Anda di halaman 1dari 33

Accelerat ing t he world's research.

Ejaan dalam Bahasa Indonesia


Abdul Rohman

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia


Vicky Zulfikar

Tat aejaan Bahasa Indonesia Polban (HMT E) 2015


avit 19 ega saput ra

Ejaan Dan Tat a Bahasa


Ipho Faoziyah
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya penulis senantiasa diberi kekuatan fisik dan kekuatan

pikiran guna menyelesaikan makalah berjudul “Kesalahan Penggunaan Ejaan

pada Media Massa”. Serta shalawat dan salam semoga tercurahlimpahkan

kehadirat junjunan kita Nabi besar Muhammad saw., beserta sahabatnya dan

umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari dalam makalah ini ada kekurangan dan kelemahan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

untuk kemajuan penulis dalam penulisan karya-karya selanjutnya.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu penulis dalam menelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada:

1. Welsi Damayanti, S.pd., M. Pd. selaku dosen mata kuliah Pendidikan

Bahasa Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengembangkan pemahamannya dalam menulis karya ilmiah serta dalam

penggunaan ejaan yang benar.

2. Teman-teman yang telah memberikan masukan kepada penulis untuk

penyusunan makalah ini.

Bandung, 30 November 2011

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Makalah ...................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan Makalah ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 3


1. Pengertian Ejaan............................................................................ 3
2. Perkembangan Ejaan di Indonesia ................................................ 3
3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ............................. 4
B. Pembahasan ........................................................................................ 22
1. Pengertian Kesalahan Ejaan ........................................................ 22

2. Media Massa ............................................................................... 24

3. Tajuk Rencana ............................................................................. 25

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 29

A. Kesimpulan......................................................................................... 29
B. Saran ................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Makalah
Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang tidak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai dengan bahasa.
Salah satu kegiatan manusia yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi.
Dalam komunikasi, bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita.
Untuk menyampaikan berita (pesan, amanat, ide, dan pikiran) dibutuhkan
bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Fungsinya adalah agar sesuatu yang
disampaikan mudah dimengerti. Namun, dalam menggunakan bahasa tersebut,
pengguna bahasa tetaplah mengikuti kaidah-kaidah atau aturan yang benar, karena
bahasa yang benar akan dijadikan acuan atau model oleh masyarakat pengguna
bahasa, acuan ragam itu digunakan dalam situasi resmi. Kenyataannya sekarang
banyak pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa bahasa yang digunakan
tidak benar atau masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan.
Kesalahan penggunaan bahasa Indonesia masih banyak ditemukan dalam
media cetak, khususnya surat kabar. Tulisan dalam surat kabar dibaca oleh
berjuta-juta orang. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan dalam surat kabar atau
koran hendaklah bahasa yang baik, yang teratur, atau sekurang-kurangnya bahasa
yang tidak terlalu rusak. Bahasa koran yang rusak dapat mempengaruhi bahasa
seorang pembaca yang kurang menguasai bahasa karena ada kemungkinan dia
meniru bahasa yang salah itu.
Salah satu kesalahan yang ditemukan di majalah, koran, dan tulisan lain
yang dibuat adalah kesalahan ejaan. Kesalahan ejaan yang masih kita jumpai
sampai sekarang adalah penulisan partikel pun, penulisa di, penulisan kata
gabung, penulisan kata ulang, pemakaian huruf kapital, dan pemakaian tanda titik.
Kesalahan penggunaan ejaan sering kita jumpai dalam surat kabar, seperti dalam
penulisan kata, seperti: jumat ditulis jum’at, khawatir ditulis hawatir, jadwal
ditulis jadual, sinkron ditulis singkron, dan lain-lain.
Kesalahan penggunaan bahasa juga terjadi pada media massa. Kesalahan
penggunaan huruf, kesalahan penulisan kata dan penggunaan tanda baca masih

