Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“PERKEMBANGAN DAN PEMAKAIAN EBI”

ANGGOTA KELOMPOK 5:

1. Daffa Gemino Dheona 31102000017


2. Fariza Qotrunada Firdaus 31102000029
3. Gavriel Bagus Nugroho 31102000032
4. Melani Rifa Putri Amalia 31102000046
5. Micola Cipta Pamboedi 31102000048
6. Naufal Maulana 31102000059
7. Savira Kharisma 31102000077
8. Gendro Yonif Terateh 31102000094

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam
kita sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhamad S.A.W. Karena berkat dan
rahmat-Nya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul
“Perkembangan dan Pemakaian EBI”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Bahasa Indonesia. penulis dapat
menyelesaikan penulisan Makalah ini yang berjudul “Perkembangan dan Pemakaian EBI”.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak,
baik bantuan berupa tenaga, pikiran, semangat dan sebagainya.
Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari dari Allah SWT dan Agama kita, meski begitu, tentu tugas ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan kami semoga tugas ini
bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada umumnya.

Semarang, 10 Januari 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
1. Mengidentifikasi Bahasa Indonesia yang baik & benar ................................................. 2
2. Perkembangan EBI ......................................................................................................... 2
3. Kaidah EBI...................................................................................................................... 5
4. Menggunakan EBI dalam tulisan yang tepat .................................................................. 6
BAB III .................................................................................................................................... 14
HASIL DISKUSI ..................................................................................................................... 14
A. Tanya Jawab.................................................................................................................. 14
B. Dokumentasi ................................................................................................................. 16
BAB IV .................................................................................................................................... 18
PENUTUP................................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehupan sehari-hari sering sekali kita mendengar dan menjumpai orang-orang
yang sulit mengungkapkan apa yang ada di dalam fikirannya. Kita pun juga
sering menjumpai banyak orang-orang yang boros pemakaian sebuah kata, namun tidak
memiliki makna yang begitu berarti. Oleh karena itu agar kita tidak seperti dua hal
tersebut, maka kita harus mengetahiu penting nya peranan kata dalam kehidupan sehari-
hari.
Sebuah kata mengandung makna bahawa sebuah kata mengungkapkan gagasan. Kata
adalah alat untuk menyampaikan gagasan yang akan disampaiakan kepada orang lain.
Semakin banyak katayang kita kuasai semakin banyak juga ide atau gagasan yang kita
kuasai dan sanggup kita ungkapkan. Manusia berkomunikasi lewat bahasa, agar saling
memahami antara pembicara dan pendengar maka pemilihan suatu kata yang tepat adalah
satu faktor penentu dalam komunikasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengidentifikasi Bahasa Indonesia yang baik dan benar?
2. Bagaimana perkembangan EBI?
3. Bagaimana kaidah EBI?
4. Bagaimana penggunaan EBI dalam tulisan yang tepat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui identifikasi Bahasa Indonesia yang baik dan benar
2. Untuk mengetahui perkembangan EBI
3. Untuk mengetahui kaidah EBI
4. Untuk mengetahuai penggunaan EBI dalam tulisan yang tepat

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Mengidentifikasi Bahasa Indonesia yang baik & benar


Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan suatu keharusan bagi
rakyat Indonesia seperti yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
nomor 63 tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia. Berbahasa Indonesia yang
baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya
dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar.
Ada berbagai macam ragam bahasa di Indonesia. Gaya bahasa yang digunakan ketika
memberikan laporan kepada atasan, jual beli di pasar, menulis surat kepada kekasih, dan
menulis karya ilmiah menunjukkan ragam yang berbeda-beda (Setiawati, 2008). Terdapat
5 ragam dalam laras bahasa yang digunakan, semua ragam dapat digunakan dalam kondisi
tertentu:
a) Ragam Resmi (Formal), yaitu bahasa yang dipakai dalam komunikasi resmi seperti
rapat resmi, pidato dan jurnal ilmiah. Oleh karena itu, memakai bahasa yang lebih
sopan adalah hal yang tepat.
b) Ragam Beku, yaitu bahasa yang digunakan pada acara hikmat dan sedikit
memungkinkan keleluasaan seperti upacara pernikahan, keputusan pengadilan dan
kegiatan rohani.
c) Ragam Konsultatif, yaitu bahasa yang digunakan dalam pertukaran informasi atau
kegiatan transaksi dalam suatu percakapan yang membahas tentang suatu hal yang
diketahui oleh masing-masing pembicara seperti percakapan di sekolah atau di pasar.
d) Ragam Akrab, yaitu bahasa yang digunakan diantara orang yang memiliki hubungan
sangat akrab atau intim. seperti dalam pembicaraan berumah tangga.
e) Ragam Santai (kasual), yaitu bahasa yang digunakan untuk acara yang bersifat tidak
resmi dan dapat dipakai untuk orang yang cukup akrab (misalnya teman) atau orang
yang belum dikenal dengan akrab (baru kenal). seperti pembicaraan dalam
perkumpulan dengan teman-teman.
2. Perkembangan EBI
Jika kita ingin berbicara mengenai EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), terlebih dahulu
melihat perkembangan Bahasa Indonesia sejak dulu sampai dengan sekarang. Bahasa
Indonesia beberapa abad yang lalu sebelum menjadi Bahasa Indonesia adalah Bahasa

