahasa lain ke
bahasa Indonesia. Sehingga dalam penulisannya tidak akan
menghilangkan makna aslinya.
4). Membantu pemahaman pembaca dalam mencerna informasi
Penggunaan ejaan akan membuat penulisan bahasa lebih teratur. Hal ini
membuat pembaca semakin mudah dalam memahami informasi yang
disampaikan secara tertulis.
viii
Contohnya : Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta) &
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
ix
yang menunjukkan polisemi (satu kata yang mempunyai makna
lebih dari satu).
Contohnya:
Muka (n) : 1 bagian depan kepala…; 2 wajah; air muka…;
3 bagian luar sebelah depan.
Menggulai (v) : 1 membubuh(i) gula…; 2 memasak gulai;
membuat gulai.
Misalnya: duta besar, kerja sama, papan tulis, orang tua, rumah
sakit, terima kasih, mata kuliah.
x
2) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin
menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung
untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
9. Penulisan Partikel
1) Partikel: kah, lah, dan tah, ditulis serangkai dengan kata yang
mendahului.
2) Partikel pun (yang berarti juga), per ditulis terpisah dengan kata
yang mendahului.
Contoh: Saya pun tidak pernah mengeluh, Buku itu seharga
Rp30.000,00 per eksemplar.
xi
Catatan: Kelompok kata yang sudah padu sebagai satu kata,
pun ditulis serangkai, yakni: adapun, andaipun, bagaimanapun,
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun,
sungguhpun, walaupun sekalipun, ataupun.
1). Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.
xii
2). Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal,
gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
2). Ukuran, satuan waktu, nilai uang: 5 kg, 17 Agustus 1945, 1 jam
20 menit
3). Nomor jalan atau rumah pada alamat: Jalan Moh. Ramdan No.
15
4). Nomor bab atau ayat kitab suci: Bab X , Pasal 5, Halaman 21
5). Lambang bilangan dengan huruf: dua ratus dua puluh dua (222)
xiii
7). Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an: tahun ‘90-an
8). Lambang bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf kecuali dipakai berturut-turut:
Dia sudah tiga kali bertandang ke rumah saya.
Di antara 100 orang yang hadir, 60 orang setuju dan
40 orang tidak setuju.
Misalnya:
Semua yang kumiliki adalah milikmu juga.
Kudatangi rumahnya kemarin sore.
2). Di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar atau
daftar
II. Media Pembelajaran Bahasa
A. Media Grafis
B. Media Audio
xiv
C. Media Audio Visual
6). Tidak dipakai pada bilangan yang tidak menyatakan jumlah, judul,
dan alama surat.
xv
4). Sesudah oleh karena itu, jadi, lagi pula, dan akan tetapi
Oleh karena itu, kita harus belajar dengan rajin.
1) untuk pemerian
3) di antara jilid atau nomor halaman, di antara bab dan ayat dalam
kitab suci, di antara judul dan anak judul, nama kota dan penerbit
buku acuan pada karangan
xvi
Surah Yasin: 9
Buku Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur
sudah saya baca.
1). Menyambung suku kata kata dasar yang terpisah oleh penggantian
baris
Di samping cara-cara baru, cara-cara yang lama ju-
ga masih manjur
6). Merangkai se- dengan kata yang dimulai huruf kapital, ke- dengan
angka, angka dengan –an, singkatan berhuruf kapital, dan nama
jabatan rangkap
se-Indonesia di-PHK-kan
hari-H Menteri-Sekretaris Negara
xvii
19. Tanda Pisah ( -- )
2) keterangan aposisi
Teman saya—gadis yang berbaju merah itu—baru pertama
kali datang kesini.
Merdeka!
xviii
Kalau begitu … ya, marilah kita berangkat sekarang.
2). Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku dalam kalimat
Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari
Suatu Tempat.
3). Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau mempunyai arti
khusus
Celana panjang model “cutbray” kembali populer sekarang
ini.
1. Mengapit Angka
Kamu bisa memakai tanda baca kurung untuk digunakan mengapit
angka atau huruf yang merinci suatu urutan.
xix
Contoh:
Harta kekayaannya meliputi (a) logam mulia, (b) properti,
dan
(c) saham.