1
sering dijumpai. Hal tersebut mencerminkan bahwa para wartawan yang membuat
tulisan-tulisan tersebut kurang memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang
benar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang akan
dikaji dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakan pengertian ejaan?
2. Bagaimana perkembangan ejaan di Indonesia?
3. Bagaimanakah ejaan yang baik dan benar?
4. Apa yang dimaksud dengan kesalahan ejaan?
5. Apakah yang dimaksud dengan media massa?
6. Apa itu tajuk rencana?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk:
1. Mengetahui apa pengertian dari ejaan.
2. Mengetahui bagaimana perkembangan ejaan di Indonesia.
3. Mengetahui bagaimana ejaan yang baik dan benar.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesalahan ejaan.
5. Mengetahui apa itu media massa.
6. Mengetahui apa itu tajuk rencana dan bagaimanakah kesalahan yang
termuat dalam tajuk tersebut.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan bisa memeberikan manfaan baik.
Selain sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan konsep keilmuan, juga
penulis mengharapkan pembaca bisa menjadikan makalah ini sebagai media
informasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Ejaan
Ejaan dalam KBBI memiliki pengertian sebagai cara atau aturan
menuliskan kata-kata dalam huruf. Pengertian ejaan dalam Ensiklopedi
Indonesia adalah cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa. Dari
dua pengertian ini ejaan dapat diartikan sebagai cara atau aturan menulis
kata-kata dengan huruf menurut ilmu bahasa.
Ejaan pada dasarnya adalah aturan. Aturan yang dimaksud adalah aturan
melambangkan bunyi bahasa menjadi huruf, huruf menjadi kata, dan kata
menjadi kalimat. Secara teknik ejaan juga dapat diartikan sebagai aturan
penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca.
Berdasarkan pengertian diatas ejaan memiliki ruang lingkup yaitu
pengaturan penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca. Pada
penulisan huruf diatur pemakaian huruf, penulisan huruf kapital, dan
penulisan huruf miring. Pada penulisan kata diatur penulisan berbagai kata
termasuk penulisan kata bilangan, akronim, dan kata serapan. Pada
penggunaan tanda baca diatur berbagai penggunaan tanda baca yang terdapat
dalam bahasa Indonesia.
2. Perkembangan Ejaan di Indonesia
Sejalan dengan konsep bahasa yang dinamis, ejaan yang berlaku di
Indonesia pun mengalami beberapa perkembangan. Secara umum perkembangan
ejaan di Indonesia dapat diurut sebagai berikut.
1. Ejaan Van Ophuysen yang ditetapkan pada tahun 1901. Ejaan ini
sebenarnya berlaku untuk bahasa Melayu.
2. Ejaan Soewandi ditetapkan pada tahun 1947. Ejaan ini kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Republik.
3. Pada tahun 1959 Pemerintah RI dengan Malaysia merumuskan ejaan
Melindo. Tetapi ejaan ini tidak jadi diresmikan.
4. Ejaan Yang Disempurnakan. Ejaan ini mulai berlaku pada tahun 1972
dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.

3
Ejaan terakhir diatas kemudian dikenal dengan istilah Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan digunakan sampai sekarang.
3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan mengatur hal-hal sebagai
berikut.
a. Pemakaian huruf
1) Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf.
2) Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vocal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf
a, e, I, o, dan u.
3) Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf selain dari huruf vokal.
4) Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai,
au, dan oi.
Contoh Pemakaian Dalam Kata
Huruf Konsonan
Diawal Ditengah Diakhir
Ai Ain Syaitan Pandai
Au Aula Sauara Harimau
Oi - Boikot Amboi
5) Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
b. Penulisan Huruf Kapital atau Huruf Besar
Aturan pemakaian huruf kapital seperti yang tercantun dalam buku
Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan sebagai berikut.
1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai pengawal kalimat.
Misalnya: Dia menangis.
Apa yang dimintanya?

4
2) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung.
Misalnya: Ibu bertanya, “Bila engkau tiba?”
“Tadi pagi”, jawab Kakak, “sebelum Ibu bangun.”
3) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama dalam
ungkapan yang berhubungan dengan kitab suci dan n ama Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Allah Yang Mahakuasa
4) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya: Nabi Sulaiman
Haji Agus Salim
Sultan Hasanudin
5) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang.
Misalnya: Gubernur Aang Kunaefi
Mayor Jendral Ahmad Wiranatakusumah
6) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
orang.
Misalnya: Husen Sastranegara
7) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa,
suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya: bangsa Indonesia
suku Sunda
8) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya: tahun Masehi
9) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama khas
dalam Geografi.
Misalnya: Asia Tenggara

5
10) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur
nama resmi badan, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama
dokumen resmi kecuali unsur seperti dan.
Misalnaya: Republik Indonesia.
11) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama semua kata di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata
partikel, seperti : di, ke, dari, untuk, yang atau yang tidak terletak pada
posisi awal.
Misalnya: Tiga Menguak Takdir
12) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama singkatan
unsure nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya: Dr. Doktor
13) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman
yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.
Misalnya: Kapan Bapak berangkat?
c. Penulisan Huruf Miring
1) Huruf miring digunakan untuk menulis judul buku, nama majalah, dan surat
kabar.
Misalnya: Ia membaca buku Parasitologi Kedokteran.
2) Huruf miring digunakan untuk menulis huruf, kata, atau kalimat yang
mendapatkan penekanan.
Misalnya: Fonem k tidak jelas diucapkan ketika mengucapkan kata tidak.
Dia bukan penipu tetapi tertipu.
3) Huruf miring yang digunakan untuk menulis kata-kata asing atau istilah
asing/ilmiah.
Misalnya: Padi dalam istilah ilmiah dikenal dengan oriza sativa
*Catatan:
 Penulisan dengan menggunakan huruf miring dalam tulisan tangan
ditandai dengan memberikan garis bawah tunggal pada kata yang hendak
ditulis miring.