2
Melayu. Sistem ejaan Melayu yang ditulis dengan menggunakan huruf Latin ditulis oleh
orang-orang Belanda, yaitu Frederich de Houtman, Casper Wilter, Sebastianus Dancaert.
Akan tetapi, ketiganya menuliskan kata-kata Melayu berdasarkan ejaan Bahasa Belanda
pada masa itu. Tida abad kemudian dilakukan pembakuan ejaan dan penyempurnaan ejaan
Bahasa Melayu oleh Van Ophujisen (dalam Kitab Logat Melajot).
1.1 Ejaan pembaruan (1957)
a) Diftong, ai, oi, au berubah penulisannya menjadi ay, oy, aw
b) Huruf-huruf yang muncul pada ejaan ini adalah ŋ (ng), t (tj), ń (nj), dan ś (sk)
c) Pengaturan untuk fonem h adalah fonem h bila letaknya di depan dapat
dihilangkan, seperti hutan -> utan, juga dapat dihilangkan bila diantara dua vocal
berbeda, misalnya kata tahun menjadi ta-un, atau perahu menjadi pera-u
d) Konsonan rangkap pada akhir kata dihilangkan, contoh: president-> presiden
e) Partikel pun yang berarti juga dan saja, ditulis terpisah, contoh: sekalipun=
meskipun sekali pun= satu kali saja
f) Kata berulang yang memiliki arti tinggal ditulis tanpa tanda hubung, contoh:
alunalun, sedangkan yang bermakna jamak dengan tanpa hubung, contoh: ibu-ibu,
sekali-kali.
1.2 Ejaan Suwandi (1947)
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947. Ejaan tersebut mengatur hal-hal
dibawah ini:
a) Huruf oe diganti u
b) Bunyi hamzah dan bunyi sentak diganti dengan huruf k, contoh: tak, rakjat, tidak
c) Pengulangan diberi angka 2, contoh: buku2, mudah2an
d) Kata dasar berhuruf e (e pepet dalam Bahasa Jawa) boleh dihilangkan, contoh:
perahu-> prahu; menteri-> mentri, tetapi tidak pada kata berimbuh-an, misalnya
perangkap tidak menjadi prangkap.
1.3 Ejaan Melindo (1959)
a) Fonem tambah f, ś, z (fikiran, śair, śarat)
b) Penulisan diftong: ay, aw, oy
c) Ejaan kata yang menggunakan tanda fonem lain dari yang sudah ditetapkan sebagi
fonem Melindo dianggap kata asing, misalnya: universitas, varia, vokal.
1.4 Ejaan LBK (1966)
Ejaan ini muncul karena ketidaksetujuan akan konsep Melindo. Beberapa hal
yang dibahas dalam seminar sastra 1968 membentuk konsep ejaan LBK ini.

