Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KIMIA
Cara pencegahan korosi
pada :
Kapal dilaut,
Pengeboran minyak, dan
Pipa didalam tanah.

DISUSUN OLEH :
Muhammad haikal

KELAS : XII PIA

SMA Negeri 5 Kundur


TP. 2021 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT Yang maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah Kimia, Makalah ini merupakan salah
satu tugas akhir semester ganjil pelajaran kimia.
Makalah ini membahas tentang cara-cara pencegahan korosi pada
beberapa objek yaitu “kapal dilaut, pengeboran minyak dan pipa
didalam tanah.” Penulis sangat berharap karya tulis ini dapat
membantu kita untuk memahami pelajaran kimia.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan dari guru mapel kimia serta orang tua, sehingga kendala-
kendala penulis dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para siswa.
Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada ibu Intan selaku guru mapel kimia, saya
meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Ungar, 18 November 2021

Muhammad Haikal
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………….
Kata Pengantar……………………………………………………….....
Daftar Isi…………………………………………………………..........
Bab I Pendahuluan…………………………………………………....
Bab II Isi
A. Pencegahan korosi pada kapal dilaut …………………………
B. Pencegahan korosi pada pengeboran minyak ………………...
C. Pencegahan korosi pipa didalam tanah ……………………….
Bab III Penutup
Kesimpulan…………………………………………………….....
BAB I
PENDAHULUAN
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks
antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam
bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang
paling lazim adalah perkaratan pada besi.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada
berbagai jenis logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan
elektronik yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi
baja, dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Selain
pada perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga mampu
menyerang logam pada komponen-komponen renik peralatan
elektronik, mulai dari jam digital hingga komputer serta peralatan
canggih lainnya yang digunakan dalam berbagai aktivitas umat
manusia, baik dalam kegiatan industri maupun di dalam rumah tangga
hingga perkaratan pada kapal dilaut, pengeboran minyak, dan pipa
didalam tanah.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya
langsung seperti pergantian peralatan industri, perawatan jembatan,
konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya tidak langsung seperti
terganggunya proses produksi dalam industri serta kelancaran
transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
Namun pada dasarnya perkaratan/korosi tersebut bisa di cegah dengan
beberapa cara seperti perlindumgan katodik, galvanisasi, melapisi
dengan cat, hingga bisa di cegah dengan membuat paduan logam
(alloy).
Dalam makalah ini akan di bahasa cara pencegahan korosi tersebut
pada beberapa objek yaitu, kapal dilaut, pengeboran minyak, dan pipa
didalam tanah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENCEGAHAN KOROSI PADA KAPAL DILAUT
Sebagian besar kontruksi kapal terbuat dari pelat baja. Pelat baja
untuk bangunan kapal memiliki resiko kerusakan akibat terjadinya
korosi. Menurut berbagai sumber pengertian korosi adalah reaksi
antara logam dengan zat-zat disekitarnya seperti udara atau air
sehingga menimbulkan senyawa baru.
Munculnya senyawa baru tersebut biasa disebut dengan
pengkaratan yaitu munculnya zat padat berwarna merah kecoklatan
yang bersifat rapuh dan berpori. Korosi pada kontruksi kapal baja
yang diakibatkan air laut dapat mengakibatkan menurunnya
kekuatan kontruksi dan umur dari kapal, sehingga mengurangi
jaminan keselamatan muatan dan penumpang kapal.
Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat korosi pada
kontruksi kapal akibat air laut maka diperlukan perlindungan korosi
pada pelat kapal antara lain dengan cara menggunakan cat kapal dan
penggunaan zinc anode pada bagian kontruksi kapal yang tercelup
air laut.
Cara yang pencegahan korosi pada kapal yang dapat dilakukan, antara lain
dengan:
1. Uniform Attack (Korosi Seragam)
Biasanya ditandai dengan reaksi kimia atau elektrokimia yang berlangsung
secara seragam di seluruh permukaan yang terbuka atau di area yang luas.
Reaksi kimia terjadi karena pH air yang rendah dan udara yang lembab,
sehingga makin lama pelat baja makin menipis. Korosi jenis ini bisa dicegah
dengan cara diantaranya, pemilihan material pelat baja yang tepat beserta
pelapisannya (coating), diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor dan
perlindungan katodik (cathodic protection).

