Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

BAHASA INDONESIA

NAMA : FAREL AGUS PRAMUDYA


KELAS : XII IPS
SMA S PSM BUKITTINGGI
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana. Makalah yang berjudul “Pengunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar ”
Ini sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Pembina Bahasa Indonesia.
Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat teratasi.
Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang terhormat
Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, Amin.

DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR
2. DAFTAR ISI

3. BAB 1

A. Latar belakang

4. B. Rumusan masalah

5. C. Tujuan

6. BAB 2

A. Pengertian bahasa indonesia yang baik dan benar

7. B. Mengunakan bahasa indonesia dalam kehidupan sehari hari

8. 1. Tata bunyi

2. Tata bahasa

9. 3. Kosakata

4. Ejaan

5. Makna

10. C. Menggunakan bahasa indonesia

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal oleh masyarakat secara luas
dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengenalan istilah tidak menjamin secara
komperhensif konsep dan makna istilah bahasa Indonesia yang baik itu. Hal ini
terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahwa bahasa
Indonesia yang baik sama dengan bahasa Indonesia yang baku atau bahasa Indonesia
yang benar. Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar”,
tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan tersebut diartikan
oleh sebagian besar masyarakat bahwa di segala tempat kita harus menggunakan
bahasa Indonesia yang baku. Selain itu, masalah lain yang perlu kita soroti adalah
sebagian besar orang terkadang sulit untuk melakukan komunikasi yang interaktif
satu sama lain, bukan berarti karena mereka tidak bisa berbahasa indonesia yang
baku dengan lancar. Bahasa Indonesia yang baku dan bahasa indonesia yang benar
belum tentu dapat menjamin tersampaikannya maksud dan tujuan kepada lawan
bicara. Sehingga dibutuhkan susunan bahasa indonesia yang fleksibel yang artinya
dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi.

Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, dimana pengetahuan


masyarakatmasih kurang tepat dan terbatas berkaitan dengan penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam makalah ini
penulis akan membahas tentang pengertian bahasa Indonesia yang baik, cara
berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, serta
manfaat penggunaan bahasa Indonesia

B. Rumusan Masalah

Bahasa Indonesia yang baik merupakan kemampuan berbahasa yang sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia yang baik bukan berarti bahasa Indonesia yang
baku, namun merupakan suatu susunan bahasa yang dikemas secara fleksibel untuk
mempermudah berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu kita perlu mengetahui dan
menguasai bahasa Indonesia yang baik, dengan mempelajari penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, serta manfaat bahasa Indonesia yang baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari.

1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?
2. Bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari ?
3. Apa saja manfaat menggunakan bahasa Indonesia ?

C. Tujuan

1. Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan yang terdiri yaitu :


2. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar
3. Mengetahui cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari
4. Mengetahui manfaat menggunakan bahasa Indonesia

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar


Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat
tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topic
pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang perlu
diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan
serasi menurut golongan penutur danjenis pemakaian bahasa. Orang yang mahir menggunakan
bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap
berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur
dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus
mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baik (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1988, halaman 19). Jadi jika kita berbahasa benar
belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik
belum tentu harus benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika
kita melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti
jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke atas
meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”. Pemakaian bahasa Indonesia yang baik perlu
memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya .(Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, halaman 20).

Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa Indonesia yang baik, erat
sekali hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti untuk lebih memahaminya kita juga perlu tahu
apa saja ragam bahasa yang ada di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu pembahasan
tersendiri mengenai hal itu. Jadi yang penting dalam masalah “yang baik dan benar” kali ini
adalah kita tetap berbahasa sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita berbicara, dan untuk
tujuan apa kita berbahasa.