3
a) Ada enam vocal (i, u, Ə, e, o, a)
b) Diftong tetap
c) Di dan ke dibedakan antara preposisi dan imbuhan, contoh: surat itu ditulisnya di
rumah
d) Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung
e) Mengenai istilah asing, missal guerrilla (Spanyol), frase coup de’etat (Perancis),
denextra (Ing) diubah menjadi gerilya, kudeta, ekstra.
f) Ejaan ini juga membahas mengenai kata galb (hati) dan Bahasa Arab juga
mengenal kata kalb (anjing), tetapi diputuskan tetap menggunakan kata kalbu
untuk Bahasa Indonesia.
1.5 Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1972)
Ejaan yang disempurnakan (EYD) merupakan ejaan Bahasa Indonesia yang
berlaku sejak 23 Mei 1972.
a) Pemakaian huruf (f, v, z, q, x) diresmikan
b) Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
c) Pemakaian kata (kata dasar, kata turunan, kata ulang, kata majemuk, kata ganti ku,
kau, mu, dan –nya kata depan di ke dan dari kata si dan sang partikel dn akronim,
angka dan lambang bilangan
d) Penulisan unsur serapan
e) Pemakaian tanda baca (, . ; : - _ ? “ ‘ / )
Berikut ini akan dikemukakan perbandingan konsep ejaan bahasa Indonesia dari era
Van Ophuijsen sampai dengan EYD untuk memperjelas perkembangan yang terjadi pada
konsep ejaan di Indonesia.

4
3. Kaidah EBI
Kaidah kebahasaan secara sederhana adalah sejumlah aturan yang dijadikan sebagai
pedoman dalam suatu bahasa, termasuk dalam pembuatan suatu teks. Kaidah kebahasaan
juga digunakan untuk memahani bagaimana ketentuan mengatur tata cara berbahasa baik
secara lisan maupun tulisan.
Unsur-unsur kaidah kebahasaan, yaitu sebagai berikut:
a) Kata rujukan
Kata yang digunakan sebagai rujukan kepada suatu objek tertentu atau merujuk pada
bagian teks sebelumnya maupun sesudahnya dalam suatu kalimat.
b) Frasa
Istilah yang berbentuk dari gabungan beberapa kata yang dapat berperan sebagai
subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap.
c) Konjungsi
Jenis kata yang berfungsi untuk menyambungkan suatu frasa atau kalimat dengan
frasa atau kalimat lainnya.
d) Preposisi
Jenis kata yang berguna untuk merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan
biasanya diikuti oleh nomina dan pronominal.

5
e) Kata baku
Kata yang sesuai dengan ketentuan pedoman kebahasaan yang telah ditetapkan, seperi
PUEBI.
f) Adjektiva
Adjektiva atau kata sifat merupakan jenis kata yang menggambarkan ciri-ciri atau
karakteristik dari suatu objek.
g) Verba
Suatu kata yang menjelaskan suatu proses atau aktivitas yang dilakukan oleh suatu
objek.
h) Majas
Cara menggambarkan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang
lain atau sederhananya, majas dapat diartikan sebagai kata kiasan.
i) Adverbial
Kata yang memberikan keterangan pada verba, adjektiva, nomina, predikatif, atau
kalimat
j) Kalimat
Satuan bahasa secara relative berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara
actual ataupun potensial terdiri atas klausa.
4. Menggunakan EBI dalam tulisan yang tepat
4.1 Pemakaian huruf
Secara umum pemenggalan kata dasar dilakukan dengan mencermati kaidah-
kaidah berikut:
a) Jika ditengah kata ada huruf vocal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf vocal tersebut
b) Jika ditengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di
antara dua buah huruf vocal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan
tersebut
c) Jika ditemgah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan
di antara kedua huruf konsonan tersebut
d) Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang
kedua.