2. Mengapit Huruf
Tanda kurung dipakai mengapit huruf atau kata yang
kemunculannya di kalimat dapat dihilangkan.
Contoh:
Pendaki amatiran tidak diperkenankan untuk mendaki
sampai (puncak) Mahameru
3. Mengapit Keterangan
Kamu juga bisa menggunakan tanda kurung untuk mengapit
keterangan/penjelasan yang bukan bagian pokok dari sebuah
kalimat.
Contoh :
Bukti tersebut (lihat halaman 109) mendukung
pernyataannya bahwa dalam melakukan teknik negosiasi
harus dilakukan secara serius.
4. Tambahan Keterangan
Untuk menjelaskan keterangan yang berupa abreviasi
(Pemendekan), digunakan pula tanda kurung.
Contoh :
Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI)
telah mengeluarkan kebijakan penggunaan meterai 10000
dalam dokumen berharga.
1). Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi pada
tulisan orang lain
Sang Dewi men[d]engar bunyi gemericik.
xx
1). Nomor surat, nomor alamat.dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwin
No. 15/PP/2007
Jalan Setrabudi II/11
tahun akademik 2007/2008
2.2. DIKSI
2.2.1. Pengertian Diksi
Diksi (Pilihan kata) merupakan penggunaan kata-kata tertentu yang
sengaja di pilih dan digunakan oleh penulis. Diksi dapat pula diartikan
sebagai pemilihan kata untuk mencapai suatu gagasan, membentuk, menge
lompokkan kata yang tepat, menggunakan ungkapan-ungkapan yang
sesuai, dan gaya bahasa yang paling baik dalam suatu situasi. Menu rut
Nurgiyantoro (1998: 290), diksi adalah pemilihan kata-kata melalui
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang
dikehendaki.
Diksi digunakan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan serta kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang di
miliki kelompok masyarakat pendengar. Untuk itu, pemillihan kata ha rus
disesuaikan dengan konteks permasalahan, topik, dan kondisi yang sedang
dihadapi.
2.2.2. Fungsi Diksi
xxi
Adapun fungsi diksi adalah: (a). untuk memperoleh keindahan
guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas,
bila pilihan kata tersebut tepat dan sesuai; (b). ketepatan pilihan kata ber
tujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara pe
nulis/pembicara dengan pembaca/pendengar, sedangkan kesesuaian kata
bertujuan agar tidak merusak suasana; (c). untuk menghaluskan kata dan
kalimat agar terasa lebih indah; (d). untuk mendukung jalan cerita agar
lebih runtut dalam mendeskripsikan tokoh, lebih jelas men deskripsikan
latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita ter sebut.
Bahasa standar adalah bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari
mereka yang menduduki status sosial yang cukup dalam sua tu masyarakat
dan dalam situasi formal. Kelas ini meliputi pejabat pemerintah, ahli
bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penu lis, penerbit, seniman,
insinyur dan sebagainya, Bahasa nonstandar pada dasarnya, bahasa ini
dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai dalam tulisan. Bahasa standar
lebih efektif daripada bahasa nonstandar dan biasanya cukup untuk
digunakan dalam kebutuh an-kebutuhan umum.
xxii
c. Kata percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam perca
kapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Pengertian per cakapan
ini di sini sama sekali tidak boleh disejajarkan dengan bahasa yang tidak
benar, tidak terpelihara atau tidak disenangi. Ba hasa percakapan yang
dimaksud di sini lebih luas dari pengertian kata-kata populer, kata-kata
percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai
oleh golongan terpelajar.
d. Bahasa artifisial
Artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Fakta dan per
nyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana
dan langsung tak perlu disembunyikan.
xxiii
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, sering kita temui
adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau
satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya. lagi.
Hubungan atau relasi kemaknaan ini mungkin menyangkut hal sinonim,
antonim, dan sebagainya. Berikut ini akan dibicarakan masalah tersebut
satu per satu.
a. Sinonim
b. Antonim
Kata antonim berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu onoma yang
arti nya "nama" dan anti yang artinya "melawan". Maka secara harfiah
anto nim berarti "nama lain untuk benda lain pula." Secara semantik,
Verhaar mendefinisikan sebagai: Ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi
dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap
keba likan dari makan ungkapan lain. Misalnya kata bagus adalah
berantonim dengan kata buruk: kata besar berantonim dengan kata kecil.
xxiv
4) Adanya asosiasi.