6
 Penulisan dengan menggunakan huruf yang akan ditebalkan dalam tulisan
tangan ditandai dengan memberikan tanda garis bawah ganda pada kata
yang hendak dicetak ganda.
d. Penulisan Kata
1) Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu
2) Kata Turunan
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran ) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya: Bergeletar dikelola mempermainkan penetapan menengok
b) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya
(lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Misalnya: bertepuk tangan garis bawah
c) Jika bentuk dasar berupa gabungan kata pendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.(lihat juga
keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Misalnya: Menggarisbawahi menyebarluaskan
d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: adipati aerodinamika mancanegara
*Catatan:
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalannya adalah huruf kapital,
di antaranya kedua unsure itu dituliskan tanda hubung(-)
Misalnya: non-Indonesia pan-Afrikanisme
Jika kata maha sebagai unsure gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang
bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya: Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha
adil.

7
3) Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung
Misalnya: Anak-anak
4) Gabungan Kata
a) Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus. Unsure-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: Duta besar
Model linear
b) Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar
c) Gabungan kata berikut ditulis serangkai,
Acapkali
5) Kata ganti –ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkaian dengan kata yang mengikutinya;
-ku,-mudan- nya ditulis serangkai dangan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa yang kumiliki oleh kauambil
6) Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu
kata seperti kepada dan daripada(lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
*Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad
Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu
Ia masuk, lalu keluar lagi
7) Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

8
Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil
Surat itu dikirim kembali kepada si pengirim
8) Partikel
a) Partikel-lah, -kah, dan ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik
Apakah yang tersirat dalam buku itu?
b) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus
Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi
*Catatan :
Kelompok kata yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
meskipun, sekalipun, sesungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
Misalnya : Adapun sebab-sebabnya belum diketahui, dll.
c) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagaimana kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
Misalnya: Pegawai negeri mendapatkan kenaikan gaji per 1 April.
9) Singkatan dan Akronim
a) Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf
atau lebih.
(1) Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
Misalnya: A.S. Dadang jayadi
Jajang Hs. (Jajang Hasanudin)
M.B.A. master of business administration
(2) Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan,
badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas
huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti
dengan tanda titik.
Misalnya: DPR Dewan Perwakilan Rakyat

9
(3) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik.
Misalnya: dll. dan lain-lain
dsb. dan aebagainya
dst. dan seterusnya
Tetapi:
a.n. atas nama
d.a dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
Lembaga kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata
uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
Cm centimeter
b) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlukan sebagai kata.
(1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret
kata tulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya: ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
UPI Universitas Pendidikan Indonesia
(2) Akronim nama dari yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf
awal huruf kapital. Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Unpad Universitas Padjadjaran
(3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: pemilu pemilihan umum
radar radio detecting and ranging

10
*Catatan :
Jika ditangkap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan
syarat-syarat berikut. (1) jumlah suku kata akronim jangan melebihi
jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) akronim vokal
dan konsumen yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
10) Angka Lambang Bilangan
a) Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di
dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi.
Angkat Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi :
I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X,L(50),C (100), D(500), M(1000),
V(5.000), M(1.000.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
b) Angka digunakan untuk menytakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan
isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya: 0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilometer pukul 15.00
4 meter persegi tahun 1928
10 liter 17 Agustus 1945
Rp 5.000,00 50 dolar Amerika
US$ 3.50 10 paun Inggris
$ 5.10 100 yen
Y 100 10 persen
2.000 rupiah 27 orang
c) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat.
Misalnya: Jalan Tanah Abang I No.15
d) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252
e) Penulisan lambang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
(1) Bilangan utuh
Misalnya: Dua belas 12

11
(2) Bilangan pecahan
Misalnya: Setengah ½
Tiga perempat ¾
Seperenam belas 1/16

f) Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang


berikut.
Misalnya: Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
g) Penulisan lambang bilangan yang mendapatkan akhiran –an mengikuti
cara yang berikut (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V,
Pasal E, Ayat 5).
Misalnya: Uang 5000-an atau uang lima ribuan
Uang lima 1000-an atau uang lima seribuan
h) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai
secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 setuju, 15 orang tidak
setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
i) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
j) Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah
k) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai
Di lemari itu tersimpan 805 bukub dan majalah.