2. Galvanic or Two-Metal Corrosion (Korosi Galvanis)


Korosi ini terjadi karena adanya 2 logam yang berbeda dalam satu elektrolit
sehingga logam yang bersifat lebih anodik akan terkorosi
3. Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain dan
diantaranya terdapat celah yang dapat menahan kotoran dan air sehingga
terdapat  kosentrasi oksigen. Jenis korosi ini biasanya disebabkan oleh lubang
yang kecil, dan celah-celah di bawah kepala baut dan paku keling.

4. Pitting Corrosion (Korosi Lubang)


Korosi ini menimbulkan lubang yang terlokalisir pada permukaan logam.
Lubang-lubang ini mungkin berdiameter kecil atau besar, tetapi dalam
kebanyakan kasus mereka relatif kecil. Lubang terkadang terisolasi atau sangat
berdekatan sehingga terlihat seperti permukaan kasar. Umumnya lubang dapat
digambarkan sebagai rongga atau lubang dengan diameter permukaan hampir
sama. Pitting adalah salah satu bentuk korosi yang paling merusak dan
berbahaya.

5. Intergranular Corrosion
Intergranular adalah korosi terlokalisasi dalam daerah yang sempit dan
terjadi di batas butir. Logam merupakan susunan butiran-butiran kristal seperti
butiran pasir yang menyusun batu pasir. Butiran-butiran tersebut saling terikat
yang kemudian membentuk mikrostruktur. Adanya korosi menyebabkan butiran
menjadi lemah terutama di batas butir sehingga logam kehilangan kekuatan.

6. Selective leaching
Merupakan proses menghilangkan satu elemen dari solid alloy dengan proses
korosi.

7. Erosion Corrosion
Korosi erosi adalah percepatan tingkat kerusakan atau serangan pada logam
karena gerakan relatif antara cairan korosif dan permukaan logam. Umumnya
gerakan ini cukup cepat, dan berkaitan dengan abrasi Korosi yang terjadi karena
gesekan antara cairan yang korosif pada pemukaan logam ataupun karena aliran
fluida yang sangat deras yang dapat mengikis lapisan pelindung atau aus pada
logam.  Korosi ini biasanya terjadi pada bagian pipa dan propeller.

8. Stress-corrosion cracking
Mekanisme korosi tegangan terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor
komponen, yaitu bahan rentan terhadap korosi, adanya larutan elektrolit
(lingkungan) dan adanya tegangan. Sebagai contoh, tembaga rentan terhadap
senyawa amonia, baja ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat
rentan terhadap klorida.
Korosi laut memiliki dampak yang signifikan terhadap umur kapal. Oleh
karena itu strategi pengendalian korosi yang efektif harus dipilih dengan
pemilihan lapisan yang sesuai untuk lingkungan laut. Pelapisan lambung kapal
dengan cat memiliki fungsi khusus untuk melindungi kontruksi lambung kapal
terutama yang terletak di bawah garis air dan kontruksi kapal di atas garis air.
Pengecatan pada kapal biasanya disebut dengan marine coatings, dan terdapat 4
tipe diantaranya:
1. Anti-fouling coatings
2. Anti-corrosion coatings
3. Foul release coatings
4. Self-cleaning & self-polishing coatings