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti
bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa
kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status
sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara
kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu
berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan
rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai
jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang
dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu saja
berbeda. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur
komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan
penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada
penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya.
Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia
menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang
ingin disampaikan kepada penerima pesan.
Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat berupa
penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah
permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan merupakan
majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca yang
dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju.
Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita, dan
kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

B. Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus dalam kehidupan sehari-hari
harus sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya dalam situasi nonformal
seperti di warung, di pasar, di rumah dan lain- lain hendaknya menggunakan bahasa Indonesia
yang tidak terlalu terikat. Contohnya, “ Berapa nih, Bu, ikannya ? “.
Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar, rapat dan lain- lain, menggunakan bahasa
Indonesia yang resmi dan formal serta memperhatikan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku,
seperti kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat dan kaidah penataan
penalaran. Jika kaidah – kaidah bahasa kurang ditaati, maka pemakaian bahasa Indonesia
tersebut tidak benar atau tidak baku. Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan juga mengikuti kaidah bahasa yang
benar.Agar penggunaan bahasa Indonesia dapat digunakan dalam berkomunikasi di lingkungan
masyarakat, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Isi atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan atau perasaan yang disampaikan
2. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan suasana tempat, atau waktu
bahasa
3. Khalayak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia, kelamin, pendidikan, pekerjaan dan
kedudukan
4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon, radio, televisi
5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya melalui forum rapat, televisi, radio,
dan surat

Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia yang baik dan benar yang
berarti pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti
kaidah bahasa yang benar. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar sebaliknya mengacu
ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita menggunakan bahasa
Indonesia yaitu :
1. Tata bunyi (fonologi),
fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang meliputi :
a) Fonetik, adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran
yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan bunyi-
bunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
b) Fonemik, adalah ilmu yang mempelajari bunyi atau ujaran yang dalam
fungsinya sebagai pembeda arti.
Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat ucap
serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita mempelajari dan
menyelidiki kemungkinan- kemungkinan, bunyi-bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk
membedakan arti.

2. Tata bahasa (kalimat),


Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah terlalu banyak
definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang lebih penting untuk diperhatikan
ialah apakah kalimat-kalimat yang klita hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang
benar (gramatikal). Selain itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang
dihasilkan orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan bahasa Indonesia
dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal dalam komunikasi baik
lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain apakah
gramatikal atau tidak. Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat
predikat dan subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian kalimat dilihat
dari segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri,
kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam pemakaian bahasa. Dalam kenyataan
pemakaian bahasa sehari-hari terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas
unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.

3. Kosakata,
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut untuk memilih dan
menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa membedakan antara ragam bahasa
baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap
penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan).
Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak dalam
pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini disebut gaya. Pada dasarnya
setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun,
keterampilan menggunakan bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan
diperoleh melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan
penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas pergaulannya. Jika
terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan) atau penulis dengan pembaca (jika
ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal
jarak penutur dan kawan bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan
bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

4. Ejaan,
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda yang digunakan untuk
membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut
untuk menggambarkan perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain.
Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca. Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada
persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-
tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong
suku kata, bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara
kata dengan kata. Pemotongan itu harus berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan
huruf-huruf itu pada akhir suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh
kata di sana. Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus
diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan
bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam
suatu bahasa disebut ejaan.

5. Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan kata yang sesuai
dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak tepat digunakan kata-kata yang
bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi,
pemakaian bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa. Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang sesuai
dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa yang dibicarakan, tujuan
pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau lisan) atau orang yang akan membaca (kalau
tulis), dan tempat pembicaraan. Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa
bahasa yang kita gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.

C. Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia

1. Mempermudah dalam komunikasi,


Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna
bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang
dicapai oleh orang-orang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan
saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan
kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,
merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin
dipahami oleh orang lain, kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain,
kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita, kita ingin mempengaruhi orang
lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini
pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita
menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Pada saat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan
apakah bahasa yang kita gunakan mudah dipahami orang lain atau tidak. Oleh karena itu,
seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya
dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu,namun kata besar atau luas lebih
mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami
dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap
lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan
memberi nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas,
nuansa tradisional.

2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social,


Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia
memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam
pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota
masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat
komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok
sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-
tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan
masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat
komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi
kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung
pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada
orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-
teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang-orang yang kita hormati.

Anda mungkin juga menyukai