12
l) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus cepat.
Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75
(sembilan ratus sembilan npuluh sembilan dan tujuh puluh
lima perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75
(sembilan ratus sembilan npuluh sembilan dan tujuh puluh
lima perseratus) rupiah.
e. Penggunaaan Tanda Baca
1) Tanda Titik
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan.
Misalnya: Hari ini hari Minggu.
b) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang atau unsurnya.
Misalnya: St. Muh. Zain
c) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan atau unsur singkatan gelar,
jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misalnya: S.H. Sarjana Hukum
d) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah
sangat umum. Pada singkatan yang terdiri dari atas tiga huruf atau
lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Misalnya: u.p. untuk perhatian
u.b. untuk beliau
a.n. atas nama
*Catatan:
Berdasarkan ejaan (kebiasaan) lama kata halaman disingkat hal. Ejaan baru
menetapkan hlm. Sebagai singkatan yang baku.
e) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Misalnya: Penyiapan Naskah
1. Patokan umum
1.1. Isi karangan

13
1.2. Ilustrasi
1.2.1. Gambaran Tangan
1.2.2. Tabel
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
g) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya: Pukul 1.35.20 jam (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
h) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan
seterusnya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya: Bagian itu dikutip dari halaman 1423 buku ini.
i) Tanda titik tidak dipakai dalm singkatan yang terdiri atas huruf-huruf
awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat
dalam akronim, yang sudah diterima oleh masyarakat.
Misalnya: ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
WHO World Health Organization
j) Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan
ukuran, takaran, timnbangan, dan mata uang.
Misalnya: Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
k) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya: Perbandingan Jumlah Murid Laki-laki dan Perempuan
l) Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengiriman dan alamat
surat, atau nama dan alamat penerima surat.
Misalnya: Jalan Gajah Mada 15 Jakarta
2) Tanda Koma (,)
a) Tanda koma dipakai unsur-unsur dalam pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya: Ayah membawa kompor, tas, dan kantong kresek.

14
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului
oleh kata (akan) tetapi, melainkan,sedangkan.
Misalnya: Orang itu kaya, tetapi tak pernah ia bersedekah.
c) 1. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induknya
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Untuk biaya hidup di rantau, orang tuanya mengiriminya
lima puluh ribu rupiah sebulan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengikuti induk kalimatnya.
Misalnya: Orang tuanya mengiriminya lima puluh ribu sebualan untuk
biaya hidupnya di rantau.
d) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun demikian, akan tetapi.
Misalnya: ... Oleh karena itu, untuk masa yang akan datang, haruslah
engkau selalu berhati-hati dalam sebarang pekerjaanmu.
e) Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, adu,
kasihan, yang terdapat pada awal atau tengah kalimat.
Misalnya: Wah, keterampilannya bermain bola sangat mengagumkan.
Hati-hati, ya, nanti engkau jatuh!
f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
Misalnya: Kata Ibu, “Besok engkau harus bangun pagi-pagi.”
g) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah
atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya: Surat ini hendaklah dialamatkan kepada Sdr. Husni. Amelz,
Jalan Buah Batu 102, Bandung
h) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.

15
Misalnya: Tambojang, Japi(1981) Dasar-Dasar Dramaturgi.
Bandung: Pustaka Prima.
i) Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan
tahun terbit.
Misalnya: Tjokronegoro, Sutomo. (1968) Tjukuplah Saudara
Membina Bahasa persatuan Kita? Jakarta: Eresco.
j) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya: Ny. Siti Rusiah, M.A.
k) Tanda koma dipakai di depan angka persepuluhan atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: Rp. 254,50
l) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan termasuk
keterangan aposisi.
Misalnya: Hari Syukran, Direktur PT Anugerah, seorang yang
terkemuka di kampung itu.

m) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian


lain dalam kalimat apabila petikan langsung tersebut berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya: “Jangan berdiri saja!” hardiknya.
3) Tanda Titik Koma (;)
a) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Misalnya: Dalam kecelakaan itu, selain kakinya patah, ia juga
mengalami gegar otak; kakaknya hanya menderita luka-
luka ringan.
b) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

16
Misalnya: Ayah mendengarkan warta berita; ibu mendengarkannya
juga sambil merajut kaos kaki; adik sedang belajar di
kamarnya; saya sendiri bercakap-cakap dengan Andri.
4) Tanda Titik Dua (:)
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Yang sudah dipesan untuk keperluan kantor kami ialah
keperluan rumah : lemari, meja tulis, dan kursi.
b) Tanda titik dua tidak dipakai bila rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya: Kantor yang baru itu memerlukan lemari, meja, dan kursi.
c) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya: Ketua : Ali Syaukani
Sekretaris : Syukran Gazali
Bendahara : Ida Sigar
d) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya: -Suami: kau menyesal sekarang aku menjadi suamimu?
e) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii)
di antara bab dan ayat dalam kitab suci, atau (iii) di antara judul dan
anak judul suatu karangan.
Misalnya: (i) Tempo, 1(1971), 34: 7
5) Tanda Hubung(-)
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
penggantian baris.
Misalnya: Masuk dari pin-tu samping
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
penggantian baris.
Misalnya: ...sebelum kita men-dapat kesempatan
c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.