6
4.2 Pemakaian huruf kapital dan huruf miring
Pengapitalan dan pemiringan huruf sering dilakukan karena huruf awal dari kata-
kata dan kata yang dicetak miring dianggap penting. Misalnya:
a) Penambahan Program Studi Universitas dilakukan untuk…
b) Sebagai calon terpilih Gubernur dan Wakil Gubernur mereka…
c) Dalam pandangan Hukum Adat seseorang wajib menaati Awig-Awig…
d) Mereka berlayar ke Teluk dan menyeberangi Selat sehingga perjalanan…
e) Para ibu membeli garam Inggris, gula Jawa, dan pisang Ambon…
f) …adanya beban kawajiban dalan “ngayahang”…
g) …dalam bukunya “Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang”…
Cara penulisan kata-kata semacam itu jelas tidak sesuai dengan aturan ejaan bahasa
Indonesia.
Jika dibuka halaman demi halaman buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, dijelaskan bahwa huruf capital atau huruf besar
dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat; petikan langsung, ungkapan
yang berhubungan dengan Tuhan, kitab suci; nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang; nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat; unsur-unsur nama orang; nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa; nama
tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah; nama geografi; semua unsur nama
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, nama dokumen resmi (termasuk
unsur bentuk ulang sempurnanya); nama buku, majalah, suart kabar, dan judul
karangan; unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan; serta kata penunjuk
hubungan kekerabatan.
Kata “ngayahang” dan “Kalangwan”: Sastra Jawa Kuna Selayang Pandang”
seharusnya dicetak miring seperti berikut: (f 1)…adanya beban kewajiban dalam
ngayahang… (g 1)…dalam bukunya Kalangwan: Sastra Jawa Kuna Selayang
Pandang… Hal itu sesuai dengan kaidah yang menyatakan bahwa huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar; nama ilmiah
atau ungkapan asing yang dikutip dalam tulisan. Disamping itu huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata/
kelompok kata.

7
4.3 Penulisan kata
a) Bentuk ulang
Umumnya, bentuk ulang dalam bahasa Indonesia berfungsi untuk menyatakan
keanekaragaman, keserupaan, dan menyatakan jamak, misalnya: daun-daunan,
bunga-bungaan, rumah-rumahan, anak-anak, dan buku-buku. Disamping itu, ada
bentuk ulang kupu-kupu, paru-paru, biri-biri bentuk dasarnya bukan kupu, paru,
dan biri karena bentukan itu tidak memiliki makna, agak berbeda dengan mata-
mata, kuda-kuda, hatii-hati yang memiliki kaitan dengan bentuk dasar mata, kuda,
dan hati. Penulisan bentuk-bentuk ulang itu menggunakan tanda hubung, bukan
dengan angka dua, seperti kupu2, anak2, rumah2 an, bunga2 an, daun2 an, kupu2,
paru2, biri2, mata2, kuda2, dan hati2.
b) Gabungan kata
Penulisan gabungan kata dapat dipilah menjadi empat, yakni gabungan kata
yang lazim disebut kata majemu; gabungan kata yang dianggap sebagai satu
kesatuan; gabungan kata yang salah satu unsurnya dipakai dalam kombinasi;
gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus; dan gabungan kata
yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian.
- Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah atas unsur-
unsurnya, misalnya: kambing hitam, meja hijau, papan tulis, dan orang tua.
- Gabungan kata yang dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai,
misalnya: kacamata, saputangan, beasiswa, dukacita, olahraga, perubahasa,
sukarela, dan sukaria.
c) Kata depan
Kata depan di harus dipisahkan dari kata yang mengikutinya karena mempunyai
kedudukan sebagai kata. Pengenalaknnya dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan dimana? Jawabannya yang mengandung kata depan di harus
dipisahkan penulisannya, misalnya di samping, di sini di pasar, di kantor, di pura.
Selain itu, untuk mengetahui bahwa bentuk di sebagai kata depan, bentukan itu
dapat dipasangkan dengan kata depan kea tau kata depan dari, misalnya:
- di samping ke samping dari samping
- di sini ke sini dari sini
- di pasar ke pasar dari pasar
- di pura ke pura dari pura