5) Pertukaran tanggapan indra.
6) Perbedaan tanggapan.
7) Adanya penyingkatan.
8) Proses gramatikal.
9) Pengembangan istilah.
1) Meluas (generalisasi)
2) Menyempit (spesialisasi)
3) Membaik (amelioratif)
xxv
4) Memburuk (peyoratif)
5) Sinestesia
6) Asosiatif
Kata catut berarti alat untuk menarik atau mencabut paku dan
sebagainya. Berdasarkan persamaan sifat ini, kata catut di pakai
untuk menyatakan makna mengambil sesuatu yang bu kan haknya.
xxvi
Pada contoh (a) terlihat bahwa kata tugas dengan, akan, tentang. atas, dan
pada/kepada dengan kata-kata yang digabunginya merupa kan ungkapan tetap
sehingga tidak dapat diubah atau digantikan dengan kata tugas yang lain.
Demikian pula pada contoh (b) Idiom-idiom tersebut tidak dapat diubah
dengan kata-kata yang lain.
a. Idiom dengan bagian tubuh, contoh:
hati kecil : maksud yang sebenarnya
b. Idiom dengan kata indra, contoh :
pendek permintaan: singkat umurnya
c. Idiom dengan warna, contoh :
merah muka: kemalu-maluan
d. Idiom dengan nama benda-benda alam, contoh :
tanah tumpah darah : tanah tempat lahir
e. Idiom dengan nama binatang, contoh :
kambing hitam: orang yang dipersalahkan
f. Idiom dengan bagian tumbuh-tumbuhan, contoh :
pohon kejahatan : asal mula
g. Idiom dengan kata bilangan, contoh
bersatu padu : bersatu benar-benar
xxvii
2.2.10. Kata Konkret dan Kata Abstrak
xxviii
3). Peluluhan bunyi / C /.
Kata dasar yang diawali bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila
mendapat awalan me-. Padahal, sesungguhnya bunyi /c/ tidak luluh
apabila mendapat awalan me-.
Contohnya : Wakidi sedang menyuci mobil.(salah) Wakidi sedang
mencuci mobil.(benar)
xxix
8). Padanan yang tidak sesuai / serasi.
Karena pemakai bahasa kurang cermat memilih padanan kata yang
serasi, yang muncul dalam pembicaraan sehari-hari adalah padanan
yang tidak sepadan atau tidak serasi. Hal itu baru terjadi karena dua
kaidah bahasa bersilang, atau bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh : Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua
pengusaha lemah memperoleh kredit. (salah)
Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah
memperoleh kredit. (benar)
9). Pemakaian kata depan ( Di, Ke, Dari, Pada, Daripada, Terhadap).
Kata depan, ‘di’, ‘ke’, ‘dari’, ‘pada’, ‘daripada’ dan
‘terhadap’ merupakan kata yang menunjukkan tempat atau waktu,
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Kata depan merupakan
jenis kata yang terletak di depan kategori lainnya.
Terkadang dalam penulisannya, sering terbalik dengan
awalan, khususnya untuk kata ‘di’ dan ‘ke’. Berbeda dengan kata
awalan yang penulisan ‘di’ serta ‘ke’ ditulis serangkai atau digabung
dengan kata berikutnya, biasanya merupakan kata kerja.
Contoh : “Aku habis pergi dari rumah teman untuk mengerjakan tugas
kelompok”.
“Tolong bawa sendok dan garpu ini ke meja makan”.
xxx
11). Penggunaan kesimpulan, keputusan & penalaran.
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata
simpulan; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata
putusan; kata pemukiman bersaing dengan kata permukiman; kata
penalaran bersaing dengan kata pernalaran.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya
mengikuti pola yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan
saksama, bentukan kata itu memiliki hubungan antara yang satu
dengan yang lain.
Contoh: Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan.
Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan
xxxi
4). Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti :
Mereka, kita, dan Kami kalian.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
xxxii
DAFTAR PUSTAKA
xxxiii