17
Misalnya: Besar-besar
d) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal.
Misalnya: s-e-y-o-g-i-a-n-y-a
19-9-1982
e) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-
bagian kata atau ungkapan.
Misalnya: Ber-evolusi
Ber-uang
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a)se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (b)ke- dengan angka (c)
angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf kapital dengan imbuhan
atau kata.
Misalnya: Se-Asia
Abad ke-13
Tahun’90-an
g) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
Misalnya: Men-reshuffle
6) Tanda Pisah ( -)
a) Tanda pisah (panjangnya dua kali tanda hubung) membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar
banguna kalimat.
Misalnya: Kalau saya diminta menyelesaikan sengketa itu-memang,
saya baru mendapat keterangan tentang pertikaian itu
kemarin-kedua belah pihak saya ajak berunding dulu
sebelum mereka berhadap-hadapan lagi.
b) Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Umar Husni-Direktur PT Arjuna yang mengekspor hasil
hutan dari Kalimantan-adalah pengusaha terkenal di
Jakarta.

18
c) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
‘sampai dengan’ atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau
‘sampai’.
Misalnya: 1945-1983
Tanggal 15-31 Januarti 1983
7) Tanda Elipsis (...)
a) Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: “Saya sebenarnya..., tetapi...saya minta maaf
sebelumnya...saya kemarin.. .,”ia tidak mampu melanjutkan
ceritanya.
b) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian
yang dihilangkan.
Misalnya: Pada tahun 1947 Soewardi, Menteri Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan pada masa itu, menetapkan
...perubahan ejaan bahasa Indonesia.
8) Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: Apa maksud perkataanmu itu?
b. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Misalnya: Katanya perempuan itu istrinya(?)
9) Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
atau rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah cantiknya gadis itu!
10) Tanda Kurung ( (...) )
a) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Ketika itu beliau anggota KNIP (Komite Nasional
Indonesia Pusat).

19
b) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Air Terjun Niagara (di perbatasan New York dan Ontario)
merupakan objek pariwisata yang penting di AS.
c) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
karangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup
saja.
d) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
karangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup
saja.
Misalnya: Keberhasilan pengajaran bergantung kepada beberapa
faktor:
1) murid,
2) guru,
3) metode pengjaran,
4) bahan pengajaran,
5) sarana pendidikan yang lain.
11) Tanda Kurung Siku ([...])
a) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menjadi isyarat bahwa kesalahan itu memang
terdapat di dalam naskah asal.
Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemeresik.
b) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurang.
Misalnya: (perbedaan antara dua macam proses ini [lihat Bab I] tidak
dibicarakan)
12) Tanda Petik (“...”)
a) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda
petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya: Ibu berkata,“Jangan pergi nak!”.

20
b) Tanda pengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai
dalam kalimat.
Misalnya: “Penjual Es Lilin” karya Hamka dan sajak “Senyum
Hatiku Senyum” gubahan Amir Hamzah dapat kita
temukan dalam bunga rampai Sari Pustaka Indonesia.
c) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakannya dengan cara “coba dan ralat”
saja.
d) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Misalnya: Kata Bu Guru, “Hari ini akan diadakan ujian.”
e) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti khusus.
13) Tanda Petik Tunggal (‘...’)
a) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain.
Misalnya: Katanya, “Aku baru saja duduk ketika kudengar suara dari
sebelah kamar sebelah’O, Tuhan...’! Rupanya penyakit Ibu
kambuh lagi.”
b) Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Misalnya: Agent of Change,’agen perubahan’
14) Tanda Garis Miring
a) Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Misalnya: No. 124/PP/Pes./VI/82
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau
nomor alamat.
Misalnya: Mahasiswa/mahasiswi
Pelopor/perintis
Harganya Rp 1.500,-/lembar

21
15) Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)
Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
Misalnya: Reformasi di Indonesia terjadi pada tahun ‘98.
Badai pun pasti ‘kan berlalu.
B. Pembahasan
1. Pengertian Kesalahan Ejaan
Dalam bukunya yang berjudul “Common Error in Language Learning”
H.V. George mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah pemakaian
bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu
bentuk tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran
bahasa. Bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan adalah bentuk-bentuk
tuturan yang menyimpang dari kaidah bahasa baku. Hal ini sesuai dengan
pendapat Albert Valdman yang mengatakan bahwa yang pertama-tama harus
dipikirkan sebelum mengadakan pembahasan tentang berbagai pendekatan dan
analisis kesalahan berbahasa adalah menetapkan standar penyimpangan atau
kesalahan. Sebagian besar guru bahasa Indonesia menggunakan kriteria ragam
bahasa baku sebagai standar penyimpangan.
Pengertian kesalahan berbahasa dibahas juga oleh S. Piet Corder dalam
bukunya yang berjudul Introducing Applied Linguistics. Dikemukakan oleh
Corder bahwa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran
terhadap kode berbahasa. Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fisik, melainkan
juga merupakan tanda kurang sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap
kode. Si pembelajar bahasa belum menginternalisasikan kaidah bahasa (kedua)
yang dipelajarinya. Dikatakan oleh Corder bahwa baik penutur asli maupun bukan
penutur asli sama-sama mempunyai kemugkinan berbuat kesalahan berbahasa.
Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian kesalahan berbahasa yang telah
disebutkan di atas, dapatlah dikemukakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia
adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi
kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa Indonesia
baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari sistem ejaan
dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

22
Peningkatan penggunaan bahasa pada sesorang, dari proses berpikir yang
terbentuk sejak anak-anak akan berubah sesuai dengan proses pendewasaan.
Proses pendewasaan sesorang bisa dilihat dari kreativitas dalam menggunakan
bahasa. Oleh sebab itu, cara dan kreatif. Misalnya jika sesorang diteriakan,
jangan!, maka dengan spontan dia akan menghentikan tangannya untuk
mengambil sesuatu. Dengan menghentikan tangannya, dia akan melakukan
aktivitas berpikir, akan tetapi yang dipikirkan bukanlah makna jangan, melainkan
mengapa saya dilarang.
Pernyataan yang penulis ungkapkan diperkuat oleh Aminudin dkk ( 2002 :
16) menyatakan bahwa, terdapatnya kreativitas penggunaan bahasa pada sisi lain
dapat menunjukan bahwa lewat bahasa sesorang bisa keluar dari proses berpikir
rutin yang terbentuk sejak anak –anak maupun akibat aktivitas sehari-hari.
Bahasa memiliki peranan yang sangat penting guna menuangkan ide pokok
pikiranya, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Ketika sesorang
mengemukakan gagasan, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan
melainkan juga harus ada pemahaman. Dengan adanya pemahaman, maksud dan
tujuan pun akan tersampaikan secara jelas. Jika sesorang sudah mampu menguasai
keterampilan berbahasa dengan baik, akan mudah baginya untuk mengembangkan
bakat yang dimilikinya. Salah satunya mampu menulis berita, berita yang
dihasilkan akan dituangkan dalam bentuk wacana. Pada wacana yang dihasilkan,
penulis perlu memperhatikan penggunaan EYD. Untuk mengatahui EYD suatu
wacana maka peneliti memiliki keinginan untuk melakukan penganalisan, serta
EYD seperti apa yang digunakan pada wacana tersebut.
Bleyer dalam Romli (2005 : 35) mengungkapkan bahwa berita adalah
sesuatu yang terkini (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat
kabar sehingga dapat menarik atau mempunyai makna dan dapat menarik minat
bagi pembaca.
Dari pendapat di atas, dapat memperkuat pernyataan peneliti bahwa berita
pada media massa mempunyai kemampuan memberikan informasi tentang suatu
hal yang menarik dan bermanfaat bagi pembacanya. Surat kabar ditentukan untuk
menyajikan hal-hal baru yang bisa memikat para pembacanya. Dengan demikian

23
media massa dapat diketahui juga untuk seorang penulis berita, ia harus
mengatahui rumus 5 w + I H. yaitu What, Who, Why, Where, When, dan How.
Pada saat sesorang membaca surat kabar, pertama kali yang ia baca adalah
isi berita tersebut. Setelah selesai dibaca, kemudian koran akan dilipat dan
dimasukan ke dalam tas bahkan dibiarkan begitu saja. Jarang sekali seorang
pembaca meneliti kebahasaannya padahal, belum tentu setiap wacana tidak
terdapat kesalahan. Misalnya saja kesalahan penulisan atau penggunaan EYD
pada wacananya, dan lain sebagainya. Ketika peneliti membaca koran kompas
“Tajuk Rencana”, peneliti tidak menemukan kesalahan penggunaan EYD dalam
bentuk penanya.
2. Media Massa
Media massa merupakan sumber informasi yang disajikan kepada
masyarakat dalam bentuk teks. Menurut Tholson (2006:9), terdapat tiga unsur
yang harus diperhatikan dalam membuat teks tersebut, di antaranya: interactivity,
performativity dan liveliness. Interactivity berarti penulis teks ditntut untuk
memilih kata yang sesuai sehingga terjalin hubungan antara penulis dan pembaca
dalam rangka penyampaian makna. Performativity berarti penulisan teks harus
memperhatikan penampilan bahasa yang disampaikan, sehingga menarik orang
yang membacanya. Liveliness berarti pilihan kata harus dapat menghidupkan
suasana yang ditandai adanya respon dari pembaca. Tentunya menyajikan berita
dalam bentuk teks memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi daripada melalui
media elektronik. Penulis harus benar-benar lihai dalam memilih kata yang
ekspresif, sehingga apa yang disampaikan benar-benar dapat diterima sepenuhnya.
Media massa mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai lembaga
yang dapat mempengaruhi publik. Ini memungkinkan media massa memiliki
kepribadian yang ganda. Pertama, media bisa memberikan pengaruh positif
kepada publik. Kedua, media massa dapat memberikan pengaruh yang negatif.
Bahkan, media yang memiliki peranan sebagai alat untuk menyampaikan
informasi dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses
perubahan sosial-budaya dan politik.