8
Tidak jauh beda dengan kata depan di, kata depan ke juga ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya, misalnya: ke dalam, ke sana, ke rumah. Untuk
meyakinkan bahwa bentuk ke sebagai kata depan bentukan itu dapat dipasangkan
dengan kata depan di atau kata depan dari, misalnya:
- ke dalam di rumah dari dalam
- ke sana di sana dari sana
- ke rumah di rumah dari rumah
d) Partikel
Ejaan bahasa Indonesia memilah pemakaian partikel –pun menjadi dua, yakni
1) partikel –pun yang dianggap padu dengan kata yang mendahuluinya, seperti
adapun, biarpun, ataupun, andaipun, bagaimanapun, kalaupun, maupun,
meskipun, sungguhpun, walaupun, sekalipun; 2) bentuk pun yang berfungsi
sebagai kata penuh yang bersinonim dengan kata juga, misalnya: sekali pun, kamu
pun, sepeda pun, sekali pun dia tidak pernah datang ke rumah.
- Jangan dua kali, sekali pun dia tidak pernah datang ke rumah.
- Kami pun turut serta dalam perlombaan itu.
- Jangankan rumah, sepeda pun dia tidak punya.
- Dengan harga mahal pun, sembako tetap diserbu pelanggan.
Dengan demikian, -pun ditulis serangkai apabila unsur itu sudah padu dengan
kata yang mendahuluinya, sedangkan bentuk pun ditulis terpisah dengan kata yang
mendahuluinya apabila unsur itu (pun) didahului oleh kata kerja, kata ganti, kata
benda, dan kata sifat. Senada dengan partikel –pun, bentukan per harus dibedakan
per-, misalnya: satu per satu, per 1 Oktober, per helai dan pertama, tiga perempat,
seperenam belas. Partikel per yang berarti ‘demi, setiap, dan mulai’ harus ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya, sedangkan per- yang merupakan satu
kesatuan ditulis dirangkaikan.
e) Singkatan dan akronim
Kaidah penulisan singkatan meliputi singkatan nama orang, nama gelar, jabatan
atau pangkat diikuti dengan tanda titik, misalnya: A. A. P. Putra, Moh. Yamin, Dr.
A. A. Putu Putra, M. Hum, Kol. Soeharto, Sdr. I Made Buda, Bpk. I Wayan
Subawa; singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan 13 huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: DPR,
SMUN, PT, KTP; singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti

9
oleh satu titik, misalnya: dll., dst., hlm., sda., tetapi apabila terdiri atas dua huruf
ditulis dengan dua titik, misalnya, a.n., s.d., u.b.
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata. Kaidah penulisan akronim meliputi: akronim nama diri yang berupa
gabungan huruf awal dari deret kata yang ditulis seluruhnya dengan huruf capital,
misalnya: ABRI, IKIP, PASI; akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata
atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital, misalnya: Unud, Akabri, Bappenas, Kowani; akronim yang bukan nama
diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata seluruhnya dengan huruf kecil, misalnya: pemilu, rapim,
tilang.
f) Penulisan unsur serapan
Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat
dipilah menjadi dua, yakni unsur serapan yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia dan unsur serapan yang pelafalan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, misalnya: reshuffle [rie’syafel] dan
shuttle cock [syatel’kak], sedangkan unsur serapan yang pelafalan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan
asingnya hanya diubah 15 seperlunya sehingga bentuk Indonesia nya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya. Beberapa unsur serapan yang pelafalan dan
penulisanyya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, seperti berikut:

10
4.4 Pemakaian tanda baca
a) Tanda titik [.]
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhstisar,
atau daftar, misalnya: Pokok-pokok Ejaan Bahasa Indonesia seperti pemakaian
huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, pemakaian
unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu, misalnya: 1.30.10 jam (1 jam, 30 menit, 10 detik),
0.45.55 (45 menit, 55 detik), dan 0.0.30 (30 detik). Tanda titik dipakai di antara
nama penulis, judul tulisan, dan tempat terbit dalam daftar pustaka, misalnya:
Putra, Anak Agung Putu, 2007. “Segmentasi Dialektal Bahasa Sumba di Pulai
Sumba: Suatu Kajian Dialektologi”. Denpasar: Disertai Program Doktor
Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tanda titik dipakai juga
untuk memisahkan bilangan ribuas atau kelipatannya, misalnya: Mahasiwa yang
emndaftar SNMPTN berjumlah 5.300 orang.
b) Tanda koma [,]
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu rincian atau
pembilangan, misalnya: Ibu membeli sayur, daging, dan tahu. Tanda koma
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat

11
pada awal kalimat, termasuk di dalamnya: oleh karena itu,; dengan demikian,;
bahkan,;akan tetapi.
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi, misalnya: Dewa Made Beratha, 17 Gubernur Bali melakukan sidak
ke beberapa daerah kabupaten. Tanda titik dipakai untuk menghindari salah baca
di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat, misalnya: Atas perhatian
Bapak/Ibu/Sdr, saya ucapkan terima kasih.
c) Tanda titik koma [;]
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
sejenis dan setara dan dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemik, misalnya: Ibu sedang
mencuci pakaian; nenek sedang menginang sitik; dan bapak menyiram tanaman.
d) Tanda titik dua [:]
Tanda titik dua dipakai untuk akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian; dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian; dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan, misalnya:
- Ibu membeli perabotan rumah tangga: mesin cuci, kulkas, dan kompor gas.
- Ketua: Drs. A. A. Bagus Suryakarma, Sekretaris: Dr. A. A. Putu Putra,
M.Hum
- Ibu: (meletakkan beberapa kopot) “ bawa kopor ini, Ca Ucca: “ Baik, Bu”
(mengangkat kopor dan masuk).
e) Tanda pisah [--]
Tanda pisah membatasi pengisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
di luar bangun kalimat dan menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas, misalnya:
Kemerdekaan bangsa ini—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa
itu sendiri.
f) Tanda petik ganda [“]
Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain; dipakai untuk mengapit judul
syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat; dan dipakai untuk
mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus, misalnya:

12
- “Saya belum siap”, kata Ucca.
- Disertai saya berjudul “Segmentasi Dialektal Bahasa Sunda di Pulau Sumba:
Suatu Kajian Dialektologi” belum diterbitkan.
- Ia bercelana panjang yang dikenal dengan nama “cutbrai”.
g) Tanda petik tunggal [‘…’]
Tanda pentik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain dan dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkarapan asing, misalnya:
- “Ibu, ‘Bapak pulang’, dan rasa letuhku lenyak seketika”, ujar Ucca.
- Ngaben ‘upacara pembakaran mayat’ di Bali.

13
BAB III
HASIL DISKUSI

A. Tanya Jawab
1) Tadikan dijelaskan bahwa bahasa yang benar harus sesuai kaidah bahasa baku, nah
bagaimana ciri ciri kaidah bahasa baku tersebut? [Selma Karenina
Aisyah_31102000078]
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan kebakuan
kalimat, antara lain:
- Pelesapan imbuhan, misalnya "Kita harus hati-hati dalam menentukan sampel
penelitian ini" (seharusnya "berhati-hati").
- Pemborosan kata yang menyebabkan kerancuan atau bahkan kesalahan struktur
kalimat, misalnya "Dalam rapat pimpinan kemarin memutuskan susunan
pengurus baru" (kata "dalam" dapat dibuang).
- Penggunaan kata yang tidak baku, termasuk penggunaan kosakata bahasa daerah
yang belum dibakukan. Contoh, "Percobaan yang dilakukan cuma menemukan
sedikit temuan" (kata "cuma" seharusnya diganti dengan "hanya").
- Penggunaan kata hubung yang tidak tepat, termasuk konjungsi ganda, misalnya
"Meskipun beberapa ruang sedang diperbaiki, tetapi kegiatan sekolah berjalan
terus." (Konjungsi "tetapi" sebaiknya dihilangkan karena sudah ada konjungsi
"meskipun").
- Kesalahan ejaan, termasuk penggunaan tanda baca.
- Pelesapan salah satu unsur kalimat, misalnya "Setelah dibahas secara mendalam,
peserta rapat menerima usul tersebut" (subjek anak kalimat "usul tersebut" tidak
boleh dilesapkan).

2) Apa saja kesalahan yang umum ditemui dalam penerapan kaidah kebahasaan? [Mazia
Kamalia Deto_31102000045]
Kesalahan kaidah bahasa yang sering ditemukan yaitu ketidaktepatan penulisan
huruf kapital dan huruf miring. Demikian pula ketidaktepatan penulisan kata
melingkupi penulisan kata bilangan, kata depan, proleksem, penulisan kata
berimbuhan gabungan, dan penulisan kata partikel. Selanjutnya, ketidaktepatan
penggunaan tanda baca mencakupi tiga jenis tanda baca, yaitu tanda koma, tanda titik

14
koma, dan tanda tanya. Adapun ketidaktepatan penulisan unsur serapan antara lain
disebabkan oleh adanya kemenduaan arahan, sehingga pengguna bahasa menjadi
bingung. Namun, secara umum dapat ditegaskan bahwa ketidaktepatan penerapan
kaidah EBI disebabkan oleh tidak dianggap-pentingnya mempelajari PUEBI secara
serius untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas tinggi. Terdapat lima faktor
ketidaktepatan penerarapan kaidah EBI, yaitu (1) kaidah EBI tidak dipelajari secara
saksama, (2) kaidah EBI dianggap sudah diketahui, (3) adanya kemenduaan kaidah,
(4) keyakinan keagamaan, dan (5) faktor bahasa gaul.