B. PENCEGAHAN KOROSI PADA PENGEBORAN MINYAK


Korosi di lingkungan pengeboran minyak dan gas bumi terjadi akibat
adanya material korosif yang terjadi saat proses pengeboran sampai pada proses
distribusi. Material korosif yang dimaksud diantaranya adalah: air laut,
kandungan asam dan variasinya (naphtanic, acetate, sulfur), gas CO2, gas H2S,
merkuri. Bentuk dan mekanisme seranga korosi akibat material ini akan menjadi
Sangat bervariasi tergantung beberapa factor; sifat thermo dan dinamka sistem,
kebocoran oksigen, mikroba, kondisi operasi, dimensi dan material peralatan,
serta sejarah dan sifat phisik sumber minyak itu sendiri.
Penyebab utama yang paling awal dilakukan untuk mengetahui kekorosifan
pada pengeboran minyak dan gas bumi adalah gas Karbondioksida (CO2). Gas
ini terperangkap dalam sumur pengeboran dan keluar bersama condensate dan
partikel lainnya melewati rangkaian pipa. Pada kondisi demikian pipa yang
bahannya terbuat dari baja karbon akan terserang kerusakan akibat korosi.
Terutama pada bagian-bagian yang berada di sekitar lokasi proses kondensasi.
Bentuk korosi yang sering dijumpai adalah pitting korosi, uniform korosi, korosi
erosi dan korosi fatique.

Banyak cara sudah ditemukan untuk


pencegahan terjadinya korosi diantaranya adalah dengan cara proteksi katodik,
coating, dan penggchemical inhibitor.
1. Proteksi Katiodik
Untuk mencegah terjadinya proses korosi atau setidak-tidaknya untuk
memperlambat proses korosi tersebut, maka dipasanglah suatu anoda buatan di
luar logam yang akan diproteksi. Daerah anoda adalah suatu bagian logam yang
kehilangan elektron. Ion positifnya meninggalkan logam tersebut dan masuk ke
dalam larutan yang ada sehingga logaml tersebut berkarat.
Terlihat disini karena perbedaan potensial maka arus elektron akan
mengalir dari anoda yang dipasang dan akan menahan melawan arus elektron
dari logam yang didekatnya, sehingga logam tersebut berubah menjadi daerah
katoda. Inilah yang disebut Cathodic Protection.
Dalam hal diatas elektron disuplai kepada logam yang diproteksi oleh
anoda buatan sehingga elektron yang hilang dari daerah anoda tersebut selalu
diganti, sehingga akan mengurangi proses korosi dari logam yang diproteksi.
Anoda buatan tersebut ditanam dalam suatu elektrolit yang sama (dalam
hal ini tanah lembab) dengan logam (dalam hal ini pipa) yang akan diprotekasi
dan antara dan pipa dihubungkan dengan kabel yang sesuai agar proses listrik
diantara anoda dan pipa tersebut dapat mengalir terus menerus.

2. Coating
Cara ini sering dilakukan dengan melapisi logam (coating) dengan suatu
bahan agar logam tersebut terhindar dari korosi.
Pemakaian Bahan-Bahan Kimia (Chemical Inhibitor)
Untuk memperlambat reaksi korosi digunakan bahan kimia yang disebut
inhibitor corrosion yang bekerja dengan cara membentuk lapisan pelindung pada
permukaan metal. Lapisan molekul pertama yang tebentuk mempunyai ikatan
yang sangat kuat yang disebut chemis option. Corrosion inhibitor umumnya
berbentuk fluid atau cairan yang diinjeksikan pada production line. Karena
inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani kororsi
maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya.
Material
corrosion inhibitor terbagi 2, yaitu :

1. Organik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan yang mengandung unsur
karbon dalam senyawanya. Material dasar dari organik inhibitor antara lain:
! Turunan asam lemak alifatik, yaitu: monoamine, diamine, amida, asetat,
oleat, senyawa-senyawa amfoter.
! Imdazolines dan derivativnya
2. Inorganik Inhibitor
Inhibitor yang diperoleh dari mineral-mineral yang tidak mengandung unsur
karbon dalam senyawanya. Material dasar dari inorganik inhibitor antara lain
kromat, nitrit, silikat, dan pospat.

C. PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA DIDALAM TANAH

Usaha Pencegahan adanya korosi pada pipa bawah tanah yaitu dengan
metode proteksi katodik (anoda korban). Cara ini digunakan terutama untuk
logam besi/pipa yang di tanam di dalam tanah. Prinsipnya adalah pipa di
hubungkan dengan logam lain yang bertindak sebagai anoda dan besi sebagai
katoda. Jadi, logam yang digunakan untuk melindungi besi harus yang lebih
mudah teroksidasi daripada logam besi, yaitu memiliki potensial reduksi yang
lebih negatif dari pada besi.

1. Sistem proteksi katodik


Cara ini digunakan terutama untuk logam besi atau pipa yang di tanam di
dalam tanah. Prinsipnya adalah pipa di hubungkan dengan logam lain yang
bertindak sebagai anoda dan besi sebagai katoda. Jadi, logam yang digunakan
untuk melindungi pipa harus yang lebih mudah teroksidasi dari pada logam
pipa, yaitu memiliki potensial reduksi yang lebih negatif dari pada pipa.
Umumnya digunakan logam Magnesium (Mg). Logam alkali tidak dapat di
gunakan karena reaktif. Logam alumunium (Al) dan seng (Zn) tidak dapat
digunakan karena oksida logam tersebut (Al2O3 atau ZnO) akan menghambat
proses oksidasi berikutnya dengan cara menutupi permukaan logam.

2. Prinsip proteksi katodik


Dalam keadaan terproteksi katodik, logam yang diproteksi dialiri arus listrik
melalui anoda dan lingkungan menuju logam, atau logam dibanjiri dengan
elektron. Bila suatu logam/paduan terkorosi ada bagian-bagian yang bersifat
sebagai anoda di mana korosi terjadi, dan ada bagian-bagian yang bersifat
sebagai katoda di mana korosi tidak terjadi. Korosi terjadi di mana arus listrik
meninggalkan logam menuju elektrolit, dan sebaliknya korosi tidak terjadi di
mana arus listrik masuk ke dalam logam.
3. Metode anoda korban (sucricifial anoda)
Sistem anoda korban secara alami menghasilkan arus DC yang dihasilkan dari
pasangan galvanik antara logam yang di lindungi dan anoda korban itu sendiri.
Material yang digunakan sebagai anoda Korban adalah logam yang secara alami
memiliki potensial yang lebih negatif.

4. Metode Arus Tanding (Impressed Curent)


Logam yang akan diproteksi dihubungkan dengan muatan negatif sehingga
sebagai katoda, sedangkan logam lain sebagai groundbed dihubungkan dengan
muatan positif dan berfungsi sebagai anoda. Katoda dan anoda dihubungkan
dengan kawat penghantar melalui sumber listrik arus searah (DC). Dengan cara
ini arus mengalir dari anoda melalui elektrolit (dalam tanah) ke logam lain
sebagai katoda dan elektron akan mengalir dari anoda ke katoda melalui kawat
penghantar listrik, sehingga pipa terhindar dari korosi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada dasarnya dalam setiap benda logam akan mengalami
korosi atau perkaratan ketika bereaksi dengan zat-zat seperti udara,
gas, air, tanah dan lain sebagainya.
Namun perkaratan tersebut bisa di cegah ataupun di
minimalisirkan perkaratannya dengan beberapa metode atau cara.
Pencegahan perkaratan tersebut bisa dilakukan dengan tata cara yang
telah di tetapkan yang disesuaikan kondisi logam di lapangan.
Beberapa metode pencegahan korosi yang bisa dilakukan seperti,
perlindungan katodik (proteksi katodik), pelapisan dengan logam-
logam lain (galvanisasi), melapisi logam dengan cat, minyak atau oli,
atau plastik, serta dengan membuat alloy atau paduan logam.

Anda mungkin juga menyukai