24
3. Tajuk Rencana
Tajuk rencana adalah tulisan kolom yang dibuat oleh redaksi penerbit pers.
Ia dimuat dihalaman khusus bagi tulisan- tulisan opini tentang suatu masalah atau
peristiwa (Romli, 2005 : 88). Berdasarkan pendapat di atas, dijelaskan bahwa
tajuk rencana merupakan tulisan-tulisan berupa opini tentang suatu masalah yang
biasanya dimuat dihalaman khusus dan ditulis oleh pemimpin redaksi.. Jika
sesorang membaca koran, maka ia akan menemukan nama kolom opini. Halaman
opini ini bisanya berisikan tajuk rencana / pojok, artikel, surat pembaca, karikatur
dan kolom. Pada halaman opini terkecuali tajuk rencana-rencana opini biasanya
ditulis khusus oleh penulis ternama, pengamat, para pakar, atau analisis. Opini
atau pemikiran yang disuarakan lewat tajuk adalah visi, misi dan penilaian orang,
kelompok, atau suatu organisasi mengenai suatu hal haruslah orang terpercaya
yang mengetahui kebijakan pemerintahan. Romli (2005 : 89) mengemukakan
bahwa Tajuk rencana (editorial) biasa disingkat “Tajuk” saja disebut juga “induk
karangan” “opini redaksi”, atau “Leader”.
Tajuk Rencana merupakan jati diri atau identitas sebuah media massa sesuai
dengan visi dan misi tersebut Dari pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa
tajukrencana juga biasanya disebut sebagai editorial. Seseorang bisa menilai baik
atau tidaknya kualitas suatu koran dapat dilihat dari hasil tulisan tajuk rencana.
Karena ia merupakan jati diri dari sebuah media massa sesuai dengan visi dan
misi media tersebut.

Isi dari tajuk rencana dari Koran Seputar Indonesia


tanggal 5 November 2009
Meredam Kemarahan Rakyat
REKAMAN dugaan rekayasa kriminalisasi pimpinan komisi pemberantasan
korupsi (KPK) membuka semua tabir betapa buruknya wajah penegakan hokum
Indonesia. Bagaimana tidak, beberapa oknum pejabat penting dilingkungan
lembaga hokum diduga terlibat dalam sebuah scenario melemahkan lembaga
hokum yang lain,KPK. Rekaman itu membuat tingkat kepercayaan public
terhadap lembaga hukum di Indonesia menipis. Wajar jika kritik pedas pun

25
dilontarkan oleh semua lapisan masyarakat menanggapi isi rekaman. Bahkan
tuntutan pe-nonaktifan hingga pencopotan beberapa pejabat yang namanya
disebut dalam rekaman ikut menyeruak. Tuntutan itu sangat wajar karena mereka
telah mengoleskan noda hitam di muka lembaga hukum Indonesia.
Namun sekali lagi, entah apakah sudah menjadi budaya, kritik dari berbagai
pihak tak menggoyahkan sikap Kepolisian Republik Indonesia(Polri) dan
Kejaksaan Agung (Kejakgung). Padajal sudah sangat jelas dalam rekaman
tersebut telah terjadi manipulasi proses hukum.
Itupun dapat dilihat dari sikap Polri dan Kejagung sehari setelah diputarnya
rekaman di dalam siding Mahkamah konstitusi (MK). Rekomendasi tim pencari
fakta (TPF) bentukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk
menonaktifkan oknum penegak hukum yang disebut direkaman tersebut pun
tampaknya dianggap angin lalu. Hanya satu rekomendasi yang langsung
dijalankan Polri, yaitu mengabulkan permohonan penangguhan penahanan bibit
Samad Rianto dan Chandra M Hamzah.
“Seharusnya Polri dan Kejaksaan Agung juga melihat gelagat
ketidakpercayaan rakyatnya dan menjawabnya dengan langkah-langkah konkret.
Tampaknya Polri dan Kejakgung belum peka, setelah kemelut antar lembaga
hukum tingkat kepercayaan rakyat terhadap keduanya semakin merosot.
Merosotnya tingkat kepercayaan rakyatmulai bias dirasakan ketika Bibit dan
Chandra ditetapkan sebagai tersangka. Bahkan rakyat menjadi marah ketika
keduanya ditahan. Penahanan ini semakin memicu kemarahan rakyat dan kembali
Polri tidak peka dengan kehendak rakyat.
Dibentuknya TPF oleh Presiden SBY seharusnya menjadi warning bagi
Polri dan Kejagung, bahwa rakyat sudah tidak percaya dengan proses hukum yang
berlangsung. Disela-sela siding cabinet kemarin Presiden SBY menegaskan
bahwa dibentuknya TPF adalah untuk menghilangkan distrust (ketidakpercayaan)
dari fungsi lembaga penegak hukum.
Seharusnya Polri dan Kejagung juga melihat gelagat ketidak percayaan
rakyat tersebut dan menjawab dengan langkah-langkah kongkret. Penangguhan
penahanan Bibit dan Chandra serta pemeriksaan Anggodo Widjaja belum cukup