3) Apa perbedaan EBI dan EYD? [Sukma Ramadhani_31102000098]


Perbedaan yang mendasar dari Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dengan
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), yaitu sebagai berikut:
- Penambahan huruf vokal diftong ei, di EYD hanya ada tiga yaitu ai, au, dan ao;
- Penulisan huruf kapital pada EYD digunakan dalam penulisan nama orang tidak
termasuk julukan, sedangkan pada EBI huruf kapital digunakan sebagai huruf
pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
- Penulisan huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu
digunakan huruf miring pada EYD, sedangkan pada EBI Huruf tebal dipakai
untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
- Penggunaan partikel pun, pada EYD ditulis terpisah kecuali yang sudah lazim
digunakan, maka penulisannya ditulis serangkai, sedangkan pada EBI partikel
pun tetap ditulis terpisah, kecuali mengikuti unsur kata penghubung, maka ditulis
serangkai.
- Penggunaan bilangan, pada EBI, bilangan yang digunakan sebagai unsur nama
geografi ditulis dengan huruf, sesangkan pada EYD tidak ada hal yang
mengaturnya.
- Penggunaan titik koma (;) pada EYD digunakan dalam perincian tanpa
penggunaan kata dan, sedangkan dalam EBI penggunaan titik koma (;) tetap
menggunakan kata dan.
- Penggunaan tanda titik koma (;) pada EBI dipakai pada akhir perincian yang
berupa klausa, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya.

15
- Penggunaan tanda hubung (-) pada EBI tidak dipakai di antara huruf dan angka,
jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf, sedangkan pada EYD tidak ada
hal yang mengaturnya. Misalnya: LP2M LP3I.
- Tanda hubung (-) pada EBI digunakan untuk menandai bentuk terikat yang
menjadi objek bahasan, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya.
Misalnya: pasca-, -isasi
- Penggunaan tanda kurung [( )] dalam perincian pada EYD hanya digunakan pada
perincian ke kanan atau dalam paragraf, tidak dalam perincian ke bawah,
sedangkan pada EBI tidak ada hal yang mengaturnya.
- Penggunaan tanda elipsis (...) dalam EYD dipakai dalam kalimat yang terputus-
putus, sedangkan dalam EBI tanda elipsis digunakan untuk menulis ujaran yang
tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
Kalau begitu…ya, marilah kita bekerja! (EYD)
Menurut saya…seperti…bagaimana, Bu? (EBI)
B. Dokumentasi

16
17
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ejaan merupakan suatu aspek penting dalam mendukung penggunaan bahasa yang
benar. Pengertian ejaan mencakup kaidah cara menggambarkan/ melambangkan bunyi-
bunyi tuturan (kata, kalimat, dan sebagainya) dan bagaimana hubungan di antara lambang-
lambang itu (pemisah dan penggabungnya dalam suatu bahasa). Ejaan adalah keseluruhan
peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisah dan penggabungan kata, penulisan kata,
huruf, dan tanda baca.
Perkembangan ejaan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian, mulai dari
ejaan Van Ophuijsen, ejaan Soewandi, dan ejaan yang disempurnakan. Bahkan terdapat
ejaan yang dirundingkan bersama antara Indonesia dan Malaysia, yakni ejaan Melindo,
karena factor-faktor tertentu ejaan tersebut tidak dapat diresmikan.
Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari: pemenggalan kata, penulisan
singkatan dan akronim, penulisan huruf, dan penulisan kata.
B. Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai mahasiswa untuk selalu mengingatkan kepada
masyarakat untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan
karakter masyarakat dalam bangsa ini. Dengan mempelajari Ejaan Bahasa Indonesia maka
proses pembelajaran, pemahaman, dan penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih
mudah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alwi H.,et.al. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa dan Balai Pustaka.
Jakarta
Madina, L. ode. (2019). Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Dalam
Berkomunikasi. Journal of Dedication to Papua Community, 2(2), 157–170.
https://doi.org/10.34124/jpkm.v2i2.47
Mijianti, Y. (2018). Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Program Studi
Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia. 3(1), 113–126.
Redaksi Lima Adi Sekawan. 2007. EYD Plus. Limas. Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai