Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen : Enci Theresje Wantania, M.Hum
Nama : Andi Solang

Nim : 20208066

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan rencana. Makalah yang berjudul “Pengunaan Bahasa Indonesia yang baik
dan benar ” Ini sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Pembina Bahasa Indonesia.

Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun


berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat
teratasi. Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang
terhormat

Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis


penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran


bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amin.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... ii

Daftar Isi .......................................................................................... iii

BAB I .......................................................................................... 1
L. Belakang .......................................................................................... 1
T. Masalah .......................................................................................... 2
Manfaat .......................................................................................... 2

BAB II .......................................................................................... 3
Pengertian .......................................................................................... 3
Tata Cara .......................................................................................... 5
Manfaat .......................................................................................... 9

BAB III .......................................................................................... 11


Kesimpulan .......................................................................................... 11
Saran .......................................................................................... 11

Daftar Pustaka .......................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal oleh masyarakat secara luas dalam
kehidupan sehari-hari. Namun pengenalan istilah tidak menjamin secara komperhensif
konsep dan makna istilah bahasa Indonesia yang baik itu. Hal ini terbukti bahwa masih
banyak orang atau masyarakat berpendapat bahwa bahasa Indonesia yang baik sama dengan
bahasa Indonesia yang baku atau bahasa Indonesia yang benar. Slogan “pergunakanlah
bahasa Indonesia yang baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya
tidak jelas. Slogan tersebut diartikan oleh sebagian besar masyarakat bahwa di segala tempat
kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu, masalah lain yang perlu
kita soroti adalah sebagian besar orang terkadang sulit untuk melakukan komunikasi yang
interaktif satu sama lain, bukan berarti karena mereka tidak bisa berbahasa indonesia yang
baku dengan lancar. Bahasa Indonesia yang baku dan bahasa indonesia yang benar belum
tentu dapat menjamin tersampaikannya maksud dan tujuan kepada lawan bicara. Sehingga
dibutuhkan susunan bahasa indonesia yang fleksibel yang artinya dapat dengan mudah
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi.

Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, dimana pengetahuan masyarakat masih
kurang tepat dan terbatas berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam makalah ini penulis akan membahas tentang
pengertian bahasa Indonesia yang baik, cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari, serta manfaat penggunaan bahasa Indonesia.

4
B. Rumusan Masalah

Bahasa Indonesia yang baik merupakan kemampuan berbahasa yang sangat


dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia yang baik bukan berarti bahasa
Indonesia yang baku, namun merupakan suatu susunan bahasa yang dikemas secara fleksibel
untuk mempermudah berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu kita perlu
mengetahui dan menguasai bahasa Indonesia yang baik, dengan mempelajari penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, serta manfaat bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?

2. Bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari ?

3. Apa saja manfaat menggunakan bahasa Indonesia ?

C. Tujuan

1. Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan yang terdiri yaitu :

2. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar

3. Mengetahui cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari

4. Mengetahui manfaat menggunakan bahasa Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar

Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan
tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai
dengan topic pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku.
Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam
yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Orang yang
mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun
jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi
menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik
atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baik (Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1988, halaman
19). Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga
sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini
mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang seorang anak kecil naik ke atas
meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita
menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa
jatuh!”. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik perlu memperhatikan pemakaian ragam
bahasa yang serasi dengan sasarannya .(Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 20).

Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa Indonesia yang baik,
erat sekali hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti untuk lebih memahaminya kita juga
perlu tahu apa saja ragam bahasa yang ada di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu
pembahasan tersendiri mengenai hal itu. Jadi yang penting dalam masalah “yang baik dan
benar” kali ini adalah kita tetap berbahasa sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita berbicara,
dan untuk tujuan apa kita berbahasa.

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu
berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan

6
kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan,
agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh
kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang
dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan
berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan
pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD
dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang
dewasa tentu saja berbeda. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi,
maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media
penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan
menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya,
bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon,
media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan
adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin disampaikan kepada penerima pesan.

Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat berupa
penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah
permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan merupakan
majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca
yang dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang
dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita,
dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

B. Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus dalam kehidupan sehari-
hari harus sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya dalam situasi
nonformal seperti di warung, di pasar, di rumah dan lain- lain hendaknya menggunakan
bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat. Contohnya, “ Berapa nih, Bu, ikannya ? “.

Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar, rapat dan lain- lain,
menggunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal serta memperhatikan kaidah bahasa
Indonesia yang berlaku, seperti kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan
kalimat dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah – kaidah bahasa kurang ditaati, maka
pemakaian bahasa Indonesia tersebut tidak benar atau tidak baku. Jadi, berbahasa Indonesia

7
yang baik dan benar adalah pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan juga
mengikuti kaidah bahasa yang benar. Agar penggunaan bahasa Indonesia dapat digunakan
dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan
antara lain sebagai berikut :

1. Isi atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan atau perasaan yang
disampaikan

2. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan suasana tempat, atau
waktu bahasa

3. Khalayak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia, kelamin, pendidikan,


pekerjaan dan kedudukan

4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon, radio, televisi

5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya melalui forum rapat,
televisi, radio, dan surat

Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia yang baik dan benar
yang berarti pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu
mengikuti kaidah bahasa yang benar. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar
sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan
kebenaran.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita menggunakan bahasa
Indonesia yaitu :

1. Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :

a) Fonetik, adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai
dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut dengan alat
ucap manusia.
b) Fonemik, adalah ilmu yang mempelajari bunyi atau ujaran yang dalam fungsinya sebagai
pembeda arti.

Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat
ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari

8
dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk
membedakan arti.

2. Tata bahasa (kalimat),

Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu
banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk
diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai
kalimat yang benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat
gramatikal yang dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki
wawasan bahasa Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang
gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-
kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak. Suatu pernyataan merupakan
kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal
kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada
unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari
terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja, predikat
saja, objek saja, atau keterangan saja.

3. Kosakata,

Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih
dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara ragam
bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan. Ragam bahasa
dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap
pembaca (jika dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-
perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga
mini disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai
bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu
bukan merupakan warisan melainkan diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan
maupun pengalaman. Keterbatasan penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa

9
penutur itu kurang luas pergaulannya. Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara
(jika lisan) atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi
atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara, akan
makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya,
makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan.

4. Ejaan,

Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan
untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda
tersebut untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan
lain-lain. Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca. Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar
pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan
tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-
motong suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan
maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita
harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan
kita menuliskan seluruh kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan
unsur penting yang harus diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambing-
lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya,
penggabungannya) dalam suatu bahasa disebut ejaan.

5. Makna

Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang
sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata
yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi,
pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa. Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang
sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang
dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang

10
akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu
bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai
masyarakat kita.

C. Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia

1. Mempermudah dalam komunikasi,

Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak
akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan
komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek
moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai
alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan
kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur
berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita
(Gorys Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita
sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin dipahami oleh orang lain, kita ingin
menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain, kita ingin membuat orang lain
yakin terhadap pandangan kita, kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita
ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar
atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang
kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak. Oleh karena itu, seringkali kita
mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh
orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah
dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan
kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih
komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan
memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas,
nuansa tradisional.

11
2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social,

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia
memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam
pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-
anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai
alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan
kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan
dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang
setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap
individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu selain
berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial.
Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang
akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan
menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan
bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada
orang tua atau orang-orang yang kita hormati.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan, yaitu :

1. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang pemakaiannya sesuai
dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang
serasi dengan sasarannya.

2. Cara menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan


menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang
disempurnakan.

3. Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat mempermudah dalam
beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang


baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan bahasa yang baku
sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang disempurnakan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai Pustaka
2. Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress
3. Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: Gramedia
4. Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta
5. Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka
Jaya
6. Kartomihardjo, S. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: P2 LPTK
7. Moeliono, Anton. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
8. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
9. Prihartini, Niniek. Ejaan Yang Disempurnakan. Surabaya: Mitra Jaya Compugrafi
10. Sabariyanto, Dirgo. 1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: Mitra Gama Widya
11. Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu
12. Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:
Angkasa

14

Anda mungkin juga menyukai