26
untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap proses hukum yang
berlangsung.
Saat ini rakyat menunggu apakah Polri berani menetapkan Anggodo sebagai
tersangka. Sikap Polri dan Kejagung dalam menindak oknum yang terlibat dalam
persekongkolan juga ditunggu masyarakat. Jika hal itu dilakukan, kita yakin
kepercayaan rakyat akan kembali pulih.
Belum ditetapkannya Anggodo sebagai tersangka dan belum ada sikap tegas
terhadap oknum-oknum penegak hukum yang terlibat dalam persekongkolan
seolah mencerminkan kembali sikap bandel polri dan kejangung. Dua institusi itu
tampaknya belum mau mendengar teriakan rakyat yang menginginkan hukum
ditegakan dengan benar.
Salah satu anggota TPF, Hikmahanto Juwana, juga seudah mengingatkan
Polri dan Kejagung karena hingga saat ini keduanya belum menjalankan
rekomendasi TPF. Padahal, rekomendasi itu tidak hanya akan melegakan hati
rakyat,tapi juga menurunkan tensi ketegangan antara lembaga hukum.
Polri dan Kejagung seharusnya bisa memahami keinginan rakyat. Polri dan
Kejagung seharusnya mengetahui bahwa saat ini rakyaat sedang marah. Keduanya
harus sadar, bahwa negara ini dibangun berfondasikan kehendak rakyat. Jika
kekuataan rakyat ini dilawan, Polri dan Kejagung akan semakin terperosok.
Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD pun kemarin memberikan
peringatan keras terhadap Polri dan Kejagung. Dia mewanti-wanti agar dua
lembaga hukum ini tidak melawan kekuatan rakyat. Alasannya, dalam sejaraah
tidak ada yang kuat melawan arus kekuatan rakyat. Ini adalah sebuah warning
keras karena sikap bandel Polri dan Kejagung yang belum melalukan langkah
kongkret. Pernyataan Mahfud tersebut patut di renungkan oleh Polri dan
Kejagung.

27
Setelah penulis membaca isi tajuk rencana diatas, ternyata masih ada
kesalahan-kesalahan penulisan kata yang tidak sesuai dengan pedoman Ejaan
Yang Disempurnakan. Diantara kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai
berikut.
 komisi pemberantasan korupsi, nama singkatan huruf awalannya harus
menggunakan huruf besar. >> Komisi Pemberantasan Korupsi.
 Dilingkungan, untuk awalan di- yang menyatakan tempat huruf dipisah
dengan kata tempat tersebut. >> di lingkungan.
 tim pencari fakta, nama singkatan huruf awalannya harus menggunakan
huruf besar. >> Tim pencari Fakta.
 bibit samad rianto, untuk nama harus menggunakan huruf awalan besar. >>
Bibit Samad Rianto.
 Distrust, untuk penggunaan kata asing harus menggunakan cetak miring. >>
distrust.
 Kongkret, dalam tajuk rencana harus menggunakan kata baku. >> konkret.

28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa merupakan salah satu milik manusia yang tidak pernah lepas dari
segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai dengan bahasa.
Salah satu kegiatan manusia yang setiap hari dilakukan adalah berkomunikasi.
Dalam komunikasi, bahasa memiliki peranan penting untuk menyampaikan berita.
Dalam berkomunikasi alangkah baiknya jika tutur katanya sesuai dengan
aturan dalam artian sesuai dengan EYD. Namun jangan salah bahasa yang baik
dan benar bukan yang sesuai dengan EYD, tetapi bahasa yang baik dan benar
adalah bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
Sebagai sarana informasi, media massa berperan sebagai lembaga yang
dapat memengaruhi publik. Ini memungkinkan media massa memiliki kepribadian
ganda. Pertama, media bisa memberikan pengaruh positif kepada publik. Kedua,
media massa dapat memberikan pengaruh yang negatif. Bahkan, media yang
memiliki peranan sebagai alat untuk menyampaikan informasi dipandang sebagai
faktor yang paling menentukan dalam proses perubahan sosial-budaya dan politik.
B. Saran
Sebagai sarana informasi yang sangat berpengaruh di dalam masyarakat,
penulis mengharapkan tidak terjadi lagi kesalahan-kesalahan penulisan kata
ataupun penggunaan tanda baca dalam media massa terutama media cetak. Karena
menurut penulis selain sebagai media informasi, media massa juga secara tidak
langsung sebagai sarana mensosialisasikan EYD yang telah dibuat demi kemajuan
penerapan ejaan di Indonesia.

29
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y.dkk. (2010). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.
Bandung: CV. MAULANA MEDIA MERDEKA

Ully.(2011).http://images.ulieofulay.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/S
wdigoKCCgAAAT5clQ1/Kesalahan%20Kata%20dalam%20Media%20Mas
sa.pdf?key=ulieofulay:journal:18&nmid=300379543. 10 Desember 2011

30

Anda mungkin juga menyukai